Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%, terjadi
dalam <24 jam), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum (kehilangan darah >500 cc) secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-
serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
o Definisi: Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana lemahnya kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak dapat menghentikan perdarahan yang terjadi dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
o Etiologi (menyebabkan uterus meregang lebih dari normal): polihidramnion,
kehamilan kembar, makrosomia, persalinan lama, persalinan terlalu cepat,
persalinan dengan induksi/akselerasi oksitosin, infeksi intrapartum, paritas tinggi
o Patofisiologi:
Disfungsi uterus: atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus.
Partus lama: Kelemahan akibat partus lama bukan hanya rahim yang
lemah, cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu
yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.
Pembesaran uterus berlebihan (hidramnion, hamil ganda, anak besar
dengan BB > 4000 gr).
Multiparitas: uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
Mioma uteri: dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi miometrium.
Anestesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
Penatalaksanaan yang salah pada kala plasenta, mencoba mempercepat
kala III, dorongan dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme fisiologis
pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
yang mengakibatkan perdarahan.
o Gejala Klinis:
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer)
Syok (tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual,dan lain-lain). -> hanya ada pada kasus tertentu
o Diagnosis:
Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari: Sisa plasenta atau selaput
ketuban, Robekan rahim, Plasenta suksenturiata
Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang
pecah
Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation
Test), dll
o Tatalaksana (lihat bagan di mininote)
Pemijatan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap
Oksitosin 20-40 unit dalam 1000 ml NaCl 0.9%/RL dengan kecepatan 60
tpm & 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml NaCl/RL
dengan kecepatan 40 tlp hingga perdarahan berhenti.
Bila oksitosin tidak tersedia/perdarahan tidak berhenti: Ergometrin 0.2 mg
IM/IV lambat (meningkatkan tekanan darah), dapat diikuti pemberian 0.2
mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0.2 mg IM/IV lambat selama 4 jam
bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg)
Bila perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat IV (bolus selama
1 menit, dapat diulang setelah 30 menit.
Lakukan pemasangan kondom kateter/kompresi bimanual internal selama
5 menit.
Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas lebih memadai untuk
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
Di RS rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak
membaik, mulai dari yang konservatif. Pilihan tindakan operatif: prosedur
jahitan b-lynch, embolisasi arteri uterine, ligasi arteri uterine & arteri
ovarika, prosedur histerektomi subtotal.
o Komplikasi:
Syok, kematian
Infeksi puerperal (daya tahan tubuh berkurang)
Sindrom Sheehan (nekrosis hipofisis anterior post partum akibat iskemik
setelah melahirkan): hipotensi, anemia, turunnya berat badan, sampai
menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat
genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dan
hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
o Pencegahan:
ANC yang baik, mencegah anemia
Pemberian oksitosin rutin pada kala 3 (manajemen aktif kala 3): 10 unit IM,
5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.