Você está na página 1de 16

Praktikum Penggunaan Atomic Atom Spectroscopy

(AAS) untuk Menentukan Kadar Logam Fe dalam Air


Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester genap mata kuliah Praktikum
Kimia Analisis Instrumen
Dosen Pengampu Dr. Sri Haryani M.Si.

Disusun oleh :
Vian Adi Rahayu 4301415030
Laras Kurniawati 4301415050
Wifqul Laili 4301415060
Isnana Finimatillah 4301415065
Levina Ayu Arastika 4301415095

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam semesta ini sangat banyak ditemukan unsur-unsur. Ada yang bersifat
logam, semilogam, dan nonlogam, letaknya pun juga berbeda-beda. Ada yang di
tanah, udara, air, dan lain-lain. Seorang analis perlu untuk mengetahui banyak
konsentrasi unsur-unsur logam tersebut. Misalnya unsur yang ada di dalam daun
tumbuh-tumbuhan dan yang ada di sekitar kita. Pentingnya bagi seorang analis
adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk menganalisis suatu penyakit,
bahkan juga berguna untuk menciptakan suatu produk yang berguna bagi
masyarakat luas. Namun, proses analisis tersebut tidaklah mudah karena
membutuhkan keahlian tertentu. Cara penentuan konsentrasi suatu unsur (logam)
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara konvensional dan cara instrumental.
Cara konvensional adalah cara menentukan konsentrasi suatu unsur yang
berdasarkan reaksi-reaksi kimia dan cara ini masih sederhana serta memiliki banyak
kesalahan. Sedangkan cara instrumental adalah cara menentukan konsentrasi suatu
unsur dengan menggunakan alat instrument yang canggih. Cara ini lebih efektif dan
efisien serta memiliki banyak keuntungan. Penggunaan instrumen dalam
menganalisis sutau senyawa atau logam dapat menghasilkan lebih banyak
keuntungannya dibanding menggunakan cara yang konvensional. Keuntungan
diantarannya dapat mengefisiensi kerja sehingga lebih akurat dan terpercaya.
Pada saat ini, pekerjaan yang dilakukan secara konvensional sudah mulai
pudar. Umumnya, orang-orang cenderung menggunakan alat-alat yang canggih
untuk melakukan pekerjaannya. Karena menurut mereka, dengan menggunakan
alat mereka merasa terbantu. Sehingga mudah dalam mengerjakan pekerjaannya.
Untuk itu, dalam menentukan konsentrasi suatu logam dalam sampel juga sangat
dibutuhkan instrument yang canggih. Sebagai contoh, dengan menggunakan AAS.
Keutamaan dalam bekerja adalah ketelitian, keefisienan, dan keefektifan. Oleh
sebab itu, perlu diberikan pengetahuan mengenai instrument AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometry) dan hal tersebut akan dibahas pada praktikum ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan rumusan permasalahan sebagai
berikut.
a. Bagaimana menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)?
b. Bagaimana cara menghitung kadar logam Fe dalam air sampel melalui
instrumen Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)?
c. Berapa kadar logam Fe dalam sampel air ledeng melalui instrumen Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS)?

1.3 Tujuan Percobaan


Berdasarkan rumusan masalah, dapat dirumuskan tujuan percobaan sebagai berikut.
a. Menjelaskan cara penggunaan instrumen Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS).
b. Menjelaskan cara menghitung kadar logam Fe dalam sampel air ledeng
melalui instrumen Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
c. Menghitung kadar logam Fe pada sampel melalui instrumen Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS).
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat percobaan yang dilakukan adalah:
1. Bagi praktikan, mampu mengukur kadar logam dalam suatu sampel dengan
AAS
2. Bagi pembaca, mampu memberikan gambaran, pengetahuan, dan literatur
terkait pengukuran kadar logam dengan AAS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang


didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi
dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi
kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas
yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang
dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).
Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di
pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi
lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi
elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom
terdiri dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam
spektrokopi molekul (Underwood, 2001).
Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif
dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena
prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb),
dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa
sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk
analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan
karena sebelum pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang
ditetukan karena kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur
lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat
digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS
adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang
diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
terakomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari
nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya
mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur
padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi
dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut
(Basset, 1994).
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi
unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis
unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat
energi dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini
biasanya berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau
asetilen-N2O, tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit
menjadi uap atom bebas pada tingkat energi dasar (ground state). Disini berlaku
hubungan yang dikenal dengan hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam
analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan
sebagai berikut (Ristina, 2006).
I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam medium nyala.
Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut sebanding dengan
konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan. Dengan demikian, dari pemplotan
serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi.
Dengan menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan
diperoleh konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian AAS adalah sebgai
berikut (Day, 1986).
a. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap
unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti
lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu
katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.
b. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada
di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan
Atom

c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator.
Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol
intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan
ialah monokromator difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi
yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi
sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk
mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika
monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang
digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah
detektor photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi
senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan
elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan
bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju
anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah
kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama
maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.
f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry
serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang
dihasilkan tidak berbahaya.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat- alat
Alat-alat yang digunakan praktikum diantaranya yaitu:
a. Pipet tetes
b. Corong kaca
c. Botol semprot
d. Labu erlenmeyer
e. Kuvet
f. Rak kuvet
g. Labu takar
h. Gelas ukur
i. Pipet ukur
j. Pipet gondok
k. Spektrofotmetri serapan atom (AAS)

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain:
a. Air (sampel artifisial)
b. Tisu gulung
c. Aquademine
d. Larutan induk Fe 100 ppm
e. Larutan standar Fe berbagai konsentrasi masing –masing 50 mL
f. Kertas saring

3.2 Prosedur
Prosedur percobaan sebagai berikut.
3.2.1 Pembuatan larutan induk
a. Pengenceran larutan baku dari 100 ppm menjadi 10 ppm sebanyak 100
mL.
3.2.2 Pembuatan larutan standar
a. Disiapakan bahan serta peralatan yang akan dipakai pada praktikum.
Disaring sampel air ledeng menggunakan kertas saring.
b. Dibuat 6 seri larutan Fe dengan konsentrasi berturut-turut 0, 1,2, 3, 4, dan
5 ppm. Masing-masing sebanyak 0 mL Fe (hanya aquademin), 5 mL Fe,
10 mL Fe, 15 mL Fe, 20 mL Fe, dan 25 mL Fe ke dalam masing-masing
labu takar 50 mL dan diencerkan dengan aquademin hingga tanda batas,
lalu dihomogenkan dengan dikocok dan disaring.
c. Dituangkan masing-masing larutan ke dalam masing – masing cuvet
hingga tanda terra.
d. Diberi kertas label dan diletakkan di rak cuvet.

3.2.3 Pengukuran menggunakan AAS


a. Diletakkan semua sampel dalam cuvet ke alat yang bernama asc.
b. Diberi jarak antara larutan pembanding dnegan larutan standar.
c. Dibuka kran gas asitilena sedikit, ditutup.
d. Dibuka kran pembuka gas.
e. Dinyalakan komputer.
f. Dinyalakn instrumen AAS.
g. Diklik (Connect) pada kotak dialog yang muncul dan tunggu hingga
instalasi selesai yang ditandai dengan semua item berwarna hijau
kemudian tekan (Ok).
h. Dipilih (Next) pada kotak dialog yang muncul.
i. Diisi kotak kosong dengan elemen yang akan dianalisis.
j. Dipilih ( Next ) dan program akan berjalan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Analisis Data:
Perhitungan:
Larutan Intermediet Fe 10 mg/L
(V1 x N1) larutan induk = (V2 x N2 ) intermediet
V1 x 100 ppm = 100 mL x 10 ppm
V1 = 10 mL

Volume Larutan intermediet untuk deret standar


1) 0 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0 ppm
V1 = 0 mL
2) 1 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 1 ppm
V1 = 5 mL
3) 2 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 2 ppm
V1 = 10 mL

4) 3 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 3 ppm
V1 = 15 mL
5) 4 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 4 ppm
V1 = 20 mL

6) 5 ppm
V1 x ppm = V2 x ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 5 ppm
V1 = 25 mL

Tabel 2. Hasil Pengamatan


No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0(blanco) 0
2 1 0,006
3 2 0,02
4 3 0,047
5 4 0,065
6 5 0,092
7 sample 0,0354

Tabel 2. Grafik Absorbansi vs Kadar Fe

Grafik Absorbansi vs Kadar


0.1
y = 0.019x - 0.0091
R² = 0.9664
0.08

0.06
Absorbansi

0.04

0.02

0
0 1 2 3 4 5 6
-0.02
Konsentrasi (ppm)
Penentuan kadar Fe pada sampel (teoritis)
y = ax – b
y = 0,019x – 0,0091
0,0354 = 0,019x – 0,0091
0.0354 + 0,009 1= 0,019x
x = 0,0445/0,019
x = 2,3421 ppm
Jadi, konsentrasi kadar Fe pada air sampel adalah 2,3421 ppm.

Tabel 3. Data hasil perhitungan kadar Fe pada sampel (praktikum)

Persentase kesalahan relatif


𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
KR = | | 𝑥 100%
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

2,3421−2,3500
KR = | | 𝑥 100%
2,3421

KR = 0,3373%

4.2 Pembahasan
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk penentuan
konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses
penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang
spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut
menyebabkan atom penyerap tereksitasi: elektron dari kulit atom meloncat
ketingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap
sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang
menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi
(absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka
konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.
Pada spektrofotometri AAS memiliki kelebihan dan kukurangan. Kelebihan
metode AAS dibandingkan dengan speltrofotometri lainnya adalah spesifik, batas
deteksi yang rendah, dan larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output langsung dapat dibaca, cukup
ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak unsur. Sedangkan kekuranganya adalah
AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom, contohnya pengaruh fosfat
terhadap Cu, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi sehingga menimbulkan
emisi yang panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks yaitu pelarut.
Berikut adalah bagian-bagian dari AAS :
a. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu
katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda
terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus.
b. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada
di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan
Atom.
c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah
awal dari proses pengatomisasian nyala api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator.
Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol
intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan
ialah monokromator difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang
diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar
menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk
mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika
monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang
digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah
detektor photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi
senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan
elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan
bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju
anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik.
f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar.
Dari hasil pengamatan pada pengukuran daya serap atom terhadap cahaya
digunakan atom Fe sebagai patokannya. Didapat nilai absorbansi semakin
meningkat seiring kenaikan konsentrasi larutan ion Fe. Hal ini dikarenakan pada
konsentrasi yang tinggi, daya serap larutan terahadap cahaya semakin tinggi pula.
Pada percobaan pengukuran absorbansi terhadap sampel (artifisial), sebelum
diukur absorbansinya sampel tersebut harus disaring hal ini bertujuan untuk
menghilangkan padatan kasar. Dari hasil pengukuran di dapatt nilai absorbansi air
sampel sebesar 2,3500 ppm dengan persentase kesalahan relatif sebesar 0,3373%.
Faktor – faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum adalah :
 Pengenceran yang kurang tepat, sehingga mempengaruhi nilai absorbansi.
 Pemakaian pipet yang tetukar sehingga mempengaruhi hasilnya atau hasilnya
tidak akurat.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Atomic Atom Spectroscopy (AAS) merupakan alat yang digunakan untuk
menghitung kadar suatu logam dengan memanfaatkan serapan atom
berdasarkan nyala lampu katoda.
2. Perhitungan kadar logam dengan AAS dapat dilakukan dengan cara kurva
kalibrasi
3. Hasil percobaan didapat kadar Fe dalam sampel adalah sebesar 2,3500 ppm.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan pengukuran atomnya tidak 1 unsur saja tetapi
unsur yang lainnya juga seperti Pb atau Hg sehingga pengetahuan praktikan dapat
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik.


EGC: Jakarta
Ristina, maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumen Kimia. STTN – Batan: Yogyakarta
Day, R.A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta
Underwood, A.L. dan Day R.A. 2001. Analisa Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Erlangga:
Jakarta

Você também pode gostar