Você está na página 1de 3

ADAB-ADAB PUASA

1. menghindari kedustaan

karena hal itu termasuk amal yang haram dilakukan pada setiap saat, dan pada waktu puasa itu jelas
lebih diharamkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“…Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta, karena dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu
menggiring ke Neraka. Dan seseorang itu masih akan terus berdusta dan terus berdusta sehingga dicatat
di sisi Allah sebagai pendusta.”[1]

2. menghindari ghibah.

Yakni seorang muslim menyebutkan apa-apa yang tidak disukai dari saudaranya ketika saudaranya itu
sedang tidak bersamanya, baik yang disebutkannya itu apa yang tidak disukai dari penampilan atau
akhlaknya, maupun yang disebutkannya itu memang benar adanya maupun tidak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya…” [al-
Hujuraat/: 12]

3. menghindari namimah atau mengadu domba.

Yakni tindakan seorang muslim menyampaikan ungkapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan
untuk merusak hubungan antara keduanya. Perbuatan ini termasuk perbuatan dosa besar, karena ia
dapat merusak individu dan juga masyarakat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang
kian kemari menghambur fitnah.” [al-Qalam/68: 10-11]

Sedang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.”[2]

4. menghindari tipu muslihat dan kecurangan dalam segala bentuk mu’amalah, baik itu jual beli, sewa-
menyewa, maupun produksi, serta dalam semua selebaran dan pemberitaan. Sebab, tipu muslihat itu
termasuk perbuatan dosa besar, karena ia merupakan penipuan sekaligus penanaman benih fitnah dan
perpecahan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa menipu kami berarti dia bukan dari golongan kami.”[3]

5. menghindari kesaksian palsu

karena hal itu termasuk perbuatan yang bertentangan dengan puasa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak memiliki
kepentingan pada tindakannya meninggalkan makanan dan minumannya.”[4]

6. Menjaga Lisan dari Kata-Kata yang Tidak Bermanfaat

Orang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, karena lisan
merupakan sumber dari banyaknya dosa. Orang-orang mukmin sebenarnya adalah yang selalu
menghindari pembicaraan yang tidak berarti dan senantiasa menghiasi diri dengan adab-adab Islam
dalam ucapan mereka.

Allah ‫ تبارك وتعالى‬berfirman:

“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” [al-Mu’-
minuun/23 : 3]

Selain itu, Dia juga berfirman:

“Tidak ada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu
hadir.” [Qaaf/50 : 18]

Orang yang berpuasa harus mempuasakan (menahan) juga anggota tubuhnya dari segala macam
perbuatan dosa, lisannya dari dusta, kata-kata keji, dan sumpah palsu, serta kata-kata yang tidak berarti.
Juga mempuasakan perutnya dari makanan dan minuman, dan kemaluannya dari perbuatan keji. Kalau
memang dia harus berbicara, maka dia akan berbicara dengan kata-kata yang tidak akan merusak
puasanya. Jika dia berbuat maka dia akan berbuat hal-hal yang tidak akan merusak puasanya, sehingga
yang keluar darinya adalah ucapan yang baik dan amal per-buatan yang shalih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu:

“Puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, jika datang hari puasa, maka janganlah salah seorang di antara
kalian melakukan rafats (berbicara kotor atau hubungan badan/jima’) dan tidak juga membuat
kegaduhan. Dan jika ada orang yang mencaci atau menyerangnya, maka hendaklah dia mengatakan,
‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’”[8]

7. Ghadhdhul Bashar (Menundukkan Pandangan)

Orang yang berpuasa haruslah menundukkan pandangannya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah
Ta’ala. Karena sebagaimana anggota tubuh lainnya, mata juga mempunyai hak puasa, dan puasa mata
adalah dengan menundukkannya dari hal-hal yang haram.

Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui
apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan
pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” [an-Nuur/24: 30-31]

Você também pode gostar