Você está na página 1de 19

ASAS PERANCANGAN ARSITEKTUR I

“KAJIAN RUANG PADA PASAR ”

OLEH
LETITIA I. A. HORNAY

1406090037

DOSEN MATA KULIAH


DEBRI A. AMABI ST.,MT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
ARSITEKTUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar tradisional merupakan salah satu tempat untuk melakukan transaksi jual beli yang
masih menggunakan sistem secara tradisional, dimana adanya interaksi dan tawar menawar
anata penjual dengan pembeli. Namun keberadaan pasar ini di berbagai wilayah Indonesia
sebagian besar tidak dirawat dan cenderung terbengkalai. Dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, dahulu masyarakat banyak mendapatkannya melalui pedagang eceran yang
terdapat di Pasar tradisonal ini. Namun seiring berkembangnya kota dan perekonomian,
perdagangan eceran juga mengalami perkembangan dengan munculnya perdagangan eceran
modern di Indonesia pada tahun 1970-an dengan munculnya pasar swalayan dalam bentuk
supermarket (Sulistyowati, 1999).
Pertumbuhan Pasar modern seperti supermarket dan swalayan secara tidak langsung
memberi dampak berkurangnya pengunjung Pasar Tradisional, ditambah lagi kurang
terawatnya fasilitas Pasar Tradisional yang ada menyebabkan banyak orang lebih memilih
Pasar modern yang jauh lebih nyaman dan lebih efektif.
Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama,
yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya Dan sebagian
juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah Pasar Naikoten 1.
Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area pintu masuk atau yang
mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya area yang telah tersedia dalam gedung
pasar banyak yang kosong. Bukan hanya itu saja, kondisi fisik yang sudah tidak layak
menyebabkan banyak orang tidak mau berbelanja di Pasar Tradisional.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional
dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi
fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan
non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada
pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar.
Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan
semakin berkembangnya pasar modern, dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat
digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar
tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat
sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada
masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar
tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar
modern.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Proses terbentuknya ruang unsur horizontal dan vertikal.
2. Hubungan dan sirkulasi ruang.
3. Organisasi ruang.
4. Luasan ruang

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami proses terbentuknya ruang unsur horizontal dan vertikal pada pasar.
2. Mengetahui hubungan dan sirkulasi yang ada pada pasar.
3. Memahami dan mengetahui organisasi ruang pada pasar.
4. Mengetahui luasan ruang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan
ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli
biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang
bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda
dengan pasar modern.
Umumnya, pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah
tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipingir
jalan. Salah satu ciri khas pasar tradisional beberapa diantaranya menggunakan tenda-tenda
tempat penjual memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk
memilih dan menawar barang yang akan dibelinya.

2.2 Perbedaan Pasar Tradisional Dan Pasar Modern


Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan
jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat
kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping centre, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Secara
kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur.

2.3 Proses Terbentuknya Ruang


2.3.1 Unsur Horizontal
Sebuah bidang horizontal yang terhampar sebagai sebuah figure diatas sebuah latar
yang kontras yang mendefinisikan sebuah area ruang sederhana.
2.3.1.1 Bidang Dasar yang Diangkat:
Yakni peninggian suatu bidang dari suatu bidang dasar. Peninggian bidang ini dapat
mmenciptakan suatu ruang. Dalam ruang yang lebih besar.jika bidang tersebut terus-menerus
keatas akan menimbulkan kesan ruang tersebut terpisah dengan yang lainya.
Gambar.1 Bidang Dasar yang Diangkat
Sumber:arsitektur,ruang dan tatanan (hal 118)

2.3.1.2 Bidang Dasar yang Diturunkan


Yakni suatu bidang derngan jangkauan tertentu yang dibuat lebih rendah dari bidang
dasarnya. Suatu bidang dapat dipertegas dengan sebagian dari lantai dasar.

Gambar.2 Bidang Dasar yang Diturunkan


Sumber:arsitektur,ruang dan tatanan (hal 124)

2.3.1.3 Bidang yang Melayang


Adalah Bidang horizontal yang diletakan diatas yang mendefinisikan sebuah volume
ruang antara dirinya sendiri dengan bidang dasarnya.

Gambar.3 Bidang yang Melayang


Sumber:arsitektur,ruang dantatanan(hal 130)
2.3.2 Unsur Vertikal
2.3.2.1 Bidang Vertikal Tunggal
Sebuah bidang vertical diposisikan untuk menegaskan ruang dihadapannya. Ketika
dikaitkan dengan sebuah volume yang didefinisikan dalam ruang, sebuah bidang vertical
dapat menjadi wajah utama ruang tersebut dan memberikannya sebuah orientasi yang
spesifik. Ia dapat menjadi sebuah elemen yang membagi volume menjadi dua area yang
terpisah namun tetap berhubungan.

Gambar.4 Bidang Vertikal Tunggal


Sumber:arsitektur,ruang dan tatanan(hal 146 & 147)

2.3.2.2 Bidang Berbentuk L

Sebuah konfigurasi bidang-bidang vertical yang berbentuk L akan memunculkan area


ruang dari sudutnya keluar searah dengan sumbu diagoanalnya.Bidang-bidang dengan
konfigurasi bentuk L tampak stabil dan mampu menopang dirinya sendiri serta dapat berdiri
sendiri dalam ruang. Karena ujungnya terbuka, mereka adalah elemen-elemen pendefinisi
ruang yang fleksibel. Mereka dapat dikombinasikan satu sama lain atau digabungkan dengan
elemen bentuk lain untuk mendefinisikan beragam jenis ruang.

Gambar.5 Bidang Berbentuk L

Sumber:arsitektur,ruang dantatanan(hal 150)


2.3.2.3 Bidang-Bidang Sejajar
Yakni Dua bidang vertical yang sejajar akan mendefinisikan volume ruang diantara
mereka yang diorientasikan mengikuti sumbu dikedua ujung terbuka konfigurasi tersebut.

Gambar.6 Bidang-Bidang Sejajar


Sumber:arsitektur,ruang dantatanan(hal 156)

2.3.2.4 Bidang Berbentuk U


Sebuah konfigurasi bidang-bidang vertical yang membentuk huruf U akan
mendefinisikan volume ruang yang diorientasiukan terutama menuju ujung terbuka pada
konfigurasi tersebut.

Gambar.7 Bidang Berbentuk L


Sumber:arsitektur,ruang dan tatanan (hal 162)
2.4 Hubungan dan Sirkulasi Ruang
2.4.1 Pengertian Sirkulasi
Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori Arsitektur (1993), alur sirkulasi
dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan
ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak
dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada di
dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.

2.4.1.1 Unsur – Unsur Sirkulasi


A. Pencapaian ke Bangunan
Pencapaian kepada sebuah bangunan berbeda-beda .Dalam lama waktunya dari
beberapa tingkatan melalui ruang-ruang yang dipadatkan ke suatu jalan yang panjang dan
berbelok-belok yang harus ditempuh sebelumnya. Pencapaian ke bangunan dibagi menjadi 3
Yaitu:
I. Langsung
II. Tersamar
III. Berputar

Gambar.8 Pencapaian ke Bangunan


Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996

I. Pencapaian Langsung
Suatu pencapaian yang mengarah langsung ke suatu tempat masuk melalui sebuah jalan
yang merupakan sumbu yang lurus. Tujuan visual dalam pengakhiran pencapaian ini jelas,
dapat merupakan fasade maka seluruhnya dari sebuah bangunan atau tempat masuk yang
dipertegas.
Gambar.9 Pencapaian Bangunan secara Langsung
Sumber : Francis D.K. Ching.Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996

II. Pencapaian Tersamar


Pencapaian yang samar-samar meninggikan efek perspektif pada fasade(tampak) depan
suatu bangunan dan bentuk. Jalannya dapat dirubah arahnya satu atau beberapa kali untuk
menghambat dan memperpanjang urutan pencapaian

Gambar.10 Pencapaian Bangunan secara Tersamar


Sumber : Francis D.K. Ching.Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996

III. Pencapaian Berputar


Jalan masuk bangunan mungkin dapat diihat dengan terputus-putus pada waktu
pendekatan. Sebuah jalan berputar meperpnjang urutan pencapaian an mempertegas bentuk
tiga dimensi untuk memperjelas posisinya atau dapat disembunyikan sampai titik tiba.

Gambar.11 Pencapaian Bangunan secara Berputar


Sumber : Francis D.K. Ching.Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996
2.5 Organisasi Ruang
2.5.1 Bentuk Terpusat,
Sejumlah bentuk sekunder yang mengitari bentuk dominan yang berada di tengah-
tengah

Gambar.12 Bentuk Terpusat


Sumber : arsitektur,ruang dan tatanan (hal 73)

2.5.2 Bentuk Linear


Terdiri dari suatu bentuk yang berada pada suatu deret dan berulang.

Gambar.12 Bentuk Linear


Sumber : arsitektur,ruang dan tatanan (hal 73)

2.5.3 Bentuk Radial


Adalah kopmposisi dari bentuk linier yang berkembang keluar dari bentuk berpusat
searah dengan jarinya.

Gambar.13 Bentuk Radial


Sumber : arsitektur,ruang dan tatanan (hal 73)
Bidang dasar yang dipertinggi pada pasar adalah tempat meletakkan bahan-bahan
jualan sehinnga menciptakan terbentuknya ruang masing-masing bagi para penjual dipasar.

1.1. Peningkatan Mutu da Pembenahan Sarana Fisik Pasar


Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yang harus diperhatikan
dalam peningkatan mutu dan pembenahan sarana fisik pasar adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan Tata Ruang
Pola perletakan berbagai prasarana dan sarana yang ada telah
mempertimbangkan beberapa pendekatan antara lain :
Memiliki pengaturan yang baik terhadap pola sirkulasi barang dan
pengunjung di dalam pasar dan memiliki tempat parkir kendaraan yang
mencukupi. Keluar masuknya kendaraan tidak macet.
Dari tempat parkir terdapat akses langsung menuju kios di pasar.
Distribusi pedagang merata atau tidak menumpuk di satu tempat.
Sistem zoning sangat rapi dan efektif sehingga mempermudah konsumen
dalam menemukan jenis barang yang dibutuhkan.
Penerapan zoning mixed‐used, menggabungkan peletakan los dan kios
dalam satu,area yang saling menunjang.
Fasilitas bongkar muat (loading‐unloading) yang mudah dan
meringankan material handling
Jalan keliling pasar, mencerminkan pemerataan distribusi aktifitas
perdagangan.
Memiliki tempat penimbunan sampah sementara (TPS) yang mencukupi.
Terdapat berbagai fasilitas umum : ATM Centre, Pos Jaga kesehatan,
Mushola, toilet, dll.
Tempat pemotongan ayam yang terpisah dari bangunan utama
Memiliki bangunan kantor untuk pengelola pasar, keamanan, organisasi
pedagang.
2. Arsitektur Bangunan
Dibutuhkan lahan atau ruang yang besar dengan rencana bangunan sebagai
berikut:
Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat
maksimal 2 (dua) lantai. Diupayakan lantai dasarnya bersifat semi‐ basement
sehingga untuk naik tangga ke lantai atas (lantai 2) tidak terasa tinggi.
Tersedia banyak akses keluar masuk sehingga sirkulasi
pembeli/pengunjung menjadi lancar dan semua areal dapat mudah
terjangkau.
Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan bagi para pengunjung dan dapat menghemat energi karena
tidak diperlukan penerangan tambahan.
3. Pengaturan Lalu lintas
Untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan bagi para pengunjung pasar
maka pengaturan lalu lintas dilakukan sebagai berikut :
Kendaraan pengunjung harus dapat parkir di dalam area pasar.
Terdapat jalan yang mengelilingi pasar dan mencukupi untuk keperluan
bongkar muat dan memiliki 2 lajur guna menghindari
penumpukan/antrian.
4. Kualitas Konstruksi
Prasarana jalan menggunakan konstruksi rigid
Konstruksi bangunan menggunakan bahan yang tahan lama dan mudah
dalam maintenancenya.
Lantai pasar keramik
Rolling door untuk kios dan dinding plester aci dengan finishing cat.
Drainase dalam menggunakan buis beton sedangkan di luar dengan
saluran tertutup.

5. Air bersih dan Limbah


Pengadaan air bersih menggunakan sumur dalam dan di tampung
direservoir.
Memiliki sumur resapan di berbagai tempat sebagai antisipasi terhadap
melimpahnya buangan air hujan.
Pembuangan limbah terdiri dari:
- Buangan air kotor dapat disalurkan menuju drainase biasa.
- Buangan limbah kotoran oleh karena pertimbangan higienis harus
ditampung dalam septic tank, baru kemudian cairannya dialirkan pada
resapan.
- Pembuatan saluran pembuangan air rembesan dengan desain khusus
pada kios/los yang menjual dagangan yang harus selalu segar/basah
(ikan dan daging)
6. Sistem Elektrikal
Sumber daya listrik menggunakan daya d, ari PLN dengan demikian
seluruh sistem mengikuti standar (PUTL). Untuk mempermudah pengontrolan
saat darurat, dibuat system sub sentralisasi fase dan panel utama listrik dimana
panel utama ditempatkan di dekat kantor pengelola. Hal ini dimaksudkan agar
daya listrik untuk peralatan perdagangan maupun pencahayaan ruangan dalam
kondisi yang memadai.
7. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan dan perangkat penanggulangan kebakaran dilakukan dengan
penyediaan tabung pemadam pada setiap grup kios. Hidran untuk armada
pemadam kebakaran harus tersedia di tempat yang mudah dijangkau.
8. Penanggulangan Sampah
Pada setiap kelompok mata dagangan disediakan bak penampungan
sampah sementara. Petugas kebersihan secara periodik mengumpulkan sampah
dari setiap blok untuk diangkut menuju tempat penampungan utama. Dari
tempat penampungan utama ini, pengangkutan sampah keluar pasar dilakukan
oleh pihak terkait dengan menggunakan truk/container.

BAB III
TINJAUAN PASAR INPRES NAIKOTEN 1

1. DATA UMUM
BANGUNAN : PASAR INPRES NAIKOTEN
LOKASI : JLN, JEND. SOEHARTO, NAIKOTEN I, KEC KOTA
RAJA, KOTA KUPANG

Pasar inpres naikoten adalah salah satu dari beberapa pusat perbelanjaan tradisional di Kota
Kupang. Pada dasarnya pasar inpres ini menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat baik dari
kebutuhan sandang, pangan, bahkan papan. Pasar Inpres Naikoten sangat membantu proses
pertukaran ekonomi di Kota Kupang dan menguntungkan baik bagi penjual maupun pembeli.
2. MASALAH YANG DI TEMUKAN SESUAI AZAS
Berdasarkan hasil survey pada Pasar Inpres Naikoten maka ada beberapa permasalahan yang
timbul. Masalah yang ditemukan pada pasar naikoten saat ini adalah tidak adanya penerapan asas
perancangan arsitektur dalam pembangunanya. Baik dari segi penataan tempat berdagang, sirkulasi,
maupun utilitas air bersih pembuangan limbah melali drainase sehingga terkesan tidak beraturan dan
kotor.

2.1. PERENCANAAN TATA RUANG


Pada bangunan pasar yang telah dirancang sebagai bangunan untuk berdagang tak
dipergunakan sepenuhnya melainkan para pedagang berdagang di sepanjang jalan yang
menyebabkan sirkulasi dalam pasar terganggu. Pada lantai dua dibiarkan kosong atau tak
terpakai.

Penataan jualan pada pasar Naikoten 1 juga tidak tertata secara teratur, tempat penjualan
bahan pangan ( daging,ikan )dan sandang berada pada satu bagian dengan lapak yang
berdampingan atau tempat penjualan bahan basah dan kering berada pada bagian yang sama.

2.2 PENANGGULAN SAMPAH


Selain itu pemanfaatan lahan serta kurangnya fasilitas persampahan dan drainase
mngakibatkan pasar ini terkesan kumuh dan tidak terlihat bersih menyebabkan pemanfaatan
pasar sebagai pusat perbelanjaan tidak berjalan dengan baik.

2.3 Arsitektur Bangunan


Kurangnya pencahayaan alami pada Pasar Naikoten, mengakibatkan
pemakaian lampu pada siang hari sehingga terjadi pemborosan energi listrik,
serta sirkulasi yang terhalang oleh lapak-lapak pedagang sehingga kurangnya
sirkulasi.

2.4 PENGATURAN LALU LINTAS


Penataan area untuk tempat parkir sangat tidak teratur ,area tempat parkir diletakkan jauh
dari area masuk sehingga pencapaian ke dalam pasar harus berputar, serta letak tempat parkir
juga membingukan karena terletak pada bagian belakang pasar.
3. Perencanaan Tapak
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Perencanaan tapak yang baik
adalah sebagai berikut :
1. Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdi
2. ri dari 2 (dua) deret yang menjadikan kios memiliki 2 (dua) muka. Kios paling
luar menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. Pola
pembagian kios diatas (hanya 2 deret kios) terkadang terkendala oleh
keterbatasan lahan dan harga bangunan menjadi tinggi. Solusinya adalah dapat
dibuat 4 (empat) deret yang memungkinkan agi pemilik kios yang lebih dari 1
(satu) kios dapat bersebelahan

IN

OUT

3. Koridor
Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2 – 3
meter. Sedangkan koridor penghubung antar kios lebar minimalnya adalah 180
cm.
4. Jalan
Tersedia jalan yang mengelilingi pasar. Sehingga semua tempat memberikan
kesan bagian depan/dapat diakses dari segala arah. Lebar jalan minimal 5
(lima) meter. Sehingga dapat dihindari penumpukan antrian kendaraan.
Disamping itu kendaraan dapat melakukan bongkar muat pada tempat yang
tersebar sehingga makin dekat dengan kios yang dimaksud. Tujuan dari
adanya jalan yang mengelilingi pasar adalah meningkatkan nilai strategis kios,
mempermudah penanggulangan bahaya kebakaran, memperlancar arus
kendaraan di dalam pasar, mempermudah bongkar muat.
5. Selasar Luar
Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat
juga sebagai koridor antar kios.
6. Bungkar Muat
Pola bongkar muat yang tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan
mempermudah material handling. Akan tetapi harus ditetapkan ketentuan
bongkar muat. Antara lain, setelah bongkar muat kendaraan tidak boleh
parkir ditempat.
7. TPS
Tempat penampungan sampah sebelum diangkut keluar pasar terletak di
belakang dan terpisah dari bangunan pasar.

Você também pode gostar