Você está na página 1de 10

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol.

2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

Peningkatan Prestasi Belajar Mengelola Peralatan Kantor Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Learning Together Pada Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK
Negeri 1 Jogonalan Klaten Semester 3 Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh : Dono Budoyo


Email : Donobudoyo@gmail.com
SMK NEGERI 1 JOGONALAN KLATEN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Mengelola Peralatan
Kantor melalui penerapan model pembelajaran Learning Together siswa Kelas XI Administrasi
Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten semester 3 tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan
kolaborasi antara peneliti, siswa, dan guru pengampu mata pelajaran produktif program keahlian
administrasi perkantoran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Administrasi Perkantoran 1
SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten yang berjumlah 36 orang. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh
peneliti yang direncanakan bersama dengan guru teman sejawat. Sumber data penelitian ini adalah
informan, tempat, peristiwa dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
observasi dan tes. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus mengingat peneliti adalah guru
pengampu mata pelajaran tersebut. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan analisis dan refleksi.
Setiap siklus dilakukan dengan tiga kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 45 menit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar Mengelola Peralatan Kantorsiswa kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK
Negeri 1 Jogonalan Klaten melalui penerapan model pembelajaran Learning Together. Hasil
penelitian yang telah dilakukan adalah ada peningkatan prestasi belajar Mengelola Peralatan
Kantor siswa dari 19 siswa (53%) yang tuntas pada pra siklus menjadi 26 siswa (72%) yang tuntas
pada siklus I dan meningkat menjadi 34 siswa (94%) yang mencapai batas ketuntasan belajar. Nilai
rata-rata prestasi belajar Mengelola Peralatan Kantor meningkat dari 72,96 pada pra siklus menjadi
79,81 (meningkat 9%) pada siklus I dan menjadi 85,37 (meningkat 17%) pada siklus II.

Kata kunci : Model pembelajaran Learning Together. Prestasi belajar. Siklus

I. PENDAHULUAN Ketuntasan Minimal) mata pelajaran


Berdasarkan pengamatan di lapangan, Mengelola peralatan kantor yaitu 78. Untuk
pendidikan kita masih didominasi oleh tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru,
pandangan tradisional yaitu pengetahuan mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas
merupakan seperangkat fakta yang harus sebelum pelajaran Mengelola peralatan kantor
dihafal. Guru sebagai sumber utama dimulai. Ini menunjukkan rendahnya
pengetahuan sehingga proses pembelajaran di keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam
sekolah ini kurang melibatkan siswa. Siswa mengikuti pelajaran Mengelola peralatan
menjadi kurang kreatif karena masih banyak kantor.
guru yang menggunakan metode Untuk meningkatkan kualitas kegiatan
pembelajaran konvensional dengan pembelajaran menurut peneliti dapat diatasi
menggunakan metode ceramah. Guru sebagai dengan menerapkan metode Learning together
pusat informasi (teacher center) menerangkan pada pembelajaran Mengelola peralatan
materi, sementara siswa hanya duduk, kantor di SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten.
mendengarkan dan mencatat materi yang Alasan mengapa peneliti ingin menerapkan
disampaikan oleh guru. metode ini adalah untuk membentuk
Berdasarkan survey awal yang pengetahuan dari kelompok dan mereka dapat
dilakukan peneliti pada semester gasal, mendiskusikannya dengan teman-teman di
terdapat 13 siswa (45%) dari 32 siswa kelas kelompoknya. Melalui penerapan
XI Administrasi Perkantoran belum pembelajaran dengan metode Learning
memenuhi standar nilai KKM (Kriteria together dalam pembelajaran ini, diharapkan
1
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

dapat mendorong siswa untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-


mengembangkan diri melalui belajar dari kelompok kecil secara kolaboratif yang
teman dalam kelompok. Pada metode anggotanya terdiri dari empat sampai enam
pembelajaran learning together, interaksi orang, dengan struktur kelompoknya yang
ditandai dengan tujuan saling tergantung bersifat heterogen. Setiap siswa mempunyai
dengan individu yang lain. Dalam kesempatan yang sama untuk sukses.
pembelajaran learning together, bila dalam Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam
suatu kelompok siswa diberi tugas, tidak bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama,
hanya satu siswa saja yang mengerjakan saling membantu dan saling mendukung
semuanya dan yang lain harus dalam memecahkan masalah. Melalui
mendukungnya. interaksi belajar yang efektif, siswa lebih
Berdasarkan latar belakang tersebut di termotivasi, percaya diri, mampu
atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan menggunakan strategi berpikir, serta mampu
penelitian tentang “PENINGKATAN membangun hubungan interpersonal.
PRESTASI BELAJAR MENGELOLA Metode - Metode Pembelajaran Kooperatif
PERALATAN KANTOR MELALUI Robert E. Slavin (2009: 10-26)
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN menjelaskan bahwa ada berbagai macam
LEARNING TOGETHER PADA SISWA metode kooperatif, di antaranya yaitu :
KELAS XI ADMINISTRASI 1. Student Teams-Achievement Divisions
PERKANTORAN 1 SMK NEGERI 1 (STAD).
JOGONALAN KLATEN SEMESTER 3 Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim
TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. belajar yang terdiri atas empat orang yang
Tujuan dalam penelitian ini adalah berbeda - beda tingkat kemampuan, jenis
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kelamin dan latar belakang etniknya.
dan prestasi belajar mengelola peralatan 2. Teams Games- Tournament (TGT).
kantor melalui penerapan metode Metode ini menggunakan pelajaran yang
pembelajaran learning together. sama yang disampaikan guru dan tim kerja
yang sama seperti dalam STAD, tetapi
II. KAJIAN TEORI menggantikan kuis dengan turnamen
Pengertian Pembelajaran Kooperatif mingguan, dimana siswa memainkan game
Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) akademik dengan anggota tim lain untuk
mengemukakan bahwa: “Pembelajaran menyumbangkan poin bagi skor timnya.
kooperatif mengandung pengertian sebagai 3. Jigsaw II.
suatu sikap atau perilaku bersama dalam Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-
bekerja atau membantu diantara sesama dalam teki Elliot Aronson (1978). Dalam teknik
struktur kerjasama yang teratur dalam ini siswa bekerja dalam anggota kelompok
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau yang sama, yaitu empat orang, dengan latar
lebih dimana keberhasilan kerja sangat belakang yang berbeda seperti STAD dan
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap TGT. Para siswa ditugaskan membaca
anggota kelompok itu sendiri .Robert E. materi dan tiap anggota tim ditugaskan
Slavin (2009: 4) menyatakan bahwa secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek
“pembelajaran kooperatif merujuk pada tertentu dari tugas membaca tersebut.
berbagai macam metode pengajaran di mana Setelah membaca materinya, para ahli dari
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan
kecil untuk saling membantu satu sama topic yang sedang mereka bahas, lalu
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. mereka kembali kepada timnya untuk
Dalam kelas kooperatif, para siswa mengajarkan topic mereka itu kepada
diharapkan dapat saling membantu, saling teman satu timnya.
mendiskusikan dan berargumentasi untuk 4. Team Accelerated Instruction (TAI).
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai TAI dirancang khusus untuk mengajarkan
saat itu dan menutup kesenjangan dalam matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau
pemahaman masing-masing. siswa pada kelas lebih tinggi yang belum
Berdasarkan pengertian diatas dapat siap meneria materi aljabar lengkap).
disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah 5. Cooperatif Integrated Reading and
suatu model pembelajaran di mana siswa Composition (CIRC).
2
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

CIRC merupakan program komprehensif Learning Together


untuk mengajarkan membaca dan menulis Robert E. Slavin (2009: 48-56)
pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang menjelaskan bahwa model Learning Together
lebih tinggi dan juga pada sekolah dari pembelajaran kooperatif ala David dan
menengah. Dalam CIRC, guru Roger Johnson mungkin merupakan yang
menggunakan novel atau bahan bacaan paling banyak digunakan dari semua metode
yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa kooperatif, dan telah dievaluasi dalam
ditugaskan untuk berpasangan dalam tim sejumlah besar kajian. Learning Together
mereka untuk belajar dalam serangkaian adalah suatu model pembelajaran kooperatif
kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk yang melibatkan siswa yang bekerja dalam
membacakan cerita satu sama lain, kelompok-kelompok beranggota 4 atau 6
membuat prediksi mengenai bagaimana orang yang heterogen menangani tugas
akhir dari sebuah cerita naratif, saling tertentu. Kelompok-kelompok tersebut
merangkum cerita satu sama lain, menulis menyerahkan 1 hasil kelompok. Mereka
tanggapan terhadap cerita, dan melatih menerima pujian dan ganjaran berdasarkan
pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. pada hasil kelompok tersebut.
6. Group Investigation (Kelompok Secara umum, Learning Together dapat
Investigasi). diuraikan sebagai berikut: guru memotivasi
Dalam metode ini para siswa dibebaskan siswa untuk saling ketergantungan satu sama
membentuk kelompoknya sendiri yang lain secara positif, saling berinteraksi,
terdiri dari dua sampai enam orang memiliki tanggung jawab secara individu dan
anggota. Kelompok ini kemudian memilih sosial serta melakukan kerja kelompok.
topik-topik dari unit yang telah dipelajari Sebagai contoh, siswa yang mengajukan
oleh seluruh kelas, membagi topik-topik pertanyaan kepada guru akan dikembalikan
ini menjadi tugas-tugas pribadi dan kepada kelompoknya untuk menemukan
melakukan kegiatan untuk mempersiapkan jawabannya. Penskoran didasarkan pada
laporan kelompok. kinerja individual dan kesuksesan
7. Learning Together (Belajar Bersama). kelompoknya, tetapi individu–individu dan
Metode ini melibatkan siswa yang dibagi kelompok-kelompok tidak bersaing dengan
dalam kelompok yang terdiri atas empat yang lainnya (tidak ada kompetisi antar
atau enam orang dengan latar belakang kelompok). Learning Together melibatkan
yang berbeda mengerjakan lembar tugas. tanggung jawab individu terhadap pencapaian
Kelompok- kelompok ini menerima satu siswa.
lembar tugas, dan menerima pujian dan Robert E. Slavin (2009: 250)
penghargaan berdasarkan hasil kerja menyatakan bahwa Learning Together
kelompok. menekankan empat unsur, yaitu:
8. Complex Instruction (Pengajaran 1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja
Kompleks). dalam kelompok-kelompok yang
Fokus utama dari complex instruction beranggotakan empat sampai lima orang).
adalah pada membangun respek terhadap 2. Interpendensi positif: Para siswa bekerja
semua kemampuan yang dimiliki para bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
siswa, dan guru menunjukkan bagaimana 3. Tanggung jawab individual: Para siswa
tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu harus memperlihatkan bahwa mereka
yang akan membantu keberhasilan secara individual telah menguasai
kelompok. materinya.
9. Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur 4. Kemampuan-kemampuan interpersonal
Berpasangan). dan kelompok kecil: Para siswa diajari
Di dalam metode ini ada peningkatan, mengenai sarana-sarana yang efektif untuk
dimana dua orang murid saling bekerja sama dan mendiskusikan seberapa
mengajarkan. Siswa saling bergantian baik kelompok mereka bekerja dalam
menjadi guru dan murid untuk mencapai tujuan mereka.
mempelajari berbagai macam prosedur Adapun langkah-langkah pembelajaran
atau mencari informasi dari teks. kooperatif tipe Learning Together dalam
penelitian ini adalah :
1. Guru melakukan presentasi bahan ajar;
3
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

2. Siswa dalam kelompok heterogen terdiri Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
dari empat sampai enam orang Fungsi prestasi belajar menurut Zainal
mengerjakan satu lembar kerja; Arifin (1990:3) antara lain:
3. Guru menilai hasil kerja kelompok; 1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas
4. Guru memberikan kuis yang dikerjakan dan kualitas pengetahuan yang telah
secara individual dan dinilai sebagai hasil dikuasai anak didik.
kerja individual. 2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan
Pengertian Prestasi Belajar hasrat ingin tahu.
Belajar merupakan suatu proses 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi
perubahan tingkah laku, bagi siswa tentunya dalam inovasi pendidikan.
perubahan yang dimaksud adalah berupa 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern
pengetahuan dan kecakapan baru maupun dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
penyempurnaan dari hasil belajar yang telah 5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator
dicapai sebelumnya. Prestasi belajar terhadap daya serap anak didik.
merupakan kemampuan yang telah dicapai Berdasarkan pendapat tersebut, maka
siswa selama mengikuti kegiatan belajar dapat diketahui bahwa betapa pentingnya
mengajar. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: mengetahui prestasi belajar siswa, baik
102) menyatakan bahwa “Prestasi belajar individual maupun kelompok karena prestasi
dapat disebut juga sebagai hasil belajar yang belajar tidak hanya sebagai indikator
merupakan realisasi atau pemekaran dari keberhasilan, dan juga berguna bagi guru
kecakapan potensi atau kapasitas yang yang bersangkutan sebagai umpan balik
dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari dalam melaksanakan pembelajaran dikelas
perilaku dalam bentuk penguasaan apakah akan diadakan perbaikan dalam proses
pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun belajar mengajar ataupun tidak.
ketrampilan motorik”. Sama halnya dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Nana Sudjana (2005: 22) dalam bukunya Prestasi Belajar
berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah Salah satu indikator tercapainya
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa prestasi belajar adalah dengan diketahuinya
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. prestasi belajar yang dicapai siswa sebagai
Sejalan dengan pengertian tersebut subyek belajar. Untuk mencapai prestasi
Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf 1. Faktor Intern
maupun kalimat yang dapat mencerminkan Faktor intern adalah faktor yang timbul
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
dalam periode tertentu.” Sedangkan Zainal yang dapat digolongkan ke dalam faktor
Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat,
prestasi belajar merupakan suatu masalah minat dan motivasi.
yang bersifat perennial dalam sejarah a. Kecerdasan/intelegensi
kehidupan manusia karena sepanjang rentang b. Bakat
kehidupannya manusia selalu mengajar c. Minat
prestasi menurut bidang dan kemampuan d. Motivasi
masing-masing. 2. Faktor Ekstern
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengukuran dan penilaian terhadap pengalaman-pengalaman, keadaan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan keluarga, lingkungan sekitarnya dan
suatu mata pelajaran tertentu yang diperoleh sebagainya.
siswa melalui proses belajar dengan tujuan a. Keadaan Keluarga
yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh b. Keadaan Sekolah
dapat berupa keterampilan, pengetahuan, c. Lingkungan Masyarakat
kebiasaan dan cita-cita.

4
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

Mata Pelajaran Mengelola Peralatan ”Penerapan Metode Pembelajaran


kantor Learning Together dapat Meningkatkan
Mata pelajaran Mengelola Peralatan Prestasi Belajar Mengelola Peralatan
kantor merupakan salah satu mata pelajaran Kantor Siswa Kelas XI Administrasi
produktif yang diajarkan pada siswa kelas XI Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Jogonalan
program keahlian administrasi perkantoran. Klaten Semester 3 Tahun Pelajaran
Materi mata pelajaran ini membutuhkan 2014/2015”.
pemahaman yang mendalam terhadap
penggunaan mesin-mesin kantor sehingga III. METODE PENELITIAN
perlu menggunakan metode yang sesuai Setting Penelitian
karakter materi tersebut. Pada penelitian ini 1. Tempat Penelitian
materi yang diajarkan adalah menggunakan Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1
peralatan kantor. Isi dari materi menggunakan Jogonalan yang terletak di Tegalmas
peralatan kantor ini meliputi pengertian mesin Prawatan, Jogonalan Kabupaten Klaten.
kantor, kelebihan dan kekurang penggunaan 2. Waktu Penelitian
mesin kantor, cara menggunakan mesin- Penelitian dilaksanakan selama enam bulan
mesin kantor mulai dari mesin penghimpun, mulai bulan Juli sampai Desember 2014.
pencetak, pengolah data, pengganda sampai 3. Subyek Penelitian
dengan alat bantu untuk presentasi. Subyek penelitian dalam penelitian ini
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah siswa kelas XI Administrasi
untuk mata pelajaran mengelola peralatan Perkantoran 1 tahun pelajaran 2014/2015
kantor di SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten dengan jumlah siswa 36 anak.
adalah 78. Pendekatan Penelitian
Kerangka Berpikir Penelitian ini dilaksanakan dengan
Untuk mencapai hasil belajar yang pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
optimal maka diperlukan kerangka pemikiran PTK dilaksanakan dengan strategi siklus yang
yang sesuai dengan landasan teori yang telah berangkat dari identifikasi masalah yang
dikemukakan sebelumnya. dihadapi oleh guru, penyusunan rencana
Pengajaran yang bisa mendukung tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
keberhasilan penanaman pemahaman siswa tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan
adalah berkonsentrasi pada peserta didik, berurutan mulai dari perencanaan tindakan
padahal pengajaran yang banyak digunakan di sampai dengan refleksi disebut Adapun
sekolah menengah adalah pembelajaran langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan
konvensional yang berpusat pada guru atau dalam penelitian iNi melalui empat tahap,
teacher center. Pelaksanaan pembelajaran yakni: (1) perencanaan tindakan (2)
dengan metode konvensional, membuat siswa pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
kurang aktif, dan guru tidak bisa menganalisis interprestasi, dan (4) analisis dan refleksisatu
daya tangkap atau pemahaman siswanya siklus penelitian. Jika dalam setiap refleksi
secara individu. Model pembelajaran tersebut ditemukan masalah yang dihadapi guru, baik
dilakukan secara klasikal atau menyeluruh. masalah baru maupun masalah lama yang
Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil dianggap mengganggu tercapainya PTK,
belajar siswa, peneliti akan menerapkan maka guru dapat mengidentifikasi,
model pembelajaran learning together. menganalisis, dan merumuskan masalah
Dengan penerapan model pembelajaran ini tersebut. Selanjutnya, guru dapat melakukan
diharapkan kegiatan pembelajaran yang penelitian lebih lanjut pada siklus berikutnya,
dilakukan guru menjadi lebih menarik, yang dimulai dari penyusunan rencana
berkualitas, dan membuat siswa lebih aktif. tindakan sampai dengan refleksi. Namun, jika
Harapannya dengan kegiatan pembelajaran refleksi pada siklus tertentu tidak terjadi
yang kendala dan tujuan PTK telah
bermutu akan meningkatkan pula hasil belajar terselesaikan/tercapainya, maka penelitian
siswa. tidak perlu dilanjutkan ke siklus kedua.
Hipotesis Tindakan Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan kajian teori dan kerangka Teknik pengumpulan data yang
berpikir di atas, maka dapat dirumuskan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
hipotesis tindakan sebagai berikut
5
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

1. Observasi, digunakan untuk mengamati Tabel 1. Prestasi Belajar Mengelola peralatan


pelaksanaan dan perkembangan kantor Pra Siklus
pembelajaran yang dilakukan oleh guru No Kriteria Jumlah Prosentase
dan siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, 1 Tuntas 19 53
selama, dan sesudah siklus penelitian
2 Tidak Tuntas 17 47
berlangsung. Alat untuk mengumpulkan
data digunakan lembar pengamatan Jumlah 36 100
terhadap kegiatan siswa selama kegiatan (Sumber : Data Hasil Penelitian)
pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi dapat disimpulkan
2. Tes, digunakan untuk mengetahui bahwa penyebab kurang efektifnya kegiatan
perkembangan atau keberhasilan pembelajaran tersebut antara lain adalah :
pelaksanaan tindakan. Adapun bentuk tes 1. Ditinjau dari Segi Siswa
yang diberikan kepada siswa, yakni tes a. Siswa mengabaikan pelajaran produktif
yang berupa tes tertulis. dan pasif dalam kegiatan pembelajaran
Validasi Data mengelola peralatan kantor, terbukti
Pada penelitian ini, peneliti memakai mereka tidak memperhatikan pelajaran
teknik triangulasi data dan triangulasi metode. dari guru.
Triangulasi data berarti peneliti memperoleh b. Minat dan konsentrasi siswa dalam
data dari berbagai sumber dalam hal ini mengikuti kegiatan pembelajaran
ketua program keahlian pemasaran dan guru mengelola peralatan kantor rendah,
teman sejawat . Triangulasi metode berarti terbukti masih banyak siswa yang suka
peneliti menggunakan berbagai teknik atau bersenda gurau dengan teman daripada
metode dalam pengumpulan data. memperhatikan pelajaran dari guru.
Teknik Analisis Data 2. Ditinjau dari Segi Guru
Teknik analisis data pada penelitian ini a. Guru belum menggunakan model
adalah analisa deskriptif. Data yang diperoleh pembelajaran yang sesuai dengan
digunakan untuk menggambarkan hasil karakter siswa maupun materi
penelitian dan membuat refleksi dari hasil pelajaran, terbukti pembelajaran masih
tersebut. berpusat pada guru (teacher center)
Indikator Kinerja bukan berpusat pada siswa (student
Indikator ketercapaian siklus I dan II center).
dinilai dari beberapa komponen dan target b. Guru hanya menganggap siswa hanya
yang diharapkan dapat dicapai. Indikator sebagai obyek belajar, terbukti mereka
ketercapaian dalam penelitian ini adalah hasil kurang dilibatkan dan hanya
evaluasi target 80% atau 29 siswa melaksanakan instruksi selama
mendapatkan nilai 78 ke atas. kegiatan pembelajaran yang
berlangsung.
IV. HASIL TINDAKAN Deskripsi Hasil Siklus I
Deskripsi Siklus Awal Perencanaan Tindakan
Observasi awal dilakukan pada tanggal Kegiatan perencanaan tindakan 1
Senin tanggal 1 September 20145 di kelas XI dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4
Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 September 2014 di ruang guru program
Jogonalan Klaten. keahlian administrasi perkantoran SMK
Dari observasi awal yang dilakukan Negeri 1 Jogonalan Klaten. Peneliti membuat
diperoleh hasil bahwa prestasi belajar siswa rancangan tindakan yang akan dilakukan
pada mata pelajaran mengelola peralatan dalam proses penelitian pada siklus I.
kantor masih banyak yang berada di bawah Pelaksanaan tindakan pada siklus I
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) direncanakan akan dilaksanakan selama tiga
yaitu 78. Berdasarkan hasil nilai pra siklus kali pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal
tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 19 8, 15 dan 22 September 2015.
siswa telah memenuhi KKM sedangkan Pelaksanaan Tindakan
sisanya sebanyak 17 siswa belum memenuhi Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan
KKM. Berdasarkan hasil pengamatan pra selama tiga kali pertemuan sesuai dengan
siklus di atas diperoleh hasil sebagai berikut : skenario pembelajaran dan RPP. Masing-
masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45
6
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

menit (dua jam pelajaran). Selama proses


belajar mengajar berlangsung, peneliti juga Deskripsi Hasil Siklus II
melakukan observasi terhadap proses Perencanaan Tindakan Siklus II
pembelajaran yang berlangsung dengan Kegiatan perencanaan tindakan II
mengamati kegiatan siswa selama mengikuti dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29
kegiatan pembelajaran.Materi pembelajaran Septermber 2014 di ruang guru program
mengelola peralatan kantor pada pelaksanaan keahlian administrasi perkantoran SMK
tindakan I ini adalah macam-macam mesin- Negeri 1 Jogonalan Klaten. Peneliti
mesin kantor merencanakan rancangan tindakan yang akan
Observasi dan Interpretasi dilakukan pada siklus II. Berdasarkan hasil
Berdasarkan hasil evaluasi belajar siklus I analisis dan refleksi dari siklus I, kemudian
yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : direncanakan pelaksanaan tindakan pada
Tabel 2. Hasil Nilai Evaluasi Siklus I siklus II akan dilaksanakan selama tiga kali
No Siklus 1 Jumlah Prosentase pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal 6,
1 Tuntas 26 72 13 dan 20 Oktober 2014.
Pelaksanaan Tindakan
2 Tidak Tuntas 10 29 Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan
Jumlah 36 100 selama tiga kali pertemuan sesuai dengan
(Sumber : Data Hasil Penelitian) skenario pembelajaran dan RPP. Masing-
Dari tabel di atas, pada siklus I terdapat 26 siswa masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45
(72%) yang sudah mampu mendapatkan nilai menit (dua jam pelajaran). Pelaksanaan
sama dengan ataudi atas KKM, sedangkan 10 tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan
siswa lainnya (28%) belum mampu mencapai tindakan I, hanya pada pelaksanaan tindakan
batas KKM. Siswa yang mendapatkan nilai di II terdapat penguatan yang masih diperlukan
atas batas KKM adalah siswa yang mampu dari tindakan I dengan membagi siswa pada
memanfaatkan diskusi untuk memperdalam kelompok yang lebih kecil dan lebih
materi yang disampaikan guru. Sedangkan siswa heterogen serta memberikan waktu yang
yang belum mencapai KKM disebabkan masih lebih banyak untuk tanya jawab materi dengan
kurangnya konsentrasi dan belum mampu guru. Materi yang disampaikan pada
memanfaatkan diskusi kelompok. Nilai rata-rata pelaksanaan tindakan II adalah menggunakan
prestasi belajar mengelola peralatan kantor pada mesin pengolah data dan mesin pengganda
siklus I ini adalah 79,81 meningkat 9% dari nilai yang merupakan kelanjutan dari materi pada
rata-rata pra siklus. pelaksanaan tindakan I.
Refleksi Tindakan Siklus I Observasi dan Interprestasi
Berdasarkan observasi dan analisis di Hasil nilai evaluasi siswa pada siklus II
atas, maka tindakan refleksi yang dapat terdapat 34 siswa (94 %) yang mampu
dilakukan untuk mencapai target keberhasilan mendapatkan nilai di atas batas KKM,
penelitian adalah: sedangkan 2 siswa lainnya (6 %) belum mampu
1. Sebaiknya guru menyampaikan materi mencapai batas KKM. Siswa yang mendapatkan
pelajaran dengan pelan agar siswa dapat nilai di atas batas KKM sudah lebih banyak
lebih mudah menyerap materi yang karena adanya perbaikan yang dilakukan guru
disampaikan. pada siklus II ini dan mampu memanfaatkan
2. Guru perlu menambah waktu pada saat diskusi kelompok untuk memperdalam
tanya jawab dengan siswa agar kesulitan pemahamannya. Sedangkan siswa yang belum
yang dialami mereka dapat segera diatasi mencapai KKM dikarenakan masih kurang
3. Guru perlu banyak memberi contoh atau perhatian pada saat guru menyampaikan materi
demonstrasi untuk membangun dan contoh. Demikian pula pada saat kerja
pemahaman siswa. kelompok, mereka hanya bercanda dan
4. Guru membagi siswa pada kelompok yang mencontoh pekerjaan teman dalam
lebih kecil dengan anggota 4 orang per kelompoknya saja. Nilai rata-rata hasil evaluasi
kelompok dan lebih heterogen. siklus II adalah 85,37 naik 17% dari nilai rata-
5. Guru lebih sering berkeliling ke kelompok rata hasil evaluasi pra siklus. Hasil nilai evaluasi
pada saat siswa berdiskusi untuk menjaga mengelola peralatan kantor pada siklus II dapat
kondisi konsentrasi mereka pada saat dilihat pada tabel berikut ini :
bekerja kelompok. Tabel 3. Hasil Nilai Evaluasi Siklus II
7
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

No Keterangan Jumlah Prosentase pengetahuan yang dimiliki sehingga


1 Tuntas 34 94 mampu meningkatkan prestasi belajarnya
2 Tidak Tuntas 2 6
HASIL TINDAKAN
Jumlah 36 100 Berdasarkan data penelitian diperoleh
(Sumber : Data Hasil Penelitian) nilai tes awal pra siklus, hanya 19 siswa yang
Refleksi Tindakan Siklus II tuntas yaitu nilai memenuhi KKM dengan
Tindakan refleksi yang dapat diambil persetase 53 % dan sisanya 17 siswa atau
berdasarkan pengamatan dan analisis yang 47% belum tuntas. Kemudian ketuntasan
telah dilakukan adalah: belajar yang tercapai pada siklus I adalah
1. Untuk materi mesin kantor, guru masih sebanyak 26 siswa dengan persentase sebesar
meluangkan waktu untuk memberi contoh 72% telah memenuhi KKM dan 10 siswa atau
penggunaan dan mengikuti perkembangan 28% yang belum memenuhi KKM. Pada
teknologi mesin kantor. siklus I sudah terlihat peningkatan persentase
2. Guru masih perlu mengadakan pendekatan meskipun belum mencapai target tujuan yang
personal untuk mengatasi kesulitan belajar ditetapkan sehingga perlu melakukan tindakan
siswa. siklus II . Kemudian untuk siklus II,
3. Guru harus lebih sering menggunakan ketuntasan prestasi belajar yang tercapai
berbagai media pembelajaran yang mudah sebanyak 34 siswa dengan persentase sebesar
dicerna dan melibatkan siswa dalam 94 % dan hanya 2 siswa yang dinyatakan
membuatnya untuk menambah belum tuntas yaitu sekitar 6 %. Untuk lebih
semangatnya dalam mengikuti kegiatan jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
pembelajaran.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan
pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan prestasi belajar mengelola
peralatan kantor dengan menggunakan model Tabel 5. Ketuntasan Prestasi belajar Siswa Pra
pembelajaran learning together dari siklus Siklus, Siklus I dan II
satu ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat Indikator Keberhasilan 80%
dilihat dari tabel berikut ini: Kriteri Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tabel 4. Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I a
Jumlah Persentas Jumlah Persent Jumlah Persent
dan Siklus II Siswa e Siswa ase Siswa ase
Siklus I Siklus II Tuntas 19 53 26 72 34 94
Tidak
Kriteria Jumla Prosenta Jumla Prosenta Tuntas
17 47 10 28 2 6
h se h se Jumlah 36 100 36 100 36 100
Tuntas 26 72 34 94 Sumber : (Sumber : Data Hasil Penelitian)
Tidak
10 28 2 6
Tuntas Berdasarkan data penelitian diperoleh
Jumlah 36 100 36 100 hasil bahwa nilai rata-rata evaluasi prestasi
(Sumber : Data Hasil Penelitian) belajar juga mengalami peningkatan. Nilai
Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata pada pra siklus adalah 72,96
setelah digunakannya model pembelajaran kemudian pada setelah dilaksanakan tindakan
learning together membawa perubahan yang siklus I meningkat menjadi 79,81 naik 9%
positif dalam pembelajaran mengelola dari rata-rata semula. Pada siklus II diperoleh
peralatan kantor. Perubahan yang terlihat nilai rata-rata 85,37 naik 17% dari rata-rata
adalah: Siswa menjadi lebih antusias dalam pra siklus. Kenaikan nilai rata-rata siswa
mengikuti pembelajaran mengelola peralatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
kantor, Tabel 6. Nilai Rata-Rata Per Siklus
1. Siswa menjadi lebih bersemangat dan No Keterangan Nilai
aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas
1 Pra Siklus 72,96
terutama pada saat diskusi kelompok
2. Siswa menjadi lebih mudah memahami 2 Siklus 1 79,81
materi pembelajaran karena teman- 3 Siklus 2 85,37
temannya mau berbagai pengalaman dan (Sumber : Data Hasil Penelitian)
8
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

Setelah dilaksanakannya tindakan pada 2. Bagi Guru


siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi a. Hendaknya lebih intensif
peningkatan prestasi belajar mengelola mengembangkan pembelajaran yang
peralatan kantor pada siswa kelas XI aktif, kreatif, inovatif dan
Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 menyenangkan sesuai dengan
Jogonalan Klaten melalui penerapan model karakteristik materi dan siswa yang
pembelajaran learning together. diampunya.
b. Hendakanya mau meluangkanwaktu
V. PENUTUP pendekatan individual kepada siswa
Simpulan yang bermasalah dengan belajarnya
Kesimpulan penelitian tindakan kelas agar segera teratasi dan mampu
ini adalah ada peningkatan prestasi belajar meningkatkan prestasi belajar mereka.
mengelola peralatan kantor melalui penerapan 3. Bagi Siswa
model pembelajaran learning together pada a. Hendaknya mampu memanfaatkan
siswa kelas XI Administrasi Perkantoran 1 kegiatan diskusi kelompok untuk
SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten tahun membentuk karakter yang bertanggung
pelajaran 2014/2015. jawab, toleransi dan kerja keras.
Implikasi b. Hendaknya mampu memanfaatkan
Implikasi dari penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif ini untuk
ini adalah: meningkatkan pemahamannya pada
Penelitian ini memberikan gambaran materi pelajaran yang disampaikan oleh
yang jelas bahwa dengan menggunakan model guru.
pembelajaran learning together dalam
pembelajaran mengelola peralatan kantor DAFTAR PUSTAKA
dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasilnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning
sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya :
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Dengan penerapan model pembelajaran ini
diharapkan dapat menghapus pandangan Ahmad Rivai, Nana Sudjana. 2005. Media
siswa terhadap pembelajaran yang dinilai Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
membosankan menjadi sebuah pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan. Pemberian Anita. Lie. 2002. Mempraktikkan Coopertive
tindakan dan siklus I sampai siklus II Learning di Ruang-Ruang Kelas.
memberikan deskripsi bahwa terdapatnya Jakarta : Gramedia.
kekurangan dan kelemahan yang terjadi
selama proses pembelajaran mengelola Arnie Fajar, dkk. 2005. Portofolio dalam
peralatan kantor berlangsung. Hasil penelitian pembelajaran IPS. Bandung : PT
menunjukkan bahwa penerapan model Remaja Rosdakarya.
pembelajaran learning together dapat
mengatasi rendahnya prestasi belajar Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan
mengelola peralatan kantor siswa. Hal ini Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
dapat pula diterapkan pada mata pelajaran Mahasatya.
yang lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan materi pelajaran ini. Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan
Saran Kelas. Jakarta : Depdiknas.
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya selalu mendorong guru Cece Wijaya. 2000. Kemampuan Dasar Guru
untuk mengembangkan dan dalam Proses Belajar Mengajar.
menerapkan pendekatan pembelajaran Bandung : Remaja Rosdakarya.
yang berpusat pada siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Indra Bastian. 2006. Administrasi
b. Hendaknya mengusahakan fasilitas Perkantoran 1 Pendidikan. Yogyakarta
sarana dan prasarana yang mendukung : Erlangga.
kelancaran kegiatan pembelajaran
9
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

Isjoni. 2007. Coopertive Learning : Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam


Mengembangkan Kemampuan Belajar Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Berkelompok. Bandung : Alfabeta. Bumi Aksara.

Kalhani Kasholah. 2001. Penelitian Tindakan Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan
Kelas Untuk Guru. Malang Universitas Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Negeri Malang.
___ . Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan Belajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Dengan Pendekatan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Rini Budiharti. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Surakarta : UNS Press
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sardiman AM. 2007. Interaksi dan Motivasi
Remaja Rosdakarya. Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
— 2005. Implementasi Kurikulum 2004
Panduan Pembelajaranan KBK. – Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
Bandung : Remaja Rosdakarya. yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Mulyasa E. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi : Konsep, Karakteristi, dan Suharsimi Arikunto,dkk. 2007. Penelitian
Implementasi. Bandung : Remaja Tindakan Kelas. Jakarta : PT Dumi
Rosdakarya. Aksara.

Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Rosdakarya. Tahun 2003.

10

Você também pode gostar