Você está na página 1de 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PASEIN DENGAN CA SERVIKS

MAKALAH KELOMPOK III

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Maternitas

Disusun oleh :

1. Riska T 4. Aris
2. Azrul Z Prasetyo
3. Mismana 5. Anggasari K
wati 6. Adventi P
7. Yayuk Wijayanti
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kelompok bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasein Dengan Ca Serviks”
makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas.

Semoga dengan makalah yang kami susun ini dapat menambah wawasan
dan memperluas pengetahuan pembaca. Kami mengetahui makalah yang kami
susun ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua yang mendukung terselesaikannya makalah ini.

19 Oktober , 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... . 2
D. Metode Penulisan........................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan.................................................................. 3
BAB II.KONSEP TEORI................................................................................. 4
A. Pengertian.................................................................................... 4
B. Etiologi........................................................................................ 5
C. Patofisiologi................................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis....................................................................... 13
E. Penatalaksanaan........................................................................... 14
F. Pengkajian Fokus......................................................................... 15
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................20
H. Pathways Keperawatan................................................................ 21
I. Diagnosa Keperawatan................................................................ 22
J. Fokus Intervensi dan Rasional..................................................... 22
BAB III. PENUTUP......................................................................................... 27
A. Kesimpulan.................................................................................. 27
B. Saran............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA …………………………...…………………………... iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ca Serviks merupakan penyakit pembunuh kedua bagi wanita setelah
Ca Mamae peyakit ini yang belum dapat disembuhkan dan belum ditemukan
obat yang dapat memulihkannya hingga saat ini. Perempuan Menderita Ca
Serviks di indonesia sebagian besar mengalami kecemasan sehingga dapat
menyebabkan tekanan psikologis terancam pada penderitanya maupun pada
keluarga dan lingkungan di sekeliling penderita. Secara fisiologis CA SEVIKS
menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Jika ditambah dengan stres
psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasie terinfeksi CA SEVIKS,
maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka
kematian.
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita,
namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin
terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama
pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan
kelelahan.
Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi
klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi CA SEVIKS-AIDS.
Sejak ditemukannya infeksi Human Immunodeficiency Virus (CA SEVIKS)
pada tahun 1982, penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya
sangat mengejutkan dunia. Terdapat sekitar lima jenis CA SEVIKS dengan
bentuk infeksi terakhir disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome),
yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan
berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran
kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua
kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat
pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.
Penelitian telah dilakukan sejak CA SEVIKS pertama kali ditemukan,
tetapi sampai saat ini obatnya belum ditemukan sehingga bila terinfeksi virus
CA SEVIKS berarti sudah menuju kematian. Obat yang tersedia sekedar
untuk mempertahankan atau memperpanjang usia, bukan untuk membunuh
virus CA SEVIKS.
Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tentang pencegahan,
pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka untuk
memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang-orang dengan
atau berisiko untuk CA SEVIKS. CA SEVIKS dapat menular melalui kontak
darah, namun disini kami akan mencoba membahas bagaiamana CA SEVIKS
AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan sebuah proses
keperawatan pada ibu hamil dengan CA SEVIKS /AIDS.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Ca Seviks ?
2. Apa penyebab/etiologi Ca Seviks?
3. Apa saja menifestasi klinis Ca Seviks?
4. Bagaimana patofisiologi Ca Seviks?
5. Bagaimana cara penularan Ca Seviks?
6. Apa faktor risiko Ca Seviks?
7. Apa pemeriksaan penunjang Ca Seviks?
8. Bagaimana penatalaksaan Ca Seviks
9. Apa pencegahan Ca Seviks?
10. Bagaimana pengelolaan Asuhan keperawatan Ca Seviks?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit Ca Seviks dan untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Ca Seviks.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Ca Seviks
b. Untuk mengetahui penyebab/etiologi Ca Seviks
c. Untuk mengetahui menifestasi klinis Ca Seviks
d. Untuk mengetahui patofisiologi Ca Seviks
e. Untuk mengetahui cara penularan Ca Seviks
f. Untuk mengetahui faktor risiko Ca Seviks
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ca Seviks
h. Untuk mengetahui penatalaksaan Ca Seviks
i. Untuk mengetahui pencegahan Ca Seviks
j. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Ca Seviks

C. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan berbagai sumber literature dan diskusi
kelompok.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan , dan sistematika penulisan.
BAB II : Pinjauan teori dengan pengertian, etiologi, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, adapun
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan rasional dari intervensi.
BAB III : Penutup , terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya. (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau
sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual
Kanker adalah istilah umum yang mencaKup setiap pertumbuhan
maligna dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat
parasit, dan berkembang dengan mengorbankan manusia sebagai hospesnya
(Hinchliff, 1999).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita.
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada
seluruh lapisan epitel serviks uteri (Price dan Wilson, 1995).
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo,
Sarwono: 1994).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti peyakit Ca Serviks sampai saat ini belum diketahui pasti.
Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma uteri
adalah smegma, infeksi virus human papilloma virus (HPV), dan
spermatozoa. Faktor resiko timbulnya ca cervix selain usia dini saat
melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia muda, dan memiliki
banyak pasangan seksual, termasuk pemajanan terhadap Human Papilo Virus
(PHV), Infeksi HIV, merokok, dan pemajanan terhadap dietil still besteral in
utero.
Beberapa pakar erpendapat bahwa ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual
pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker
serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker
serviks
5. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang
berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
8. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner).
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30 tahunan yang
sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada
daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut
memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi
HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor
diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin banyak
berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin
tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH
yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya
perubahan kearah dysplasia.
C. PATOFISIOLOGI
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ
dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi
menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan
teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini.
Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke
da lam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau
meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium
; invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang
spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki
gejala, namun karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina
tau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang
signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga
kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak
antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang
muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai
akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan
mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum.
Klasifikasi menurut FIGO (Federation Internationale de
Gynecologic et Obstetrigue), 1988:
Tingkat Kriteria
Karsinoma Pra invasif
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel.
Karsinoma Invasif
I Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai).
Ia Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnostik
secara mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3 mm atau secara mikroskopik
kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih
dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4 Cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviuks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding
panggul.
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat
tumor.
II b Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai
dinding pangguL
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul.
III a Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke dinding
panggul.
III b Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat
I atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi)
atau telah bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang jauh.
IV a Telah bermetastasis ke organ sekitar.
IV b Telah bermetastasis jauh.
Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks :
 Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh
kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina
tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan.
 Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior
ke korpus uteri dan parametrium.
 Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada gejala yang spesifik untuk kanker serviks, perdarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata tetapi sering tidak terjadi pada
awal penyakit sehingga kanker sudah lanjut ketika ditemukan.
1. Keluhan metroragia.
2. Keputihan .
3. Perdarahan pasca koitus.
4. Perdarahan spontan.
5. Bau busuk yang khas.
6. Obstruksi total vesika urinaria.
7. Cepat lelah.
8. Kehilangan berat badan.
9. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
10. Anemia.
11. Serviks teraba membesar, ireguler, teraba lunak
12. Lesi pada porsio dan vagina
13. Perdarahan vagina abnormal Dapat berkembang menjadi ulserasi pada
permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
14. Nyeri abdomen , punggung bagian bawah, Nyeri panggul, punggung
dan tungkai Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
15. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
16. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
17. Dari vagina keluar air kemih atau feses

E. PENATALAKSANAAN
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
Ia Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
I b,II a Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan).
II b, III, Histerektomi transvaginal.
IV
IV a, IV Radioterapi, radiasi paliatif, kemoterapi.
b

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas pasein
a. Nama
b. Usia
c. Status pernikahan
d. Lama menikah
e. pekerjaan

2. Keluhan Utama apakah ada Nyeri daerah pinggang menjalar


kebokong.
a. Riwayat Keluhan Utama :
 Mulai timbulnya
 Sifat keluhan
 Lokasi keluhan Faktor pencetus : tidak ada.
 Keluhan lain
 Pengaruh keluhan terhadap aktifitas/fungsi tubuh :
 Usaha klien untuk mengatasi keluhan
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Riwayat opname (kapan/alasan)
c. Riwayat trauma (kapan/alasan)
d. Riwayat operasi (kapan/alasan) :
 Uterus
 Abdominal
e. Riwayat transfusi darah (kapan/alasan)
f. Riwayat alergi (makanan/obat/dan lain-lain)
g. Riwayat indikasi (obat/rokok/alkohol)
h. Kebiasaan spesifik (makanan/minuman)
i. Riwayat Keluarga :
j. Riwayat penyakit menular : tidak ada
k. Riwayat penyakit keturunan : (lampiran genogram)
4. Pengaruh lingkungan psikososial serumah :
5. Riwayat Reproduksi :
a. Riwayat Haid
b. Menarche
c. Siklus haid
d. Durasi Haid
e. Perlangsungan Haid
f. Dismenore
g. Polimenore
h. Oligomenore
i. Menometroragia
j. Amenore
k. Haid terakhir
6. Riwayat Obstetric
a. Kehamilan, persalinan dan nifas lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
Keadaa
Umur Jenis Peno Perlang BB Perlang Lamanya
Ke Thn n
(mg) Pers. long sungan Bayi sungan Menyusui
Ibu/By
1
2
3
b. Riwayat Genekologi
c. Riwayat Keluarga Berencana
7. Riwayat Aktivitas Sehari-hari :
8. Kebutuhan Nutrisi :
a. Kebiasaan : Nafsu makan menurun
b. Pola makan ibu : nasi, ikan, sayur, buah.
c. Frekuensi makan : 3 x/hari
d. Kebutuhan minum/cairan : 1000 – 1500 cc/hr
e. Setelah MRS/operasi :
 Konsumsi perhari makanan sumber :
 Karbohidrat : nasi
 Protein : tahu, tempe, ikan, daging, telur.
 Lemak : ---
 Besi/Asam folat : sayur.
 Kalsium : ---
 Lodine : tidak ada
 Nafsu makan : menurun.
 Masalah dengan gigi/mengunyah : tidak ada
 Makanan yang disenangi : tidak ada
 Makanan pantangan : tidak ada
9. Kebutuhan minum/cairan : 1000 – 1500 / hr
10. Perubahan lain : tidak ada
a. Kebutuhan Eliminasi, Kebiasaan :
 Frekuensi BAK : lancar, 6 – 7 x/hr
 Warna/bau khas : kuning, bau amoniak.
 Gangguan eliminasi BAK : tidak ada
 Frekuensi BAB : 1 – 2 x/hr
 Warna/konsistensi : kuning kecoklatan/ lunak berbentuk.
 Gangguan eliminasi BAB : tidak ada.
Setelah MRS/operasi :
 Poliuri :
 Inkontinensia uri : tidak ada
 Dysuri : tidak ada
 Hemoroid : tidak ada
 Keadaan kandung kencing : tidak ada kelainan
 Perubahan lain : tidak ada
 Kebutuhan Kebersihan Diri Sendiri :
Kebiasaan :
 Kebersihan rambut : bersih, seminggu 2 x keramas
 Kebersihan badan : bersih 2 x sehari
 Kebersihan gigi/mulut : bersih, sikat gigi pagi/sore
 Kebersihan genitalia/anus : bersih
 Kebersihan kuku tangan/kaki : bersih.
 Kebersihan pakaian : bersih, ganti pagi/sore
 Perubahan setelah MRS/operasi : ----
11. Kebutuhan Istirahat/tidur :
Kebiasaan :
 Istirahat/tidur siang : 1 jam/hr
 Istirahat/tidur malam : 8 jam (jam 10.00 – jam 06.00)
 Pekerjaan RT dilakukan : secara rutin.
 Merawat anak dilakukan : sendiri.
Setelah MRS/operasi Perubahan
 Klien mengatakan kurang tidur.
 Peranan keluarga dalam membantu ibu istirahat : baik.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik umum
 Penampilan ibu : sesuai
 Kesadaran : compos mentis
 Tinggi/berat badan : 155 cm / 37 kg
 Tanda vital :
 Tekanan darah : 140 /100 mmHg
 Denyut jantung : 84 x/menit
 Temperatur : 36, ° C
 Respirasi : 24 x/menit
 Kepala dan rambut :
 Keadaan rambut : penyebaran merata, warna
hitam
 Kebersihan rambut : bersih
 Wajah/muka :
 Edema wajah/muka : tidak ada
 Ekspresi wajah : murung, meringis bila nyeri
timbul.
 Mata :
 Kebersihan : bersih
 Sekret hidung : ---
 Sclera : merah muda.
Hidung :
· Kesimetrisan : simetris
· Sekret hidung : tidak ada
9. Mulut :
· Mukosa bibir : lembab
· Lidah : bersih
· Karies : ada
10. Inspeksi telinga :
· Kebersihan telinga : bersih
· Sekret telinga : tidak ada
· Keadaan telinga luar : bersih
11. Leher
· Pembesaran kelenjar gondok : tidak ada
· Pembesaran vena jugularis : tidak ada
· Pembesaran arteri karotis : tidak ada
12. Dada/perut :
· Payudara
Ø Kesimetrisan buah dada : simetris
Ø Bentuk buah dada : tergantung.
Ø Ukuran buah dada : -
Ø Kesimetrisan putting : simetris
Ø Retraksi putting :---
Ø Nyeri tekan : tidak ada
· Jantung :
Ø Letus cordis : tidak ada kelainan
Ø Bunyi tambahan : tidak ada
· Paru :
Ø Bunyi pernapasan : normal
Ø Bunyi tambahan : tidak ada
· Abdomen :
Ø Pembesaran : tidak ada
Ø Bentuk : datar ikut gerak nafas.
Ø Massa : tidak ada
 Nyeri tekan: tidak ada
 Konsistensi : tidak ada.
 Batas pinggir : tidak ada
Ø Striae/scar : tidak ada
Ø Dilatasi vena : tidak ada
13. Panggul/vagina/serviks :
· Dengan inspekulo :
Ø Keadaan dinding vagina : teraba benjolan kreas dan berdarah.
Ø Prolapsus uterus : tidak ada
Ø Keadaan serviks : teraba benjolan dan rapuh.
14. Genitalia (vulva/anus)
· Kebersihan : --
· Fluor Albus : tidak ada
· Varises : tidak ada
· Kondilomata : tidak ada
15. Pemeriksaan rectal :
· Massa antara rectum/vagina : tidak ada
· Lesi antara rectum/vagina : tidak ada
16. Tungkai bawah :
· Kesimetrisan : simetris kiri/kanan
· Edema pretibial : tidak ada
· Varises : tidak ada
17. Pemeriksaan laboratorium (hasil. Tgl) :
· USG : kesan Hidroureter, Hidronefrosis kiri.

D. Data Psikologi/Sosiologis
1. Reaksi emosional setelah diagnose penyakit diketahui :
1. Respon ibu : ibu nampak cemas dan takut dengan penyakitnya dan
bertanya-tanya tentang penyakitnya.
2. Respon suami : cemas melihat keadaan istrinya
3. Respon anak : baik dalam bekerja sama.
2. Peranan ibu dalam keluarga :
a. Pengambilan keputusan : suami.
b. Konsultasi kesehatan : aktif jika ada masalah kesehatan.
c. Penentuan diet dan makan pantang : tidak ada
E. Data Spiritual
1. Usaha ibu berdoa terhadap penyakitnya : rajin sholat jika tidak ada
pendaarahan.
2. Pantangan menurut keyakinan ibu selama di RS : tidak ada
3. Keharusan menurut keyakinan ibu selama di RS : tidak ada
KLASIFIKASI DATA.

DATA SUBJEKTIF.

 Klien mengatakan nyeri daerah pinggul.

 Klien mengatakan nyeri dirasakan sejak bulan maret 2002.

 Klien merasakan nyerinya terus menerus.

 Klien mengatakan kurang nafsu makan

 Klien mengatakan kurang tidur.

 Klien bertanya tentang penyakitnya.

DATA OBJEKTIF.

 Expresi wajah murung, kadang meringis bila nyeri timbul.

 Porsi makan tidak dihabiskan 1/3 dimakan.

 Tekanan darah 140 /100 mmhg

 Pernafasan 24 x / menit.
 Nadi 84 x/ menit.

 Suhu 36 0 c

 BB 50 Kg. Sebelum sakit 65 kg

 Pendidikan SD

 Pengeluaran darah sedikit – sedikit.

3. Riwayat obstetri
a.Riwayat Menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan CA
SEVIKS mudah terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal
bisa menyebabkan keputihan.
b.Riwayat Obstetrik Lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi CA SEVIKS, ibu dapat bersalin dengan
SC
c.Riwayat Kehamilan Sekarang
Keluhan pada trimester I, II atau III pada ibu hamil dengan CA SEVIKS
seperti keluhan ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan
berdasarkan stadium CA SEVIKS / AIDS
 Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang
pada kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam,
obstipasi.
 Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
 Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur
terlentang) sakit punggung, edema, varises
4. Riwayat Perkawinan
Hamil dengan CA SEVIKS biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu
kali atau mempunyai banyak pasangan.
5. Riwayat Kesehatan Ibu
Pada ibu dengan CA SEVIKS biasnya penyakit yang diderita
beragam, antara lain : demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia,
letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan
berat badan, dapat juga menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis,
ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu
ruam makropapulereritematosa dan ulkus makokutan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit CA SEVIKS dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan
oleh suami penderita.
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pola nutrisi
Pada pasien CA SEVIKS pola makan harus dijaga untuk
menghindari terjadinya infeksi oportinistik. Wanita dewasa memerlukan
2.500 kalori/hari, jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu
hamil adalah 300 kalori/hari dengan komposisi menu seimbang. Pada
pasien CA SEVIKS yang mengalami ulserasi mukosa oral terjadi
gangguan pemenuhan nutrisi karena ketidaknyamanan/sakit saat makan
a. Pola eliminasi
BAK dalam batas normal
BAB teratur setiap hari 1x
Pada stadium CA SEVIKS lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat
mengalami diare akut
b. Pola istirahat
Pada stadium lanjut CA SEVIKS ibu membutuhkan istirahat selalu
berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir
c. Pola aktivitas
Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis,
aktivitas normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 : simtomatis,
aktivitas normal
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah,
berada di tempat tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat
lemah, selalu berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir .
e. Aktivitas seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami
sebelum dan selama kehamilan. Mungkin ditemukan adanya
penurunan aktivitas seksual utamanya pada mereka yang sudah
dikarenakan kondom dapat mencegah penularan CA SEVIKS.
f. Pola kebiasaan
1) Merokok
2) Minum alcohol
3) Mengkonsumsi narkoba : pemakaian narkoba dengan suntik atau
obat-obatan terlarang lainnya dapat meningkatkan resiko terkena
CA SEVIKS / AIDS
4) Minum jamu-jamuan
5) Memelihara binatang peliharaan : (rantai penularan toxoplasmosis
yang dapat memperburuk CA SEVIKS / AIDS dalam perkebangan
janin)
g. Riwayat psikososial budaya
Perkawinan ibu dengan CA SEVIKS seringkali ditemui dengan
ibu atau suami menikah lebih dari sekali. Perencanaan kehamilan akan
berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini
dan bayinya nantinya, ibu merasa gelisah dn gemas apabila keluhan
yang dirasakan oleh ibu akan mengganggu kehamilannya.
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik umum
1) TD : ibu hamil dengan CA SEVIKS tidak ada perbedaan tekanan
darah dengan ibu hamil normal. Normal antara 100/60 – 140/90
mmHg
2) Suhu : suhu pada ibu hamil dengan CA SEVIKS pada fase akut dan
fase laten akan mengalami demam .Normal antara 36,5oC – 37,5oC
3) Nadi : ibu hamil dengan CA SEVIKS tidak ada perbedaan jumlah
nadi dengan ibu hamil normal. Nadi normal antara 80 – 100 x/menit
4) RR : pada ibu dengan CA SEVIKS tidak ada peningkatan jumlah
pernapasan. Normal 16-20 x/menit
5) Berat badan sebelum hamil :
6) Penumbangan berat badan harus terus dipantau. Pada penderita CA
SEVIKS pada fase infeksi laten mengalami penurunan berat badan
10%
7) Berat badan sekarang
8) Mulai stadium II ibu mengalami penurunan BB tetapi <10 Kg,
sedangkan pada stadium III dan IV penurunan berat badan >10 Kg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mulut
Mukosa bibir kering, caries gigi. Pada pasien CA SEVIKS stadium
klinis 2 terjadi ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3
terdapat kandidiasis oris (pada rongga mulut terdapat
pseudomembran yang berwarna putih krem sampai keabu-abuan.
Periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar rongga mulut)
(Nasronudin, 2007).
2) Dada
Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi
kelainan organ pernafasan ( apabila sudah terjadi TB pulmonar dan
PCP (Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari CA
SEVIKS/AIDS.
Pada pasien CA SEVIKS mulai stadium 1 terdapat limpadenopati
(pembengkakan kelenjar limfe).
3) Abdomen:
Ada luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap CA
SEVIKS mencegah penularan ibu ke bayi.
Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Hal
tersebut dikarenakan adanya infeksi CA SEVIKS menyebabkan
gangguan pertumbuhan pada janin.
4) Ekstrimitas:
Atas: tidak ada edema

Bawah: tidak ada varises

Pada stadium II terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.

5) Kulit:
Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan
kelainan kulit lainnya akibat infeksi jamur.
6) Genetalia:
Vulva dan vagina
Keluaran: Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam
lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak
berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan CA SEVIKS memungkinkan
adanya infeksi candida yang menyebabkan flour albus .

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Deteksi antibody terhadap CA SEVIKS
a.Tes penyaring, dengan metode ELISA
b. Pemeriksaan konfirmasi, dengan pemeriksaan Western Blot (WB),
Line immunoassay (LIA), Radio Immunoprecipitation assay (RIPA),
dan Indirect Immunofluorescense Assay (IFA)
2. Deteksi antigen terhadap CA SEVIKS
3. Dilakukan dengan mendeteksi protein p24 yang terdapat dalam capsid
virus CA SEVIKS. antigen ini dapat dijumpai dalam darah kira-kira 14-16
hari setelah infeksi CA SEVIKS. manfaat pemeriksaan antigen p24 :
a. Deteksi infeksi dini pada individu seronegatif dengan riwayat terpapar
CA SEVIKS
b. Uji saring darah
c. Diagnosis infeksi CA SEVIKS pada bayi baru lahir
d. Penentuan terapi antiviral
4. Deteksi asam nukleat
5. Dilakukan dengan beberapa cara :
a. Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
b. Nucleic Acid Sequence Based Amplification (NASBA)
c. Branched Chain DNA (b-DNA)
6. Biakan virus
7. VCT ( Voluntary Counselling and Testing )

12. PATHWAY KEPERAWATAN


Sistem imun tubuh Infasif virus CA
SEVIKS

Membran mukosa, IV, vaskuler,


Limfosit Limfosit dan perinatal dari ibu ke bayi

Sel plasma Penurunan kemampuan


T8 T4 (CD4)
CD4

Respon terhadap Resiko tinggi


antigen asing Limfolan Nucleus
infeksi

Mediator sel Replikasi virus


Anti body spesifik imun tubuh diare

Sindrom
Respon penghancuran Deficit cairan &
elektrolit
serangan organisme
Demam, sakit kepala,
myalgia, ruam,dll

Gangguan rasa
Mual, muntah nyaman / nyeri

Gangguan konsep diri


Ggn Nutrisi kurang

HDR
13. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan kemampuan CD4


2. Gangguan rasa nyaman / nyeri berhubungan dengan adanya efek samping
pengobatan demam sakit kepala myalgia dan ruam
3. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis dan situasional
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare berat.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolik, dan menurunnya
absorbs zat gizi.

14. INTERVENSI DAN RASIONAL

1. Diagnosa : risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan


kemampuan CD4
Kriteria hasil : temperatur dan SDP kembali ke batas normal, keringat
malam berkurang, tidak ada batuk

Intervensi Rasional
1. Pantau Data obyektif adalah perlu untuk
Hasil IDL dan CD4 mengevaluasi keefektifan terapi
Temperatur setiap 4 jam
Status imun
2. Berikan obat antibiotik dan Antibiotik yang spesifik untuk
evaluasi keefektifan jumlah kuman patogen diperlukan untuk
pemasukan cairan paling sedikit menangani terjadinya suatu
2-3 kali sehari infeksi cairan membantu
distribusi obat di seluruh tubuh
3. Ikuti prinsip-prinsip Untuk menurunkan risiko infeksi
kewaspadaan umum terhadap nosokomial dan untuk mencegah
darah dan cairan tubuh. pasien dari infeksi baru
Gunakan pencegahan dasar
yang sesuai untuk mencegah
kontaminasi terhadap kulit dan
mukosa membran dengan cara
pakai handscone, cuci tangan
sebelum dan sesudah
4. Pelihara kenyamanan suhu Keringat malam mungkin
kamar jaga kebersihan dan sumbernya tidak nyaman,
keringnya kulit terutama bila tidur pakaian basah
dan dingin karena keringat

2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman / nyeri berhubungan dengan adanya efek


samping pengobatan dalam sakit kepala myalgia dan ruam.
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri hilang / terkontrolnya rasa sakit.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Dapat istirahat dengan adekuat.
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, Mengindikasikan kebutuhan untuk
perhatikan lokasi intensitas intervensi dan juga tanda-tanda
frekuensi dan waktu. perkembangan komplikasi.
2. Dorong pengungkapan Dapat mengurangi ansietas dan
perasaan rasa takut sehingga mengurangi
persepsi akan intensitas rasa sakit.
3. Berikan aktifitas hiburan Memfokuskan kembali perhatian
4. Lakukan tindakan paliatif Mengingatkan relaksasi /
menurunkan tegangan otot.
5. Berikan kompres hangat / Injeksi ini diketahui sebagai
lembab pada sisi injeksi penyebab rasa sakit dan abses
pentamidin /w selama 20 steril
menit setelah pemberian.
6. Berikan perawatan oral Ulserasi oral mungkin
menyebabkan ketidaknyamanan
yang sangat.

3. Diagnosa : harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis


dan situasional.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi sumber-sumber ancaman harga diri dan
melakukan tindakan untuk hal-hal itu.
b. Mengidentifikasi aspek positif dalam diri.
c. Mengekspresikan pandangan yang positif tentang masa depan
d. Menganalisis perilaku diri dan konsekuen.
Intervensi Rasional
1. Temukan kesulitan dalam Selama fase akut dari trauma, efek
menentukan ketidakmampuan jangka panjang tidak diketahui, yang
secara fungsional dan/atau dapat menunda kemampuan pasien
perubahan peningkatan untuk mengintegrasikan keadaan
fungsi. kedalam konsep diri.
2. Dengarkan keluhan pasien Memberi petunjuk bagi pasien dalam
dan tanggapan-tanggapan memandang dirinya, adanya
mengenai keadaan yang perubahan peran dan kebutuhan dan
dialami. berguna untuk memberikan informasi
pada saat tahap penerimaan.
3. Kaji dinamika pasien dan juga Peran pasien dalam keluarga dimasa
orang terdekat dengan pasien. lampau yang terganggu menambah
kesulitan dalam mengintegrasikan
konsep diri. Selain itu masalah
kemandirian / ketergantungan perlu
pula mendapat perhatikan.
4. Anjurkan kepada orang Melibatkan pasien dalam keluarga
terdekat untuk mengurangi perasaan-perasan
memperlakukan pasien terisolasi dari lingkungan sosial, tidak
senormal mungkin. berdaya dan perasaan tidak berguna
dan dapat pula memberikan
kesempatan pada orang terdekat untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien.

4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare berat.


Tujuan :
Mempertahankan hidrasi

Intervensi Rasional
1. Kaji konsistensi dan frekuensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam
feses dan adanya darah feses
2. Auskultasi bunyi bisisng usus 2. Hipermotiliti umumnya dengan
diare kolaborasi
3. Pantau tanda-tanda vital, termasuk
3. Indikator dari volume cairan
CVP bila terpasang.
4. Catat peningkatan suhu andurasi 4. Meningkatkan kebutuhan
demam. Berikan kompres hangat metabolism dan diaphoresis
sesuai indikasi. Pertahankan yang berlebihan yang
pakaian tetap kering dan dihubungkan dengan demam
pertahankan kenyamanan suhu dalam meningkatkan
lingkungan. kehilangan cairan.
5. Kaji turgor kulit, membrane 5. Indicator tidak langsung dari
mukosa, dan rasa haus. status cairan.
6. Ukur haluan urine dan berat jenis 6. Peningkatan berat jenis urin /
urine. penurunan haluan urine
menunjukkan perubahan perfusi
ginjal/ volume sirkulasi
7. Mempertahankan keseimbangan
7. Berikan cairan yang mudah
cairan, mengurangi rasa haus,
ditoleransi oleh pasien dan yang
dan melembabkan membrane
mengandung elektrolit yang
dibutuhkan mukosa

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake


yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolik, dan menurunnya absorbs
zat gizi.
Tujuan :
a. Mempertahankan massa otot yang adekuat
b. Mempertahankan berat antara 0,9 – 1,35 kg dari berat sebelum sakit

Intervensi Rasional
1. Tentukan berat badan umum 1. Penurunan berat badan dini
sebelum pasien didiagnosa CA bukan ketentuan pasti grafik berat
SEVIKS badan dan tinggi badan normal.
Karenanya penentuan berat badan
terakhir dalam hubungannya berat
badan dan pra-diagnosa lebih
bermanfaat
2. Membantu memantau penurunan
2. Buat ukuran antropometri
dan menentukan kebutuhan nutrisi
terbaru
sesuai dengan perubahan penyakit
3. Umumnya obat-obatan yang
digunakan menyebabkan
3. Diskusikan / catat efek-efek
anoreksia dan mual / muntah ;
samping obat-obatan terhadap
beberapa mempengaruhi produksi
nutrisi
SDM sumsum tulang
4. Identifikasi dari faktor-faktor ini
dapat membantu merencanakan
kebutuhan individu. Pasien
4. Sediakan informasi dengan infeksi CA SEVIKS
mengenai nutrisi dengan menunjukkan defisit mineral renik
kandungan kalori, vitamin, zinc, magnesium, selenium.
protein, dan mineral tinggi. Bantu
pasien merencanakan cara untuk 5. Memiliki informasi ini dapat
mempertahankan / menentukan membantu pasien memahami
masukan. pentingnya diet seimbang.

5. Tekankan pentingnya
mempertahankan keseimbangan /
pemasukan nutrisi adekuat

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
CA SEVIKS ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada
manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah
golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (CA
SEVIKS). Cara penularan CA SEVIKS melakukan penetrasi seks, melalui
darah yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik
obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan
secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat
itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus
dari ibu dapat menular pada bayi.
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita,
namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin
terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama
pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan
kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi
klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi CA SEVIKS-AIDS.
CA SEVIKS/AIDS adalah topik yang sangat sensitive dan lebih
banyak sehingga banyak penelitian melibatkan anak-anak yang rentan untuk
terjangkit CA SEVIKS. Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa
keluarga akan merasa baik.

B. SARAN
Setelah menyelesaikan makalah ini , kami mengharapkan mahasiswa
dan mahasiswi dapat mengerti tentang asuhan keperawatan dengan gangguan
sistem reproduksi infertility CA SEVIKS /AIDS dan membuat kesempurnaan
makalah berikutnya, didukung oleh berbagai sumber jurnal terbaru.

DAFTAR PUSTAKA
Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Materal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta :
EGC

Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis. Mediaction

Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi CA
SEVIKS/AIDS. Jakarta: Salemba medika.

Price SA, Lorraine MW. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar