Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
NOVA SARI
102 STYJ 17
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan pendahuluan dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Persalinan Normal” ini dapat saya
selesaikan meskipun dalam bentuk serta isi yang sederhana.
Penyusanan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas Stase
Maternitas di Prodi Profesi Ners Stikes Yarsi Mataram. Pada kesempatan penyusunan
laporan pendahuluan ini saya menghaturkan banyak terimakasih yang sebesar-
besarnya.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam
sistematika penulisan maupun isinya. Oleh karena itu saya mohon saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembimbing lahan praktek maupun pembimbing
pendidikan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain
13% (Dinas Kesehatan NTB, 2008).
Angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih sangat tinggi ini
dikarenakan tiga terlambat yaitu: terlambat mengenali bahaya, terlambat untuk
dirujuk dan terlambat mendapat pertolongan yang memadai, selain itu adanya
penyebab tak langsung yaitu status gizi ibu yang memprihatinkan (30% ibu
hamil kurang gizi kronik, 51% anemia ), corak reproduksi yang kurang baik
(14% kehamilan kurang dari 20 tahun, 12,7% terlalu tua untuk hamil, 17%
jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, 17% terlalu sering hamil) periksa hamil
terlambat, pelayanan untuk ibu hamil dan bayi belum menjangkau 1,1 juta ibu
dan bayinya (Prawirohardjo, 2006).
Untuk menurunkan angka kematian ini, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya, dengan mendirikan dan menyebarluaskan peskesmas di
berbagai daerah dan juga bidan-bidan desa di berbagai pelosok-pelosok desa.
Alat-alat canggih juga telah dilengkapi di berbagai puskesmas seperti
ultrasonografi untuk mendeteksi dengan tepat janin yang dikandung. Dengan
adanya tenaga-tenaga terlatih tersebut dapat menarik masyarakat untuk bersalin
di tempat pelayanan kesehatan yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas,
polindes atau di bidan praktek swasta. Sehingga proses persalinannya dapat
selalu dipantau baik kesejahteraan ibu, janin maupun kemajuan persalinan.
Dengan demikian, apabila terdapat patofisiologis dari proses persalinan dapat
segera di deteksi. Sehingga penatalaksanaannyapun dapat segera dilakukan agar
tidak merugikan baik bagi kesehatan ibu maupun janin (Dinas Kesehatan NTB,
2013).
Selanjutnya kompetensi dan keterampilan dari bidan-bidan dalam
memberikan asuhan yang tepat pada saat persalinan juga turut andil dalam
mengurangi angka kematian Ibu. Manajeman dan asuhan yang tepat dapat
memberikan hasil yang maksimal bagi derajat kesehatan ibu dan bayi. Dengan
demikian bagi para calon bidan perlu adanya persiapan dan latihan yang
4
maksimal dalam memberikan asuhan pada persalinan (Dinas Kesehatan NTB,
2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menunjukkan bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
adalah 359/100.000 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan AKI 2007
sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut meningkat dan masih jauh
dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 102/100.000
kelahiran hidup sehingga memerlukan usaha dari semua komponen untuk
mencapai target tersebut. Faktanya sampai saat ini bahwa kematian ibu dan
angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat resiko ibu yang melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi dan
berdampak terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
(Kemenkes RI, 2013).
Usahapemerintah provinsi NTB untuk menekan angka kematian
ibu dan bayi masih cukup berat, sebab hingga kini angka kematian ibu
dan bayi di daerah ini masih sangat tinggi. Data tahun 2012 menyebutkan,
jumlah kematian bayi menembus angka 1.432bayi dari 103.524 kelahiran
yang di sebabkan karenamasih adanya persalinan oleh dukun sebesar9,65%
dan masih adanya ibu hamil resti atau komplikasi yang belum ditangani
sebanyak 9,09%.Sedangkan untuk kematian ibu saat melahirkan
berjumlah 100 orang dari 93.281 proses melahirkan (Dikes Provinsi NTB,
2014).
Dengan adanya tenaga-tenaga terlatih tersebut dapat menarik
masyarakat untuk bersalin di tempat pelayanan kesehatan yang memadai seperti
rumah sakit, puskesmas, polindes atau di bidan praktek swasta. Sehingga proses
persalinannya dapat selalu dipantau baik kesejahteraan ibu, janin maupun
kemajuan persalinan. Dengan demikian, apabila terdapat patofisiologis dari
proses persalinan dapat segera dideteksi. Sehingga penatalaksanaannyapun
dapat segera dilakukan agar tidak merugikan baik bagi kesehatan ibu maupun
janin (Dikes Provinsi NTB, 2014).
5
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswadiharapkan dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada
persalinan normal menurut manajemen asuhan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data observasi dengan benar
pada pasien dengan persalinan normal.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan
diagnosis pada pasien dengan persalinan normal.
c. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada
pasien dengan persalinan normal.
d. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan persalinan normal..
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan persalinan normal.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan persalinan normal..
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk melatih kemampuan dan keterampilan dasar
dalam melakukan observasi persalinan sehingga mahasiswa mampu
menerapkan teori yang telah didapatkan.
Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanaan pada ibu bersalin
nomal, dan mahsiswa mampu menganalisa keadaan pada ibu bersalin
normal dan mengerti tindakan segera yang harus di lakukan.
2. Untuk Pendidikan
Sebagai sarana untuk mendidik mahasiswa khususnya mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram agar lebih terampil dan
cekatan dalam melakukan observasi dan memberikan asuhan keperawatan.
6
3. Bagi Petugas Kesehatan/Lahan
a. Sebagai sarana untuk lebih melatih dan mengasah kemampuan
mahasiswa dalam memberikan pelayanan terhadap ibu bersalin normal
dan mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB).
b. Di harapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Ampenan
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan sehingga dapat mengoptimalkan penurunan angka
kematian Ibu dan Bayi.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
minggu sampai 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara
1.000 gram sampai 2.499 gram.
4) Partus Matur atau Aterm
Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2.500
gram atau lebih.
5) Partus Pascamatur atau Serotinus
Pengeluaran hasil kehamilan setelah usia kehamilan 42
minggu.
2.1.2. Factor-Faktor Penyebab Persalinan Di Mulai (Prawirohardjo,
1997)
1) Factor Hormonal
Satu sampai dua minggu sbelum persalinan terjadi penurunan
hormone estrogen dan progesterone. Dimana progesterone bekerja
sebagai relaksasi otot polos,. Sehingga aliran darah berkurang dan
hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran progtaglandin
merngsang di lepaskan oksitosin. Hal ini uga merangsang
kontraksi uterus. Factor strutur uterus atau Rahim membesar dan
menekan, menyebabkan iskemia otot-otot Rahim sehingga
mengganggu sirkulasi otot plasenta yang beakibat degenerasi.
2) Factor Syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka
akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan
merangsang timbulnya kontraksi.
3) Factor Kekuatan Plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatan
penurunan produk hormone progesterone dan estrogen.
4) Factor Nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
9
5) Factor Partus
Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong engan menggunakan
oksitosin, aminotomo gagang luminaria.
2.1.3. Faktor Esensial Persalinan
Persalinan normal dapat berlangsung karena adanya kerja sama
ke-5 faktor penting berikut ini :
1) Passager
10
2) Passage way : Bentuk dan diameter pelvis, peregangan segmen
3) Power
1. Kesiapan emosi
2. Persiapan persalinan : Tehnik relaksasi dan tehnik pengaturan
nafas
3. Support sistem
4. Lingkungan
5. Mekanisme koping
6. Budaya
7. Sikap terhadap kehamilan (Hutahean 2009, h. 86-87).
11
3. Keregangan Otot-Otot:
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh Janin:
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin:
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaab
menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan
secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong
dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum
melahirkan atau selama persalinan.
2.1.5. Tanda-tanda Persalinan
Tanda- tanda persalinan atau inpartu menurut JNPK-KR
DEPKES RI. (2008) yaitu :
1. Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan
rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks.
His persalinan memiliki ciri-ciri yaitu pinggang terasa sakit dan
menjalar ke depan, sifat his teratur, interval semakin pendek dan
kekuatan semakin besar, serta terjadi perubahan pada serviks.
12
2. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam
Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan
melepasnya lendir yang berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka.
3. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang
tipis seperti kertas (Prawirohardjo, 2009).
2.1.6. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala menurut JNPK-
KR DEPKES RI (2008) yaitu:
1. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya
serviks disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala
kala I :
a. His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
b. Penipisan dan pembukaan serviks
c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur
darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
a. Fase laten
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaaan serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm
13
3) Pada umumnya,fase laten berlangsung hamper atau hingga
8 jam.
4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-
30 detik
Prosedur dan diagnostik menurut Saefuddin (2010) :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada
waktunyamaka:
a) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam
seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat
kehamilan; riwayat medik; riwayat sosial; terakhir kali
makan dan minum; masalah yang pernah ada
b) Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Edema; kondisi puting susu;
kandung kemih.
c) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;
penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung
janin.
d) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban
penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah
teraba.
e) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain;
darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
f) Perubahan psikososial
Perubahn prilaku, tingkat energi; kebutuhan dan
dukungan.
14
b. Fase aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm,akan terjadi dengan kecepatan rata-
rata 1 cm/jam (nulipara/primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan (Sumarah, 2009)
2. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Wanita merasa
hendak buang air besar karena tekanan pada rektum. Perinium
menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia menjadi
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva pada waktu his.Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2
jam, pada multi 0,5-1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Perineum terlihat menonjol.
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
4. Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
5. Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.
6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
15
3. Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Dimulai
segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya placenta ( 30
menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri
sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas
dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan
pascapersalinan. Tanda – tanda pelepasan plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b. Tali pusat memanjang.
c. Semburan darah tiba – tiba.
d. Cara plasenta terlepas
1) Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
2) Semburan darah tiba-tiba
3) Fundus berkontraksi sehingga berbentuk bulat keras
16
e. Manejemen aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala
III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah terjadinya retensio
plasenta
Tiga langkah manajemen aktif kala III :
1. Berikan oksitosin 10 unit IM segera setelah bayi lahir, dan
setelah dipastikan kehamilan tunggal.
2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3. Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta
lahir.
4. Kala IV (2 Jam Post Partum)
Dalam kala IV ini pasien masih membutuhkan pengawasan
yang intensif untuk mencegah perdarahan dan antimia uteri. Maka
dalam kala IV pasien belum bisa dipindahkan ke kamarnya dan
tidak boleh ditinggalkan oleh bidan.
Yang perlu diawasi selama 2 jam post partum adalah 1 jam
pertama yang dipantau setiap 15 menit seperti : tekanan darah,
nadi, suhu (setiap 1 jam), TFU, kandung kemih dan, perdarahan.
Untuk 1 jam ke dua yang dipantau setiap30 menit yaitu : tekanan
darah, nadi, suhu (setiap 1 jam), TFU, kandung kemih dan,
perdarahan(Oxorn, 2010).
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan
amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak
diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan
pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post
partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya
17
karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior
(Prawirohardjo, 2009).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi
fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 jam pertama pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih
dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika
ada temua yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian
secara lebih sering
Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida :
Tabel 2.1 lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa
8-10 Jam
memasukkan kala IV 12-14 jam
9
yang bersifat observasi)
18
maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis
melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong (Wiknjosastro,
2010)
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis
akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi
kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau
kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis
menurut Prawirohardjo ( 2009):
1) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura
sagitalis bergeser mendekati promontorium.
2) Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura
sagitalis mendekati symphisis.
19
His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala
tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka
kepala bergerak menekan kebawah (Prawirohardjo,2009)
20
defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput
sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga
berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya
dagu (Prawirohardjo,2009).
Gambar 2.4 Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi
luar
(Prawirohardjo,2009)
21
7. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
22
3. Kala III
a. Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
b. Semburan darah tiba-tiba
4. Kala IV
Tingginya fundus uteri sepusat atau 1 jari dibawah pusat
2.1.9. Prosedur Diagnostik (JNPK-KR DEPKES RI, 2008)
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :
1) Tanyakan :
a. Permulaan timbulnya kontraksi
b. Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan
ketuban
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat medik
e. Riwayat sosial
f. Terakhir kali makan dan minum
g. Masalah yang pernah ada
2) Pemeriksaan Umum :
a) Tanda vital, BB, TB. Edema
b) Kondisi puting susu
c) Kandung kemih
3) Pemeriksaan Abdomen :
a) Bekas luka operasi
b) Tinggi Fundus Uteri
c) Kontraksi
d) Penurunan Kepala
e) Letak janin
f) Besar janin
g) Denyut jantung janin
4) Pemeriksaan vagina :
a) Pembukaan dan penipisan servik
23
b) Selaput ketuban penurunan dan molase
c) Anggota tubuh janin yang sudah teraba
5) Pemeriksaan Penunjang :
a) Urine : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
b) Darah : Hb, BT/CT, dan lain-lain
24
2.1.10. PATHWAY PERSALINAN NORMAL
Kehamilan 36-40 mg
Penurunan kadar
progesteron & estrogen
Krisis Kontraksi
Ansietas situasional pada uterus
Tekanan hidrostatis air ketuban & Ketuban
tekanan intrauterin naik pecah dini
Risiko kekurangan
volume cairan
2.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian kalaI
a. faselaten
2) Nyeri atauketidaknyamanan
4) Seksualitas :
b. faseaktif
1) Aktivitas/istirahat : dapat menunjukan buktikelelahan
2) Integritas ego:
a) dapat lebih serius dan terhanyut pada prosespersalinan.
b) ketakutan tentang kemampuan pengendalian pernafasan dan
40 menit
4) Keamanan:
26
a) irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada
posisivertex.
5) Seksualitas :
c. Fasetransisi
1) Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien,
nadimeningkat.
2) Integritas ego:
a) perilakupeka.
b) munkin mengalami kesulitan mempertahankancontrol.
5) Nyeri / ketidaknyamanan:
a) Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45- 60
detik.
27
e) Tremor kaki dapatterjadi.
6) Keamanan:
a) DJJ terdengar tepat diatas simphisispubis.
b) DJJ dapat menimbulkan deselerasi lambat ( sirkulasi uterus
terganggu ) atau deselerasiawal.
7) Seksualitas :
2. Pengkajian kalaII
a. Aktivitas / istirahat:
1) Laporankelelahan.
3) Letargi.
c. Integritas ego:
d. Eliminasi:
1) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi
28
disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus.
upayamendorong.
e. Nyeri / ketidaknyamanan:
1) Dapat merintih atau meringis selamakontraksi.
h. Seksualitas :
1) Serviks dilatasi penuh ( 10 cm ) dan penonjolan 100%.
2) Peningkatan perdarahanpervaginam.
29
3) Penonjolan rektum atau perineal dengan turunnyajanin.
4) Membran dapat ruptur bila masih utuh.
5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selamakotraksi.
3. Pengkajian kalaIII
a. Aktivitas / istirahat : perilaku dapat direntang dari senang sampai
keletihan.
b. Sirkulasi :
e. Keamanan:
f. Seksualitas:
30
4. Pengkajian kalaIV
a. Aktivitas/istirahat : dapat tampak berenergi atau kelelahan/keletihan,
mengantuk.
b. Sirkulasi :
c. Integritas ego:
1) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah; mis, eksitasi
kelelahan), ataukecewa.
takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
31
d. Eliminasi:
urinariusterpasang.
dankelahiran.
f. Neurosensori:
primipara)
dengan “menggigil”.
h. Keamanan:
1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit ( pengerahan tenaga,
32
rehidrasi).
i. Seksual:
1) Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilicus.
waktu danjumlah.
33
ANALISA DATA
Enrgi berkurang
kelelahan
34
P : Penekanan saraf saraf/penegangan
Q : Terus menerus jaringan
R : Bagian bawah
tubuh
S : 10
T : Setiap saat
Ds :
- Klien mengatakan Kontraksi kuat & Pnurunan
perasaan terasa lemah cepat curah jantung
Penekanan vena
Do : pada insinor
- Takikardi, bradikardi
- Kulit berkeringat Penurunan aliran
- Penurunan nadi prifer balik ke jantung
- Tampak gelisah
- dispnea Curah jantung &
tekanan darah
Penurunan curah
jantung
3 DS: Resiko
- Pasien mengatakan Kontraksi uterus kekurangan
sangat haus volume cairan
Plasenta lahir berhubungan
DO: diaphoresis
- Pasien tampak lelah Kehilangan darah
- Mukosa bibir kering (200 ml), diaforesis
- Diaphoresis
- Tanda-tanda Vital: Resiko kekurangan
TD:100/70 mmHg volume cairan
N : 70 x/menit
R : 18 x/menit
SB : 36,1 C
Ds : Nyri akut
- Pasien mengatakan Robekan jalan lahir
bagian bawah tubuhnya
sakit Trauma jaringan
Do : perineum
- Posisi untuk menahan
35
nyeri Rupture
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata Nyri akut
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
36
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kala I
- Nyeri akut berhubungan dengan kontraksiuterus
- Kelelahan berhubungan dngan energi berkurang
2. Kala II
3. Kala III
37
C. RENCANA KEPERAWATAN
kala 1
38
energi berkurang
dengan criteria hasil: 3. Anjurkan upaya berkemih
. 1. Energi stabil sedikitnya 1-2 jam
2. Pasien tidak lemah 4. Posisikan klien tegak dan cucurkan
air hangat di atas perineum
5. Ukur suhu dan nadi, kaji adanya
peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
kala II
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi derajat
dengan penekanan saraf selama….,diharapkan nyeri terkontrol ketidaknyamanan
dengan criteria hasil: 2. Berikan tanda/ tindakan
1. TTV dbn kenyamanan seperti perawatan
2. Pasien dapat mendemostrasikan nafas kulit, mulut, perineal dan alat-alat
dalam dan teknik mengejan tahun yang kering
3. Bantu pasien memilih posisi yang
39
nyaman untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan kateter
dan anastesi
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Pantau tekanan darah dan nadi
berhubungan dengan curah selama…..,diharapkan kondisi cardiovaskuler tiap 5 – 15 menit
jantung dan tekanan darah
menurun pasien membaik dengan criteria hasil: 2. Anjurkan pasien untuk inhalasi
1. TD dan nadi dbn dan ekhalasi selama upaya
2. o Suplay O2 tersedia mengedan
3. Anjurkan klien / pasangan
memilih posisi persalinan yang
mengoptimalkan sirkulasi
40
kala III
41
kala IV
42
5. Kaji tekanan darah dan nadi setiap
15 menit
6. Dengan perlahan massase fundus
bila lunak
Kaji jumlah, warna dan sifat aliran
lokhea
Kolaborasi pemberian cairan
parentral
43
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan NTB. 2014. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Oxorn, Harry. 2010. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia
Medica
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo
44