Você está na página 1de 22

LAPORAN KASUS

SKABIES

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RST Dr.Soedjono Magelang

Diajukan Kepada :
Pembimbing : Letkol CKM (K) dr. Susilowati , Sp. KK

Disusun Oleh :
BELLA CINDY DELILA 1710221013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA
RST DR.SOEDJONO MAGELANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
SKABIES

Tugas Kepanitraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RST TK II dr. Soedjono Magelang
Periode 21 Mei – 30 Juni 2018

Oleh :
Bella Cindy Delila 1710221013

Magelang, Juni 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

Letkol CKM (K) dr. Susilowati, SpKK


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Skabies”
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kepada Letkol CKM (K) dr. Susilowati,
SpKK selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin atas kerjasamanya selama penyusunan tugas ini.
Dalam menyusun Laporan Kasus ini, penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan
yang terdapat di dalam laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang
berkepentingan.

Magelang, Juni 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies adalah infeksi parasit umum yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei
varietas hominis, arthropoda ordo Acarina. Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai,
handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan
masih terdapat tungau sarcoptes. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan

Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua daerah, semua
kelompok usia, ras, dan kelas sosial. Prevalensi di seluruh dunia telah diperkirakan sekitar 300
juta kasus setiap tahun, meskipun ini mungkin terlalu tinggi. Skabies menjadi masalah utama
pada daerah yang padat dengan masalah sosial, sanitasi yang buruk, dan negara miskin. Skabies
merupakan penyakit kulit menular yang terdapat di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Di negara yang sedang berkembang prevalensi scabies 6%-27% populasi umum.
Skabies menyerang semua ras dan kelompok umur dan yang tersering adalah kelompok anak
usia sekolah dan dewasa muda (remaja)
BAB II
STATUS PASIEN

II.1 IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. MF
Tanggal Lahir : 12-Mei-2013 / 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No RM :1689**
Alamat : Dusun Selurah RT 24/ RW 10, Krincing, Secang, Magelang
Tanggal Pemeriksaan : 24-05-2018

II.2 ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ayah pasien pada tanggal 24
Mei 2018 di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RST dr. Soedjono Magelang.
a. Keluhan Utama
Bintil-bitil gatal pada seluruh tubuh terutama pada kedua tangan dan kedua kaki
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RST dr. Soedjono Magelang
pada tanggal 24 Mei 2018 dengan keluhan bintil-bintil yang terasa gatal kurang lebih sejak
1 bulan pada seluruh tubuhnya terutama di kedua kaki dan tangan. Bintil sebesar biji
jagung dirasakan berawal dari kedua kaki yang kemudian semakin banyak dan meluas ke
seluruh bagian tubuh dan munculnya seperti estafet. Keluhan gatal dirasakan sepanjang
hari dan semakin parah pada malam hari sehingga membuat pasien menggaruk kulitnya
sehingga timbul luka akibat garukan dan mengeluarkan nanah. Oleh sebab itu ayah pasien
membawa pasien ke puskesmas setempat untuk mendapatkan obat, tetapi pasien tidak
kunjung sembuh sehingga ayah pasien membawa pasien ke poli kulit RST dr Soedjono.
Pasien tinggal di lingkungan pondok pesantren. Jarak antara pondok pesantren
hanya 20 meter. Pasien bersekolah di PAUD yang merupakan satu yayasan dengan
pondok pesantren tersebut. Menurut pengakuan ayah pasien, teman-teman di satu paud
pasien juga ada yang mengalami keluhan hal serupa seperti pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengalami hal serupa. Kencing manis dan darah tinggi disangkal
e. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, debu maupun makanan
seperti telur, ikan ataupun susu sapi.

II.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 24 Mei 2018 di poli penyakit kulit dan kelamin RST
dr. Soedjono Magelang
a. Status Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dievaluasi
HR : Tidak dievaluasi
RR : Tidak dievaluasi
Suhu : Tidak dievaluasi
Saturasi oksigen : Tidak dievaluasi
c. Pemeriksaan head to toe
Kepala:
− Bentuk kepala: normocephal
− Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut
Mata:
- Cekung : -/-
− Konjungtiva : Tidak anemis mata kanan dan kiri
− Sklera : Tidak ikterik mata kanan dan kiri
Hidung:
− Bentuk: Tidak ada deformitas pada tulang hidung (normotia), napas cuping hidung
(-/-), secret -/-
− Septum: Tidak ada deviasi septum
Telinga:
− Daun telinga : Bentuknya normal, posisinya normal simetris
− Perdarahan/ sekret : Tidak ada sekret keluar
Mulut:
− Bibir: Mukosa bibir lembab
Leher:
− Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks:
− Paru
Inspeksi : Tidak Dilakukan
Palpasi : Tidak Dilakukan
Perkusi : Tidak Dilakukan
Auskultasi : Tidak Dilakukan
− Jantung
Inspeksi : Tidak Dilakukan
Palpasi : Tidak Dilakukan
Perkusi : Tidak Dilakukan
Auskultasi : Tidak Dilakukan
Abdomen
Inspeksi : Tidak Dilakukan
Auskultasi : Tidak Dilakukan
Palpasi
Hati : Tidak Dilakukan
Limpa : Tidak Dilakukan
Perkusi : Tidak Dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
d. Status Dermatologis

Lokasi Eflouresensi Gambar


Regio Abdomen Tampak bercak
hiperpigmentasi berukuran
miliar hingga lenticular
tersebar secara regional

Regio cruris dextra 1. Bercak eritem


berbatas tegas,
berukuran numular
disertai erosi dan
dikelilingi skuama
kasar
2. Bercak
hipopigmentasi
berbatas tegas,
berukuran lentikular
dan berbentuk
sirsinar
3. Bercak
hipopigmentasi
berbatas tegas,
berukuran numular
dan dikelilingi
skuama kasar
Regio dorsalis pedis 1. tampak eskoriasi
berukuran
sinistra
nummular
berbatas tegas
dengan dasar
eritema disertai
dengan pus
2. lesi berukuran
nummular,
berbatas tegas
dengan dasar
permukaan kulit
eritem dan
dikelilingi
skuama kasar
II.4 DIAGNOSA BANDING
 Prurigo
 Pedikulosis korporis
 Dermatitis
II.5 DIAGNOSA KERJA
 Skabies
II.6 TERAPI
 Medikamentosa
 Scabimite
 Dexametason

 Non Medikamentosa
Edukasi kepada orangtua pasien :
 Kasur, karpet, selimut, bantal, guling dijemur dibawah sinar matahari
 Pakaian dicuci bersih dan disetrika atau dapat dipanaskan dengan air panas
 Menjelaskan kepada orangtua pasien mengenai penyakit dan cara penularannya
 Bila gatal sebaiknya jangan menggaruknya terlalu kencang karena dapat
menimbulkan luka dan risiko infeksi

II.7 PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Skabies
II.1.1 Sinonim
The itch, gudik, budukan, atau gatal agogo

II.1.2 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap
terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya

II.1.3 Epidemiologi
Angka kejadian skabies tinggi di negara dengan iklim panas dan tropis. Skabies endemik
terutama di lingkungan padat penduduk dan miskin. Faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini, antara lain: higiene buruk, salah diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologi. Penyakit ini dapat termasuk PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

II.1.4 Etiologi
Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat
Sarcoptes Scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfologi, merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini adalah: Setelah kopulasi (perkawinan) di atas kulit, tungau
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh tungau betina. Tungau betina dapat bertahan hidup selama 1 sampai 2 bulan Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -
3 milimeter sehari, sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40-50
telur. Selama itu tungau betina tidak meninggalkan terowongan. Setelah 3-4 hari, larva berkaki
enam akan muncul dari telur dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya. Larva
kemudian menggali terowongan pendek (moulting pockets) tempat mereka berubah menjadi
nimfa. Setelah itu nimfa berkembang menjadi tungau jantan dan betina dewasa. Seluruh siklus
hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa antara 8 – 12 hari. Seluruh siklus hidup mulai
dari telur sampai bentuk dewasa antara 8 – 12 hari. Biasanya, pada satu individu terdapat 5-15
tungau, kecuali Norwegian scabies - individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau ini.

II.1.5 Cara Penularan


Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan penderita (kulit
dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan
skabies pada manusia juga dapat secara tidak langsung melalui pakaian, handuk, sprai dan
barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita. Penularannya biasanya oleh
Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal
pula Sarcoptes Scabiei var animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama
pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing
II.1.6 Klasifikasi
Selain bentuk skabies klasik, terdapat pula bentuk-bentuk tidak khas, meskipun jarang.
Bentuk ini dapat menimbulkan kesalahan scabiei. diagnostik yang dapat berakibat gagal
pengobatan, antara lain skabies pada orang bersih, skabies nodular, skabies incognito, skabies
yang ditularkan oleh hewan, skabies Norwegia (skabies berkrusta),

1. Skabies pada orang bersih

Secara klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang
sangat sedikit,Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya baik sering salah
didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Tungau biasanya hilang akibat
mandi secara teratur.

2. Skabies noduler

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini
timbul sebaga i reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan corticosteroid.

3. Skabies incognito

Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat
pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
respons imun seluler.

4. Skabies yang ditularkan oleh hewan

Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya


berhubungan erat dengan hewan tersebut, mis. peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa
gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Lesi
akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih- bersih.
5. Skabies berkrusta (Norwegian scabies)

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata, dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala
yang berambut, siku, lutut, telapak tangan, dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda
dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk
ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies
Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau sehingga dapat berkembang biak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.

II.1.7 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi scabies pertama kali. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

II.1.8 Gejala Klinis


Terdapat 4 tanda cardinal sebagai berikut:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau

lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini adalah yang sangat menonjol.


2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita
ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata- rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak dengan volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih

stadium hidup tungau ini.


II.1.9 Diagnosis

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal yaitu pruritus
nocturna, mengenai sekelompok orang, adanya terowongan, dan ditemukan Sarcoptes scabiei.
Lesi berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul, dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-
sela jari, aspek volar pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum,
penis, labia, dan areola wanita. Jika ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain) Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen tungau. Lesi patognomonik adalah terowongan tipis dan
kecil seperti benang, linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil pergerakan tungau di dalam
stratum korneum. Terowongan terlihat jelas di sela-sela jari, pergelangan tangan, dan daerah
siku.

Pemeriksaan penunjang :

Jika gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan; penderita sering datang
dengan lesi bervariasi. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan jika ditemukan dua dari
empat cardinal signs, yaitu: pruritus nocturna, mengenai sekelompok orang, menemukan
terowongan atau Sarcoptes scabiei. Beberapa cara untuk menemukan tungau:

1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru.
Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian
ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis scabies
positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih 
 kemudian

dilihat dengan kaca pembesar.

3. Mengambil tungau dengan jarum


4. Tes tinta pada terowongan (burrow ink test). Tes tinta pada terowongan di dalam kulit
dilakukan dengan cara menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta.
Papula yang telah tertutup dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh
menit, kemudian tinta diusap/ dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes
dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran
khas berupa garis zig- zag.

5. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy). Caranya lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya

6. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin 


II.1.10 Diagnosis Banding


Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat
mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis,
dermatitis dan lain-lain

II.1.11 Tatalaksana
Adapun syarat obat yang ideal adalah yang efektif terhadap semua tungau, tidak
menimbulkan iritasi, tidak bersifat toksik, tidak berbau, tidak kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya pun relatif murah. Terapi lini pertama pasien
dewasa adalah skabisid topikal, dapat digunakan permethrin krim 5%. Dioleskan di seluruh
permukaan tubuh, kecuali area wajah dan kulit kepala (daerah banyak terdapat kelenjar
pilosebaceus), dan lebih difokuskan di sela- sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar
kuku, dan area belakang telinga. ada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit
kepala juga harus diolesi.
Pasien harus diberitahu bahwa walaupun telah diberi terapi skabisidal yang adekuat, ruam
dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Steroid topikal, anti-histamin,
ataupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal
pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid lengkap. Selain itu pasien
juga harus diedukasi seperti :

1. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan
serentak selama 4 minggu.
2. Pengobatan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
3. Ganti pakaian, handuk, sprei kamar, dan sofa yang sudah digunakan, selalu cuci dengan
teratur, rendam dengan air panas dan disetrika.
4. Jangan ulangi penggunaan skabisid dalam kurang dari seminggu walaupun rasa gatal
mungkin masih timbul selama beberapa hari.

Jenis obat topical :

1. Permethrin

Merupakan pilihan pertama, tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama
8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu, dan pemberian ketiga 1 minggu setelah pemberian kedua.
Target utama pengobatan adalah membran sel skabies. Obat membuat ion Cl masuk ke dalam
sel secara berlebihan, membuat sel saraf sulit depolarisasi dan parasit akan paralisis/ lumpuh.
Obat ini efektif membunuh parasit, tapi tidak efektif untuk telur. Oleh karena itu, penggunaan
permethrin hingga 3 kali pemberian sesuai siklus hidup tungau. Pemberian kedua dan ketiga
dapat membunuh tungau yang baru menetas.

Permethrin jarang diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu
menyusui karena keamanannya belum dapat dipastikan. Wanita hamil dapat diberikan dengan
aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam. Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa terbakar,
perih, dan gatal, mungkin karena kulit sensitif dan terekskoriasi

2. Presipitat Sulfur 4-20%

Preparat sulfur tersedia dalam bentuk salep dan krim. Tidak efektif untuk stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangan yang lain adalah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. dapat dipakai untuk bayi/ anak
kurang dari 2 tahun.

3. Benzyl benzoate

Benzyl benzoate efektif untuk semua stadium, bersifat neurotoksik pada tungau scabies.
Digunakan dalam bentuk emulsi 25% dengan periode kontak 24 jam, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-
anak kurang dari 2 tahun, lebih efektif untuk resistant crusted scabies. Obat ini sulit diperoleh,
sering menimbulkan iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
4. Gamma benzene heksaklorida (Gammexane)

Merupakan insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Tersedia
dalam bentuk 1% krim, lotion, gel, tidak berbau, dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal
dioleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam. Setelah pemakaian, cuci
bersih, dan dapat diaplikasikan kembali setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-
larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Tidak dianjurkan
mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta menggunakan konsentrasi selain 1% karena efek
samping neurotoksik SSP (ataksia, tremor, dan kejang) akibat pemakaian berlebihan. Obat ini
efektif untuk semua jenis stadium. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.

5. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O- Toluidine)

Sebagai krim 10% atau lotion. Hasil terbaik diperoleh jika diaplikasikan dua kali sehari
setelah mandi selama lima hari berturut-turut. Tidak dapat digunakan untuk wajah dan
pemakaian harus dihindari didaerah mata, mulut dan uretra, disarankan mengganti semua
pakaian dan sprei serta dicuci dengan air panas setelah penggunaan crotamiton untuk
mencegah kembalinya tungau. Efek samping iritasi bila digunakan jangka panjang; obat ini
mempunyai dua efek yaitu sebagai antiskabies dan anti gatal.

6. Ivermectin

Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces avermitilis,


anti-parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktivitas
antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Efek samping yang sering adalah
dermatitis kontak, dapat juga terjadi hipotensi, edema laring, dan ensefalopati.

Pengobatan Komplikasi :

Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral.

Pengobatan Simptomatik :

Obat antipruritus seperti obat anti-histamin dapat mengurangi gatal yang menetap
selama beberapa minggu setelah terapi anti-skabies yang adekuat. Untuk bayi, dapat diberikan
hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi
yang kurang aktif, pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1%. Setelah pengobatan
berhasil membunuh tungau skabies, masih terdapat gejala pruritus selama 6 minggu sebagai
reaksi eczematous atau masa penyembuhan. Pasien dapat diobati dengan emolien dan
kortikosteroid topikal; antibiotik topikal tergantung infeksi sekunder oleh Staphylococcus
aureus. Crotamiton antipruritik topikal dapat digunakan. Keluhan pruritus dapat berlanjut
selama 2-6 minggu setelah pengobatan berhasil. Hal ini karena respons kekebalan tubuh
terhadap antigen tungau. Jika gejalanya menetap, mungkin karena salah diagnosis, aplikasi
obat salah, sehingga tungau skabies tetap ada. Kebanyakan skabies kambuh karena re-infeksi

II.1.12 Pencegahan
Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak
langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara
bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh
penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas . Pakaian dan barang-barang asal kain
dianjurkan untuk disetrika sebelum digunakan . Sprai penderita harus sering diganti dengan
yang baru maksimal tiga hari sekali . Benda- benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal,
guling, selimut) disarankan dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari,
selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak balik minimal
dua puluh
menit sekali.
II.1.13 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan factor predisposisi (antara lain hygiene), maka penyakit ini dapat
diberantas dan memberi prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Stephen PS, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine 5th. USA: McGrawhill; 2677-80
3. American Academy of Dermatology. Scabies [Internet]. 2015. [cited 2015 Sep 15].
Available from: https://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and- treatments/q---
t/scabies
4. Centers of Disease Control and Prevention. Parasites - Scabies [Internet]. 2010. [cited
2015 Sep 15]. Available from: http://www.cdc.gov/parasites/scabies/
5. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. FK. Unair/RSU
Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.

Você também pode gostar