Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Kebiasaan (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan
berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian mempunyai kekuatan normatif, kekuatan
mengikat. Kebiasaan biasa disebut dengan istilah adat, yang berasal dari bahasa Arab
yang maksudnya kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak
lama ada dan merupakan tradisi yang mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu.
Dari adat kebiasaan itu dapat menimbulkan adanya hukum adat.
3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi
dasar bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan
hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
4. Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah
dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-
undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan
mengikat) apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian,
bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan
siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan perjanjian, asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak
(telah disepakati) berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi
pengadilan (hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah
satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.
o Hak pasien :
1. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
3. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan
4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
6. Hak atas 'second opinion' / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
7. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku
8. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik
yg akan dilakukan thd dirinya.
9. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
10. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
11. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah
lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
12. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
13. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
14. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap
dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
16. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
17. Hak akses /'inzage' kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis
miliknya.
o Kewajiban Pasien
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
dokter yang merawat
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
3. Mematuhi ketentuan/peraturan dan tata-tertib yang berlaku di rumah sakit
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-
hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
Hubungan Pasien Dengan Rumah Sakit
o Hak Rumah Sakit
1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS.nya sesuai dengan
kondisi/keadaan yang ada di RS tersebut.
2. Memasyarakatkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS
3. Memasyarakatkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan
dokter kepadanya
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential
5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak
ketiga, dll)
6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum
7. Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien
1. Hukum Perdata
Yaitu : hubungan antara dokter dengan pasien bias merupaka relasi medis, relasi
hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan pasien
disebut dengan Kontrak Terapeutis.
Pasal-pasal yang dapat diterapkan:
Perlu diketahui bahwa kontrak medis bisa tertulis dan bias juga tidak tertulis. Dan bila
salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bias disebut dengan wan-prestasi.
2. Hukum Pidana
Pasal – pasal yang dapat diterapkan adalah:
1. Izin yang dikeluarkan oleh pihak Depkes harus dimiliki oleh dokter
2. Perizinan Rumah sakit dan Apotek harus melalui Depkes.
E. Rahasia Medik
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien
yang terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara
langsung oleh pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang ( objektif). Perlindungan terhadap hak rahasia medis
ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan antara lain:
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga
kesehatan lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang
bersangkutan, demi untuk kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan
penegakan hukum.
F. Informed Consent
“ Informed Consent “ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk
terjemahan dari persetujuan tindakan medik. Informed Consent terdiri dari dua kata
yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau
telah di informasikan dan Consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh
seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari informed
Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat
sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi. lebih lanjut diatur dalam Pasal
45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai
berikut :
1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
· Diagnosis dan tatacara tindakan medis
· Tujuan tindakan medis dilakukan
· Alternatif tindakan lain dan resikonya
· Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
· Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang
bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang
penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi
medis yang benar, akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medik yang
akan dilakukan, pengobatan mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien.
Karena pasien yang paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan
terhadap dirinya dengan segala resikonya, maka Informed Consent merupakan syarat
subjektif terjadinya transaksi terapeutik dan merupakan hak pasien yang harus dipenuhi
sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter
terhadap dirinya .
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan
ternyata pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan , tidaklah
berari bahwa upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter
harus tetap memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali setiap
keuntungan dan kerugian jika tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan.
Selain itu dokter tetap berusaha melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif
dan efisien yang memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan satu-
satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong menyembuhkan atau meringankan
sakit pasien.
Rujukan
Wikipedia bahasa Indonesia
Dewi,A.I,2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher
:Yogyakarta
Hukum Medik (Medical Law) karangan J. Guwandi. Balai Penerbit Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.