Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc
Oleh:
Ilzamha Hadijah Rusdan, S.Tp., M.Sc
Keluarga Serat:
Selulosa, Lignin, Pektin, Hemiselulosa,Gum, Waxes
1.Selulosa: Senyawa
organik dengan rumus
C6H10O5 polisakarida yang
terdiri dari rantai linier dari
beberapa ratus hingga lebih
dari 10.000 ikatan β (1-4)
unit D-Glukosa.
2.Lignin: Salah satu zat
komponen penyusun
tumbuhan. Berbeda dengan
selulosa, struktur lignin sangat
komleks dan tidak berpola
sama (gugus aromatik, rantai
alifatik).
3. Pektin: Polimer
heterosakarida yang diperoleh
dari dinding sel tumbuhan
darat. Digunakan untuk
perekat dan stabilizer.
4. HemiSelulosa:
Senyawa organik jenis
polisakarida yang mengisi
ruang antara serat selulosa
dalam dinding sel tumbuhan.
5.Gum:
Polisakarida dari alam yang
mampu meningkatkan
viskositas secara drastis pada
larutan.
6. Waxes:
Komponen organik, yang
hidrofobik, pada suhu ruang
berbentuk padatan lunak.
Macam Serat dan Definisi
CRUDE FIBRE (SERAT KASAR) DETERGENT FIBRE DIETARY FIBER (SERAT PANGAN)
- Selulosa - Neutral detergent fibre - Total Dietary fibre (TDF)
- Lignin - Acid detergent fibre - Soluble Dietary fibre (SDF)
- Pentosa - Insoluble Dietary fibre (IDF)
Zat sisa asal tanaman yang Zat sisa asal tanaman yang Zat sisa asal tanaman yang
biasa dimakan yang masih biasanya ada pada tahan thdp hidrolisis oleh
tertinggal setelah bertutut- makanan hewan dan tidak enzim di dlm usus halus
turut diekstraksi dengan dapat dicerna oleh hewan. manusia, meliputi polisakarida
zat pelarut, asam encer tak tercerna (selulosa,
dan alkali. ✓ to determine how much hemiselulosa, oligosakarida,
food an animal requires pektin, gum & waxes) dan
✓ Jumlah nya lebih sedikit and how much energy lignin
(1/5) dari serat pangan the animal will receive
✓ Tidak mencerminkan from that consumed food (Trowel, 1972)
serat pangan
Serat Pangan (Dietary Fiber)
Bagian tumbuhan yang dapat dimakan atau
karbohidrat analog, yang tahan pencernaan dan
absorpsi di dalam usus halus manusia dan
mengalami fermentasi sebagian atau seluruhnya di
dalam usus besar. (AACC, 2001)
Serat Pangan lebih tinggi dibanding serat kasar, yang digunakan oleh
tubuh manusia adalah serat pangan, sehingga analisa serat yang
dilakukan untuk mengetahui serat pada makanan yang bisa digunakan
oleh manusia adalah serat pangan.
Belum ada patokan baku
✓ US FDA : Total Dietary Fiber (TDF) 25 g/2000 kalori atau 30
g/2500 kalori.
✓ The American Cancer Society, The American Heart Association
dan The American Diabetic Association : 25-35 g fiber/hari
✓ Konsensus nasional pengelolaan diabetes di Indonesia : 25
g/hari bagi orang yang berisiko menderita DM.
✓ PERKI (Perhimpunan Kardiologi Indonesia) 2001 menyarankan
25-30 g/hari untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
✓ American Academy of Pediatrics : kebutuhan TDF sehari untuk
anak adalah jumlah umur (tahun) ditambah dengan 5 (g).
Sifat Fisik dan Kimiawi Serat Pangan
1. Menaikkan viskositas digesta
✓Menunda pengosongan perut (lambung)
✓Mempercepat waktu transit
✓Mengurangi absorpsi (gula, kolesterol dsb) di
dalam usus halus baik untuk penderita diabet
& kolesterol
DIPENGARUHI OLEH:
1. Sumber Serat
2. Proses Pengolahan
3. Proses Pencernaan
Nilai Gizi Serat Pangan
✓ Dahulu serat pangan dianggap tidak mengandung nilai gizi
Pencegahan
diabetes
(Marsono, 2013)
3. Menurunkan Kadar Kolesterol
Dietary fiber
Interferance with
Delay gastric Interferance with
digestive Inhibition of
emptying Micelle formation
Chol biosyntesis
Rendah lemak,
Tinggi KH komplek NSP
Digesta lunak
Mencegah
Kanker kolon SCFA, Fungsi kolon normal
pH rendah
(Marsono, 2013)
ANALISIS SERAT KASAR
Prinsip analisa serat kasar:
Mengetahui kandungan serat kasar dalam bahan pangan, dengan metode gravimetri
perlakuan asam dan alkali mendidih.
Prosedur:
1.Haluskan bahan sehingga dapat melalui ayakan diameter 1
mm dan campurlah baik-baik. Kalau bahan tak dapat
dihalusksan, hancurkan sebaik mungkin.
2.Timbang 2 g bahan kering
3.Ekstraksi lemaknya dengan soxhlet. Kalau bahan sedikit
mengandung lemak, misalnya sayur-sayuran gunakan 10 g
bahan; tidak perlu dikeringkan dan diekstraksi lemaknya.
Eg: buah-buahan, sayuran, kayu-kayuan, dll
4. Pindahkan bahan ke dalam erlenmeyer
600 ml. Kalau ada tambahkan 0,5 g asbes
yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti
buih (antifoam agent).
10. Saring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal
dalam erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih.
11. Cucilah residu dalam kertas saring sampai air cucian tidak
bersifat basa lagi (uji dengan kertas lakmus).
4. Dinginkan sampel pada suhu kamar dan atur pH menjadi 7.5 ± 0.2
dengan penambahan 10 ml larutan 0.275 N NaOH
5. Tambahkan 5 gr protease (krn protease bersifat lengket, dianjurkan
untuk membuat larutan ensim 50 mg protease dlm 1 ml buffer posfat)
dan tambahkan 0.1ml larutan ensim. Tutup dengan aluminium foil dan
inkubasika selama 30 menit
9. Cuci residu dlm krus dgn 20ml ETOH 78% (3x), 10 ml ETYOH 95%
(2x) dan 10 ml aseton (1x)
10. Keringkan residu dlm oven vakum 70oC semalam atau oven 105oC
sampai berat konstan. Koreksi DF dengan abu
11. Perhitungan:
% DF = (a- b)/w x 100 %