Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM : 112017080
1
Pada dosis biasa : gangguan lambung usus (mual, muntah, obstipasi), efek saraf pusat
(kegelisahan, rasa kantuk, euphoria), dan lain-lain
Pada dosis tinggi : efek yang lebih berbahaya seperti sulit bernafas, tekanan darah
turun, sirkulasi darah terganggu, koma, dan sampai pernafasan terhenti.
Supresi susunan saraf pusat, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis,
hypothermia, dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi lagsung dari CTZ
(Chemo Trigger Zone) timbul mual dam muntah. Pada dosis lebih tinggi
mengakibatkan menurunnya aktifitas mental dan motoris.
Saluran cerna : motilitas berkurang (obstipasi), kontraksi sfingter kandung empedu
(kolik batu empedu).
Saluran urogenital : retensi urin (karena naik nonus dari tonus dan sfingter kandung
kemih), motilitas uterus berkurang (waktu persalinan diperpanjang).
Saluran nafas: bronchkontriksi, penafasan menjadi lebih dangkal dan frekuensi
turun.
Sistem sirkulasi : vasodilatasi, hypertensi dan bradycardia.
Histamine-liberator: urticaria dan gatal-gatal, karena menstimulasi pelepasan
histamine.
Kebiasaan dengan resiko adiksi pada penggunaan lama. Bila terapi dihentikan dapat
terjadi gejala abstinensia.
Penggolongan
Atas dasar cara kerjanya, obat – obat ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni :
1. Agonis opiate, yang dapat dibagi dalam :
Alkaloida candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin.
Zat-zat sintesis : metadon dan derivate-derivatnya (dekstromoramida, propoksifen,
bezitramida), petidin dan detivatnya (fentanil, sufentanil) dan tramadol.
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin hanya berlainan dengan potensi dan
lama kerjanya. Efek samping dan resiko akan kebiasaan dengan ketergantungan
fisik.
2. Antagonis opiate : nalokson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, dan nalbufin. Bila
digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktifasi
kerjanya dengan sempurna.
2
Penggunaan: digunakan untuk nyeri hebat misalnya pada kanker
Efek Samping: menyebabkan ketergantungan.
Mekanisme kerja : Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX (enzim siklooksigenase )
pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri .
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya
disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar, oleh karena itu
penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.
Analgetika non narkotika memiliki daya kerja :
Khasiat antipiretik : menurunkan suhu badan pada saat demam (analgetika).
Khasiat berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan berbahayanya pengeluaran kalor disertai
keluarnya banyak keringat . Misalnya: Parasetamol, Aminofenazon, dan lain-lain.
Khasiat anti flogistik : anti radang atau anti inflamasi.
3
Parasetamol
Ibuprofen
4
Diklofenak
Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa diberikan untuk terapi simtomatik jangka
panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
Waktu paruh 1-3 jam
Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit
Dosis : 100-150 mg, 2-3 kali sehari
Indometasin
Piroksikam
Fenilbutazon
5
2. Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi di sekitar luka
dan memperburuk rasa nyeri
Penggunaan
obat ini mampu meringankan atau meghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya
antipiretis dan atau antiradang. Oleh karena itu obat ini tidak hanya digunakan untuk obat
nyeri melainkan pula pada gangguan demam (infeksi virus/kuman, salesma, pilek) dan
peradangan seperti rema dan encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai
sedang, yang penyebabnya beraneka ragam misalnya: nyeri kepala, gigi, otot atau sendi
(rema, encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan
(trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAIDs lebih layak. Pada nyeri lebih berat, seperti
nyeri setelah pembedahan atau fraktur (tulang patah) kerjanya kurang efektif.
Daya antipiretisnya
Berdasar rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (dikulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya
banyak keringat.
Daya antiradangnya (antifogistis)
Kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang, khususnya kelompok barat dari zat-zat
penghambat prostaglandin, (NSAID, termasuk asetasol), begitu pula benzidamin. Zat-zat ini
banyak digunakan untuk rasa nyeri yang disertai dan peradangan.
Kombinasi
Dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi. Lagi pula
efek sampingnya, yang masing-masing terletak dibidang yang berlainan, berkurang karena
dosisnya masing-masing dapat diturunkan. Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein
sering kali dibuat, khususnya dalam sediaan dengan parasetamol dan asetasol.