Você está na página 1de 2

Aplikasi Geokimia dalam Bidang Panas Bumi

Fajar Wimar Ramadhan

10215083

1. PENDAHULUAN
Sistem panas bumi seperti kepingan salju dalam arti bahwa tidak ada dua sistem yang persis sama.
Geokimia adalah salah satu yang terpenting disiplin teknis yang digunakan untuk penyelidikan
terutama suhu sumber panas, baik sebelum penggunaan maupun selama fase produksi. Sebelum
pengeboran, geothermometer kimia dapat menyediakan satu-satunya informasi pada suhu reservoir
potensial. Demikian pula, studi geokimia mungkin juga penting untuk digambarkan secara luas
mengenai sistem panas bumi sebelum survei resistivitas.
2. TIPE FLUIDA GEOTERMAL
Sistem panas bumi terdiri dari batuan panas dan cairan yang menempati porositas batuan. Cairan
utama di reservoir yang tidak terganggu dapat berupa cairan (sistem yang didominasi cairan), cair
dengan sejumlah kecil uap (sistem panas bumi mendidih) dan uap dengan sedikit cairan (sistem yang
didominasi uap). Cairan yang tersedia untuk penyelidikan geokimia permukaan semuanya telah
dipengaruhi oleh berbagai proses seperti pendinginan dan pemisahan fasa, pendinginan, oksidasi, dan
pencampuran dan disebut sebagai cairan sekunder (Arnórsson et al., 2007). Kategori utama cairan
geothermal sekunder yang dapat ditemui pada permukaan sistem panas bumi adalah:
1) uap panas bumi
2) Air mendidih (dan dalam beberapa kasus didinginkan) larutan panas bumi
3) Larutan campuran yang melibatkan dataran dangkal dan larutan panas bumi (air mendidih atau
tidak dipompa) atau uap
4) air permukaan yang dipanaskan dengan uap

Dari jenis fluida ini, uap panas bumi dan cairan geothermal yang mendidih dapat memberikan ha yang
paling berguna untuk mengetahui informasi tentang suhu reservoir.

2.1 UAP PANAS BUMI


Uap panas bumi (kadang-kadang disebut sebagai fumarol) adalah salah satu manifestasi permukaan
yang paling umum dari sistem panas bumi entalpinya yang tinggi walaupun beberapa sistem
geotermal tidak memiliki aktivitas ventilasi uap.
2.2 LARUTAN PANAS BUMI YANG MENDIDIH ATAU DIDINGINKAN
Larutan panas bumi yang direbus atau didinginkan, di sisi lain, ditemukan di tempat air panas tidak
mencapai permukaan. Dalam sistem ini mata air panas terjadi pada ketinggian yang lebih rendah
di sisi gunung berapi, sedangkan aktivitas ventilasi uap lebih luas pada ketinggian yang lebih tinggi.
Mata air panas dengan larutan panas bumi yang direbus biasanya memiliki pH netral terhadap basa,
dan kandungan gas terlarut rendah. Di sisi lain, sumber air panas yang menghasilkan solusi panas bumi
yang telah didinginkan dengan konduksi pada permukaan sampai umumnya memiliki pH yang lebih
rendah karena mereka tidak kehilangan CO2 dan H2S terlarutnya. Mata air panas dalam sistem suhu
tinggi biasanya ditandai dengan deposit sinter silika yang spektakuler dan deposit karbonat.
2.3 LARUTAN CAMPURAN
Air yang kaya CO2 dapat terbentuk dimana uap kaya gas mengembun di akuifer dangkal. Demikian
pula, air kaya CO2 dapat terbentuk saat larutan panas bumi yang belum direndam (dan
diakumulasikan) dicampur dengan air tanah yang dingin. Air kaya CO2 biasanya ditemukan pada
batas-batas sistem panas bumi vulkanik aktif (lihat Arnórsson et al., 2007 dan referensi di dalamnya)
dan di sekitar gunung berapi (misalnya Aiuppa et al., 2003). Konsentrasi CO2 yang sangat tinggi
kadang-kadang mengamati cairan reservoir pada sistem panas bumi tua dan pendinginan (misalnya,
Haedarendi dan Leirá, Islandia).
2.4 UAP AIR PERMUKAAN YANG DIPANASKAN
Air permukaan yang dipanaskan dengan uap ditandai dengan nilai pH serendah <1. Ini karena oksidasi
dari H2S saat uap bereaksi dengan air permukaan beroksigen. Oksidasi ini menghasilkan formasi asam
belerang. Perairan ini dapat mengandung sejumlah padatan terlarut yang signifikan namun
padatannya berasal dari pembubaran batuan permukaan dan oleh karena itu tidak memiliki
"kenangan" apapun mengenai kondisi dalam sistem panas bumi.
3. GEOTHERMOMETRI KIMIA
3.1 ASUMSI
Geothermometry kimiawi, dalam konteks studi panas bumi, mengacu pada penggunaan kimia untuk
mengevaluasi suhu di waduk panas bumi. Komposisi larutan panas bumi biasanya, sebagian besar,
dikendalikan oleh ekuilibrium kimia lokal dan parsial antara cairan dan batuan induk. Keseimbangan
kimia ini dalam banyak kasus sensitif terhadap suhu, yaitu komposisi fluida adalah fungsi dari suhu di
dalam sistem. Geothermometry kimia memanfaatkan ini dengan menyimpulkan suhu di bawah
permukaan dari komposisi cairan yang diamati. Salah satu asumsi mendasar dalam penggunaan
geothermometer kimia adalah bahwa ekuilibrium kimia parsial dicapai di reservoir panas bumi.
Komponen kimia terlarut dalam larutan panas bumi disebut komponen konservatif atau komponen
pembentuk batuan.

Você também pode gostar