Você está na página 1de 4

A.

undang - undang tentang pengelolahan zakat


Undang – undang nomor 38 tahun 1999 terdiri atas 10 bab dan 25 pasl. Secara
garis besar, undang – undang tersebut menjelaskan tentang :
a. ketentuan umum
b. asas dan tujuan
c. organisasi pengelolaan zakat
d. pengumpulan zakat
e. pendayagunaan zakat
f. pengawasan
g. sanksi
h. ketentuan lain
i. ketentuan peralihan.

1. Ketentuan umum
Pasal 1 undang – undang nomor 38 tahun 1999 di antaranya menjelaskan
tentang pengertian pengelolah zakat, pengertian zakat, muzaki dan mustahik.
Pengertian tersebut dapat kamu ikuti dalam uraian berikut.
a. pengolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat
b. zakat adalah harta yang wajib disisih kan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk di
berikan kepada yang berhak menerimanya.
c. muzakki adalah orang yang mempunyai kewajiban menunaikan zakat
d. mustahiq adalah orang yang menerima zakat

2. Asas dan Tujuan


Sebagaiman di jelaskan dalam pasal 4 pengelolaan zakat berasaskan
iman dan takwa, keterbukaan dan kepastian hukum, sesuai dengan pancasila
dan UUD 1945.
Adapun tujuan pengelolaan zakat seperti dijelaskan dalam pasal 5 adalah :
a. Meningkatkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama.
b. Meningkatnya funsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial
c. Meningkatnya hasil gun dan daya guna zakat
3. Organisasi pengelolaan zakat
- Amil Zakat yang bertugas mengumpulkan mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Hal ini di jelaskan
dalam pasal 9 yang berbunyi : “dalam pelaksanaan tugasnya badan amil zakat
dan lembaga amil zakat bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan
tingkatannya”.
4. Pengumpulan zakat
Adapun harta yang wajib di zakati menurut pasal 11 yang dilakukan oleh
badan amil zakat :
a. Emas perak dan uang
b. perdagangan dan perusahaan
c. Hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan
d. Hasil pertambangan
e. Hasil pertenakan
f. Hasil pendapatan dan jasa
g. Rikas
5. Pendayagunaan zakat
Sesuai dengan tujuan zakat maka hasil pengumpulan zakat harus
diserahkan kepada mustahiq sesuai dengan prioritas kebutuhan mustahiq.
Pendayagunaan zakat selain disunahkan secara konsumtif zakat juga di
perbolehkan untuk digunakan secara produktif, maksudnya zakat tidak di
berikan dalam bentuk yang dapat di konsumsi secara langsung, tetapi
diberikan sebagai modal usaha bagi mustahiq.
6. Pengawasan dan sanksi
Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan
oleh unsur pengawas. Unsur pengawas badan amil zakat berkedudukan di
semua tingkatan badan amil zakat. Apabila badan amil zakat menemui
kesulitan dalam melakukan audit keuangan, maka ia dapat meminta bantuan
akuntan publik.
B. Undang-Undang tentang penyelenggaraan ibadah haji.
Peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Presiden RI Nomor 3 1960 tentang
Penyelenggaraan urusan Haji.
Keputusan Presiden RI Nomor 112 tahun 1964 tentang Penyelenggaraan
urusan Haji secara interdepartemantal.
Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1969 tentang Penyelenggaraan
urusan Haji oleh Pemerintah.
Keputusan Direktur Jendral bimbingan Masyrakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Nomor D/377 tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Beberapa hal pokok dari isi undang-undang nomor 17 tahun 1999
tantang penyelenggaraan ibadah Haji :
1. Ketentuan umum
Yang dimaksud penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan
yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan pelaksanaan ibadah
haji. Sedangkan yang dimaksud calon jamaah haji adalah warga negara yang
beragama islam memenuhi syarat, dan telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji.
2. Asas dan Tujuan
Berdasarkan pasal 4 bahwa penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan
asas keadilan memperoleh kesempatan, perlindungan, dan kepastian hukum
sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuan penyelenggaraan
ibadah haji adalah untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan dengan sebaik-baiknya sehingga mereka dapat melaksanakan
ibadah haji dengan aman nyaman dan menjadi haji yang mabrur.
3. Pengorganisasian
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tanggung jawab pemerintah
dibawah koordinasi menteri. Koordinasi penyelenggaraan ibadah haji di tingkat
pusat dilaksanakan oleh menteri ditingkat daerah oleh gubernur dan
seterusnya. Dalam rangka penyelanggaraan ibadah haji, menteri dapat
membentuk panitia penyelenggara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selain
itu, menteri juga dapat menunjuk petugas operasional yang menyertai jamaah
haji.
4. Biaya penyelenggaraan ibadah Haji
Besarnya biaya penyelenggaraan ibadah haji yang digunakan untuk
penyelenggaraan haji ditetapkan oleh presiden atas unsul mentri, setelah
mendapatkan persetujuaan dewan perwakilan rakyat republik indonesia.
Pembayaraannya dilakukan melalui rekening mentri pada bank bank
pemerintah atau bank swasta yang ditunjuk dengan persetujuan gebenur bank
indonesia.
Pengembalian biaya penyelenggaraan haji yang telah dibayarkan oleh jamaah
haji. Pengembalian ini dilakukan dalam hal :
a. calon jamaah haji meninggal dunia sebelum berangkat
b. keberangkatannya batal karena alasan kesehan atau sebab lain yang sahU
Untuk keperluan itu, pemerintah membentuk badan pengelola dana abadi
umat yang diketuai oleh mentri. Badan pengelola dana abadi umat ini memiliki
tugas pokok, yaitu :
a. Merencanakan, mengorganisasikan, mengelola, dan memanfaatkan dana
abadinya.
b. menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya setiap tahun kepada presiden
dan dewan perwakilan rakyat.
5. penyelenggaraan ibadah haji khusus

Você também pode gostar