Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, sepeti pada dehidrasi,
perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak
cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya
konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas (Kemenkes RI, 2016).
rendah nya kadar hemoglobin di dalam tubuh di bawah batas normal. Menurut
WHO (1968) dinyatakan anemia jika pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin
dalam darah <13 g/dl dan pada wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl.
7
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram bikonkaf yang tidak
berinti dan berdiameter sekitar 8 µm. Namun sangat fleksibel sehingga mampu
umumnya pada bagian tengah tebalnya hanya 1µm atau kurang. Membran sel
darah merah sangat tipis sehingga gas seperti oksigen dan karbondioksida dapat
dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel darah merah dewasa terdiri atas
hemoglobin yang menyusun sampai 95% massa sel. Sel ini tidak mempunyai inti
utamanya yaitu sebagai alat pengangkut oksigen antara paru dan jaringan
(Muttaqin, 2009).
Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru ke
kapasitas membawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan tentunya
dengan mudah dan reversibel akibatnya, oksigen langsung terikat dalam paru
diangkut sebagai oksihemoglobin dalam darah arterial, dan langsung terurai dari
ion hidrogen yang dihasilkan oleh metabolisme sel, sehingga dapat menjaga
2.1.3 Etiologi
untuk eritropoiesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah
merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat)
atau ransangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin seperti yang
terjadi pada penyakit ginjal kronis peningkatan penghancuran sel darah merah
hipersplenisme atau akidah sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah
2.1.4 Patofisiologi
nutrisi, terpapar zat toksik, infeksi tumor, atau kebanyakan akibat idiopatik. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada
9
kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat terjadi akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
mengikat semuanya (misal, pada jumlah nya lebih dari 100 mg/dl), hemoglobin
Jadi ada atau tidak tidak adanya hemoglobin ilmiah atau hemoglobinuria dapat
pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
10
dan cara pemasangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, serta ada atau
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktivitas kurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah konsentrasi
7) Cepat lelah
defisiensi besi.
(4) Aplastic anemia biasa tanya berat atau perdarahan dan infeksi
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCH, MCHC) apusan
darah tepi
2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(1) Anemia defisiensi besi serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum.
(2) Anemia megaloblastik asam folat darah atau eritrosit vitamin B12.
(3) Anemia hemolitik hitung retikulosit test coombs dan elektroforesis Hb.
7) Pemeriksaan sitogenetik.
12
2.1.7 Penatalaksanaan
yaitu:
Antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur Sentral selama 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil bila
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
sulfas ferosus 3x10 mg/hari transmusi dari berikan bila kadar Hb kurang dari 5 g
%.
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
plasma dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus
yang hemolisis.
2.1.8 Komplikasi
yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling
2014).
14
proses yang terdiri atas tiga tahap; pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang
Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan
asuhan pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai
2.2.5 Pengkajian
Data dasar pengkajian klien dengan asma bronkial menurut Doenges (2014)
adalah :
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
15
menunujukkan keletihan.
2.2.5.2 Sirkulasi
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
2) Tanda : depresi.
2.2.5.4 Eleminasi
16
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
2.2.5.5 Makanan/cairan
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
2) Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB).
1.2.2.6 Neurosensori
2) Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
1.2.2.7 Nyeri/kenyamanan
17
1.2.2.8 Pernapasan
1) Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
1.2.2.9 Keamanan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
1.2.2.10 Seksualitas
1.2.2.11 Penyuluhan/pembelajaran
(misaknya, antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T).
Bagan 2.1 Penyimpangan KDM Asma Bronkial (Nurarif & Kusuma, 2015)
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan
berikut :
diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah
keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas, dimulai dengan kata
(2014), adalah :
Kriteria haslil :
Intervensi :
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
3) Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
Kriteria hasil :
Intervensi :
kerja tanpa napas (pada awal atau hanya tanda EP subakut). Kedalaman
Rasional : Bunyi napas menurun atau tak ada bila jalan napas obstruksi
pernapasan.
sekret dari segmen paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat
oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara).
23
Kriteria Hasil :
Intervensi :
2) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
napas tambahan.
Rasional : Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
interstisial/dekompensasi jantung.
3) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas.
Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat dikursi selama fase
sehat.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan.
dan hipoksemia.
3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan
nutrisi parenteral.
Kriteria Hasil :
dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital
Intervensi :
pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
istirahat.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
kebutuhan oksigen.
Kriteria Hasil :
ditangani.
Intervensi :
untuk memahami dan menangani informasi. Kaji situasi saat ini dan tindakan
Rasional : Alat untuk menurunkan stres dan perhatian tak langsung untuk
2.2.8 Implementasi
tujuan yang spesifik yang dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh
keluarga, dan anggota tim keperawatan serta tim kesehatan lain, menjalankan
aktivitas yang telah dibuat dalam rencana pengajaran. Semua aktivitas dari
semua individu ini dikoordinasi oleh perawat (Smeltzer & Bare, 2002).
timbul setelah pemulangan dari rumah sakit atau setelah kunjungan perawatan
diselesaikan dan jika respons peserta didik terhadap tindakan telah dicatat.
Catatan ini berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dan hasil yang diperkirakan telah dicapai
2.2.9 Evaluasi
pengajaran dan sejauh mana tujuan yang telah dicapai (Smeltzer & Bare,
2002).
keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi
yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang
1) Masalah teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak