Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JAKARTA
NOMOR: 53 TAHUN: 1994 SERI : 0 NOMOR: 52
lI1E~lJTUSKAN :
Sambi! menunggu pengaturan
: '.
daJam Peraturan
'.
. ..:
Daerah.
.
Menerapkan
KEPUTUSAN GIJBERNUR KEPALA oAERAH KHUSUS mUKOTA
JA~RTA TENTANG PENINGKATAN INTENSITAS BANGUNAN
OJ WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasa' 1
Dalam kepu[usan ini yang dimaksud dengan :
3. Gubernur Kepala Daerah ad~lah Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukola Jakarta ;
b; Kepala Dinas Tata Kota adalah Kepala Dinas Tata Koca Daerah
Khusus /bukola Jakarta ;
c. Lahan adalah bidang lanah untJ,.lk' maksud pembangunan fisik ';
d. Kawasan adalah suatu '-daerah" dengan balas tertentu yang memiliki
karakteristik khusus, baik,yang,terbentuk secara alami, hasil binaan
manusia maupun 'sebagai daerah yangdikonsolidasikan ;
tD Tahul1 1994 No. 53 -3- Ser! : D Nomor: 52
B AB II
POLA SIFAT LINGKUNGAN
Pasal 2
(1) Pola Sifat Lingkungall sesuai PeraturanDaerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 4 TallUn 1975 ditetapkan Gubernur Kepala
Daerah di dalam peta dengan skala I : 50.000 sebagaimana ter- /"""
caotum dalam lampiran I keputusan inL (
(2) Penjabaran dan penerapan Pola Sifat Lingkungan ke dalam Rencana
Terinci Kota ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah dengan
memperhatikan keserasian, kelestarian dan daya dukung lingkungan
serta strategi pengembangan kota.
/
BABIII
DAERAH PERENCANAAN
Pasal 3
(1) Oubernur Kepala Daerah menetapkan daerail perencanaan dalam
bentuk superblok, blok dan subblok,
LD Tabun 1994 No. 53 -5- Seri : D Nomor: 52
(2) Pada daerah perencanaan subblo~ dan blok. Kepala Dinas Tata Kota
menelapkan penataannya sebagai Bangunan Tunggal/Renggang,
Bangunan Ganda, atau Bangunan Derel/Rapat. •.
(3) Pada. daerah pereneanaan superblok. Gubernur Kepala Daerah
menetapkan diberlakukannya Panduan Rancang Kota sebagai arahan
perencanaan dan kendaH pembangunan.
B A.B IV
INTENSITAS BANGUNAN
Bagian Pert,ama
Koefisien Lantai Bangunan
Pasa. 4
(1)Pola lntensitas bangunan yang diukur dengan KLB sesuai dengan
Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun
1975 ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah di dalam pela skala
1 : 50.000 sebag~imana tercantum dalarn lampiran II keputusan ini.
(2) Penjabaran dan penerapan Pola Intensitas Bangunan ke dalarn
Rencana Terinci Kota (RTK) dan Rencana Tata Letak .Bangunan
(RTLB) ditetapkan oleh Kepala Dinas,Tala Kola atas nama Guhenur·
Kepala Daerah.
(3). Sualu kawasan dapat ditingkatkan intensitas bangunannya dengan
KLB lebih dari 5 (lima) apabila memenulti persyaratan sebagai
berikut :
a. merupakan kawasan,~ntra atau kawasan strategis dengan pola
pembangunan yang didasarkan pada konsep superblok ;
b. termasuk dalam koridor pengembangan Sistim Angkutan Umum
Massal (SAUM) ;
f' c. memiliki kemudahan pengembangan infrastruklur dan lnilitas,
baik yang diselenggarakan sendiri, maupun yang disediakan
Pemerint3h~ a'iau gab~~g~n antara keduanya ;
d.' kepadatan. ba~guna~ e~~i~ting masih reJ:'!dah atau kepadatan
bangunan tinggi tetapi termasuk dalam program peremajaan kala;
e. mempunyaikemudahan tingkat pericapaian (accessibilitas) ke
datam dan keluar superbtok menuju sistem jalan arteri kota.
(4) Suatu kawasa~ dapat ditirigkatkan ;intensitas bangunarmya dengan
KLB lebilt.dari 5 (lima), dengallkewajiban :
'a. membangun/meningk,atkan' jariogan jalan baik uteri atau
kolektor, maupun jalan tingkung;L~, di sekitar kawasan dimaksud
sesuai dengan kebutuhan ; ,
LD Tabun 1994 No. 53 -6- Ser! : D Nomor: 52
Bagian Kedua
Ketinggian Bangunan
Pasal 7
(I) Ketinggian bangunan ditetapkan berdasarkan pola intensitas bangunan
dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor :
a. sifat lingkungan dan karakteristik lokasi ;
b. keserasian lingkungan ;
c. kendala teknis berupa keselamatan jalur penerbangan, jalur
telekomunikasi dan geologi teknik.
(2) Kelinggian baogunan lebih dari 32 (tiga puluh dual lantai
dimungkinkan pada lokasi-Iokasi tengeran kota, sentra primer dan
kawasan strategis yang telah memiliki nilai KLB sarna dengan 5
(lima) atau lebi~, apabi1a total luas lantai bangunan diperhitungkan
tidak melebihi ililai KLB yang telall ditetapkan.
LD Tahun 1994 No. 53 -7- Seri : D Nomor: 52
Bagian KeUga
Hubungan Antara Jarak Bebas, KDB, KLB
dan Ketinggian Baogunan
Pasal 8
Penjabaran dan penerapan hubungan aniara jarak bebas, KDB, KLB, dan.
ketinggian bangunan, berdasarkan Sifat Lingkungannya dalam Reneana
Terinci KOla ditetapkan oleh Gubemur Kepala daerah.
BAB V
PENGALIHAN NILAI KOEFISIEN LANTAJ BANGUNAN
Pasal 9
(1) Deogan mengacu kepada pola intensitas ba-ngunan sebagaiman3
dimaksud pada aya, (1) Pasal 4, pengalihan nilai KLB hanya
dimungkink~n apabiJa terletak pada satu daerah perencanaan yang
sarna dan pe.rencanaalUlya secara terpadu.
BAB VI
INSENTIF PEMBANGUNAN
Pasal 10
(1) Untuk menunjang program pengadaan ftisilitas umum yang
dibutuhkan sesuai dengan renc:anakota dapat dibe,rikan kelonggaran
berupa pengurangan dalam perhitungan KLB dan KDB. ,:
(2) Kelonggaran <ebagaimana diinaksud pada ayat (I) pasal ini meliputi :
a. koridorJjembatan aotar banguoan. dengan lebar minimum 4
(empat) meter sebagai sarana penghubung khusus uotuk pejalan
kaki dan'terbuka untuk umum tidak diperhitungkan sebagai luas
lantai dalam perh.itu~gan~KLB ;
);). lantai bangunan yang seeara nyata digunakan umuk kepentingan
. umum . seeara {erus menerus paling sedikit 15 (lima belas) jam
dalam sehari, dimulai pagi hari, tidak diperhitungkan sebagai
luas lantai dalam perhitungan KLB ;
c. lantai dasar yang digunakan uotuk, kepentingan umum secara
terns menerus paling sedikit 15· (lima belas) jam dalam sehari,
dimulai pagi hari. tidak diperhitungkan sebagai luas la!,uai dalam
perhitungan KDB, dengan pengertian perhitungan dimak.s~
maksimal 20% (dua puJuh persen) dari batasan KDB yaV""
ditetapkan ; ,
d. ruang yang dimant"aatkafl bagi terselenggaranya kontak sosial
masy¥akat, dengan tetap memperhatikan aspek keserasian ling~
\kungan, maka tinggi' lantai'bangunan'dipel'kenankan maksimal 10
(sepuluh) meter dan tidak diperhitungkan sebagai dua lantai.
Pasol II
Penggunaan lantai un~uk ruang mekanikal, e!ektrikal, instalasi aiF dan
ruang.,periunjang lainnyayang tidak dimanfaatkan seeara komersial serta
lalllai~untQk sektorinforma), (kaki lima), selama tidak melebihi 15%
(lima boias perse,i) 'dari IQat total lantai dibebaskan dari perhitungan
KLB.
LD Tahun 1994 No. 53 - 9- Seri : D Nomor: 52
Pasal 12
B A B VII
SANKSI
Pasal 13
Pelanggaran terhadap ketcntuan sebagaimana dimaksud dalam keputusan
ini dikenakan sanksi sesuai dengan kereotuan yang berlaku.
BAB VIII
KETENfUAN PENUTUP
Pasal 14
Dengan berlakunya Keputusan ini maka :
a. Kepulusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukora Jakarta Nomor
25 Tahun 1990 tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman 'operasional
poJa intensitas bangunan, daerah perencanaan, KDB, KLB, dan
ketinggian bangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukola Jakar~a ;
b. Instruksi Gubemur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 88
Tahun 1991 tentang Pembebasan bidang/luas lantai dalam
perhitungan koefisien lantaj ba,ngunan bagi bangunan bertingkat di
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta:
c. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakana Nomor
270 Tahun 1991 tentang Optimasi penggunaan ruang bagi kegiatan
penunjang dalam rencana tata letak bangunan di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
LD Tahun 1994 No. 53 -12 - Seri : D Nomor: S2
Pasa. 15
(l) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan
kemudian.
(2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di J a k art a
Pada tanggal 3 I Mei 1994
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA.
SURJADI SOEDlRDJA
T.M;SILALAHI, S.H.
'n~~~1dut)
'fTl.!V