Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
AUDIT LINGKUNGAN
Kelas : 3EB19
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2018
AUDIT LINGKUNGAN
1. Definisi dan Sifat Audit Lingkungan
Definisi Audit Lingkungan
a. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara
sistematik, terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan lingkungan.
b. Menurut The International Chamber of Commerce 1989
Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap
operasi usaha dengan keadaan sekitarnya.
c. Rob Gray, Jan Bebbington dan Diane Walters
Dalam buku “Accounting for the Enviroment” (1993, hal 104) Audit lingkungan
merupakan suatu penilaian yang sistematis, objektif dan didokumentasikan mengenai
dampak dan aktivitas usaha anda terhadap lingkungan.
Sifat Audit Lingkungan
Adapun nama yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu program audit
lingkungan, yaitu: -“audit”, “review”, “surveillance”, “survey”, “assessment”,
“evaluation”, atau “appraisal”- Poin penting ialah program demikian mengaudit
dan menelaah status lingkungan dari fasilitas individual.
Salah satu perbedaan utama antara audit lingkungan dan tipe audit yang lain
adalah eksistensi dan ketiadaan standar. Terdapat sedikit standar untuk audit
lingkungan. Audit keuangan mempunyai standar yang disebarluaskan oleh badan
standar akuntansi yang berwenang. Perbedaan yang lain adalah jumlah sistem yang
ada. Sistem akuntansi keuangan yang rinci dan terkoordinasi yang berjalan dapat
menjadi sasaran audit keuangan. Namun, diluar hal-hal seperti data pengendalian
polusi, persetujuan dan MOU (Memorandum of Understanding), sacara tipikal
terdapat sedikit informasi lingkungan relative yang dapat diaudit.
6. Tipe Audit
Menurut Grant Ledgerwood dan kawan-kawan (1992) tipe audit termasuk :
1. Audit Korporat (Corporate Audits), yang mempertimbangkan pekerjaan dari
korporasi secara keseluruhan.
2. Audit Aktivitas (Activity Audits), yang mempertimbangkan satu aktivitas dari
korporasi.
3. Audit Tempat (Site Audits), yang mempertimbangkan satu instalasi tunggal.
4. Audit Ketaatan (Compliance Audits), yang menguji ketaatan industry terhadap
lingkungan yang relevan dan standar keamanan.
5. Audit Resiko (Risk Audits), yang memepertimbangkan keamanan, kesehatan,
operasional, resiko terhadap karyawan dan public.
6. Audit Produksi (Production Audits), yang menelusuri energy dan/atau material
dari masuknya material tersebut kedalam perusahaan sampai keluar.
7. Audit Akuisisi (Acquisition atau Divesture Audits), yang menguji liabilitas
lingkungan yang dapat timbul dari aktivitas tersebut.
7. Auditor Lingkungan
Audit laporan keuangan dilaksanakan oleh akutan yang berkualifikasi dan disupervisi
dengan memadai. Audit lingkungan biasanya diluar kompetensi akuntan dan diharapakan
bahwa audit lingkungan dilaksanakan oleh tim kecil yang jumlahnya sekitar 3 atau 4 orang.
Tim tersebut akan terdiri dari orang yang secara teknis berkualifikasidari dalam atau luar
perusahaan dengan seorang pemimpin yang independen dari perusahaan. Orang
berkualifikasi yang siap dan dapat melaksanakan audit lingkungan adalah yang sudah berada
dalam usaha dan auditor lingkungan yang telah terdaftar dan terakreditasi.
Pasal 51 Ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa auditor lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat
kompetensi auditor lingkungan hidup yang berlaku mulai tanggal 3 Oktober 2010. Kriteria
untuk memperoleh sertifikasi auditor lingkungan hidup meliputi kemampuan:
a. Memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana audit lingkungan hidup.
b. Melakukan audit lingkungan hidup yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengambilan kesimpulan dan pelaporan;
c. Merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai tindak lanjut audit
lingkungan hidup.
b. Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit
lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan
pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut.
Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci mengenai
aktifitas di lapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau
kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana
audit, penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini,
tujuan dan ruang lingkup audit harus telah disepakati.
c. Kegiatan Lapangan
Pertemuan Pendahuluan
Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan
pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata
laksana, dan jadwal kegiatan audit.
Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim
audit akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau kegiatan yang akan
menjadi dasar penetapan areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus.
Dengan melaksanakan pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-
hal yang terkait erat dengan kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam
perencanaan.
Pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan
mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau
kegiatan, catatan dan hasil pengamatan tim auditor, hasil sampling den
pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang
berkaitan, Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan baik agar mudah
ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk menunjang dan
merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan audit lingkungan,
Pengujian
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh
tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim
auditor harus menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan
langsung oleh tim auditor. Dalam menguji hasil temuan audit, tim auditor harus
menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah.
Oleh karena itu tata laksana audit harus menentukan tingkat pengujian data yang
dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor
Evaluasi Hasil Temuan
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata
laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji.
Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan
telah ditunjang oleh data dan diuji secara tepat.
Pertemuan Akhir
Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil
temuan pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini
akan mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi yang
belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya secara garis besar dan
menentukan waktu penyelesaian laporan akhir. Seluruh dakumentasi selama
penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.
d. Pasca Audit
Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil
pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang
rencana tindak lanjut terhadap isu-isu lingkungan yang telah diidentifikasi.
Kasus PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya
PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya telah memperoleh
akreditasi ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan (EMS).
Akreditasi diberikan pada tanggal 20 Maret 2000 dan berlaku selama tiga tahun dari tanggal
tersebut “sesuai dengan implementasi berkesinambungan yang memuaskan dari sistem
manajemen operator” (BVQI ISO 14001 Sertifikat # 66596). BVQI (Bureau Veritas Quality
International) melaksanakan audit sertifikasi dan akan terus melaksanakan audit-audit
eksternal EMS pada interval enam bulanan. Audit berikutnya dijadwalkan pada bulan
Februari 2001.
Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki penyelenggaraan
lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk mencapai tujuan ini. Juga
sebagai bagian dari proses tersebut, perusahaan telah melaksanakan dan akan terus
melaksanakan audit internal untuk memastikan EMS diimplementasikan secara efektif, dan
untuk mengidentifikasi cara-cara yang menjamin perbaikan berkesinambungan dari
penyelenggaraan lingkungan perusahaan.
Meskipun Tinjauan Lingkungan Awal (Initial Environmental Review) yang
dilaksanakan sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan perusahaan
mengeluarkan laporan foto yang memperinci contoh-contoh dari kegiatan manajemen tidak
baik yang mendapat perhatian selama pemeriksaan. Laporan ini didistribusikan kepada
kepala-kepala departemen dengan instruksi agar memperbaiki keadaan ini. Audit internal
dilaksanakan bulan Juli 2000 yang berlaku sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua
perbaikan telah dilakukan dan mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau
baru. Tujuannya adalah untuk membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan Juli.
Tetapi sejauh ini belum tercapai. Selama audit juga banyak contoh pelaksanaan manajemen
tidak bagus yang didapat dari laporan foto, ternyata masih dijumpai di lingkungan
perusahaan.
BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000, dan selama itu
ada beberapa poin persoalan yang mendapat perhatian, yaitu:
a. Kontrol debu yang tidak layak,
b. Total Padatan Tersuspensi (TSS) di log pond masih terlalu tinggi. Rencana- rencana kerja
untuk mengurangi polusi log pond perlu diperbaiki,
c. Mengurangi limbah kayu dan memperbaiki tingkat pemulihan kayu di areal utama yang
memerlukan perbaikan segera, dan
d. Tidak adanya bukti pengawasan emisi cerobong asap, bau atau pengawasan vibrasi.
Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan-persoalan ini, yang
menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab
melaksanakan perbaikan tersebut. Masih belum ada tindakan sampai sekarang dan persoalan-
persoalan ini masih terbuka.
Penerimaan ISO 14001 seharusnya dipandang sebagai langkah positif dalam
menjamin peningkatan penyelenggaraan lingkungan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT.
Binajaya Rodakarya. Namun demikian, yang harus dilaksanakan untuk menjaga akreditasi
adalah mengambil langkah untuk meningkatkan kegiatan- kegiatan manajemen di lapangan
secara berkesinambungan, terutama di tempat- tempat dimana limbah kayu menjadi
perhatian.
Temuan Audit :
1. Limbah Kayu
Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT.
Binajaya Rodakarya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari persoalan-persoalan
utama yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO 14001. Selama tinjauan lapangan
terdapat banyak buangan dari sumber alamiah, yaitu kayu, selama proses produksi. Hal ini
meliputi:
1. Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak
2. Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai. Kebijakan “pertama datang,
pertama diolah” (first in first out) harus diimplementasikan agar kayu digunakan sebelum
rusak,
3. Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan vetebrata
merusak log-log yang menyebabkan tingkat pemulihan rendah, dan
4. Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempat terbuka dalam
jangka waktu yang lama dan kemungkinan tidak bisa dijual.
Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ke tanah rawa
untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidak memiliki tumbuhan dan dari
segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang sebelumnya dipakai untuk
pembuangan limbah kayu nampaknya tidak ber- regenerasi dengan cepat, dan pembakaran
secara bebas menimbulkan persoalan kualitas udara.
2. Air
Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya
letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik berbatasan
dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah sungai Andjir Soebardjo.
Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito, mengalir ke arah timurlaut dari
pabrik. Areal pabrik dan daerah luar kota di sekelilingnya rendah letaknya dan mudah
kebanjiran.
Kepada auditor ditunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik (kecuali
penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya). Keseimbangan air
menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari sungai Barito.
Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya kontaminasi air
permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian, selama tinjauan ke lokasi
tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di sekitar log pond dan areal
penggergajian. Lapisan minyak di permukaan air berasal dari derek, rel conveyor dan
chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak
mempunyai tempat pengeringan lain selain log pond dan sungai.
Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan deterjen
akan mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga ditemukan sampah. Tidak jelas
darimana asalnya, bisa saja berasal dari lokasi-lokasi lain.
3. Kualitas Udara
Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat di areal
pembuatan particleboard dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan debu yang
dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan kesehatan serta
keamanan. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan lem dan
penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau di areal pembuatan particleboard
menimbulkan persoalan kualitas udara.
Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang menjalankan
diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat pembakaran buangan
limbah. Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap pencemar dalam jumlah yang besar dan
karenanya memerlukan pengawasan. Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal
oleh program EMS saat audit. Tetapi pada rapat selanjutnya dengan staf lapangan (tanggal 19
Oktober 2000) program pengawasan cerobong asap direkomendasikan pada tanggal 11
Oktober 2000. Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum tersedia.
Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu dan
limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa di lokasi, dibakar.
Aktifitas ini menyebarkan banyak asap ke atmosfer.
BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat ini.
Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena hanya dua
organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring jenis ini. Organisasi-
organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20
Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan.
Rekomendasi :
1. Limbah kayu
Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu yang
bersifat mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan langsung dengan
kelangsungan akreditasi ISP 14001. Hal ini harus menggabungkan tinjauan menyeluruh dari
rata-rata pemerolehan kayu berdasarkan semua proses dari saat kedatangan kayu sampai pada
pengolahan akhir, dan juga keefektifan mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil
tinjauan ini bisa dipakai untuk mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai buangan
terbesar dan bisa dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan.
Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan di
lapangan nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi elemen-elemen
tersebut. Akibatnya, tumpukan-tumpukan ini akan berkurang nilainya.
2. Air
Pengujian Kualitas Air di Saluran Air
Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan
menunjukkan tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian segera
untuk mengembalikan tingkatan tersebut ke batas-batas yang diperbolehkan. Sebagai
alternatif, air limbah dari parit-parit penampungan ini harus menjadi bagian dari sistem
drainase yang tertutup dan dialihkan ke pusat pengolahan limbah cair di lapangan untuk
perlakuan.
Pemeliharaan Saluran Air Permukaan
Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan lapisan
berminyak di beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan ke sungai
Barito dan mudah kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup betonnya harus
diperbaiki, dan langkah-langkah lanjutan harus diambil untuk menjamin bahwa saluran-
saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat polusi di saluran-saluran ini, air limbah harus
dipindah dan diolah di pusat pengolahan air limbah.
3. Kualitas udara
Debu
Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan selama audit
BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan dengan
mengimplementasikan prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di udara
Referensi:
https://tricahyaayu.wordpress.com/2013/04/18/audit-lingkungan/
http://novaoshiin.blogspot.co.id/2011/06/audit-lingkungan.html
https://www.academia.edu/26890961/MAKALAH_AMDAL_-_AUDIT_LINGKUNGAN
http://sepengatahuanku.blogspot.co.id/2013/01/makalah-tentang-audit-lingkungan.html
https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2015/06/24/audit-lingkungan/