Você está na página 1de 9

Pengertian

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”
(Inggris: tolerance; Arab:tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran,
ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology),
toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan)pendirian(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan yang berbeda atau
yang bertentangan dengan pendiriannya. Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar
dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system
keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan
diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan
kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

B. Konsep Toleransi dalam Islam


Berdasarkan pengertian toleransi, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau
mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa,
adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang
sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam
QS. Al-Hujurat ayat 13:

‫َو أ ُنْ ث َ ٰى َو َج ع َ لْ ن َا كُ ْم شُ ع ُو ب ًا‬ ُ َّ ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال ن‬


‫اس إ ِ ن َّا َخ ل َقْ ن َا كُ ْم ِم ْن ذ َكَ ٍر‬
َّ ‫َّللا ِ أ َت ْ ق َ ا كُ ْم ۚ إ ِ َّن‬
‫َّللا َ عَ لِ ي مٌ َخ ب ِ ي ٌر‬ َّ َ ‫ار ف ُوا ۚ إ ِ َّن أ َ ْك َر َم كُ ْم ِع نْ د‬
َ َ ‫َو ق َ ب َا ئ ِ َل لِ ت َع‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama
tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti
ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi,
toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama
lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak
berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat
Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak
sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian
juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan
dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang
baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah
saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau
menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama
Islam.
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
a. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan
saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang
beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
b. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama
Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama
Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-
unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi
berbeda aliran atau paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap
berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-
masing.

C. Hubungan toleransi
1. Hubungan Antara Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10:
‫َّللا َ ل َع َل َّكُ ْم‬ ْ َ ‫إ ِ ن َّ َم ا الْ ُم ْؤ ِم ن ُو َن إ ِ ْخ َو ة ٌ ف َأ‬
َّ ‫ص لِ ُح وا ب َ يْ َن أ َ َخ َو يْ كُ ْم ۚ َو ا ت َّق ُوا‬
‫ت ُ ْر َح ُم و َن‬
10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat

Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan
memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi
kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim, Al-Qur’an memberikan
contoh-contoh penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim
melakukannya.
Q.S AL-Hujurat:11
‫س َخ ْر ق َ ْو مٌ ِم ْن ق َ ْو ٍم عَ سَ ٰى أ َ ْن ي َكُ و ن ُوا َخ يْ ًر ا‬ ْ َ ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا ََل ي‬
‫ِم نْ ُه ْم َو ََل ن ِ سَ ا ٌء ِم ْن ن ِ سَ ا ٍء عَ سَ ٰى أ َ ْن ي َكُ َّن َخ ي ًْر ا ِم نْ ُه َّن ۖ َو ََل ت َلْ ِم ُز وا‬
ُ ‫س مُ الْ ف ُسُ و‬
ِ ْ َ ‫ق ب َ عْ د‬
ۚ ‫اْل ي َم ا ِن‬ ْ ‫اَل‬
ِ ‫س‬ َ ْ ‫اْل َلْ ق َا بِ ۖ ب ِ ئ‬
ْ ِ ‫أ َنْ ف ُسَ كُ ْم َو ََل ت َن َا ب َ ُز وا ب‬
‫ك هُ مُ الظَّ ا لِ ُم و َن‬ َ ِ ‫َو َم ْن ل َ ْم ي َ ت ُبْ ف َأ ُو ٰل َ ئ‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim

Ayat tersebut juga memerintahkan orang mu’min untuk menghindari prasangka


buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-
Qur’an seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu
dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang
(mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap
toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari
adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan
timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap
toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas
memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul
(sunnah). Tetapi seandainya etrjadi perbedaan pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik
mengakibatkan perbedaan pengamalan ataupun tidak

2. Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-Muslim)


Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat
dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain,
dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-
masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah,
dari satu pihak ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat
dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan
antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat,
serta bukan hanya sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga baik dengan
tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara
saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong.
Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur’an menjelaskan
pada ayat terakhir surat al-kafirun
Bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak
mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau mengamalkan
ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-Qur’an menegaskan bahwa
umat islam tetap berpegang teguh pada system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedabgkan
orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga
menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran
masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.

Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita, juga
sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia, semua haruslah kerjasama
untuk mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan
akhirat, urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan
sendirinya kita tidak sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama
kita.

Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar
pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak ditemukan
persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling
menyalahkan:

Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya untuk
menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik temu) tidak dicapai
(QS. Saba:24-26):
‫َّللا ُ ۖ َو إ ِ ن َّا أ َ ْو‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َّ ‫ض ۖ ق ُ ِل‬ ِ ‫او ا‬ َ ‫ي َ ْر ُز ق ُكُ ْم ِم َن ال سَّ َم‬ ‫۞ ق ُ ْل َم ْن‬
َ ‫هُ د ًى أ َ ْو ف ِ ي‬
‫ض ََل ٍل ُم ب ِ ي ٍن‬ ‫إ ِ ي َّا كُ ْم ل َع َل َ ٰى‬
Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah:
"Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata

‫س أ َ ُل عَ َّم ا ت َعْ َم ل ُو َن‬


ْ ُ ‫س أ َل ُو َن عَ َّم ا أ َ ْج َر ْم ن َا َو ََل ن‬
ْ ُ ‫ق ُ ْل ََل ت‬
Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan
kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat"

ُ‫ح الْ ع َلِ ي م‬


ُ ‫ق ُ ْل ي َ ْج َم ُع ب َ يْ ن َ ن َا َر ب ُّ ن َا ث ُ َّم ي َفْ ت َ ُح ب َ يْ ن َ ن َا ب ِ الْ َح قِ َو هُ َو الْ ف َ ت َّا‬
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan
antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui"

Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang
oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling
menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
ِ ‫َّللا ُ عَ ِن ال َّ ِذ ي َن ل َ ْم ي ُق َا ت ِ ل ُو كُ ْم ف ِ ي‬
‫الد ي ِن َو ل َ ْم ي ُ ْخ ِر ُج و كُ ْم‬ َّ ُ‫ََل ي َ نْ َه ا كُ م‬
ِ ‫ب الْ ُم قْ ِس‬
‫ط ي َن‬ َّ ‫ار كُ ْم أ َ ْن ت َب َ ُّر و هُ ْم َو ت ُقْ ِس طُ وا إ ِ ل َ يْ ِه ْم ۚ إ ِ َّن‬
ُّ ‫َّللا َ ي ُ ِح‬ ِ َ ‫ِم ْن ِد ي‬
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

D. Pandangan islam tentang toleransi

Islam adalah agama yang toleran, agama yang penuh kasih sayang yang selalu
menghormati antar umat beragama. Bukankah dalam Al-Quran dikatakan bahwa “Bagiku
agamaku dan bagimu agamamu”(QS.Al-kafirun:6) bukankah itu adalah salah satu
pengakuan Islam terhadap keberagaman agama, bahkan Rasulullah sendiri mencontohkan
ketika Rasul berzakat dia juga memberikan Zakatnya kepada orang yahudi, ketika ditanya
orang yahudi mengapa Rasulullah memberi zakat kepadanya padahal dia bukan seorang
muslim, Jawab beliau “Engkau adalah tetanggaku, dan aku wajib memuliakan Saling
Menghormati Sesama
Sebagai makhluk sosial manusia mutlak membutuhkan sesamanya dan lingkungan
sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang mampu
bertahan hidup dengan tanpa memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya.
Dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan antar sesama dengan
sebaik-baiknya, tak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama, atau yang lazim
disebut dengan istilah toleransi beragama.
Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk
agama lain, tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan
agama masing-masing. Ummat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama
lain dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya.
Dalam sejarah pun, Nabi Muhammad Saw telah memberi teladan mengenai bagaimana hidup
bersama dalam keberagaman.
(1) Tidak Ada Paksaan Dalam Beragama
Dalam soal beragama, Islam tidak mengenal konsep pemaksaan beragama. Setiap diri
individu diberi kelonggaran sepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengan kesadarannya
sendiri, tanpa intimidasi.
Di dalam al-quran pun dijelaskan:
(QS. Yunus;99-100).
َ َّ‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِميعًا أَفَأ َ ْنتَ ت ُ ْك ِرهُ الن‬
‫اس َحتَّى يَكُونُوا‬ ِ ‫األر‬ْ ‫{ولَ ْو شَا َء َربُّكَ آل َم َن َم ْن فِي‬
َ
َ ‫علَى الَّذ‬
‫ِين َال‬ َ ‫س‬َ ْ‫الرج‬
ِ ‫َّللا َويَجْ عَ ُل‬ ِ َّ ‫َان ِلنَ ْف ٍس أ َ ْن ت ُ ْؤ ِم َن ِإال ِب ِإ ْذ ِن‬ َ ِ‫ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫) َو َما ك‬99( ‫ين‬
} )100( ‫ون‬َ ُ‫يَ ْع ِقل‬
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan akalnya

(QS. Al Kahfi; 29)


‫ق ِم ْن َر ب ِ كُ ْم ۖ ف َ َم ْن شَا َء ف َلْ ي ُ ْؤ ِم ْن َو َم ْن شَا َء ف َ لْ ي َ ْك ف ُ ْر ۚ إ ِ ن َّا‬ ُّ ‫َو ق ُ ِل الْ َح‬
‫س ت َ ِغ ي ث ُوا ي ُغ َا ث ُوا‬ ً ‫ع ت َدْ ن َا لِ لظَّ ا لِ ِم ي َن ن‬
ْ َ ‫َار ا أ َ َح ا طَ ب ِ ِه ْم سُ َر ا ِد ق ُ َه ا ۚ َو إ ِ ْن ي‬ ْ َ‫أ‬
‫ت ُم ْر ت َف َق ً ا‬ ْ ‫ب َو سَ ا َء‬ ُ ‫س ال شَّ َر ا‬ َ ْ ‫ش ِو ي الْ ُو ُج و ه َ ۚ ب ِ ئ‬
ْ َ ‫ب ِ َم ا ٍء كَ الْ ُم ْه ِل ي‬
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Persoalan keyakinan atau beragama adalah terpulang kepada hak pilih orang per
orang, masing-masing individu, sebab Allah Subhanahu wata’ala sendiri telah memberikan
kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya. Manusia oleh Allah Subhanahu
wata’ala diberi peluang untuk menimbang secara bijak dan kritis antara memilih Islam atau
kufur dengan segala resikonya. Meski demikian, Islam tidak kurang-kurangnya memberi
peringatan dan menyampaikan ajakan agar manusia itu mau beriman.

(2) Dalam Aqidah Tidak Ada Toleransi


Jika dalam aspek sosial kemasyarakatan semangat toleransi menjadi sebuah anjuran,
ummat Islam boleh saling tolong menolong, bekerja sama dan saling menghormati dengan
orang-orang non Islam, tetapi dalam soal aqidah sama sekali tidak dibenarkan adanya
toleransi antara ummat Islam dengan orang-orang non Islam.
Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tatkala diajak ber-toleransi dalam masalah
aqidah, bahwa pihak kaum Muslimin mengikuti ibadah orang-orang kafir dan sebaliknya,
orang-orang kafir juga mengikuti ibadah kaum Muslimin, secara tegas Rasulullah
diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk menolak tawaran yang ingin
menghancurkan prinsip dasar Aqidah Islamiyah itu. Allah Ta’ala
berfirman:Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku.”(QS.al-kaffirun:1-
6)
Dalam setiap melaksanakan sholat, sebenarnya ummat Islam telah diajarkan untuk
selalu berpegang teguh terhadap aqidah Islamiyah dan jangan sampai keyakinan ummat Islam
itu sedikit pun dirasuki oleh virus syirik, yaitu dengan membaca: “Sesungguhnya Aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung
kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya milik Allah, Tuhan
semesta alam. Tidak ada yang menyekutui-Nya.
Q.S.Ali imran (85)
‫س ََل ِم ِد ي ن ًا ف َل َ ْن ي ُقْ ب َ َل ِم نْ ه ُ َو هُ َو ف ِ ي ْاْل ِخ َر ة ِ ِم َن‬ ِ ْ ‫َو َم ْن ي َ بْ ت َغ ِ غَ ي َْر‬
ْ ‫اْل‬
‫الْ َخ ا ِس ِر ي َن‬
85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi

Siapa yang menginginkan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan akhirat, tidak ada
jalan kecuali beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan beribadah kepada-Nya.
Kemuliaan itu tidak bisa dicapai dengan menyembah selain Allah Ta’ala. Kemuliaan hanya
milik Allah semata. “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang
saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang
keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.”

E. Contoh Toleransi Agama

1) Pada awal memulai kehidupannya dimadinah langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw adalah menyatukan masyarakat di madinah dan sekitarnya, yang terdiri dari
beberapa suku dan agama langkah strategis ini melahirkan “Piagam Madinah” yang
meletakan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat majemuk. Dalam
Piagam Madinah tersebut diatur hubungan antara sesama anggota komunitas islam dengan
komunitas lainnya, antara lain:
a. Saling membatu dalam pengamanan wilayah Madinah
b. Membela warga yang teraniaya
c. Menghormati kebebasan beragama dan beribadah
d. Menjaga hubungan bertetangga yang baik
e. Mengadakan musyawarah apabila terjadi sesuatu diantara mereka

2. Khalifah Umar bin Khattab r.a. waktu menerima berita bahwa pasukan islam telah
menguasai al-Quds (yuressalam), segera dikirimkan perintah kepada komandan pasukannya,
dimana isi perintah tersebut:
a. Berikan jaminan keamanan kepada penduduk,baik jiwanya,harta miliknya,maupun rumah-
rumah ibadahnya.
b. Jangan mengganggu dan merusak gereja-gerejanya ,atau salib-salibnya
c. Jangan mengganggu atau menggambil barang-barang fasilitas peribadatan yang mereka
miliki.
Rambu-rambu kerukunan dalam kehidupan beragama dalam masyarakat majemuk,antara lain
dikemukakan dalam Al-quran surat al-hujarat ayat 11-12 untuk kerukunan antara sesame
umat seiman,yang intiny:
a. Jangan sampai satu kelompok menghina kelompok lain.
b. Jangan saling mencela
c. Jangan menyebut kelompok tertentu dengan kesan melecehkan.
d. Jangan suka berpra sangka buruk terhadap pihak lain.
e. Jangan suka mencari-cari kesalalahan orang
f. Jangan menyebar isuyang merugikan orang lain
http://isaythisisaythat.blogspot.com/2012/03/kebebasan-beragama-dan-toleransi-antar.html

Toleransi dalam Islam sebagai bingkai utuh menuju tercapainya kedamaian yang
menyeluruh didasari ayat-ayat al-Quran sebagai dasar hukum Islam yang utama sebagai berikut;

1) mengutamakan kepentingan orang lain

195. dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Baqarah (2): 195

2) Membangun hubungan baik

8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.( QS. Al Mumtahanah (60): 8)

3) Melakukan kerjasama

6. dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
(QS. At-Taubah: 9)

4) Silaturahmi dan dialog yang baik

47. dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran). Maka orang-orang
yang telah Kami berikan kepada mereka Al kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al
Quran)[1155]; dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman
kepadanya. dan Tiadalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. ( QS. Al
Ankabut (29): 47)

5) Saling menjaga kehormatan agama

40. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan Kami hanyalah Allah”. dan Sekiranya Allah
tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan
masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti
menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat
lagi Maha perkasa, ( QS. Al Hajj: 40)

6) Tidak boleh ada dendam dalam agama

99. dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya ? (QS. Yunus : 99)
https://pendidikanislamyes.wordpress.com/2014/04/20/toleransi-dan-keterbukaan-terhadap-
kebudayaan-lain/

Você também pode gostar