Você está na página 1de 12

,~-<LEMBARAN DAERAHKHUSUS IBUKOTA

JAKARTA
NOMOR: 53 TAHUN: 1994 SERI : 0 NOMOR: 52

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 678TAHUN 1994
TENTANG
PENINGKATAN INTENSITAS BANGUNAN DI WILAYAH
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNURKEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang 3. bahwa- keterbatasan lahan di wilayah Dae~h K.h~us Ibukota Jakarta


dikaitkan dengan ;ertumbuhan 'dan perkembangan Jakarta yang
sangat pesat; telah mendorong semakin meningkablya tuntutan
kebutuhan akan lahan dan ruang ..;,
b. bahwa -pesatnya laju pembangunan dimaksud perlu dikendalikan
dengan memperhatikan daya dUkung lahan sena keserasian
Iingkungan dandiarahkan kepada sebesar-besarnya manfaat bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat ;
c. bahwa' sehuhungan -dengan huruf a dan b serta clalam rangka
pelaksanaan Peraturan .Daerah Daerah Khusus IbuK-ota Jakarta
Nomor 4' Tahuo 1975. 'perlu menetapkan ketentuan mengenai
Peningkatan Intensitas -Bangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah.
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang POkok-Pokok
Pemerintahan Di Daerah ;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun, 1990 lentang Susunan Peme-
rjnti~an Daerah Khusus lbukota Negara Republik Indonesia Jakarta ;'
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 te'ltang Penataan Ruang ;
LV Tabun 1994 No. 53 -2- Seri : D Nomor: 52

4. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta NomoI' 4 Tahun 1975


tentang Ketentuan Bangunan Bel'tingkat di wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta ;
5. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta NomoI' 5 Taltun
1984 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
6. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukola Jakarta Nomor 9 Tahun
1985 lentang Relribusi Daerah Bidang Pembangunan Daerah Khus~"
/bukota Jakarla ; , .
7. Peraturan. Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta NomoI' 3 Tahun
1987 lemang Penetapan Rencana Bagian Wilayah KOla untuk wilayah
Kecamatall di Daerah Kbusus Ibukota Jakarta ;
8. Pera'uran Daerah oaerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun
1991' lentang Ilangunan dalam" wilatah ,oaeralt Khusus Ibukola
Jakarta. .
Memperhalikan
Saran Dewan Perwakilan Rakyal Daerah oaerah Khusus [bukola Jakarla
melalui sural Nombr 42/P.I1/-I.711.5 langgal 29 April 1993 lenlang ._
Peningkatan Intensitas Bangunan di wilayah Daerah K.llusUS Ibukota
Jakana.

lI1E~lJTUSKAN :
Sambi! menunggu pengaturan
: '.
daJam Peraturan
'.
. ..:
Daerah.
.
Menerapkan
KEPUTUSAN GIJBERNUR KEPALA oAERAH KHUSUS mUKOTA
JA~RTA TENTANG PENINGKATAN INTENSITAS BANGUNAN
OJ WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasa' 1
Dalam kepu[usan ini yang dimaksud dengan :
3. Gubernur Kepala Daerah ad~lah Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukola Jakarta ;
b; Kepala Dinas Tata Kota adalah Kepala Dinas Tata Koca Daerah
Khusus /bukola Jakarta ;
c. Lahan adalah bidang lanah untJ,.lk' maksud pembangunan fisik ';
d. Kawasan adalah suatu '-daerah" dengan balas tertentu yang memiliki
karakteristik khusus, baik,yang,terbentuk secara alami, hasil binaan
manusia maupun 'sebagai daerah yangdikonsolidasikan ;
tD Tahul1 1994 No. 53 -3- Ser! : D Nomor: 52

e. Lingkungan adalah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan


ruang' uotuk suatu kehidupan tertentu'dalam suatu pengembangan
kota' secara ,keseluruhan:;
f. Lingkungan dengall KDB Rendah adalah lingkuogan dengan tapak
bangunan pada lamai dasar maksimal sebesar 20% dari daerah
pereneanaan ;
g. SifatLingkungan adalah sifat suatu Iingkungan ditinjau dari segi
kependudukan •. aktivitas ekonomi, dan nilai tallah ; ,
h. Pola Sifa! Lingkungan ada\~h pengelompokan lokasi lingkungan-
lingkungan yang sarna 'sedeniikian fupa sehingga membentuk suatu
pola sesuai de'rigan rencaila kota ;
i. Daerah Perencanaan adalah bidang t3.~ah'yang telah ditetapkan batas-
batasnya menurut dan yang sesuai dengan rencana kOla uotuk
perulltukan terlentu ;
j. Superbl,?kadalah .kawasan multi-fungsi yang dikembangkan secara
'terpadu. dibatasi sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) buah jalan kolek-
tor, ,atau s~bu;Ih jalan kole~tor dengan prasarana lain yang sejenis/
s,etingkat, sesu"ai· ~engan rencanii kota ''Yang di daJamnya terdapat satu
'~Iaulebih perini'tukan-utama dengan Iuas minimum 2 Ha ;
k. Bible adalah bidallg tallah yang dibatasi sekurang-kurangnya· oleh
rencana jalan lingkungan atau seje'nisnya sesuai dengan reneana kota;
I. Subblok adalah bidang' tanah yang merupakan satu atau lebih
pel'petakan yang telah ditetapkan batas-balasnya sesuai dengan
reneana kota untuk suatu perunrukan tertentu ;
m. Bangu'tan .Tunggal/Renggang adalah bangunan di dalam suato
perpetakan/daerah pereneanaan yang sisi-sisinya mempunyai jarak
bebas bangunan-bangunan dan batas perpetakan/daerah perencanaan
di sekitarnya : "
n. B'angunan. Detet/Rapat adaJah bangunan· di dalam suatu perperakan/
daerah perencanaiJll yang tidak mempunyai jarak bcbas samping ;
o. Illlensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas
seluruh ·Iantai bangunan t~rhadap ]uas ,~riah· perpetakan/daerah pe-
rencanaan yang sesuai dengan rencina kota ;
p. Kepentingan umum dalam ~ubungannya"Aengan penggunaan lantai
bangunan adalah fungsi lantai banglman yang digunakan sebagai
lempal pejalan kaki dan kepentingan umum lainnya yang berkaitan
pada gedong yang bersangkutan ;
q. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya. disebut KDB adalah
angka prosentasi berdasarkan perbandingan luas lantai dasar bangun-
an"terhadap luas tanab-perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai dengan 'reneana kota ;
LD Tahun 1994 No. 53 Seri : D Nomor: 52

r. Koetisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah


angka perbandingan jumlah luas Jantai seluruh bangunan terhadap
'uas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai dengan
rencana kOla ;
s. Pola Intensitas Pemallfaatan Lahan adalah pengelompokan
lingkungan-Iingkungan dengan intensitas maksimum bangunan yang
sarna sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola yang serasi
sesuai dengan rencana kOla;
t. Tinggi Bangunan adalah jarak yang dihitung daTi lantai dasar sampai
puncak alap suatu bangunan yang dinyatakan dalam meter;
u. Ketinggian Bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam suatu
bangunan dihitung mulai daTi lantai dasar sampai dellgan lantai
teninggi ;
v. Panduan Rancang Kota adalah uraian teknis secara terinci tentang
ketentuan-ketentuan, persyaratan-persyaratan, standar dimensi,
standar kualitas yang memberikan arahan bagi terselenggaranya serta
lerbangunnya sualU kawasan fisik kota tertentu baik ballgunan-
ballgunannya, sarana dan prasarana, utilitas maupun lingkungannya
sehingga sesuai dengan rencana kota yang digariskan ;
w. Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah hak
pembangun (developer) yangdimilikinya dan dapat dialihkan kepada
pihak lain, berasal dari selisih KLB yang ditetapkan dengan KLB
yang dipergunakan dalam areal yang dibangunnya,

B AB II
POLA SIFAT LINGKUNGAN
Pasal 2
(1) Pola Sifat Lingkungall sesuai PeraturanDaerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 4 TallUn 1975 ditetapkan Gubernur Kepala
Daerah di dalam peta dengan skala I : 50.000 sebagaimana ter- /"""
caotum dalam lampiran I keputusan inL (
(2) Penjabaran dan penerapan Pola Sifat Lingkungan ke dalam Rencana
Terinci Kota ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah dengan
memperhatikan keserasian, kelestarian dan daya dukung lingkungan
serta strategi pengembangan kota.
/
BABIII
DAERAH PERENCANAAN
Pasal 3
(1) Oubernur Kepala Daerah menetapkan daerail perencanaan dalam
bentuk superblok, blok dan subblok,
LD Tabun 1994 No. 53 -5- Seri : D Nomor: 52

(2) Pada daerah perencanaan subblo~ dan blok. Kepala Dinas Tata Kota
menelapkan penataannya sebagai Bangunan Tunggal/Renggang,
Bangunan Ganda, atau Bangunan Derel/Rapat. •.
(3) Pada. daerah pereneanaan superblok. Gubernur Kepala Daerah
menetapkan diberlakukannya Panduan Rancang Kota sebagai arahan
perencanaan dan kendaH pembangunan.

B A.B IV
INTENSITAS BANGUNAN
Bagian Pert,ama
Koefisien Lantai Bangunan
Pasa. 4
(1)Pola lntensitas bangunan yang diukur dengan KLB sesuai dengan
Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun
1975 ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah di dalam pela skala
1 : 50.000 sebag~imana tercantum dalarn lampiran II keputusan ini.
(2) Penjabaran dan penerapan Pola Intensitas Bangunan ke dalarn
Rencana Terinci Kota (RTK) dan Rencana Tata Letak .Bangunan
(RTLB) ditetapkan oleh Kepala Dinas,Tala Kola atas nama Guhenur·
Kepala Daerah.
(3). Sualu kawasan dapat ditingkatkan intensitas bangunannya dengan
KLB lebih dari 5 (lima) apabila memenulti persyaratan sebagai
berikut :
a. merupakan kawasan,~ntra atau kawasan strategis dengan pola
pembangunan yang didasarkan pada konsep superblok ;
b. termasuk dalam koridor pengembangan Sistim Angkutan Umum
Massal (SAUM) ;
f' c. memiliki kemudahan pengembangan infrastruklur dan lnilitas,
baik yang diselenggarakan sendiri, maupun yang disediakan
Pemerint3h~ a'iau gab~~g~n antara keduanya ;
d.' kepadatan. ba~guna~ e~~i~ting masih reJ:'!dah atau kepadatan
bangunan tinggi tetapi termasuk dalam program peremajaan kala;
e. mempunyaikemudahan tingkat pericapaian (accessibilitas) ke
datam dan keluar superbtok menuju sistem jalan arteri kota.
(4) Suatu kawasa~ dapat ditirigkatkan ;intensitas bangunarmya dengan
KLB lebilt.dari 5 (lima), dengallkewajiban :
'a. membangun/meningk,atkan' jariogan jalan baik uteri atau
kolektor, maupun jalan tingkung;L~, di sekitar kawasan dimaksud
sesuai dengan kebutuhan ; ,
LD Tabun 1994 No. 53 -6- Ser! : D Nomor: 52

b. memberikan' kontribusi atas pemecahan masalah kepadatan lalu


Hntas di sekitar kawasan dimaksud ;
c. membuat perencanaan dan melaksanakan pembangunan prasarana
dan sarana yang dapat menanggulangi banjir/pencemaran
lingkungan di kawasan tersebut ;
d. menyediakan fasilitas Iingkungan sesuai dengan standar kebutuh-
an yang berJaku.
(5) Rincian kewajiban sebagaimana dimaksud pacta ayat (4) p({sal ini ..-.:~
dilelapkan oJeb Guberour Kepala Daerah.
Pasal 5
Pelampauan intensitas bangunan, sebagaimana yang ditetapkan pada
lampiran II kepulUsan ini, dikenakan retribusi tambahan atau kewajiban
kontribusi untuk peningkatan daya dukung kawasan serta kualitas
lingkungan maupun kola yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal6
(1) Pada daerah perencanaan. yang dikembangkan dengan superblok,
harus dilengkapi dengan Panduan Rancang Kota yang ditetapkan oleh
Gubemur Kepala Daerah.
(2) Panduan Rancang Kota harus mengacu kepada pola intensitas
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan (2) Pasal 4
keputusan ini.
(3) Penjabaran dan lenerapan Panduan Rancang Kota dalam bentuk
Rencana Tata Letak Bangunan ditetapkan oleh Kepala Dinas Tata
Kota atas nama Gubernur Kepala Daerah.

Bagian Kedua
Ketinggian Bangunan
Pasal 7
(I) Ketinggian bangunan ditetapkan berdasarkan pola intensitas bangunan
dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor :
a. sifat lingkungan dan karakteristik lokasi ;
b. keserasian lingkungan ;
c. kendala teknis berupa keselamatan jalur penerbangan, jalur
telekomunikasi dan geologi teknik.
(2) Kelinggian baogunan lebih dari 32 (tiga puluh dual lantai
dimungkinkan pada lokasi-Iokasi tengeran kota, sentra primer dan
kawasan strategis yang telah memiliki nilai KLB sarna dengan 5
(lima) atau lebi~, apabi1a total luas lantai bangunan diperhitungkan
tidak melebihi ililai KLB yang telall ditetapkan.
LD Tahun 1994 No. 53 -7- Seri : D Nomor: 52

(3) Dengan memperhatikan ketentuan ayat (1) pasal ini :


a; ketinggian bangunan dapat diperkenankan lebih tinggi dari
ketentuan yang telah diteiapkan, apabila balasan KLB tidak
dilampaui dan barasan KDB harus dikurangi, yaitu sebesar 15%
(lima belas persen) untuk bangunan tunggal/renggang, atau 20%
(duapuluh persen) untuk bangunan deTer/rapat sesuai dengan
Tabel J dan Illampiran Peraturan Daerah No.4 Tahun 1975 dan
proses penuTunan nilai KDB untuk. menaikkan ketinggian
bangunan hanya dapat dilakukan maksimal 2 (dua) kali ;
. b. pelampauan ketinggian. bangunan sebagaimana diatur dalam hUTUf
a ayat (3) pasal ini tidak dikenakan pungutan retribusi
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah 'Nomor 9 Tahun
1985 Pasal 8 butir e - 3 huruff - 3.
(4) Apabila terdapat pelampauan ketinggian bangunan, maka pengenaan
denda peJarnpauan ketinggiaJ:1oya diperhitungkan seeara proporsionat
terhadap luas laotai yang melanggar tersebut.

Bagian KeUga
Hubungan Antara Jarak Bebas, KDB, KLB
dan Ketinggian Baogunan
Pasal 8
Penjabaran dan penerapan hubungan aniara jarak bebas, KDB, KLB, dan.
ketinggian bangunan, berdasarkan Sifat Lingkungannya dalam Reneana
Terinci KOla ditetapkan oleh Gubemur Kepala daerah.

BAB V
PENGALIHAN NILAI KOEFISIEN LANTAJ BANGUNAN
Pasal 9
(1) Deogan mengacu kepada pola intensitas ba-ngunan sebagaiman3
dimaksud pada aya, (1) Pasal 4, pengalihan nilai KLB hanya
dimungkink~n apabiJa terletak pada satu daerah perencanaan yang
sarna dan pe.rencanaalUlya secara terpadu.

(2) Pengaliban nilai KLB antar daerah perencanaan diperkenaokan


dengan seizin' Guberrnir Kepala Daerah apabila yang _bersangkutan
telah memanfaatkan KLB-nya minimal 60% (enam puluh persen) dari
KLH yang ditetapkan di daerah perencanaan dimaksud.
LD Tahun 1994 No. 53 ·8· Ser; : D Nomor: 52

(3) Apabila suatu daerah pereneanaan telah memanfaatkan KLB-nya


untuk pembangunan gedung dan kemudian ditetapkan KLB barn bagi
daerahper.ricanaan tersebut, sehingga lerdapat selisih nilai KLB,
maka selisihnilai KLB terscbui tidak dapat dialihkan.
(4) Pada daer,ah pel'encanaan superblok yang lelah memiliki Panduan
Rancang KOla, pengalihan ·nilai KLB hanya 'dimungkil1kan dengan
seizin Gubernur,Kepala Daerah denganmenetapkan kembali Panduan
Rancallg Ko~a ya'ng bar~. .

BAB VI
INSENTIF PEMBANGUNAN
Pasal 10
(1) Untuk menunjang program pengadaan ftisilitas umum yang
dibutuhkan sesuai dengan renc:anakota dapat dibe,rikan kelonggaran
berupa pengurangan dalam perhitungan KLB dan KDB. ,:
(2) Kelonggaran <ebagaimana diinaksud pada ayat (I) pasal ini meliputi :
a. koridorJjembatan aotar banguoan. dengan lebar minimum 4
(empat) meter sebagai sarana penghubung khusus uotuk pejalan
kaki dan'terbuka untuk umum tidak diperhitungkan sebagai luas
lantai dalam perh.itu~gan~KLB ;
);). lantai bangunan yang seeara nyata digunakan umuk kepentingan
. umum . seeara {erus menerus paling sedikit 15 (lima belas) jam
dalam sehari, dimulai pagi hari, tidak diperhitungkan sebagai
luas lantai dalam perhitungan KLB ;
c. lantai dasar yang digunakan uotuk, kepentingan umum secara
terns menerus paling sedikit 15· (lima belas) jam dalam sehari,
dimulai pagi hari. tidak diperhitungkan sebagai luas la!,uai dalam
perhitungan KDB, dengan pengertian perhitungan dimak.s~
maksimal 20% (dua puJuh persen) dari batasan KDB yaV""
ditetapkan ; ,
d. ruang yang dimant"aatkafl bagi terselenggaranya kontak sosial
masy¥akat, dengan tetap memperhatikan aspek keserasian ling~
\kungan, maka tinggi' lantai'bangunan'dipel'kenankan maksimal 10
(sepuluh) meter dan tidak diperhitungkan sebagai dua lantai.

Pasol II
Penggunaan lantai un~uk ruang mekanikal, e!ektrikal, instalasi aiF dan
ruang.,periunjang lainnyayang tidak dimanfaatkan seeara komersial serta
lalllai~untQk sektorinforma), (kaki lima), selama tidak melebihi 15%
(lima boias perse,i) 'dari IQat total lantai dibebaskan dari perhitungan
KLB.
LD Tahun 1994 No. 53 - 9- Seri : D Nomor: 52

Pasal 12

(I) Terhadap pengadaan dan pemb.ngunan rum.h susun huni.n


diberikan kelonggaran peningkatan KLB, ketinggian bangunan dan
keluwesan penggunaan taoah, tanpa dikenakan retribusi tambahan
atas pelampauan KLB, ketinggianhangunan, dan penyesuaian
peruntukan taoah.

(2) Kelonggir.n yang diberik.n seb.g.im.na dim.ksud p.d••y.t (I)


pasal ini hanya berlaku apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

a. peruntukan tanaltnya menurut RBWK adalah perumahan dengan


fasilitasnya" ·atau perumahan dengan KDB rendah atau
jasa/komersiallperkantoran atau bangunan umum dengan KDB
rendah atau campuran .perumahan/bangunan umum atau
campuran per!Jrnah,an/industri:kecil' ;
b. luas'bidang taoah pada lingkungan padar minimal 4.000 (empal
ribu) m2, pada lingkungan kurang padat minimal 8.000 (delapan
ribu) m2. danp.d. lingkung.ntid.k p.d.l minim.1 16,000 (en.m
bel.s ribu) m2 ; ,
c. lebar muka bidang tanah minimal 50 (lima puluh) meter;
d;--tidak· bertentangan dengan ketentuan-ketentuan teknis yang lebih
rinci, antara lain:
1) standar ~ebutuhan sara~ (ruan~) untuk kepentingan umum ;
2) kriteri. pemug.r.n ;
3) keser.si.n Iingkung.n ;
e. menyediakan fasilitas' penunjang rurnah susun hun ian yang
memenuhi aspek kebersihan; keserasian dan keindahan
lingkungan sekitarnya'serta memenuhi ketentuan butir d ayat ini ;
f. menyediakan ruang terb'uka untuk kepentingan urnum berupa
plaza dan atau tama'n' ; .

g.' bidang tanahnya beradapada sisl jalan dengan lebar minimal 12


(du. bel.s) meter.

(3) Peningkatan KLB dan ketinggianbarigiinan disesuaikan dengan Pola


Sifat Lingkungannya, yaitu sebagai berikut :
(4) Khusus peruntukan' dengan KDB rendah, intensilas bangunan dan
ketinggian .bangunannya d~pCl,t .,mengikuti ketentuan sebagaimana .,~,
dialur pada ayat. (3); pasal in,i,! ,sedangkan KDB-nya tetap sesuai 1 / - ,
dengan ketentuan rellcana terinci kota.
(5), Penyesuaian peruntukan dan penggul1aan tanah jasa/komersill
perkantoran atau bangunan urrium KDB'rendah menjadi rumah susun
hunian yang besamya50% (Hnia pUluh persen) atau lebih dari daerah
perencanaan yang ,ditetapkan diberikan peningkatan nilai KLB
sebesar 0.5 (lima per sepuluh).
(6) Pada peruntukan campuran perumahan/bangunan umum. atau
perumahan/industri.- keeil diberik~n kelo~lggaran pemanfaatan )antai
bangunan ~ntuk kegiatan karya.~bagai. be:rikut· :
LD Tahun 1994 No. 53 - 11 • Seri : D Nomor: 52

a. pada "ingkungan padat dan kurang padat : maksimal 65% (enam


puluhJima persen) dari luas,totallantai bangunan :
b. pada Iingkungan'lidak' padat : maksimal 35% (tiga puluh lima
persen) daTi luas ,totaJ)antai bang"nan.
(7) Pada pembangunan'rumahsusun'hunian dimungkinkan pemanfaatan
lantai bangunan uotuk fasilitas umum dan penunjangnya sebesar
maksimal 20% (dua puluh) persen dari luas total lantai bangunan.
(8) Penyesuaian peruntukan dan periggunaan tanah jasa/komersill
perkantoran atau bangunan umum;KDB rendah menjadi Tumah susun
murah (RSM); atau rumahsusun .,sangat s~derhana (RSSS) yang
besamya 50% (lima puluh peesen) atao lebih dal'i daerah
perencanaan yang ditetapkan diberikan pcningkatan nilai KLB
sebesar 1. (salu).

B A B VII
SANKSI
Pasal 13
Pelanggaran terhadap ketcntuan sebagaimana dimaksud dalam keputusan
ini dikenakan sanksi sesuai dengan kereotuan yang berlaku.

BAB VIII
KETENfUAN PENUTUP
Pasal 14
Dengan berlakunya Keputusan ini maka :
a. Kepulusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukora Jakarta Nomor
25 Tahun 1990 tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman 'operasional
poJa intensitas bangunan, daerah perencanaan, KDB, KLB, dan
ketinggian bangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukola Jakar~a ;
b. Instruksi Gubemur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 88
Tahun 1991 tentang Pembebasan bidang/luas lantai dalam
perhitungan koefisien lantaj ba,ngunan bagi bangunan bertingkat di
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta:
c. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakana Nomor
270 Tahun 1991 tentang Optimasi penggunaan ruang bagi kegiatan
penunjang dalam rencana tata letak bangunan di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
LD Tahun 1994 No. 53 -12 - Seri : D Nomor: S2

d. Instruksi Guhemur Kepala Daerah Khusus Ihukota Jakarta Nomor


329 Tahu" 1991 tentang Pemberian insentif dalam pembangunan
rumah susunmal di wilayah Daerah Khusus Ihukota Jakarta ;
dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan keputusan ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasa. 15
(l) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan
kemudian.
(2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J a k art a
Pada tanggal 3 I Mei 1994
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA.

SURJADI SOEDlRDJA

SEKRETARtS WILAYAHIDAERAH KHUSliS


IBUKOTA JAKARTA
u.b.
KEPALA BIRO HUKU;\f,

T.M;SILALAHI, S.H.

'n~~~1dut)
'fTl.!V

Você também pode gostar