Você está na página 1de 12

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Zakat

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, Juni 2018

Penyusun
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Kerangka Masalah 1

Tujuan Penulisan 1

Bab II Pembahasan 2

Pengertian dan Jenis Zakat 2

Filosofi Zakat 4

Hikmah Zakat 7

Bab III Kesimpulan 9

Daftar Pustaka 10
Bab I

1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan salah satu dari rukun islam yang wajib dijalankan oleh setiap muslim.
Zakat menurut Bahasa berarti harta yang berlebih. Zakat juga bersinonim dengan kata “Attaharah”
yang berarti menyucikan. Zakat dapat diratikan sebagai usaha untuk membersihkan harta seorang
muslim dengan cara menyalurkan atau mendonasikan harta tersebut kepada orang orang yang
membutuhkan. Di sini akan diulas mengenai zakat secara lengkap. Zakat merupakan kewajiban
seorang muslim,

Oleh karena zakat hukumnya wajib jika ditinggalkan, maka seorang muslim tersebut
mendapatkan sanksi berupa dosa. Umumnya zakat ditunaikan pada hari-hari sebelum idul fitri agar
semua muslim baik yang kaya maupun yang miskin dapat berbahagia pada hari tersebut. Zakat
mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama dan untuk menciptakan dunia yang lebih baik lagi.

Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui definisi
dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara pelaksanan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Zakat dan bagaimana jenis jenis Zakat?

2. Bagaimana filosofi Zakat?

3. Apa apa saja hikmah Zakat?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Zakat dan jenis-jenisnya

2. Untuk mengetahui filosofi Zakat

3. Untuk mengetahui hikmah Zakat


Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian dan Jenis Zakat

a. Pengertian Zakat

Zakat menurut istilah agama islam merupakan kadar harta yang berlebihan yang diberikan
kepada orang lain yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Zakat juga merupakan salah
satu usaha yang dilakukan seorang muslim untuk menyucikan hartanya dengan mengeluarkan
sebagian kecil harta yang dimilikinya dengan cara menyalurkannya kepada orang orang yang
membutuhkan dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat merupakan salah satu dari lima
rukun islam, oleh karena itu zakat hukumnya wajib bagi yang sudah mampu.

Sumber Hukum Zakat

1. Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat (Surah Annisa Ayat 77)

2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Al Baqarah ayat 277)1

Syarat-syarat Agar Bisa Membayar Zakat

PERSYARATAN KEWAJIBAN MENGELUARKAN ZAKAT

Syarat-syarat wajibnya mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut:

1. Islam

Islam menjadi syarat kewajiban mengeluarkan zakat dengan dalil hadits Ibnu Abbas di
atas. Hadits ini mengemukakan kewajiban zakat, setelah mereka menerima dua kalimat syahadat
dan kewajiban shalat. Hal ini tentunya menunjukkan, bahwa orang yang belum menerima Islam
tidak berkewajiban mengeluarkan zakat

2. Merdeka

Tidak diwajibkan zakat pada budak sahaya (orang yang tidak merdeka) atas harta yang
dimilikinya, karena kepemilikannya tidak sempurna. Demikian juga budak yang sedang dalam
perjanjian pembebasan (al mukatib), tidak diwajibkan menunaikan zakat dari hartanya, karena

1
H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,1954),hal 192
berhubungan dengan kebutuhan membebaskan dirinya dari perbudakan. Kebutuhannya ini lebih
mendesak dari orang merdeka yang bangkrut (gharim), sehingga sangat pantas sekali tidak
diwajibkan

3. Berakal Dan Baligh.

Dalam hal ini masih diperselisihkan, yaitu berkaitan dengan permasalahan zakat harta anak
kecil dan orang gila. Yang rajih (kuat), anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan mengeluarkan
zakat. Akan tetapi kepada wali yang mengelola hartanya, diwajibkan untuk mengeluarkan
zakatnya, karena kewajiban zakat berhubungan dengan hartanya

4. Memiliki Nishab.

Makna nishab disini, ialah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i
(agama) untuk menjadi pedoman menentukan batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang
memilikinya, jika telah sampai pada ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah
mencapai nishab atau lebih.2

b. Jenis-jenis Zakat

Beragamnya jenis zakat yang dikenali masyarakat terkadang membuat sebagian dari kita
bingung terkait jumlah jenis zakat. Namun jika ditinjau secara umum, ternyata pada dasarnya zakat
hanya terbagi atas dua jenis yakni :

1. Zakat fitrah ;

Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci Ramadan. Besar
zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan
seperti beras, gandum dan sejenisnya

2. Zakat maal (harta) ;

Waktu pengeluaran zakat jenis ini tidak dibatasi jadi bisa dikeluarkan sepanjang tahun
ketika syarat zakat terpenuhi tidak seperti zakat fitrah yang hanya dikeluarkan ketika Ramadhan.
Zakat jenis ini yang akhirnya melahirkan banyak jenis zakat diantaranya : zakat penghasilan,
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, obligasi, tabungan,
emas dan perak dan lainnya. Masing-masing jenis zakat memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.3

2
Ustadz Kholid Syamhudi Lc, “Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat” diakses dari
https://almanhaj.or.id/2805-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat.html pada 22 Mei 2018
pukul 20:45

3
Ust. Zul Ashfi, S.S.I, LC, “Jenis-jenis Zakat” diakses dari https://zakat.or.id/jenis-jenis-zakat/ pada 22 Mei 2018
pukul 20:45
2.2 Filosofi Zakat

Ada tiga landasan filosofis dan kewajiban zakat.

a. Istikhlaf (penugasan sebagai khalifat di bumi)

Allah SWT adalah pemilik seluruh isi dunia ini. Secara otomatis Allah juga lah penguasa
harta-harta manusia. dengan demikian. Seseorang yang beruntung mendapatkan sejumlah harta
pada hakikatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan sesuai dengan kehendak
pemiliknya dalam hal ini Allat SWT.

Manusia yang beriman kepada Allah dan menyadari bahwa pemilik yang sebenarnya dari
seluruh harta benda yang disimpan di langit dan di bumi adalah Allah, bahwa pengurusan hidup
manusia sebenarnya hanyalah ada di tangan-Nya; bahwa perhitungan urusan yang sebesar debu
pun ada pada catatnya. Dan bahwa balasan akhir atas perbuatan-perbuatan baik dan buruk dari
manusia akan diberikan olehnya dengan perhitungan yang mutlak, maka akan mudahlah bagiannya
untuk mempercayakan diri padanya. Dan bukan kepada pendapat dan fikiran diri sendiri, tentu ia
akan mau membelanjakan harta bendanya menurut arahan yang diberikan oleh Allah dan
menyerahkan soal untung rugi kepadanya semata-mata.

Konsekuensi dan pemilikam mutlak terhadap harta benda adalah bahwa manusia yang
kepadanya dititipkan harta tersebut harus memenuhi ketetapan-ketetapan Tuhan dalan hal ini yang
berkaitan dengan harta tersebut baik dalam pengembangan maupun dalam penggunaannya yakni,
antara lain kewajiban untuk mengeluarkan zakat demi kepentingan masyarakat bahkan sedekah
dan infak di samping zakat bila hal tersebut dibutuhkan.

Tugas kekhalifahan/istikhlaf manusia secara umum adalah tugas mewujutkan kemakmuran


dan kesjahteraan dalam hidup dan kehidupan (QS Al-An’am:165) serta tugas pengabdian atau
ibadah dalam arti luas (QS Adz-Dzariyat:56). Untuk menunaikan tugas tersebut,Allah memberikan
manusia anugrah sistem kehidupan dan sarana kehidupan (QS Luqman:20).

Harta sebagai sebuah sarana bagi manusia, dalam pandangan islam merupakan hak mutlak
milik Allah SWT. Kepemilikan manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuannya ( QS Al-Hadid:7 dan QS An-
Nur:33). Harta yang dianggap sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa
menikmatinya dan sebagai bekal ibadah dapat pula sebagai bekal keimanan. Adanya ujian
merupakan satu bentuk penilaian terhadap kesadaran kepatuhan dan pengakuan bahwa apa yang
dimilikinya benar-benar merupakan karunia dan kepercayaan dari Allah bagi yang menerimanya.
Untuk itu wajib zakat merupakan suatu yang alamiyah bagi kehidupan manusia, karena zakat yang
dikeluarkan atau diberikan oleh seseorang dari harta yang diperoleh, pada hakikatnya
dikembalikan padapemilik utamanya yaitu Allah SWT.

Allah SWT menjadikan harta benda sebagai alat dan sarana kehidupan untuk seluruh umat
manusia sehinggga menggunakanna harus diarahkan kepada kepentingan mereka bersama, dan
karena itu Allah melarang untuk memberikan harta benda kepada orang-orang yang diduga keras
akan menyia-nyiakannya (walaupun uang tersebut atas namanya).
Artinya:

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta kamu
ada dalam kekuasaanmu. (An-Nisa:5)

Atas dasar inilah Allah SWT menetapkan bagian-bagian tertentu dalan harta benda (antara lain
dengan nama zakat) untuk diserahkan guna kepentingan masyarakat banyak atau anggota-anggota
masyarakat yang membutuhkannya. Sejak semula Tuhan telah menetapkan bahwa harta tersebut
dijadikannya untuk kepentingan bersama, bahkan agaknya tidak terlebih jika dikatakan bahwa
mulanya masyarakatlah yang berwenang menggunakan harta tersebut secara keseluruhan
kemudian Allah menganugrahkan sebagian dari padanya kepada pribadi-pribadi yang
mengusahakannya sesuai kebutuhan masimg-masing.

Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuik menggunakan apa yang diperoleh
dari karunia-Nya. Namun ditegaskan bahwa karena dia bukanlah satu-satunya khalifah dan
karenanya terdapat jutaan manusia lain yang mempunyai kedudukan yang sama sebagai khalifah,
maka mereka pun mempunyai hak yang sama. Untuk itu dalam proses pendayagunaan karunia
Allah, perlu dilakukan dengan cara yang efesien dan adil agar “saudara” yang lainnya
mendapatkan kemakmuran sebagaimana yang diperolehnya. Pada dataran ini, maka adanya
solidaritas sosial (al-ta’awun al-ijtima’i) merupakan bagian lain dari dasar adanya kewajiban zakat.

Pengabaian kewajiban seseorang terhadap sesamanya dipandang sebagai kegagalan yang


serius dalam memenuhi kewajibannya terhadap Tuhan. Oleh karenanya menurut Al-Qur’an
pembayaran zakat oleh muzakki atau aghniya bukan merupakan bentuk pemihakan terhadap si
miskin.karena si kaya bukanlah pemilik riil kekayaan itu (Al-Hadid:7). Begitu pula sebaliknya,
mustahik / penerima zakat tidak boleh memandang penerimaan zakat sebagai perlakuan tidak baik
karena apa yang mereka terima sebenarnya adalah hak mereka yang telah dibentuk oleh
Allahdalam kekayaan orang-orang kaya (QS Adz-Dzariyat:91 dan Al-ma’arij:25).

Dengan demikian penolakan terhadap adanya kewajiban zakat merupakan sikap yang
bertentangan dengan sunnatullah, bahwa manusia sebagai khalifah dan kekayaan adalah amanah
Tuhan. Mereka yang melanggar sunnatullah dianggap termasuk orang yang tidak mensyukuri
karunia-Nya(Ali-Imran:180)

b. Solidaritas sosial

Manusia adalah makhluk sosial, kebersamaaan sekian banyak individu dalam satu wilayah
membentuk masyarakat yang sifatnya berbeda dengan individu-individu tersebut.Manusia tidak
bisa hidup tanpa bantuan masyarakatnya, bahkan sekian banyak pengetahuan yang diperolehnya
melalui masyarakat, seperti bahasa, adat istiadat, etika sopan santun dan lain-lain.

Demikian juga dalam bidang materiel (ekonomi) betapapun seseorang mempunyai


kepandaian, namun hasil-hasil materiel yang diperolehnya adalah berkat bantuan pihak-pihak lain
baik secara langsung disadarinya maupun tidak.
Seseorang petani berhasil di dalam pertaniannya karena adanya irigasi, alat-alat (walaupun
sederhana), makanan, pakaian, stabilitas keamanan yang kesemuanya tidak dapat ia diwujudkan
kecuali oleh kebersamaan pribadi-pribadi tersebut atau dengan kata lain masyarakat.

Seseorang pedagang demikian pula halnya, siapa yang menjual kepadanya dan siapa pula
yang membelinya kalau bukan masyarakat itu? Dari segi lain, harus disadari produksi apapun
bertuknya, pada hakikatnya merupakan pemanfaatan materi-materi yang telah diciptakan dan
dimiliki Tuhan. Manusia dalam berproduksi hanya mengadakan perubahan, penyesuaian, atau
perakitan satu bahan dengan bahan yang lain. Demikian itu yang terlihat dalam bidang
pertanian,perindustrian,jasa dan sebagainya.

Tuhan yang menciptakan bahan mentahnya dan manusia atas petunjuk Allah SWT yang
mengelolanya. Nah, kalau demikian wajarlah bila tuhan menyatakan bahwa harta adalah milik-
Nya, dan wajar pulalah bila ia memerintahkan untuk mengeluarkan sebagian dari apa yang
dimilikinya itu untuk orang-orang tertentu

c. Persaudaraan

Manusia berasal dan satu keturunan adam dan hawa, sehingga antara seseorang dengan
yang lainnya terdapat pertalian darah. Persaudaraan akan lebih kokoh, jika pertalian darah diatas
ditambah dengan hubungan akidah dan kebersamaan agama.

Jadi hubungan persaudaraan telah menuntut bukan sekedar hubungan take and give(
memberi dan menerima) atau pertukaran manfaan tetapi melebihi itu semua, yakni memberi tanpa
menanti imbalan atau membantu walaupun yang dibantu tidak membutuhkan, lebih-lebih lagi jika
mereka bersama, hidup dalam satu lingkungan.

Dan Zakat adalah alat yang sempurna untuk menterjemahkan prinsip Islam tentang
persaudaraan dan rasa kemanusiaan kedalam kehidupan yang nyata. Allah dengan sangat jelas
menginginkan agar zakat ditujukan sebagai suatu bentuk ‘kontribusi’ oleh setiap Muslim, lelaki
dan perempuan, terhadap kemajuan dan kesejahteraan suatu negara Islam.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi
‘penolong’ bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (At-Taubah: 71).

Jadi kebersamaan dan persaudaraan inilah yang mengantar kepada kewajiban menyisihkan
sebagian harta benda dalam bentuk zakat(sadaqah).4

4
Lia Nurjanah, “Nilai Filosofis dalam Zakat” diakses dari http://nurjanahlia.blogspot.co.id/2014/05/nilai-nilai-
filosofis-dalam-zakat.html pada 22 Mei 2018 pukul 21:00
2.3 Hikmah Zakat

Zakat memiliki beberapa faedah yang sangat berguna bagi umat Islam, di antaranya faedah agama
(diniyyah), akhlak (khuluqiyah) dan kesosialan (ijtimaiyyah). Berikut penjelasan lebih rinci
mengenai faedah-faedahnya.

1. Faedah Agama

Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun Islam yang mengantarkan
seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.Merupakan sarana bagi
hamba untuktaqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena
keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.Pembayar zakat akan mendapatkan pahala
besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah” (Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits muttafaq alaih, nabijuga
menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah
berlipat ganda.Zakat merupakan sarana penghapus dosa.

2. Faedah akhlak

a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar
zakat.
b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada
saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta
maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab
sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya.
d. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
e. Menjadi tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

3. Faedah Kesosialan

Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang
merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.Memberikan dukungan kekuatan
bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima
zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial,
dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya
jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu
yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang
demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin
keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.

Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan
melimpah.Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika
harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil
manfaat.5

5
Umat Indonesia “Manfaat dan Hikmah Zakat” diakses dari https://islamislami.com/2016/06/05/manfaat-dan-
hikmah-zakat/ pada 22 Mei 2018 pukul 21:15
Bab III

Kesimpulan

Zakat merupakan salah satu pemenuh dari rukun Islam wajib bagi seorang muslim untuk
melaksanakan zakat di saat dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Di antara orang orang
yang wajib berzakat seperti: muslim, baligh, berakal dan memiliki harta yang memenuhi standard
minimal untuk berzakat(memiliki nishab). Jenis zakat secara umum ada 2 yaitu: Zakat fitrah dan
Zakat Maal(Zakat Harta).

Filosofi zakat terdiri atas 3 yaitu: sebagai khilafat(mengetahui bahwa Allah pemilik mutlak
atas harta yang dimiliki manusia), sebagai solidaritas social, sebagai persaudaran. Untuk Hikmah
zakat sendiri, mempunyai banyak hikmah seperti: hikmah agama, hikmah sosial dan persaudaraan.
Daftar Pustaka

https://islamislami.com/2016/06/05/manfaat-dan-hikmah-zakat/

http://nurjanahlia.blogspot.co.id/2014/05/nilai-nilai-filosofis-dalam-zakat.html

https://zakat.or.id/jenis-jenis-zakat/

Rasyid,Sulaiman.1954.Fiqh Islam.Bandung:Sinar Baru Algensindo

Você também pode gostar