Subdivisi Refraksi, Lensa Kontak, dan Low Vision Departemen Kesehatan Mata RSMH/FK Unsri Palembang
Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh beberapa kelainan. Secara global
penyebab tersering dari gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi sebesar 43% diikuti dengan katarak sebesar 33%. Penyebab lain adalah glaukoma (2%), kelainan retina berupa degenerasi makula akibat usia dan retinopati diabetes, serta kekeruhan kornea sebesar 1%. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Sebanyak 153 juta orang mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi dan 8 juta diantaranya mengalami kebutaan. Kelainan refraksi mengenai semua usia dan dilaporkan lebih dari 60% mengenai usia diatas 40 tahun dan lebih dari 20% mengenai anak-anak. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Miopia atau rabun jauh menyebabkan pandangan kabur bila melihat jauh, rasa pusing, dan kecenderungan untuk menyipitkan mata agar dapat melihat lebih jelas. Hipermetropia atau rabun dekat menyebabkan kesulitan saat melihat dekat karena terlihat blur, rasa pusing, dan menyipitkan mata saat melihat dekat. Kelainan mata lainnya adalah astigmatisme. Seseorang dengan astigmatisme akan memberikan keluhan penglihatan kabur saat melihat jauh ataupun dekat, penglihatan ganda, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, menyipitkan mata, dan sakit kepala. Kelainan-kelainan ini dapat diatasi dengan penggunaan kacamata. Rabun jauh dapat diatasi dengan kacamata lensa negatif, rabun dekat dengan kacamata lensa positif, dan astigmatisme dengan menggunakan kacamata lensa silindris. Kacamata butuh perawatan yang tepat agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Hal mendasar dalam menjaga keawetan sebuah kacamata adalah dengan menjaga kebersihannya. Gunakan kain berserat mikro atau tisu pembersih khusus untuk membersihkan lensa kacamata. Hindari mengelap dalam keadaan kering dan menggunakan baju, tangan, atau kain bertekstur kasar karena dapat menyebabkan goresan pada lensa secara permanen. Simpan kacamata pada tempatnya saat tidak digunakan agar terhindar dari debu. Kacamata dapat digunakan selama pemakai masih merasa nyaman. Jika muncul keluhan seperti rasa pusing atau penglihatan yang masih kabur walaupun sudah memakai kacamata, dapat diperiksa kembali apakah kekuatan lensa kacamata yang dipakai sudah tepat atau belum. Kekuatan lensa kacamata yang tidak tepat harus segera diganti agar pemakai merasa nyaman. Selain penggunaan kacamata dapat juga dipilih lensa kontak dalam mengatasi kelainan refraksi. Tidak semua orang cocok memakai lensa kontak. Lensa kontak tidak dianjurkan pada pasien dengan riwayat infeksi mata berulang, mata kering (produksi air mata sedikit), bekerja di lingkungan berdebu atau kotor, mempunyai riwayat alergi dengan material lensa kontak, kelainan berkedip, kelainan penutupan kelopak mata, dan kencing manis yang tidak terkontrol. Lensa kontak terdiri dari 3 jenis, yaitu lensa kontak lunak, lensa kontak keras, dan rigid gas permeable. Untuk menentukan jenis lensa kontak yang terbaik diperlukan pemeriksaan lengkap dan konsultasi dengan dokter spesialis mata. Banyak dari pengguna kacamata dan lensa kontak merasa lelah dan tidak nyaman dengan penampilannya. Operasi LASIK dapat membantu mengurangi ketergantungan seseorang pada kacamata dan lensa kontak. LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea secara permanen, mencakup bagian depan mata dengan menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi. LASIK merupakan prosedur yang hanya sedikit menimbulkan rasa sakit, hanya memerlukan waktu yang singkat, dan tingkat keberhasilannya mencapai 90 %. Salah satu syarat yang harus dipenuhi pada penderita yang menginginkan untuk dilakukan tindakan LASIK adalah usia di atas 18 tahun. Setelah mendapatkan tindakan LASIK untuk melihat dengan jelas anda tidak membutuhkan lagi kacamata atau lensa kontak.