Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hukum pidana di Indonesia sering kita jumpai mengenai tindakan yang melanggar
aturan di antaranya ialah dapat di kenakannya pidana dalam delik tersebut, satu tindakan yang
sangat kita fahami masalah pemberontakan yang di lakukan oleh warga negara terhadap
kedaulatn bangsa dan negara baik yang di lakukan oleh perseorangan atau individualisme
maupun di lakukan secara kolektif atau berkelompok, sering juga kita kenal dengan istilah
MAKAR, makar ialah suatu pemberontakan terhadap keutuhan bangsa dengan cara yang di
lakukan oleh individu maupun kolektif dengan berbagai alasan, di antaranya ketidak puasan
pemberontak kepada system atau kebijakan yang dikemukakan kepala negara atau presiden
maupun dari pihak parlemen.
Pemberontak itu biasanya mengatas namakan dirinya adalah suatu bentuk pembaharuan
system yang menggantikan system atau kebijakan lama yang di nggapnya tidak relevan untuk di
teruskan lagi sebagai landasan utama yang ada di antara landasan lain yang menyokong akan
keberlangsungan system kenegaraan.
Dengan kata lain bisa dinyatakan: jika terdapat diskrepansi (ketidak sesuaian,
pertentangan) antara ambisi-ambisi dengan kemampuan pribadi, maka peristiwa sedemikian ini
mendorong orang untuk melakukan tindak criminal atau, jika terdapat diskrepansi antara
aspirasi-aspirasi dengan potensi-potensi personal, maka akan terjadi “maladjustment” ekonomis
(ketidak mampuan menyesuaikan diri secara ekonomis), yang mendorong orang untuk bertindak
jahat atau melakukan tindak pidana dan rasa ketidak puasan (merasa didiskriminasi) dari
pemerintah. Begitu juga dengan kejahatan terhadap keamann negara.
Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-
norma social, sehingga masyarakat menentangnya. Dewasa ini banyak sekali kejahatan-
kejahatan yang terjadi diantaranya kejahatan terhadap keamanan negara sebagaimana yang akan
dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN
Makar berasal dari kata “aanslag” (belanda) yang berarti serangan atau “aanval” yang
berarti suatu penyerangan dengan maksud tidak baik (Misdadige Aanranding).
Makar dalam KUHP adalah tindakan melakukan penyerangan dengan maksud hendak
membunuh, merampas kemerdekaan dan menjadikan tidak cakap memerintah atas diri presiden
atau wakil presiden, diancam dengan hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau pula
penjara sementara selama-lamanya dua puluh (20) tahun.
Bentuk makar dalam KUHP dapat digolongkan dalam 3 bentuk yaitu :
1. Makar Terhadap Kepala Negara (Pasal 104 KUHP)
2. Makar Untuk Memasukkan Indonesia Dalam Penguasaan Asing
3. Makar Untuk Menggulingkan Pemerintahan
4. Pemberontakan
5. Pemufakatan
Kasus pengibaran bendera RMS berawal ketika segerombolan penari Cakalele tiba-tiba
memasuki halaman upacara sampai pada jarak yang membahayakan presiden SBY. Rombongan
penari yang tidak diacarakan itu hendak membentangkan bendera RMS dihadapan presiden dan
rombongan pada saat Gubernur Maluku Albert Ralahalu menyampaikan laporannya. Dalam
kasus makar ada hal yang diperhatikan yaitu kalimat “makar dengan maksud” artinya perbuatan
makar tersebut harus direncanakan setidak-tidaknya dipersiapkan. Meski perumusan delik ini
adalah delik formil oleh karenanya makar dalam konteks ini bersifat karet karena tidak ada unsur
penjelasan apakah makar ini dilakukan dengan upaya kekerasan atau dilakukan dengan damai
atau melalui mekanisme demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Habib. http://habiebahmadz.blogspot.com/2012/10/makar.html. Diakses hari Selasa tanggal 02
Oktober 2012.
IlyasIsmail.http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/hikmah/11/06/23/ln7xrb-makar-dan-mungkar.
Madina.http://madina.co.id/index.php/opini/885-kasus-pengibaran-bendera-rms bumi-cengkeh-dan-
VelantiAnggunsuri.http://www.komisikepolisianindonesia.com/umum/read/10935/bedanya-kudeta-
(Sumber Internet)