Você está na página 1de 24

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962).

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:
1. Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam
tangan.
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma
yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya
karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.

D. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat
mukus,edema dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat selama ekspirasi
karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut.Hal ini mengakibatkan
udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi.Keadaan hiperinflasi
ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.Penyempitan
saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,sedang,maupun kecil.Gejala
mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas besar,sedangkan pada saluran napas
yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.Penyempitan saluran napas
pada asma akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan
sirkulasi darah paru
3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli
Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan:
1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
3. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut

E. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara
lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan
cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat
dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran
nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
G. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
2. Memberikan penyuluhan
3. Menghindari faktor pencetus
4. Pemberian cairan
5.Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
3. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
4. Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

1. Orsiprenalin (Alupent)
2. Fenoterol (berotec)
3. Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.
Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat
halus ) untuk selanjutnya dihirup.

1. Santin (teofilin)

Nama obat :

1. Aminofilin (Amicam supp)


2. Aminofilin (Euphilin Retard)
3. Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga
bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan
teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin
(misalnya muntah atau lambungnya kering).

1. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

1. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan joyce L. kee,
1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )

 Penatalaksanaan Keperawatan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.


2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma,
baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.

H. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan masa lalu


- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan
aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch
Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONA


L
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Dalam 1. Kaji warna dan1. karateristik
berhubungan dengan waktu 3x24 kekentalan sputum
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, ede jam setelah sputum dapatmenu
ma mukosa dan dinding bronkhus, serta diberikan 2. Atur posisi njukkan
sekresi mukus yang kental tindakan semi fowler berat
bersihan 3. Ajarkan cara ringannya
jalan napas batuk efektif obstruksi.
kembali 4. Bantu klien 2. Meningkat
efektif napas dalam kan
5. Pertahankan ekspansi
Kriteria hasil intake cairan dada
: sedikitnya 3. Batuk yang
 Dapat 2500 ml/hari terkontrol
mendemonst kecuali tidak dan efektif
rasikan diindikasikan dapat
batuk efektif6. Kolaborasi memudahk
 Dapat dengan an
menyatakan melakukan pengeluara
strategi fisioterapi dada n sekret
untuk dengan tehnik yang
menurunkan postural melekat
kekentalan drainase, pada jalan
sekresi perkusi dan napas.
 Tidak ada fibrasi dada. 4. Ventilasi
suara napas 7. Kolaborasi maksimal
tambahan pemberian membuka
dan obat:Bronkodil lumen jalan
wheezing (-) ator golongan napas dan
 Pernapasan B2 meningkatk
klien normal Nebuler (via an gerakan
(16-20x/m) inhalasi) sekret ke
tanpa ada dengan dalam jalan
penggunaan golongan napas besar
otot bantu terbutaline 0.25 untuk
napas. mg, fenoterol dikeluarkan
HBr 0.1% .
solution, 5. Hidrasi
orciprenaline yang
sulfur 0.75 mg. adekuat
 Intravena membantu
dengan mengencer
golongan kan sekret
theophyline dan
ethilenediamin mengefektif
e (Aminofilin) kan
bolus IV 5-6 pembersiha
mg/kgBB. n jalan
 Agen napas.
mukolitik dan 6. Fisioterapi
ekspektoran dada
 kortikosteroid merupakan
strategi
untuk
mengeluark
an sekret.
7.
 Pemberian
bronkodilat
or via
inhalasi
akan
langsung
menuju
area
bronkhus
yang
mengalami
spasme
sehingga
lebih cepat
berdilatasi
 Pemberian
secara
intravena
merupakan
usaha
pemelihara
aan agar
dilatasi
jalan napas
dapat
optimal.
 Agen
mukolitik
menurunka
n kekntalan
dan
perlengketa
n sekret
paru untuk
memudahk
an
pembersiha
n. Agen
ekspektoran
akan
memudahk
an sekret
lepas dari
perlengketa
n jalan
napas.
 Kortikoster
oid berguna
pada
keterlibatan
luas dengan
hipoksemia
dan
menurunka
n reaksi
inflamasi
akibat
edema
mukosa dan
dinding
bronkhus.
Gangguan pertukaran gas yang Dalam 1. Kaji kefektifan1. Bronkhosp
berhubungan dengan serangan asma waktu 3x24 jalan napas asme di
menetap jam setelah 2. Kolaborasi deteksi
diberikan untuk ketika
intervensi, pemberian terdengar
pertukaran bronkodilator mengi saat
gas secara aerosol di askultasi
membaik 3. Lakukan dengan
fisioterapi dada stetoskop.
Kriteria hasil
4. Kolaborasi Peningkata
: untuk n
pemantauan pembentuk
 Frekuensi analisa gas an mukus
napas 16- arteri sejalan
20x/menit, 5. Kolaborasi dengan
nadi pemberian oenurunan
70=90x/m, oksigen via aksi
sianosis (-), nasal mukosiliari
dispnea (-). s
 GDA dalam menunjang
batas normal penurunan
lebih lanjut
diameter
bronkhi dan
mengakibat
kan
penurunan
aliran udra
serta
penurunan
pertukaran
gas, yang
diperburuk
oleh
kehilangan
daya
elastisitas
paru.
2. Terapi
aerosol
membantu
mengencer
kan sekresi
sehingga
dapat
dibuang.
Bronkhodil
ator yang
dihirup
sering
ditambahka
n ke dalam
nebulizer
untuk
memberika
n aksi
bronkhodol
ator
langsung
pada jalan
napas,
dengan
demikiam
memperbai
ki
pertukaran
gas.
Tindakan
inhalasi
atau aerosol
harus
diberikan
sebelum
waktu
makan
untuk
memperbai
ki ventilasi
paru
dengan
demikian
mengurangi
keletihan
yang
menyertai
kativitas
makan.
3. Setelah
inhalasi
bronkhodila
tor
nebuliser,
klien
disarankan
untuk
meminum
air putih
untuk lebih
mengencer
kan sekresi.
Kemudian
membatukk
an dengan
ekpulsif
atau
postural
drainase
akan
membantu
dalam
pengeluara
n sekresi.
Klien
dibantu
untuk
melakukan
hal ini
dengan cara
yang tidak
membuatny
a keletihan.
4. Sebagai
bahan
evaluasi
setelah
melakukan
intervensi.
5. Oksigen
diberikan
ketika
terjadi
hipoksemia.
Perawat
harus
memantau
kemanjuran
terapi
oksigen dan
memastikan
bahwa klien
patuh
dalam
menggunak
an alat
pemberi
oksigen.
Klien
diinstruksik
an tentang
penggunaan
oksigen
yang tepat
dan tentang
bahay
peningkata
n laju aliran
oksigen
tanpa ada
arahan yang
eksplisit
darp
perawat.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Dalam 1. Kaji status 1. Memvalida
kebutuhan tubuh waktu 3x24 nutrisi klien, si dan
jam setelah turgor kulit, menetapkan
diberikan berat badan, derajat
tindakan integritas masalah
keperawatan mukosa oral, untuk
intake nutrisi kemampuan menetapkan
klien menelan, piihan
terpenuhi riwayat intervensi
mual/muntah yang tepat.
Kriteria hasil dan diare. 2. Berguna
: 2. Pantau intake – dalam
output, mengukur
 Klien dapat timbang berat kefektifan
mempertaha badan secara intake gizi
nkan status periodik (sekali dan
gizinya dari seminggu) dukungan
yang semula3. Lakukan dan cairan.
kurang ajarkan 3. Menurunka
menjadi perawatan n rasa tak
adekuat. mulut sebelum enak karena
Pernyataan dan sesudah sisa
motivasi intervensi/pem makanan,
kuat untuk eriksaan sisa sputum
memenuhi peroral. atau obat
kebutuhan
4. Kolaborasi pada
nutrisinya
dengan ahli pengobatan
gizi untuk sistem
menetapkan pernapasan
komposisi dan yang dapat
jenis yang tepat merangsang
5. Fasilitasi pusat
pemberian diet muntah.
berikan dalam4. Merencana
porsi kecil tapi kan diet
sering. dengan
6. Kolaborasi kandungan
untuk gizi yang
pemeriksaan cukup
laboratorium untuk
khususnya memenuhi
BUN, protein peningkata
serum dan n
albumin. kebutuhan
7. Kolaborasi energi dan
untuk kalori
pemberian sehubungan
multivitamin. dengan
status
hipermetab
olik klien.
5. Memaksim
alkan intake
nutrisi
tanpa
kelelahan
dan energi
besar serta
menurunka
n iritasi
saluran
cerna.
6. Menilai
kemajuan
terapi diet
dan
membantu
perencanaa
n intervensi
selanjutnya.
7. Multivitam
in bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
vitamin
yang tinggi
sekunder
dari rosres
pemkeberh
asilan
peningkata
n laju
metabolism
e umum.
Ansietas berhubungan dengan adanya Dalam 1. Bantudalam 1. Pemanfaata
ancaman kematian (kesulitan bernapas) waktu 1x24 mengidentifika n sumber
jam klien si sumber koping
mampu koping yang yang ada
memahami ada secara
dan 2. Ajarkan tehnik konstruktif
menerima relaksasi sangat
keadaanya 3. Pertahankan bermanfaat
sehingga hubungan dalam
tidak terjadi saling percaya menagatasi
kecemasan. antara klien stres.
dengan 2. Mengurang
Kriteria hasil perawat i
: 4. Kaji faktor ketegangan
yang otot dan
 Klien menimbulkan kecemasan
terlihat rasa cemas 3. Hubungan
mampuberna 5. Bantu klien saling
pas secara mengenali dan percaya
normal dan mengakui rasa membantu
mapu cemasnya memperlan
beradaptasi car proses
dengan teraupetik
keadaannya. 4. Tindakan
 Respon yang tepat
nobverbal diperlukan
klien tampak dalam
lebih rileks mengatasi
dan santai. masalah
yang
dihadapi
klien dan
membangu
n
kepercayaa
n dalam
mengurangi
kecemasan.
5. Rasa cemas
merupakan
efek emosi
sehingga
apabila
sudah
teridentifik
asi dengan
baik, maka
perasaan
yang
nenganggu
dapat
diketahui.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Faktor pencetus serangan asma Ketidakefektifan bersihan
 Kien  jalan napas
mengatakan Edema mukosa dan dinding
sesak napas bronkhus

DO : Peningkatan usaha dan frekuensi
 Adanya suara pernapasan
napas tambahan 
dan wheezing Penggunaan otot bantu napas
 Pernapasan 
>20x/m Ketidakefektifan bersihan jalan
napas
2. DS : Faktor pencetus serangan asma Gangguan pertukaran gas
 Kien 
mengatakan Edema mukosa dan dinding
sesak napas bronkhus

DO : Peningkatan usaha dan frekuensi
 Frekuensi pernapasan
napas >20x/m 
 Frekuensi nadi Penggunaan otot bantu napas
>90x/m 
 Dispnea Gangguan pertukaran gas
 Sianosis
 GDA abnormal
3. DS : Faktor pencetus serangan asma Ketidakseimbangan nutrisi
 Pasien  kurang dari kebutuhan
mengeluh nafsu Edema mukosa dan dinding tubuh
makan menurun bronkhus
(tak ada 
keinginan Peningkatan usaha dan frekuensi
makan) pernapasan
DO : 
  BB Penggunaan otot bantu napas
 Mual/ muntah 
 Tampak letih Keluhan sistemis, mual/muntah,
dan lemah intake nutrisi tidak adekuat,
malaise kelemahandan keletihan
fisik

Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4. DS : Faktor pencetus serangan asma Ansietas
 Pasien 
mengatakan Edema mukosa dan dinding
cemas dengan bronkhus
penyakit yang 
dialaminya Peningkatan usaha dan frekuensi
DO : pernapasan
 Pasien tampak 
gelisah Penggunaan otot bantu napas
 Berkeringat 
dingin Keluhan psikososial, kecemasan,
ketidaktahuan akan prognosis

Ansietas

j. intervensi

- jelaskan proses penyakit kepada pasien maupun keluarga pasien.


- instruksikan untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif.
- diskusikan tentang obat yang digunakan,efek samping,dan reaksi yang tidak
diinginkan.
- tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
- beritahu efek bahaya merokok kepada pasien.
- berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

k. Rasional
- agar pasien mengerti tentang penyakit yang di derita pasien.
- agar pasien mengerti cara latihan nafas dan batuk efektif.
- agar pasien mengerti obat yang digunakan.
- agar pasien mengerti perawatan oral.
- agar pasien tidak / berhenti merokok.
- agar pasien mengerti untuk membatasi aktivitasnya.
L. IMPLEMENTASI

a. Mengauskultasikan bunyi nafas. Mencatat adanya bunyi nafas


b. Mengukur frekuensi pernafasan. Mencatat rasio inspirasi-ekspirasi.
c. Mengkaji klien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat
tidur
d. Membantu klien nafas dalam
e. Berkolaborasi pemberian obat golongan B2
f. Mengajak keluarga ikut serta dalam latihan nafas dalama. Terdengar bunyi nafas
klien wheezing

b. Fase inspirasi klien lebih lambat dari pada fase ekspirasi.


c. Klien merasa lebih nyaman dengan menggunakan peninggi kepala di tempat
tidur
d. Klien dapat mengontrol dispneu
e. Klien merasa lebih nyaman, spasme jalan nafas klien menurun
f. Klien mampu melakukan nafas dalam dengan baik dan benarZK

M. Evaluasi

15.00 WIBIS = Sesak berkurang, batuk berdahak masih ada

O = TD :110/80 mmhg, Suhu : 37 C, Nadi 97 x/menit, Nafas : 24 x/ menit, wheezing (+)

A = masalah teratasi sebagian

P = Terapi lanjutkan

I = Ajarkan klien batuk efektif

E = Klien memperagakan latihan batuk efektif dengan tepatZK2.05 Maret 2015

19.00 WIBIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, dan keadaannya lebih baik

O = TD : 110/80 mmhg, suhu 36C, nadi 90 x/menit, RR= 24x/menit, wheezing (+)

A = masalah teratasi sebagian

P = Terapi dilanjutkan

I = Ajarkan klien nafas dalam

E = Klien memperagakan latihan nafas dalam dengan tepatZK3.06 Maret 2015

07.00 WIBIIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, namun merasa masih lemah

O = TD : 110/80 mmhg, suhu 37 C, nadi 95 x/menit, RR= 25x/menit, wheezing (+)

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

I = Anjurkan pasien untuk istirahat

E = Klien istirahatZK4.06 Maret 2015


14.00 WIBIVS = Pasien mengatakan mulai nafsu makan namun masih ada sedikit rasa mual

O = makanan habis ¼ porsi

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

I = berikan makanan kesukaan pasien yang sesuai dengan diet pasien

E = pasien tidak mual, makanan habis 1 porsiZK


DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
L. IMPLEMENTASI

NO.DIAGN HARI/TGL/J IMPLEMENTASI EVALUA PA


OSA AM SI RA
RESPON F
1 Selasa,31/1/20 - mengkaji keadaan umum pasien. - Pasien
12 terlihat
09.00 - mengkaji frekuensi pernafasan sesak
1
- mengauskultasi bunyi paru -RR =
09.05 30x/menit
- memposisikan pasien semi fowler
1 -Terdengar
09.10 - memonitor oksigen pasien bunyi
wheezing
1,2 -pasien
09.15 - mengauskultasi bunyi usus mnegataka
n lebih
2 - mengkaji kebiasaan diet(masukan nyaman
09.20 oral) -terpasang
oksigen 2
- menganjurkan pasien untuk liter,
makan sedikit tapi sering.
2 -terdengar
10.00 - menganjurkan pasien untuk tidak bising usus
makan makanan yang
merangsang(pedas,panas,dingin) -pasien
3 tidak nafsu
10.05 - menimbang berat badan pasien. makan

3 - mengukur tanda-tanda vital -pasien


10.10 pasien mau
melakukan
nya
3
10.15
-pasien
mengerti
dan mau
melakukan
nya
3
10.20
-berat
2 badan
11.00 pasien
58kg

-
TD=110/70
S = 36,8 C
N
=105x/mnit
RR= 30x/
menit

1 Rabu,1/2/2012 -mengkaji keadaan umum pasien -pasien


07.00 terlihat
-mengkaji frekuensi pernafasan lebih
1 08.00 tenang
- memberikan obat -
ambroxol(oral),inj.cefotaxime,ranit RR=25x/m
1,2,3 idine(IV) nit
08.05
- memonitor oksigen pasien -pasien
mau diberi
2 obat
08.10 -mengkaji masukan oral

-masien
masih
3 08.15 - mengukur tanda-tanda vital menggunak
pasien an oksigen

-pasien
mengataka
2 11.00 n mulai
- menganjurkan pasien untuk nafsu
istirahat makan
-
TD=110/70
S = 36,8 C
N
2 11.05
=98x/mnit
RR= 25x/
menit

-pasien
beristirahat
1 Kamis,2/2/201 -mengkaji keadaan umum pasien -pasien
2 mengataka
21.00 n sesaknya
- memonitor oksigen berkurang
2 - pasien
21.05 tidak
- mengkaji frekuensi pernafasan menggunak
an slang
1,2 - memberikan obat cefotaxime(IV) oksigen
21.10 -
- menganjurkan pasien untuk RR=23x/m
3 istirahat kembali nit
23.00
- masien
2 - mengukur tanda-tanda vital mau diberi
23.05 pasien obat

-pasien
mau
2 - mengkaji masukan oral istirahat
05.00 dan tidur
kembali

-
3 TD=110/80
06.30 - menimbang berat badan pasien S= 36,5C
RR=23x/m
nit
N=
95x/mnit

3 - pasien
06.35 menhataka
n mulai
nafsu
makan,habi
s ½ porsi

-berat
badan
pasien
58,2kg

Você também pode gostar