Você está na página 1de 10

Bismillahhirrahmanirrahim

MAKALAH Pend.Agama Islam


Makalah ini disusun sebagai TUGAS KELOMPOK mengenai pembahasan
“MENGHINDARI PERILAKU TERCELA”

SMA NEGERI 1 POMALAA

KELOMPOK 4

Oleh:

-DEWITA ARUM S
-HANAN NURHIDAYAH
-MUTIA PERMATA NINGRUM
-NAZIRAH NURUS AS
-YUYUN PURWITA SARI
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRHAMANIRRAHIM

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hidayah-


Nyalah yang memberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan sebuah
karya tulis ini yang bertemakan “MENGHINDARI PERILAKU TERCELA”.
Merupakan karya besar yang telah disusun untuk pembelajaran di bangku SMA,
semoga mendapat sambutan baik di kalangan guru dan siswa.

Penyusun juga mengucapakan rasa terima kasih kepada kedua orang tua,
bapak dan ibu Guru, para teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
bersedia membantu penulis dalam karya tulis ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok di SMA Negeri 1 Pomalaa.
Selain itu, makalah ini dapat menjadi salah satu tolak ukur. Terhadap penyusun
dalam kecepatan menganalisa suatu masalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangatlah bermanfaat.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AAMIN. TERIMA
KASIH...

Pomalaa,Februari 2016

Penyusun
PERILAKU TERCELA
“ISYRAF, TABZIR,GIBAH DAN FITNAH”

A. ISYRAF
1. Pengertian Isyraf
Kata isyraf berasal dari bahasa Arab asrafa-yusrifu-isyraafan yang berarti
“bersuka ria sampai melampaui batas”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
“melampaui batas” atau “berlebihan” diartikan “melakukan tindakan di luar
wewenang yang telah ditentukan berdasarkan aturantertentu yang berlaku”.
Sedangkan menurut istilah “melampaui batas” atau “berlebihan” dapat dimaknai
sebagai “suatu tindakan yang dilakukan seseorang di luar kewajaran atau
kepatutan, karena kebiasaan yang dilakukan untuk memuaskan kesenangan diri
secara berlebihan”. Orang yang berbuat isyraf disebut musyrif, musrifun atau
musrifin.

2. Bentuk-Bentuk Sikap Isyraf


Sikap melampaui batas (berlebihan) menjelma dalam bentuk :
1) Pamer kekayaan, berlebihan dalam memakai atau menggunakan kekayaan,
baik berupa pakaian ataupun makanan, sehingga menimbulkan sikap ria.
2) Berjiwa Sombong, lepas kontrol terhadap diri sendiri dan sosial, sehingga
melakukan hal-hal yang diluar kewajaran.
3) Mendambakan kemewahan dunia semata, sehingga melupakan akhirat.
4) Mengikari nikmat yang dikaruniakan oleh Allah, atau kufur nikmat, seperti
melupakan pemberi rezki (Allah) dan menganggap rezeki yang diperoleh hanya
semata karena usaha sendiri.
5) Melakukan ibadah secara berlebihan, seperti shalat malam semalam suntuk,
sehingga ketiduran ketika menjelang pagi dan meninggalkan shalat shubuh

Menurut syaekh Nashir As Sa'di, hal yg bisa dikatagorikan berlebihan, yaitu :


1. Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal
makan, karena makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif
pada struktur tubuk manusia.
2. Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam memakan
atau meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, sehingga semua
yang di inginkan tersedia.
3. Melanggar batasan-batasan yang telah di tentukan Allah Ta'ala.
4. Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak telalu dibutuhkan oleh
kita maupun oleh masyarakat.
5. Melakukan segala sesuatu yang berlebiha, contohnya terlalu banyak tidur
bisa menyebabkan berbagai penyekit terutama malas, dari penyakit malas inilah
timbul berbagai dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja, kalaupun
bekerja hasilnya pun tidak akan optimal
6. melakukan pekerjaanyang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka denga
hal-hal yang bersifat hura-hura
7. memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya
dihadapakan pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan
dengan keinginan.
Demikianlah di antara sikap melampaui batas (berlebihan) yang tidak diridhai
oleh Allah Swt. yang tentunya perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam.
Allah SWT berfirman :

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk memanfatkan rizki yang telah
Allah berikan kepada kita, salah satunya dengan makan dan minum serta semua
yang telah Allah berikan halalkan untuk manusia tanpa berlebihan. Maksud
sebaliknya dari ayat trsebutialah larangan bagi kita untuk melakukan perbuatan
yg melampaui batas, yaitu tidak berlebihan dalam menikmati apa yang dibutuhkan
oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Di antara akibat sikap melampaui batas (berlebihan) adalah sebagai berikut :


1. Mengakibatkan terhentinya melakukan amal ibadah dan tidak sabar, karena
manusia memmiliki tabiat cepat bosan dan memiliki kemampuan yang terbatas.
2. Manusia biasanya akan sabar mengerjakan pekerjaan yang berat dan sulit
dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan, lebih dari itu akan manusia akan
bosan.
3. Sikap "berlebihan" terkadang akan berubah menjadi sebuah "keteledoran",
suatu hal yang sebelumnya bersifat ketat, berubah menjadi kebebasan. Pada
akhirnya dia akan meninggalkan sedikit atau banyak dari apa yang seharusnya
dilakukan.
4. Dibenci oleh Allah Ta'ala
5. Menjadi sahabat setan
6. Menjadi orang yang akan tercela dan menyesal
7. Akan Allah binasakan
8. Menjadi orang yang tersesat
4. Upaya Menghindari Sikap Isyraf
Diantara upaya dalam mengindari sikap Israf yaitu melakukan amal ibadah secara
istiqamah ataupun terus-menerus meskipun sedikit. Amal tersebut merupakan
amal yang paling di sukai oleh Allah SWT. Selain itu, upaya yang lain adalah
dengan hidup secara bersahaja dan tidak selalu mengikuti hawa nafsu.
Sederhanakanlah dan tundukkanlah hawa nafsu dengan menggunakan akal sehat.
Seseorang yang hidup bersahaja, tidak akan suka melakukan sesuatu yang di luar
kewajaran, karena perbuatan tersebut akan merendahkan dirinya di hadapan
Allah SWT dan juga manusia yang lain karena sebagian besar kejelekan yang
menimpa manusia bersumber dari hawa nafsu yang lepas kontrol.

B. Tabzir
1. Pengertian Sikap Tabzir

Menurut bahasa, Tabzir berasal dari bahasa Arab bazzara-yubazziru-tabziirun


yang berarti boros. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata boros
diartikan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan dalam pemakaian uang
ataupun barang. Menurut istilah tabzir adalah perbuatan yang dilakukan dengan
cara menghambur-hamburkan uang ataupun barang karena kesenangan atau
kebiasaan.
Perbuatan boros merupakan perbuatan syaitan dan dilarang oleh Islam.
Seyogyanya seorang muslim dalam membelanjakan hartanya harus dengan
perhitungan yang matang, menyangkut azas manfaat dan mudharat. Islam tidak
membolehkan umatnya membelanjakan hartanya dengan sesuka hati, sebab akan
mengakibatkan kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat.

2. Bentuk-Bentuk Sikap Tabzir

Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang menjurus ke sikap tabzir di antaranya


adalah :
1. Menganggap kemewahan hidup di dunia sebagai suatu kesenangan dan
kebahagiaan dan berusaha meraihnya tanpa mempedulikan ketentuan agama.
2. Mencari kekayaan yang berlimpah dengan segala cara dengan jalan yang
tidak wajar dan dilarang agama, sehingga menimbulkan kecurangan, kejahatan
dan penipuan yang merugikan pihak lain.
3. Membelanjakan harta yang dimiliki secara boros tanpa memperhitungkan
azas manfaat dan mudaratnya. Sementara larangan berlaku boros bertujuan
supaya setiap muslim dapat mengatur pengeluaran sesuai keperluan.
4. Kikir dalam membelanjakan harta untuk berbuat kebajikan, seperti wakaf,
infaq ataupun sedekah.
Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa, sikap boros atau
tabzir tidak saja dalam hal makan atau minum, akan tetapi juga dalam beribadah,
sebagaimana sabdanya :

Artinya : Rasulullah Saw. telah melihat seorang laki-laki berwudhu', lalu beliau
bersabda "Jangan kamu berlebih-lebihan. Jangan kamu berlebih-lebihan" (HR.
Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

Allah menegaskan bahwa, orang yang berlaku boros adalah saudara syaitan,
karena sama-sama ingkar terhadap nikmat Allah Swt. Ungkapan ini merupakan
celaan terhadap orang-orang yang boros. Menghambur-hamburkan kekayaan di
luar perintah Allah, memperturutkan godaan syaitan. Allah berfirman :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-nya. (al-Isra' : 27).

3. Upaya Menghindari Sikap Tabzir

Supaya umat manusia terhindar dari sikap tabzir, Islam melalui risalah yang
dibawa oleh Rasulullah Saw. telah memberikan batas-batasan dan ketentuan
dalam segala aspek kehidupan umatnya, termasuk dalam hal makan, berpakaian
ataupun dalam beribadah. Di antara ketentuan itu adalah :
1. Islam melarang makan dan minum, berpakaian, berhias ataupun dalam
bersedekah secara berlebihan.
2. Islam menganjurkan hidup sederhana, yang dimaksud sederhana di sini bukan
berarti harus hidup melarat, tetapi sederhana sekedar mencukupi kebutuhan
yang diperlukan tanpa berlebihan dan sewajarnya.
3. Islam melarang bersikap sombong dengan menzalimi diri sendiri ataupun
orang lain, karena menyebabkan kesengsaraan.
Setiap yang dilarang dalam Islam sudah tentu mengandung mudarat yang dapat
merugikan kehidupan manusia. Sementara setiap suruhan sudah pasti juga
memiliki manfaat yang akan menguntungkan bagi keselamatan hidup.
Orang yang mau menerima dan mengamalkan secara baik nasehat yang benar
hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun, termasuk di dalamnya orang yang
patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, akan
menerima dengan baik dan ikhlas apa yang telah ditentukan Allah terhadapnya.

C. Ghibah
Ghibah menurut bahasa dapat diartikan menggunjing atau gosip. Sedangkan
menurut istilah ghibah berarti membicarakan orang lain dengan cara melontarkan
isu-isu negatif dengan mencari kesalahan orang lain, kemudian disebarkan orang
lain dengan maksud menyudutkan orang yang dipergunjingkan. Ghibah juga dapat
diartikan, menyebutkan sesuatu yang tidak disenangi oleh orang lain atau sesama
jika ia mendengarnya.
Perilaku ghibah dilarang oleh agama, karena dapat merugikan pada diri sendiri
maupun orang lain. Perilaku ghibah diibaratkan memakan bangkai saudaranya yang
sudah meninggal. Firman Allah :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-
cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(Q.S. Al
hujurot{49}: 12 ).

Adapun pengaruh negatif yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara lain :
1. Menimbulkan fitnah
2. Menyebabakan perpecahan dan permusuhan
3. Merusak nama baik pada diri sendiri maupun orang lain.
4. Dapat merusak keimanan

Pelaku ghibah akan mendapatkan azab di dunia dan diancam siksa yang amat
pedih diakhirat nanti. Firman Allah:

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang


amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak
Mengetahui.(Q.S. An Nur {24} : 19 ).

D. FITNAH
1. Pengertian Fitnah
Secara etimologi fitnah itu artinya kesesatan, dan secara istilah syara fitnah
adalah menyebarkan berita bohong / jelek dalam suatu hal / orang lain, baik
secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, FITNAH diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan
orang.
Fitnah ini muncul karena beberapa faktor yaitu kebencian, kemunafikan dan
kedustaan. Fitnah bertujuan utuk menjatuhkan martabat dan membuat
kesengsaraan kepada sesorang/kelompok tertentu.
Dalam Al-qur’an, kata fitnah mempunyai arti yang berbeda-beda, Menurut Al-
Raghib al-asfahani, kata fitnah berasal dari kata fatana yang pada mulanya
berarti membakar emas untuk mengetahui kadarnya. Kata tersebut digunakan
dalam Al-qur’an dalam arti “azab” seperti dalam QS. Az-Zariyat : 14.

Artinya : "Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk
disegerakan."
Kata fitnah, dalam Al-qur’an, juga digunakan dengan arti “Menguji”, baik ujian itu
berupa nikmat (kebaikan) maupun kesulitan (keburukan) sebagaimana yang
disebutkan di dalam QS. Al-Anbiya : 35.
Artinya : ” tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan
hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”.

2. Bentuk-Bentuk Sikap Fitnah


Pada umumnya, fitnah merupakan tuduhan yang dilontarkan kepada seseorang
dengan maksud menjelekkan atau merusak nama baik orang lain, padahal orang
tersebut tidak pernah melakukannya. Misalnya, karena persaingan, seseorang
difitnah mencuri padahal ia tidak mencuri.
Menurut Sayyid Quthub, bentuk fitnah tidaklah seperti yang lazim di jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, fitnah adalah fitnah terhadap agama
Islam dan umatnya, baik itu ancaman, tekanan, dan teror secara fisik, maupun
tatanan kehidupan yang merusak, menyesatkan dan menjauhkan umat manusia
dari Allah SWT, seperti halnya menghalalkan segala sesuatu yang haram seperti
free sexs, miras, narkoba, perampokan, korupsi dan lain sebagainya. Itu semua
merupakan fitnah terhadap ajaran agama dan boleh diperangi dan Itu semua
merupakan fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan.

Berikut beberapa akibat yang ditimbulkan oleh fitnah yaitu :


1. Menyebabkan permusuhan
2. Terjadi pembunuhan
3. Melemahkan agama islam
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Islam sangat melarang terhadap
perbuatan fitnah, hal ini bukan saja karena dampak yang ditimbulkan dari fitnah
tetapi juga akibat yang akan di terima oleh orang yang suka menfitnah.
Orang yang mefitnah akan di beri adzab oleh Allah diakhirat kelak. Allah tlah
memberi ancaman berupa adzab yag sangat pedih, yaitu neraka jahanam. Firman
Allah Ta'ala, dalam surat Al-Buruj ayat 10 berbunyi :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1568] kepada


orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka)
yang membakar.

Arti dari ayat di atas menurut ibnu kasir dalam tafsirnya menyatakan bahwa
orang-orang yang memfitnah tersebut, apabila tidak bertobat dan tidak
menghentikan tindakan penyiksaan serta tidak menyesal atas fitnahnya yang
pernah mereka timpakan atas orang-orang mukmin di masa lalu, maka mereka
bakal ditimpa siksa yang membakar . Menurut siksaan yang diberikan oleh Allah
kepada mereka sejenis dan setimpal dari tndakan penyiksaan yang mereka
lakukan.

3. Upaya Menghindari Sikap Fitnah.


Fitnah merupakan perbuatan yang dilarang dalam agama Islam. Karena itu,
apapun bentuknya, fitnah harus dihindari oleh setiap muslim. Dalam kasus
tertentu, Islam membolehkan adanya ghibah yaitu menyebutkan keburukan orang
lain yang memang benar adanya, yaitu :
a) Saat meminta perlindungan kepada seseorang yang mampu menghilangkan
keburukan yang menimpanya
b) Menyampaikan kepada yang berwenang dalam rangka memberantas
keburukan yang dapat menimpa orang lain.
c) Meminta fatwa menyangkut keburukan serupa
d) Memberi peringatan orang lain tentang keburukan seseorang agar tidak
tertimpa kejahatannya.
e) Memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal kecuali dengan
menyebutkan kekurangannya
Adapun hikmah menghindari fitnah yaitu sebagai berikut :
a) Akan membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua orang
b) Akan dapat menciptakan persaudaraan dan kasih sayang di masyarakat
c) Akan dapat menciptakan persatuan dan kesatuan di tengah-tengah
masyarakat.
d) Akan dapat menciptakan keharmonisan hidup, baik pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa maupun negara.

Você também pode gostar