Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
3) Menurut UU nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.
1.1.3 Tipe Lansia
Dalam Maryam (2008) ada beberapa tipe pada lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukkan. bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang, dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan, dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz),
para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri
sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarga, lansia mandiri
3
dengan bantuan tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dipanti
wreda, lansia yang dirawat dirumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
1.1.4 Proses Penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah setelah tiga tahap
kehidupan, yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat
dihindari oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem
yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun
psikis. kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan
berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemuduran psikister jadi peningkatan
sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,
berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatkan minat terhadap material,
dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya orientasidan subjek saja yang
berbeda). Namun hal diatas tidak harus menimbulkan penyakit. Oleh karena itu,
lansia harus senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai
kondisi: Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial, mampu melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mendapatkan dukungan secara sosial dari
keluarga dan masyarakat.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan
fisik dan sosial, stress fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat
proses menjadi tua. Secara umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah
sebagai berikut:
1) Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel sebagai
berikut :
(1) Berkurannya cairan dalam sel.
(2) Berkurangnya ukuran sel.
(3) Berkurangnya jumlah sel.
2) Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau terlihat
seperti :
4
3) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
(1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
(2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
(3) Kehilangan teman atau relasi.
(4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
(5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of mortality).
1.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Lansia
1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman yang dilalui,
sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya
lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih produktif, mereka
justru banyak memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang untuk
menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri.
2) Motivasi
Adanya motivasi sangat membantu individu dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi akan
membentuk koping yang destruktif.
3) Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai lansia. Sampai
sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti yang menunjukkan
bahwa anak/keluarga segan untuk melakukan hal ini.Menempatkan lansia di panti
werda merupakan alternatif terakhir. Martabat lansia dalam keluarga dan
keakraban hidup kekeluargaan didunia timur seperti yang kita rasakan sekarang
perlu dipertahankan.
8
yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal
balik peningkatan tekanan perifer.
Etiologi Hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa
kondisi yang menjadi penyebab terjadinya Hipertensi sekunder:
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi estrogen dapat menyebabkan Hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldotesteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian
oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama Hipertensi sekunder. Hipertensi renovamskuler
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar secara lansung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien denga
hipertensi disebabkan oleh ateros klerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan
abnormal jaringa fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal
3) Gangguan Endokrin.
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hipetension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme timbul dari benign
adenoma korteks adrenal pheochromocyomas pada medula adrenal yang paling
umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom
cushing, kelebihan glukokotikoid yang di sekresi dari korteks adrenal.
4) Coartation Aorta.
Merupakan penyempitan aorta kongenial yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau aorta abnormal. Penyempitan menghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas area kontriksi.
5) Kehamilan
6) Luka bakar
7) Peningkatan volume intravaskuler
8) Merokok
10
sakit kepala (rasa berat di tengkuk), kelelahan, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdengung), serta kesulitan tidur.
1.2.5 Komplikasi
Dokter Hanato (2008) menjelaskan akibat hipertensi yang tidak terkontrol,
akan bisa berbahaya karena di susul masalah komplikasi lainya komplikasi
hipertensi trejadi karena adanya kerusakan salah satu bahan lebih pada organ
tubuh. Hal ini di sebabkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu
lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu. Tekanan yang
tidak terkontrol dapat mengakibatkan :
1.2.5.1 Serangan jantung atau stroke : Tekanan dan darah tinggi dapat
menyebabkan pergeser dan penebalan arteri (arterikolosis), yang dapat
menyebabkan serangan jantung.
1.2.5.2 Gagal jantung : Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam
pembuluh, otot jantung perlu berkontraksi berlebih sehingga otot menjadi
kental. Otot ketal memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, hal ini yang menyebabkan komplikasi
hipertensi yang berupa gagal jantung.
1.2.5.3 Sindrom metabolik : Sindrom ini adalah sekelompok gangguan
metabolisme tubuh termasuk lingkar pinggang meningkat meningkat,
trigiserida tinggi, rendah high density lipoprotein (HDL), tekanan darah
tinggi dan tingkat insulin yang tinggi.
1.2.5.4 Ginjal : Hipertensi yang lama atau berat dapatmenyebabkan kerusakan
sehingga fungsi ginjalmenurun menyebebkan darah yang di saring menjadi
kurang sehingga jumlah yang di hasilkan dan zat-zat yang seharusnyadi
buang seperti urea menumpuk dalam darah/plasma.
1.2.6 Penatalaksanaan
1.2.6.1 Istirahat
Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja sehingga
mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan posisi badan
berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak. Berusahalah untuk
beristirahat setelah beberapa saat melakukan kesibukan rutinitas. Oleh karena
tekanan darah dapat meningkat jika orang terkena stres, maka hindarkanlah
12
Gejala :
- Gangguan koordinasi / cara berjalan
- Espisode parestesia unilateral transient
- Hipotensi pastural
1.2.9 Diagnosa Keperawatan
1.2.9.1 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir
meningkat, vasokontriksi iskemik miokard.
1.2.9.2 Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
1.2.9.3 Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
1.2.9.4 Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
intake garam dalam diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik
neurology dan sistem renal.
1.2.9.5 Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun
1.2.10 Intervensi Keperawatan
1) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir
meningkat, vasokontriksi iskemik miokard
TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.
TUK :
- TD meningkat
- Nadi 80 x/mnt
- Pengikisan kapiler < 3 detik
- Suhu 36,5 – 37 0C
- RR 16-24 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Auskultasi bunyi nafas
18
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
kesehatan klien.
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat
kempuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini biasa dilaksanakan dengan
yaitu: Tidak terjadi penurunan curah jantung, nyeri berkurang sampai dengan
hilang, perfusi jaringan adekuat, tidak terjadi keletihan volume cairan, tidak terjadi
injury.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
81 thn
Meninggal
22
23
obat, makanan, dan faktor lingkungan pada Ny. E. Penyakit yang diderita Ny. E
sekarang Hipertensi.
2.9 AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI (ADL)
Indeks Katz Ny. E adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi). Oksigenasi Ny. E tidak ada
masalah, Ny. E minum ± -2 Liter/hari, frekuensi makan Ny. E 3 kali sehari, Untuk
frekuensi BAK Ny. E 4-5x/hari, Untuk BAB bisa 1 kali sehari atau 1 kali dua hari.
Istirahat dan tidur Ny. E siang 1-2 jam malam 6-8 jam. Personal hygiene Ny. E 2x
sehari pagi dan malam, Ny. E rekreasi dengan mendengarkan radio dan menonton
TV. Mekanisme pertahanan diri Ny. E baik, emosinya dapat terkontrol dengan
baik. Keadaan Umum Ny. E dengan tingkat kesadaran compos menthis, skala
koma glasgow untuk Eye 4 verbal 5 psikomotor 6, tanda-tanda vital Tensi :150/90
mmHg, N: 81x/menit, RR : 20x/menit, Temperatur : 36,30C. Ny. E mengalami
gangguan pada sistem kardiovaskular (riwayat hipertensi), Sistem
muskuloskeletal (tampak adanya penurunan tonus otot pada wajah sebelah kiri),
Sistem persyarafan (Ny. E berbicara kurang jelas lidahnya seperti terjepit, selalu
menahan dagu menggunakan kepalan tangannya). Sistem gastrointestinal : BAB
1x/hari dengan konsistensi lembek warna kuning, Sistem reproduksi(Tidak ada
melakukan aktivitas seksual karena lanjut usia dan seorang suster), Sistem
penglihatan (Fungsi penglihatan berkurang), sistem pendengaran (Fungsi
pendengaran berkurang apabila berbicara harus dengan suara nyaring), Sistem
pengecapan (Fungsi pengecapan baik), Sistem penciuman (Fungsi penciuman
baik) Tactil respon (Respon baik, membedakan rasa kasar dan halus)
2.10 STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
Short Porteble mental status questionnaire (SPMSQ) Ny. E yaitu : 7
kerusakan intelektual sedang. Mini mental state exam (MMSE) : 21, Inventaris
Depresi Beck : 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 10.
2.11 DATA PENUNJANG
Tidak ada data penunjang
25
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Nama : Ny. E Tanggal: 23 januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 81 tahun TB/BB : 155 cm/56 Kg
Agama : katolik Gol. Darah :
Pendidikan : PT
Alamat : Panti wreda Bhakti Luhur
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil.,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, dan fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersbut
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E atau F.
26
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 0-2 : Kerusakan intelektual ringan.
3. Kesalahan 0-2 : Kerusakan intelektual sedang.
27
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
30
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGUA-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
31
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 defresi tidak ada/ minimal
5-7 defresi ringan
8-15 defresi sedang
16+ defresi berat
32
ANALISA DATA
NO DATA INTERPRESTASI MASALAH
Obyektif dan Data
No (Etiologi) (Problem)
Subyektif (sign/symptom
1 DS: Ny. E mengatakan: Peningkatan tekanan Nyeri (akut)
”kepala saya terasa sakit vaskuler cerebral. sakit kepala
(nyeri) dan tengkuk saya
juga tegang”
P: Sakit (nyeri)
dirasakan bertambah
saat aktivitas
Q: Sakit (nyeri)
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R: Sakit dirasakan
didaerah kepala dan
tengkuk
S: Sakit (nyeri)
dirasakan dengan
skala 2 (0-4)
T: Sakit (nyeri) kepala
dan tengkuk dirasakan
pada waktu aktivitas.
DO:
- Riwayat hipertensi
- Umur : 81 tahun
- TD : 150/90 mmHg
- HR : 81x/menit
- RR : 20xmenit,
- S :36,30C
35
PRIORITAS MASALAH
1. Sakit kepala Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tekanan
vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
37
RENCANA TINDAKAN
TUJUAN
DX KEP (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
HASIL)
1. Sakit kepala Setelah dilakukan 1. Kaji Sakit/ nyeri kepala 1. Untuk 1. 09.00 WIB S: Ny. E
Nyeri (akut) asuhan penurunan, lamanya dan mengidentifikasi Mengkaji mengatakan
b/d keperawatan tanda tanda lainnya. upaya pencegahan Sakit/nyeri kepala, bahwa sakit
peningkatan sebanyak 3 kali penurunanya dan kepalanya
tekanan klien melaporkan tanda-tanda lainnya berkurang
vaskuler Sakit kepala 2. Anjurkan klien u/ 2. Membantu 2. 10.00 WIB setelah
serebral (nyeri)/ketidak beristirahat jaga mengurangi nyeri Menganjurkan istirahat.
nyamanan ketenangan lingkungan klien untuk O: Ny. E
berkurang. 3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Menurunkan beristirahat jaga tampak lebih
dan distraksi. ketegangan otot. ketenangan baik.
4. Berikan penkes tentang 4. dengan lingkungan TD: 150/90
penyakit hipertensi bertambahnya mmHg
pengetahuan A: masalah
seseorang dapat nyeri belum
mencegah dan teratasi
merawat P: lanjutkan
penyakitnya. dan
pertahankan
5. Menganjurkan kelurga 5. Mengurangi nyeri
intervensi 3, 4,
untuk kompres dan tegangan otot
dan 5,
dingin/hangat kepada
kepala klien.
38
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji bagaimana aktivitas1. Menentukan tingkat 1. 09.30 WIB S: Ny. E
kunjungan klien. aktivitas klien. Mengkaji mengatakan
Aktivitas
sebanyak 2 kali 2. Anjurkan Klien untuk
2. Kerja yang berat bagaimana bahwa tidak
Berhubungan klien melaporkan mengurangi aktivitas yang
menyebabkan kelelahan aktivitas klien. terlalu
pasien dapat berat. pada klien. 2. 10.00 WIB melakukan
dengan
melakukan 3. Berikan penkes masalah3. Agar pasien Menganjurkan aktivitas yang
penurunan fungsi aktivitasnya kesehatan yang terjadi pada
mengetahui masalah Klien untuk berlebihan
dengan baik. lansia. dan dapat mengurangi karena lelah.
tubuh.
mencegahnya. aktivitas yang O: Ny. E
4. Observasi Keadaan umum 4. Menunjukkan berat. tampak letih.
dan TTV. keadaan klien sekarang. 4. 10.05 WIB TD: 150/90
Mengobservasi mmHg
5. Anjurkan keluarga untuk 5. Dukungan dan Keadaan umum A: masalah
membantu klien jika bantuan keluarga sangat dan TTV. belum teratasi
melakukan aktivitas yang penting dalam P: lanjutkan
berlebihan. membantu kegiatan dan
lansia. pertahankan
intervensi 3
dan 5
39