Você está na página 1de 21

DOSEN : HENDRO,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.

Kom

TUGAS
MATA KULIAH : MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN KOMUNITAS

OLEH
KELOMPOK 1
ASRI NIM : 2017980062
KURNIAWAN AMIN NIM : 2017980070
INDIRWAN HASANUDDIN NIM : 2017980067
SULAEMAN.S NIM : 2017980083
RONA FEBRIYONA NIM : 2017980078

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
1
1. Identifikasi Target dan Capaian yang sudah dicapai Indonesia pada MDGs posisi Tahun
2015.
Millennium development Goals (MDGS) atau tujuan pembangunan millennium adalah
upaya untuk memenuhi hak – hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama
antara 189 negara anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) untuk melaksanakan 8
(delapan ) tujuan Pembanguna, yaitu :
1. Menanggulangi kemisikinan dan kelaparan
2. Mencapai pedidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
7. Kelestarian lingkungan hidup
8. Kemitraan global dalam pembangunan
Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas dari 8 poin yang di utarakan dapat kami simpulkan bahwa
semua telah di upayakan dalam penanggulangannnya akan tetapi, dari poin 1 sampai 8 masih
banyak yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan meskipun telah susah payah di
upayakan.
MDGs 1 - Tingkat kemiskinan ekstrem telah menurun dari 20,6 persen pada tahun 1990
menjadi 5,9 persen pada tahun 2008. Kita melihat bahwa kemiskinan dan kelaparan masih
terjadi di beberapa Propinsi yang ada di Indonesia, meskipun data diatas menunjukkan
terjadinya penurunan yang signifikan, akan tetapi kita mlihat secara fakta bahwa masih
banyak masyarakat miskin yang ada di Indonesia terutam daerah – daerah terpencil dan
daerah yang berada di perbatasan, ini artinya keadilan social bagi seluruh Indonesia belum
rewujud. Masih terdapat jurang yang lebar antara rumahtangga yang miskin dan
rumahtangga, antara daerah pedesaan dan perkotaan
MDGs 2 - Angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100 persen dan tingkat
melek huruf penduduk melebihi 99,47 persen pada 2009. Dengan melihat data ini kita sangat
bersyukur untuk tingkat pendidikan semakin meningkat diharapkan dengan kondisi ini tetap

2
di pertahankan dan ditingkatkan. Tetapi masih kita melihat begitu banyak anak kecil yang
menghabiskan waktunya dijalanan untuk jadi pengemis dan bahkan untuk menjadi seorang
pekerja yang sebenarnya umurnya belum sesuai untuk menjadi pekerja.
MDGs 3 - Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/ Paket
B berturut-turut sebesar 99,73 persen dan 101,99 persen pada tahun 2009, dan rasio melek
huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun telah mencapai 99,85
persen. Masih terdapat ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender diukur dalam Gender
Inequality Index (GII), terdiri atas tiga dimensi: (1) kesehatan reproduksi, (2) pemberdayaan,
dan (2) lapangan kerja. GII=0 menunjukkan, kesetaraan sempurna antara laki-laki dan
perempuan. GII= 1 ketidaksetaraan sempurna, perempuan tidak diuntungkan maksimum.
Indonesia termasuk di antara negara berkembang dengan ketidaksetaraan gender tinggi (GII
0.49-0.60) (Knoema, 2016).
MDGs 4 - Angka kematian balita telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran pada tahun
1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran pada tahun 2007 dan diperkirakan target 32 per 1.000
kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai.
MDG 5 – Angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007. Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun
2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
MDG 6 – Jumlah penderita HIV/AIDS meningkat, khususnya di antara kelompok resiko
tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Tingkat kenaikan juga sangat tinggi di
beberapa daerah di mana kesadaran tentang penyakit ini rendah.
MDG 7 – Indonesia memiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi, namun tetap
berkomitmen untuk meningkatkan tutupan hutan, menghilangkan pembalakan liar dan
mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida
paling sedikit 26 persen selama 20 tahun ke depan. Saat ini hanya 47,73 persen rumah tangga
yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan 51,19 prsen yang memiliki
akses sanitasi yang layak. Diperlukan perhatian khusus, untuk mencapai target MDG tahun
2015.
MDG 8 – Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan serta sistem keuangan yang
terbuka, berdasarkan aturan, bisa diprediksi dan non – diskriminatif – terbukti dengan adanya
kecenderungan positif dalam indikator yang berhubungan dengan perdagangan dan sistem

3
perbankan nasional. Pada saat yang sama, kemajuan signifikan telah dicapai dalam
mengurangi rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dari 24,6 persen pada 1996 menjadi
10,9 persen pada 2009. Debt Service Ratio juga telah dikurangi dari 51 persen pada tahun
1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009.

2. Identifikasi Target dan Capaian yang sudah dicapai Indonesia pada SDGs sampai dengan
2017.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan jika Indonesia ingin mencapai target SDG
kesehatan 2030 ini, yaitu keberpihakan politik dan faktor investasi dan anggaran kesehatan.

Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan dalam pengentasan


kemiskinan
dan telah berhasil mengurangi persentase penduduk yang hidup dalam kemiskinan dari
17,75% (2006) menjadi 10,70% (2016). Pengentasan kemiskinan telah berkembang dalam
hal jumlah dan juga tingkat keparahannya. Meskipun, perlu dicatat bahwa Jumlah absolut
orang yang hidup dalam kemiskinan masih 22,76 juta orang. Demikian, pengentasan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat diikuti oleh mempersempit disparitas
antar daerah telah menjadi perkembangan saat ini target.
Pengentasan kemiskinan dilakukan melalui perluasan perlindungan sosial cakupan,
pemenuhan kebutuhan dasar dan mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat. Perlindungan
sosial komprehensif disediakan melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan bantuan
sosial terpadu. SJSN dilaksanakan melalui Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) dengan
menerbitkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Pada akhir 2016, 66,4% dari total populasi (171,9
juta orang) termasuk 40% dari orang-orang berpenghasilan terendah telah tertutup. JKN
menyediakan jaminan kesehatan bagi orang miskin melalui Penerima Bantuan Aset Premium
(PBI) yang dibayar oleh pemerintah. Untuk memastikan bahwa keluarga dengan status sosial
ekonomi terendah memiliki akses ke layanan dasar, yang cakupan penerima Program
Keluarga Harapan (PKH) diperluas 2016 hingga 6 juta keluarga miskin, termasuk ibu hamil,
balita, bersekolah anak-anak, lansia dan penyandang cacat.
Pemenuhan kebutuhan dasar untuk kelompok miskin dan rentan telah diperluas melalui
peningkatan layanan pengiriman anak di fasilitas kesehatan; menyediakan akta kelahiran;
meningkatkan tingkat pendaftaran bersih tingkat dasar (SD / MI / sama dengan 7-12 tahun,

4
SMP / MTs / sama dengan 13-15 tahun, SMA / SMK / MA / sama dengan 16-18 tahun);
meningkatkan akses ke perbaikan air minum dan sanitasi, meningkatkan kualitas rumah
hunian perkotaan dan akses ke listrik. Selain itu, kelompok-kelompok miskin dan rentan
disediakan dengan layanan imunisasi dasar yang komprehensif untuk anak-anak berusia 12-
23 tahun bulan dan akses ke layanan kontrasepsi. Korban bencana juga demikian disediakan
dengan akses ke layanan dasar untuk mencegah jatuh ke dalam kemiskinan.
Langkah-langkah inovasi untuk mencapai target pengurangan kemiskinan dilakukan
melalui: Pertama, dikeluarkannya Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN dan
UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Administrasi Jaminan Sosial (BPJS) untuk mengelola
cakupan kesehatan universal. Kedua, pembentukan sosial non tunai kartu bantuan
menggunakan sistem perbankan. Ketiga, memperbarui Terpadu Database (BDT). Keempat,
memperluas akses dokumen sipil seperti kelahiran sertifikat, perubahan status anak, surat
nikah atau akta cerai, kematian sertifikat, dan surat pemindahan. Kelima, peluncuran
"Indonesia Terang" program untuk menyediakan desa-desa terpencil dan terpencil dari timur
ke barat Indonesia dengan energi terbarukan. Keenam, implementasi fiskal desentralisasi
melalui penyediaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk penyediaan layanan dasar umum,
prioritas diberikan untuk pembangunan infrastruktur dan layanan dasar di lokasi dan
penugasan khusus kepada pemerintah lokal untuk mendukung pencapaian prioritas nasional.
Ketujuh, mengembangkan publik model pembelanjaan pembelanjaan untuk memperkuat
kemiskinan pemerintah setempat program-program penanggulangan. Kedelapan, penerbitan
Keputusan Presiden No. 96 tentang 2015 tentang Pendirian Tim Nasional untuk Percepatan
Pengentasan Kemiskinan (TNP2K) di bawah koordinasi langsung Wakil Presiden
Intervensi penurunan kemiskinan masih menghadapi beberapa tantangan seperti
meningkatkan manajemen data yang terintegrasi, memelopori pengentasan kemiskinan
program, perampingan anggaran pemerintah untuk mempercepat pengentasan kemiskinan,
memperkuat koordinasi kelembagaan dan mengembangkan kemandirian kaum miskin.
Beberapa masalah yang muncul muncul, seperti jebakan kemiskinan multidimensional yang
menyebabkan seseorang berada dalam keadaan kekurangan dan kemiskinan yang panjang
karena, mis. Sulit situasi geografis, misalnya daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dan

5
pulau-pulau kecil. Kemiskinan anak juga merupakan masalah penting di Indonesia yang
mana mengharuskan pemerintah untuk membentuk intervensi untuk mengakomodasi
kebutuhan masyarakat miskin anak-anak.
Intervensi sektor kesehatan untuk mendukung pengentasan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan dilakukan melalui peningkatan status kesehatan, termasuk:
akselerasi pengurangan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKB) dan balita angka kematian
(AKBa); mengendalikan komunikasi dan tidak bisa berkomunikasi penyakit; meningkatkan
cakupan layanan kesehatan reproduksi; perluasan JKN cakupan; mendistribusikan tenaga
kesehatan secara merata; dan penyediaan obat-obatan dan vaksin di pusat kesehatan
masyarakat.
Status kesehatan masyarakat tercermin dari Angka Kematian Ibu (MMR) menurun dari
346 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup; Bayi Angka Kematian (AKB)
menurun dari 68 (1991) menjadi 32 (2012) per 1.000 hidup kelahiran; dan Angka Kematian
Balita (AKBa) menurun dari 97 (1991) menjadi 40 (2012). Beberapa intervensi untuk
mengurangi angka kematian ibu termasuk pelaksanaan Asuransi Pengasuhan Anak
(Jampersal) yang terintegrasi ke dalam SJSN dan implementasi Persyaratan Layanan
Minimum Sektor Kesehatan (SPM). Tantangan terbesar yang tersisa adalah kualitas
kesehatan ibu layanan termasuk kompetensi sumber daya manusia, fasilitas kesehatan,
pengiriman anak peralatan dan rumah sakit.
Indonesia menghadapi beban ganda penyakit yang ditunjukkan oleh prevalensi penyakit
menular dan tidak menular. Prevalensi TB, leprocy, filariasis dan malaria secara signifikan
menurun, tetapi prevalensi HIV / AIDS masih tinggi. Prevalensi penyakit tidak menular
meningkat seperti yang ditunjukkan oleh tingginya prevalensi hipertensi, diabetes, dan
obesitas.
Meningkatnya risiko penyakit tidak menular adalah karena orang tidak sehat gaya
hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, kurang latihan fisik dan nutrisi
ketidakseimbangan.
Kondisi makanan dan gizi membaik dengan penurunan yang tidak memadai konsumsi
makanan. Produksi beras mencapai 75,40 juta ton (2015) dan jagung 19,61 juta ton (2015).
Ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu memenuhi berasnya permintaan. Selain itu,
produksi daging sapi pada tahun 2006-2015 tumbuh sebesar 3,11% per tahun diikuti oleh

6
pertumbuhan produksi telur yang tinggi dalam 10 tahun terakhir sebesar 4,50% per tahun dan
daging ayam tumbuh 5,74% per tahun pada 2010-2015. Perikanan laut produksi sebagai
sumber makanan dan nutrisi terus meningkat 4,8 juta ton (2011) menjadi 5,3 juta ton (2014).
Indonesia juga meningkatkan ketersediaan pangan berkelanjutan dan produktivitas pertanian
dengan melepaskan 57 baru varietas unggul (VUB) beras, 25 VUB jagung, dan 10 VUB
kedelai.
Kualitas konsumsi makanan masyarakat Indonesia membaik mengikuti peningkatan
pola diet yang diinginkan (PPH) rata-rata 82,9 di 2009-2013. Status gizi ibu, bayi dan balita
menunjukkan sedikit perbaikan. Prevalensi underweight (wasting) pada balita menurun
secara signifikan dari 13,60% (2007) menjadi 9,80% (2016). Prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) di bawah lima menurun dari 36,80% (2007) menjadi 33,60% (2016)
meskipun angka absolutnya cukup tinggi. Cakupan dari ASI eksklusif juga meningkat dari
15,30% (2010) menjadi 30,20% (2013). Inovasi dalam sektor makanan dan gizi antara lain
melalui Gerakan Percepatan Perbaikan Gizi Nasional dengan fokus pada 1000 hari pertama
kehidupan (HPK). Indonesia menjadi salah satu dari 59 pertama negara-negara yang
bergabung dengan inisiatif global yang disebut Scaling Up Nutrition. Indonesia menyusun
rencana aksi pangan dan gizi nasional dan regional, serta menyiapkan Ketahanan Pangan dan
Kerentanan Atlas (FSVA). Sebuah program, yang disebut Mengkonsumsi Gerakan Ikan
(GEMARIKAN) diperkenalkan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
mengkonsumsi ikan sebagai sumber makanan dan nutrisi. Selanjutnya, untuk meningkatkan
produksi pangan, pemerintah mempercepat penerbitan peraturan daerah tentang alokasi
daerah untuk pangan berkelanjutan pertanian, dan mengintensifkan penelitian dan
pengembangan berkelanjutan untuk dipupuk inovasi teknologi pertanian.
Peningkatan kualitas makanan dan nutrisi terkait dengan pendidikan dan keadaan
lingkungan. Pendidikan mempengaruhi perilaku (pengasuhan dan makan pola) yang pada
gilirannya mempengaruhi status gizi anak-anak. Semakin rendah pendidikan ibu status gizi
buruk anak-anak. Karena itu, akses pendidikan perlu ditingkatkan. Status gizi juga terkait
dengan akses rumah tangga ke air bersih dan sanitasi yang memadai Peluang ekonomi yang
meningkat untuk mata pencaharian yang berkelanjutan diaktifkan melalui industrilization,
inovasi dan infrastruktur, serta manajemen sumber daya alam seperti perlindungan
berkelanjutan dan penggunaan laut dan sumber daya perikanan. Indonesia mempercepat

7
pembangunan jalan infrastruktur, jalan tol, kereta api, pelabuhan dan bandara, terutama di
bagian timur daerah untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan. Tantangan tetap
mempertimbangkan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000
pulau di mana dua pertiganya adalah lautan. Prioritas infrastruktur target pembangunan
daerah tertinggal, terluar, dan terdepan untuk mengurangi isolasi dan perbedaan harga serta
perbedaan antarwilayah. Ini pada gilirannya akan membantu mengurangi beban ekonomi
berpenghasilan rendah dan miskin keluarga.
Pembangunan infrastruktur menjadi landasan untuk pendirian 14 Zona industri di
wilayah timur yang berpotensi menyerap 962.800 pekerja. Pada tahun 2016, tiga zona
industri beroperasi. Pengembangan industri Indonesia berfokus pada industri padat karya dan
berbasis sumber daya lokal manufaktur. Industri kategori ini akan mampu menyerap jumlah
tenaga kerja yang tinggi, meningkatkan nilai tambah dan mengarah pada pengganda efek di
area lokal dan sekitarnya. Melalui pengembangan aglomerasi dan industri, penyerapan tenaga
kerja akan lebih tinggi yang akan berkontribusi secara signifikan untuk pengurangan
kemiskinan. Selain kekayaan sumber daya alam terestrial, sebagai negara kepulauan negara
yang terletak di sepanjang khatulistiwa, Indonesia juga sangat kaya akan keanekaragaman
hayati sumber daya laut. Pada 2016, Indonesia telah menyatakan 165 Marine Protected Area
(KKP) dan ditargetkan pada 2020, total luas KKP akan bertambah menjadi 20 juta ha.
Indonesia juga fokus untuk mengelola KKL untuk memberikan yang positif manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat. Dengan manajemen MPA, pembibitan dan tempat bertelur
dilindungi untuk penggunaan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab atas masyarakat.
Penggunaan ekonomi dari kawasan konservasi laut dilakukan melalui kegiatan memancing,
budidaya, wisata bahari, penelitian dan pendidikan. Indonesia juga secara intensif memerangi
IUU Fishing.
Dalam rangka melindungi nelayan skala kecil, asuransi bantuan, sertifikasi tanah,
pembentukan koperasi dan informasi sistem untuk nelayan telah disediakan. Selain itu, ada
peningkatan akses untuk membiayai nelayan skala kecil. Selama periode 2012-2016, kredit
mikro untuk sektor perikanan tumbuh rata-rata 10% per tahun. Itu periode yang sama, jumlah
penerima kredit mikro di sektor perikanan juga meningkat secara signifikan dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata mencapai 158% per tahun. Kesetaraan jender, supremasi hukum dan
kemitraan adalah salah satu yang menguatkan faktor untuk mencapai semua Sasaran SDGs.

8
Rule of law dan persamaan gender adalah diarusutamakan dalam agenda pembangunan
Indonesia dan dipandu oleh spesifik peraturan tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dan
Penganggaran Responsif Gender Perencanaan (PPRG). Pada 2017VNR, gender merupakan
faktor penguatan dalam kesehatan sektor, layanan dasar, pendidikan, politik dan manajerial,
teknologi, keuangan layanan termasuk keuangan mikro yang diverifikasi dengan data
terpisah.
Kemitraan sebagai faktor penguat lain di 2017 VNR tercermin oleh ketersediaan data
yang cukup dan Kerjasama Selatan-Selatan dan Segitiga (KSST). Ketersediaan data dan
informasi yang memadai merupakan persyaratan utama untuk pengambilan keputusan yang
tepat untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan, seperti serta memastikan
bahwa tidak ada yang tertinggal. Indonesia telah mengembangkan metadata dari Indikator
SDGs dan satu data gateway melalui portal Satu Data untuk mendukung penyediaan data
disaggregation yang menganut prinsip No-one Left Behind.
Kemitraan melalui implementasi KSST diarahkan untuk mendukung kemiskinan program
pengentasan dalam konteks yang lebih luas baik di Indonesia maupun yang sedang
berkembang lainnya negara-negara. Beberapa program KSST termasuk dukungan untuk
program ketahanan pangan untuk petani, peternak dan nelayan, peralatan pertanian dan
mesin bantuan, ahli untuk produksi tanaman dan berbagi pengetahuan tentang kemiskinan
program pengentasan seperti PNPM dan PKH.
Pencapaian SDGs di Indonesia juga didukung oleh sarana implementasi, yang termasuk
memperkuat mobilisasi sumber daya domestik, memperluas informasi, komunikasi dan
teknologi (ICT) untuk pengembangan, kemitraan multi-pihak, koheren koordinasi, dan
pembangunan kapasitas. Penguatan mobilisasi sumber daya domestik adalah dilakukan
melalui peningkatan kemitraan publik-swasta dalam pembiayaan strategis proyek,
mengembangkan layanan perbankan, meningkatkan pendapatan pajak, menjelajah
sumbangan alternatif dari filantropi, dana diaspora dan agama dana sosial. Ekspansi
teknologi dilakukan melalui e-government di proses bisnis birokrasi pemerintah. Keterlibatan
berbagai pihak dimanifestasikan dalam penyusunan pedoman untuk implementasi SDGs,
online dan konsultasi publik offline, serta dalam penerapan inovatif mekanisme. Koheren
koordinasi dilakukan dengan menggabungkan hukum, kelembagaan, substansi program, dan
aspek pendanaan untuk saling melengkapi.

9
Pengembangan kapasitas untuk semua pemangku kepentingan dilakukan pada
pengarusutamaan SDGs di Indonesia perencanaan pembangunan, perumusan indikator SDGs
dan persiapan
Rencana aksi SDGs.
Implementasi SDGs Indonesia akan memberikan signifikan kontribusi pada
pembangunan nasional karena SDGs sejalan dengan visi dan misi Presiden (Nawacita) dan
2015-2019RPJMN. Sebagai langkah selanjutnya, Indonesia memiliki komitmen yang kuat
dalam memantau pencapaiannya SDGs dan membuat perbaikan berkelanjutan; menerapkan
SDGs di sesuai dengan visi pembangunan nasional; melibatkan pemuda dalam prosesnya
menerapkan SDG dan bekerja dengan komunitas global untuk mencapainya SDGs.

3. Lakukan Analisis Kebijakan Terhadap Capaian Tersebut Dan Apa Yang Harus Dilakukan
Analisis Kebijakan Dan Strategi Pencapaian Target Dan Indikator Sustainable Development
Goals (SDGS)
TUJUAN 1. MENGHAPUS SEGALA BENTUK KEMISKINAN
Strategi:
1. Memperluas dan menyempurnakan pelaksanaan sistem jaminan sosial terutama jaminan
kesehatan dan ketenagakerjaan
2. Meningkatkan ketersediaan penyediaan pelayanan dasar yang disertai dengan
peningkatan kualitas pelayanannya dan jangkauannya bagi masyarakat miskin dan rentan
berupa pelayanan administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan, pendidikan,
perlindungan sosial dan infrastruktur dasar
3. Meningkatkan kemampuan penduduk miskin dalam mengembangkan penghidupan yang
berkelanjutan melalui penguatan asset sosial penduduk miskin, peningkatan kemampuan
berusaha dan bekerja penduduk miskin, dan peningkatan dan perluasan akses penduduk
miskin terhadap modal.
Indikator:
1.Persentase penduduk dengan daya beli di bawah $1,25 per kapita per hari (PPP)
2.Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, dibedakan
3.Persentase penduduk yang tercakup dalam program perlindungan sosial
4.Jumlah bidang tanah yang bersertifikat di perdesaan

10
5.Persentase realisasi terhadap target sertifikasi tanah di perdesaan
6.Jumlah korban bencana alam yang meninggal dunia
7.Kerugian akibat bencana alam dalam rupiah dan $US
TUJUAN 2. MENGAKHIRI KELAPARAN, MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
DAN PENINGKATAN GIZI, DAN MENCANANGKAN PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Strategi:
1. Peningkatan produksi padi dan sumber pangan protein dari dalam negeri;
2. Peningkatan kelancaran distribusi dan penguatan stok pangan dalam negeri;
3. Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan
4. Mitigasi gangguan iklim terhadap produksi pangan.
Indikator:
1.Persentase produksi yang dicapai terhadap target produksi pertanian tanaman pangan
2.Jumlah penyuluh pertanian per 1000 petani
3.Persentase petani yang mendapatkan penyuluhan
4.Perubahan tahunan luas lahan kritis
TUJUAN 3. MENJAMIN KEHIDUPAN YANG SEHAT DAN MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN PENDUDUK DI SEGALA USIA
Strategi:
1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia yang
berkualitas
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
5. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan
6. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
7. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan
8. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
9. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi
10. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang kesehatan

11
11. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
Indikator:
1. Angka kematian neonatal, bayi dan balita
2. Angka Kematian Ibu
3. Prevalensi HIV/AIDS, jumlah kasus baru dan kasus kumulatif
4. Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan ARV
5. Angka kematian akibat HIV yang dilaporkan (CFR)
6. Angka kejadian tuberkolosis (semua kasus/100.000 penduduk/tahun)
7. Tingkat prevalensi tuberkolosis (per 100.000 penduduk)
8. Tingkat kematian karena tuberkolosis (per 100.000 penduduk)
9. Insiden malaria
10. Jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk
11. Rata-rata polusi udara perkotaan (PM10)
12. Persentase balita yang menerima imunisasi lengkap
13. Tingkat prevalensi kontrasepsi (CPR)
14. Fasilitas program kesehatan jiwa di RS dan Puskesmas
15. Skor pola pangan harapan (PPH)
16. Prevalensi gemuk dan sangat gemuk
17. Prevalensi perokok saat ini penduduk usia 15 tahun ke atas
18. Prevalensi peminum alkohol 12 bulan dan 1 bulan terakhir
TUJUAN 4. MENJAMIN KUALITAS PENDIDIKAN YANG ADIL DAN INKLUSIF
SERTA MENINGKATKAN KESEMPATAN BELAJAR SEUMUR HIDUP UNTUK
SEMUA
Strategi:
1. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun;
2. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan melalui
peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal
3. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
4. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya
5. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
6. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru

12
7. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
8. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
9. Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi; (10) meningkatkan tata kelola
kelembagaan perguruan tinggi.
Indikator:
1. Persentase anak yang mengikuti pendidikan prasekolah.
2. Angka Kelulusan SD
3. Angka Kelulusan SMP dan SMA
4. APK Pendidikan Tinggi
TUJUAN 5. MENCAPAI KESETARAAN GENDER DAN MEMBERDAYAKAN
SEMUA PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN
Strategi:
1. Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang pentingnya pengintegrasian perspektif
gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidang pembangunan, di tingkat nasional
maupun di daerah
2. Penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (pprg) di dalam
berbagai bidang pembangunan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, politik, ekonomi, dan hukum.
Indikator:
1.Prevalensi wanita 15-49 tahun yang mengalami kekerasan fisik dan seksual oleh
pasangan intimnya dalam 12 bulan terakhir.
2.Persentase kasus kekerasan seksual dan berbasis gender terhadap perempuan dan anak
yang dilaporkan, diselidiki dan dijatuhi hukuman.
3.Persentase wanita berusia 20-24 tahun yang telah menikah atau menikah sebelum berusia
18 tahun.
4.Prevalensi praktek tradisional yang berbahaya.
5.Jumlah rata-rata jam yang dihabiskan untuk pekerjaan dibayar dan tidak dibayar (beban
kerja total), berdasarkan jenis kelamin.
6.Persentase kursi yang diduduki perempuan dan minoritas di parlemen nasional dan/atau
daerah
7.Tingkat kebutuhan pelayanan KB yang terpenuhi.

13
8.Angka kelahiran total.
TUJUAN 6. MENJAMIN KETERSEDIAAN DAN MANAJEMEN AIR DAN
SANITASI SECARA BERKELANJUTAN
Strategi:
1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi
2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat
4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
Indikator:
1. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
2. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak,
3. Persentase total sumber air yang digunakan.
TUJUAN 7. MENJAMIN AKSES TERHADAP ENERGI YANG TERJANGKAU,
DAPAT DIANDALKAN, BERKELANJUTAN, DAN MODERN
Strategi:
1. Meningkatkan produksi energi primer terutama minyak dan gas dari lapangan yang
mengalami penurunan tingkat produksinya
2. Meningkatkan cadangan penyangga dan operasional energi
3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi; meningkatkan
aksesibilitas energi
4. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi dan listrik
5. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran
6. Memanfaatkan potensi sumber daya air untuk PLTA.
Indikator:
1.Persentase rumah tangga yang menggunakan bahan bakar (listrik, gas/ elpiji, gas kota,
dan minyak tanah ) untuk memasak
2.Persentase rumah tangga dengan sumber penerangan utama listrik PLN dan listrik non
PLN

14
3.Tingkat intensitas energi primer
TUJUAN 8. MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG MERATA
DAN BERKELANJUTAN, TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DAN PRODUKTIF,
SERTA PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA
Strategi:
1. Mengoptimalkan kerjasama global dengan memperhatikan dimensi sosial dan budaya
2. Memperluas lapangan kerja
3. Meningkatkan iklim investasi dan promosi ekspor
4. Meningkatkan sinergi arah kebijakan industri
5. Meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja serta pengembangan sistem kerja yang
layak
6. Pendalaman kapital dan pendidikan tenaga kerja
7. Peningkatan partisipasi perempuan dalam tenaga kerja.
Indikator:
1.PNB per kapita (PPP, current US$ Atlas method)
2.Laporan dan implementasi Sistem Neraca Ekonomi dan Lingkungan
3.Persentase angkatan kerja usia 15-24 tahun yang bekerja, menurut sektor formal dan
informal
4.Ratifikasi dan implementasi standar kerja fundamental ILO dan kepatuhan dalam hukum
dan praktek
TUJUAN 9. MEMBANGUN INFRASTRUKTUR TANGGUH, MEMPROMOSIKAN
INDUSTRIALISASI INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN DAN MENDORONG
INOVASI
Strategi:
1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda
2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional
untuk mendukung sistem logistik nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam
kerangka mendukung kerjasama regional dan global
3. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung
investasi pada koridor ekonomi, kawasan industri khusus, kompleks industri, dan pusat-
pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi

15
4. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan transportasi serta
pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi
5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan
mempertimbangkan daya dukung lingkungan
6. Mentransformasi kewajiban pelayanan universal (universal service obligation/USO)
menjadi broadband-ready dengan cara reformulasi kebijakan penggunaan dana USO yang
lebih berorientasi kepada ekosistem broadband (tidak hanya untuk penyediaan
infrastruktur dan daerah perdesaan) dan memperkuat kelembagaan pengelola dana USO
7. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber
daya terbatas
8. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband termasuk di daerah perbatasan
negara
9. mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan,
interoperabilitas dan cost effective
10. Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK
Indikator:
1.Akses terhadap jalan untuk segala musim/all season road
2.Langganan broadband telepon genggam per 100 penduduk, menurut perkotaan/ pedesaan
3.Persentase rumahtangga dengan akses internet di perdesaan
4.Nilai tambah sektor manufaktur (MVA) sebagai persentase terhadap PDB
5.Jumlah emisi gas rumah kaca
6.Persentase jumlah pekerja sektor industri terhadap total tenaga kerja
TUJUAN 10. MENGURANGI KETIMPANGAN DALAM DAN ANTAR NEGARA
Strategi:
1. Peningkatan penyerapan tenaga kerja miskin dan rentan produkif ke dalam sektor industri
pengolahan unggulan
2. Pengembangan aktivitas ranta pengolahan yang bersifat penambahan nilai (value added)
untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal dan komoditas unggulan berbasiskan
agro industri
3. Perbaikan rantai distribusi komoditas unggulan yang berpihak kepada petani kecil

16
4. Pengembangan ekonomi lokal di pulau‐pulau terluar berbasis potensi alam daerah
setempat.
Indikator:
1. Persentase rumahtangga dengan pendapatan di bawah 50% dari median pendapatan
(“kemiskinan relatif”)
2. Koefisien Gini
3. Persentase BPR terhadap Pendapatan Nasional Bruto

TUJUAN 11. MEMBUAT KOTA DAN PEMUKIMAN PENDUDUK YANG


INKLUSIF, AMAN, TANGGUH, DAN BERKELANJUTAN
Strategi:
1. Perwujudan sistem perkotaan nasional (SPN)
2. percepatan pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman,
nyaman, dan layak huni
3. Pembangunan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana
4. Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal
5. Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan,
Indikator:
1. Persentase penduduk perkotaan tinggal di daerah kumuh
2. Persentase rumah tangga di perkotaan menurut perlakuan terhadap sampah
3. Ruang terbuka hijau di perkotaan
TUJUAN 12. MENJAMIN POLA PRODUKSI DAN KONSUMSI YANG
BERKELANJUTAN
Strategi:
1.Inventarisasi dan sinkronisasi kebijakan sektor-sektor prioritas terkait dengan pola
konsumsi dan produksi berkelanjutan
2.Menggalakkan penggunaan teknologi bersih untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya dan mengurangi limbah
3.Penyebaran informasi ketersediaan produk ramah lingkungan bagi konsumen/ masyarakat
mengenai manfaat produk tersebut
4.Pengembangan standar produk ramah lingkungan yang terukur

17
5.Pengembangan peraturan dan standar pelayanan publik dalam penerapan pola konsumsi
berkelanjutan.
Indikator:
1.Kerugian pascapanen (susut hasil panen padi)
2.Konsumsi bahan perusak ozon
3.Kedalaman optik aerosol (AOD)

TUJUAN 13. MENGAMBIL TINDAKAN SEGERA UNTUK MEMERANGI


PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA
Strategi:
1. Peningkatan pelibatan sektor baik di pusat maupun di daerah untuk melaksanakan
kegiatan penurunan emisi dan pengalokasian pendanaannya;
2. Standarisasi kegiatan penurunan emisi di setiap sektor.,
3. Meningkatkan kontribusi swasta dan masyarakat dalam penurunan emisi GRK;
4. Pengembangan dan penerapan insentif fiskal;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan RAN/RAD-GRK dan adaptasi;
6. Pelaksanaan kegiatan dan rencana aksi terkait dengan REDD+, baik yang berdampak
langsung, maupun tidak langsung pada penurunan emisi GRK;
7. Pengembangan indeks dan indikator kerentanan, serta penguatan sistem informasi iklim
dan cuaca;
8. Pelaksanaan kajian kerentanan dan peningkatan ketahanan (resiliensi) pada sektor yang
sensitive serta pelaksanaan pilot adaptasi;
9. Sosialisasi RAN-API dan peningkatan kapasitas daerah dalam upaya adaptasi.
Indikator:
1. Intensitas CO2 dari sektor listrik (gCO2 per KWh)
2. Intensitas CO2 dari sektor transportasi (gCO2/vkm)
TUJUAN 14. MELESTARIKAN SAMUDERA, LAUT, DAN SUMBER DAYA
KELAUTAN SECARA BERKELANJUTAN UNTUK PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Strategi:
1. Peningkatan sarana dan prasarana dalam mendukung konektivitas laut;

18
2. Peningkatan sdm, iptek, wawasan dan budaya bahari;
3. Peningkatan tata kelola dan pengamanan wilayah juridiksi dan batas laut Indonesia;
4. Peningkatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pengendalian kegiatan
illegal;
5. Pengelolaan pulau-pulau kecil, terutama pulau-pulau terluar. pemenuhan kebutuhan
infrastruktur dasar; (6) peningkatan pengamanan pesisir dan konservasi perairan
Indikator:
1. Ocean Health Index
2. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman
TUJUAN 15. MELINDUNGI, MEMULIHKAN, DAN MENINGKATKAN
PEMANFAATAN SECARA BERKELANJUTAN TERHADAP EKOSISTEM
DARAT, MENGELOLA HUTAN SECARA BERKELANJUTAN, MEMERANGI
DESERTIFIKASI, DAN MENGHENTIKAN DAN MEMULIHKAN DEGRADASI
LAHAN DAN MENGHENTIKAN HILANGNYA KEANEKARAGAMAN HAYATI
Strategi:
(1) Peningkatan instrumen penegakan hukum;
(2) peningkatan efektivitas penegakan hukum;
(3) peningkatan efektivitas dan kualitas pengelolaan hutan
Indikator:
1.Perubahan tahunan kawasan hutan dan lahan budidaya
2.Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap
total luas kawasan hutan
3.Red List Index
TUJUAN 16. MENINGKATKAN MASYARAKAT YANG INKLUSIF DAN DAMAI
UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, MENYEDIAKAN AKSES
TERHADAP KEADILAN BAGI SEMUA, DAN MEMBANGUN INSTITUSI YANG
EFEKTIF, AKUNTABEL DAN INKLUSIF DI SEMUA
Strategi:
1.Mempromosikan proses pembangunan yang inklusif;
2.Menghormati hak-hak semua kelompok sosial-budaya, minoritas, masyarakat adat,
agama;

19
3.Melestarikan seluruh budaya warisan dan sumber daya alam dan
4.Menghormati hak mereka untuk menentukan dan mewujudkan aspirasi pembangunannya.
Indikator:
1. Jumlah desa menurut adanya korban perkelahian massal (meninggal dan luka- luka),
indikator proksi
2. Pengungsi dan pengungsian internal akibat konflik dan kekerasan
3. Corruption Perception Index (CPI), IPK Kota di Indonesia
4. Persentase balita yang memiliki akta kelahiran
5. Kepatuhan terhadap rekomendasi dari UPR dan perjanjian PBB
6. Indikator dari variabel kebebasan berkumpul dan berserikat
TUJUAN 17. MEMPERKUAT SARANA PELAKSANAAN DAN MEREVITALISASI
KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Strategi:
1. Meningkatkan peran Indonesia di tingkat global;
2. Meningkatkan kesiapan publik domestik dan meningkatnya peran (kontribusi) dan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN;
3. Menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia dalam forum bilateral, multilateral, regional
dan global;
4. Meningkatkan peran Indonesia dalam kerja sama selatan selatan dan triangular;
5. Meningkatkan promosi dan pemajuan demokrasi dan HAM;
6. Meningkatkan kerjasama ekonomi internasional di tingkat multilateral, regional, dan
bilateral dengan prinsip mengedepankan kepentingan nasional, saling menguntungkan,
serta memberikan keuntungan yang maksimal bagi pembangunan ekonomi nasional dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indikator:
1. Indeks Kebahagiaan

20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kesehatanlingkungan-indonesia.blogspot.com/2013/04/target-mdgs-indonesia.html
2. https://www.kompasiana.com/rrnoor/capaian-sustainable-development-goals-sdg-2030-
kesehatan-dunia-keteteran_59d5b227096dea6d053bab33
3. https://saifulrohman1.wordpress.com/2014/10/01/prioritas-target-dan-pencapaian-
millennium-development-goals-mdgs-indonesia/

21

Você também pode gostar