Você está na página 1de 39

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Lansia


1.1.1 Pengertian Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang yang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Efendi, 2009).
Usia lanjut adalah semua kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia
tua adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu ke waktu yang penuh bermanfaat
(Murwani,dkk, 2011).
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan
usia lanjut adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena suatu hal tidak
lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan atau tidak potensial
(Murwani,dkk, 2011).
1.1.2 Karateristik Lanjut Usia
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria sebagai berikut.
(1) Usia pertengahan (Middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
(2) Usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.
(3) Usia tua (old) anatara 75-90 tahun.
(4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2) Depertemen Kesehatan RI membagikan lansia sebagai berikut.
(1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.
(2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
(3) Kelompok usia lanjut (65 tahun keatas)sebagai senium.

1
2

3) Menurut UU nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.
1.1.3 Tipe Lansia
Dalam Maryam (2008) ada beberapa tipe pada lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukkan. bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang, dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan, dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz),
para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri
sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarga, lansia mandiri
3

dengan bantuan tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dipanti
wreda, lansia yang dirawat dirumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
1.1.4 Proses Penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah setelah tiga tahap
kehidupan, yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat
dihindari oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem
yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun
psikis. kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan
berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemuduran psikister jadi peningkatan
sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,
berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatkan minat terhadap material,
dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya orientasidan subjek saja yang
berbeda). Namun hal diatas tidak harus menimbulkan penyakit. Oleh karena itu,
lansia harus senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai
kondisi: Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial, mampu melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mendapatkan dukungan secara sosial dari
keluarga dan masyarakat.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan
fisik dan sosial, stress fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat
proses menjadi tua. Secara umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah
sebagai berikut:
1) Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel sebagai
berikut :
(1) Berkurannya cairan dalam sel.
(2) Berkurangnya ukuran sel.
(3) Berkurangnya jumlah sel.
2) Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau terlihat
seperti :
4

(1) Mengecilnya kelenjar mandibula.


(2) Menipisnya diskus intervertebralis.
(3) Erosi pada permukaan sendi-sendi.
(4) Terjadinya osteoporosis.
(5) Otot-otot mengalami otrofi.
(6) Sering dijumpai adanya emfisema polmonum.
(7) Presbiopi.
(8) Adanya arterioklerosis.
(9) Menopouse pada wanita.
(10) Adanya demensia senilis.
(11) Kulit tidak elastis lagi.
(12) Rambut memutih.
1.1.5 Perubahan Sistem Tubuh Lansia
1) Perubahan Fisik
(1) Sel
Pada Lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein
diotak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan
menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
(2) Sistem persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik, hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun
jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf pancaindra, serta
menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
(3) Sistem pendengaran
Gangguan pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami atrofi,
terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan kreatin,
pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
(4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfinger pupil dan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat
5

menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan sinar dan daya adaptasi


terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan
gelap, hilangnya adanya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala
pemeriksaan.
(5) Sistem Kardiovaskular
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menenal menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan
oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.
(6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 350C, hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas
otot.
(7) Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan mulai kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sebagai kapasitas
residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maximun
manurun, dan kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal
dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,
kemampuan untuk batuk berkurang.
(8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, esofagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
(9) Sistem Genitourinaria
Ginjal dan nefron menjadi atrofi, aliran darah menurun hingga 50% fungsi
tubulus berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk
6

mengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1),


blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat. Otot-otot kandung kemih (Vesica urinaria) melemah,
kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi
urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga ±75% dari besar normalnya.
(10) Sistem Endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi
hormon kelamin seperti progesteron, esterogen, dan testoteron.
(11) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar
keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
(12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot-otot sehingga gerak seseorang menjadi lamba, otot-
otot kram dan menjadi tremor.
2) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat
kecerdasan (intellegence quotientI.Q.), dan kenangan (memory). Kenangan
dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-
hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.
7

3) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
(1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
(2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
(3) Kehilangan teman atau relasi.
(4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
(5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of mortality).
1.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Lansia
1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman yang dilalui,
sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya
lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih produktif, mereka
justru banyak memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang untuk
menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri.
2) Motivasi
Adanya motivasi sangat membantu individu dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi akan
membentuk koping yang destruktif.
3) Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai lansia. Sampai
sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti yang menunjukkan
bahwa anak/keluarga segan untuk melakukan hal ini.Menempatkan lansia di panti
werda merupakan alternatif terakhir. Martabat lansia dalam keluarga dan
keakraban hidup kekeluargaan didunia timur seperti yang kita rasakan sekarang
perlu dipertahankan.
8

1.2 Konsep Dasar Hipertensi


1.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu
periode. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri jika berlanjut dapat
menimbulkan kerusakkan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥
90 mmHg. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg di nyatakan
sebagai Hipertensi (Udjianti, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arif
Mansjoer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan
Suddarth, 896 ; 2002).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009).
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut
WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg
(untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95
mmHg (untuk usia > 60 tahun) (Taufan Nugroho, 2011).
1.2.2 Penyebab Hipertensi
Etiologi yang pasti dari Hipertensi ensensial belum diketahui. Namun,
sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal.
Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam
mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat
meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan
reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan
perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung
9

yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal
balik peningkatan tekanan perifer.
Etiologi Hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa
kondisi yang menjadi penyebab terjadinya Hipertensi sekunder:
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi estrogen dapat menyebabkan Hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldotesteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian
oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama Hipertensi sekunder. Hipertensi renovamskuler
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar secara lansung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien denga
hipertensi disebabkan oleh ateros klerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan
abnormal jaringa fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal
3) Gangguan Endokrin.
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hipetension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme timbul dari benign
adenoma korteks adrenal pheochromocyomas pada medula adrenal yang paling
umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom
cushing, kelebihan glukokotikoid yang di sekresi dari korteks adrenal.
4) Coartation Aorta.
Merupakan penyempitan aorta kongenial yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau aorta abnormal. Penyempitan menghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas area kontriksi.
5) Kehamilan
6) Luka bakar
7) Peningkatan volume intravaskuler
8) Merokok
10

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin . peningkatan


katekolamin menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan
tekanan darah.
1.2.3 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:
1) Hipertensi Primer atau Esensial
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak atau diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitandengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti sebagai berikut ini (Udjianti, 2011).
(1) Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan Hipertensi,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
(2) Jenis kelamin dan usia : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
(3) Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan perkembangan Hipertensi.
(4) Berat badan : Obesitas (>25% di atas BB ideal ) dikaitkan dengan
perkembangannya Hipertensi.
(5) Gaya hidup : Merokok dan mengomsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2) Hipertensi sekunder
Merupakan 100% keseluruhan kasus Hipertensi adalah Hipertensi
sekunder, yang di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
Faktor pencetus munculnya Hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress.
1.2.4 Tanda Dan Gejala Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan
dan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90 mmHG
biasanya tanpa gejala atau tanda peringatan untuk hipertensi dan sering di sebut
“silent killer”. Pada kasus hipertensi berat, gejala yangdi alami klien antara lain:
11

sakit kepala (rasa berat di tengkuk), kelelahan, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdengung), serta kesulitan tidur.
1.2.5 Komplikasi
Dokter Hanato (2008) menjelaskan akibat hipertensi yang tidak terkontrol,
akan bisa berbahaya karena di susul masalah komplikasi lainya komplikasi
hipertensi trejadi karena adanya kerusakan salah satu bahan lebih pada organ
tubuh. Hal ini di sebabkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu
lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu. Tekanan yang
tidak terkontrol dapat mengakibatkan :
1.2.5.1 Serangan jantung atau stroke : Tekanan dan darah tinggi dapat
menyebabkan pergeser dan penebalan arteri (arterikolosis), yang dapat
menyebabkan serangan jantung.
1.2.5.2 Gagal jantung : Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam
pembuluh, otot jantung perlu berkontraksi berlebih sehingga otot menjadi
kental. Otot ketal memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, hal ini yang menyebabkan komplikasi
hipertensi yang berupa gagal jantung.
1.2.5.3 Sindrom metabolik : Sindrom ini adalah sekelompok gangguan
metabolisme tubuh termasuk lingkar pinggang meningkat meningkat,
trigiserida tinggi, rendah high density lipoprotein (HDL), tekanan darah
tinggi dan tingkat insulin yang tinggi.
1.2.5.4 Ginjal : Hipertensi yang lama atau berat dapatmenyebabkan kerusakan
sehingga fungsi ginjalmenurun menyebebkan darah yang di saring menjadi
kurang sehingga jumlah yang di hasilkan dan zat-zat yang seharusnyadi
buang seperti urea menumpuk dalam darah/plasma.
1.2.6 Penatalaksanaan
1.2.6.1 Istirahat
Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja sehingga
mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan posisi badan
berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak. Berusahalah untuk
beristirahat setelah beberapa saat melakukan kesibukan rutinitas. Oleh karena
tekanan darah dapat meningkat jika orang terkena stres, maka hindarkanlah
12

kegiatan dan tempat-tempat yang dapat menyebabkan stres. Rekreasi ke tempat-


tempat sejuk, rindang, alam bebas dan daerah yang berbeda dengan kegiatan
sehari-hari dapat pula menjadi pilihan mengurangi stres. Cara lain untuk
mengurangi stres adalah dengan hipnoterapi, pijat, refleksi. Kunjungi psikolog
untuk membantu memecahkan masalah, jika stres terjadi karena adanya masalah
yang rumit.
1.2.6.2 Diet dan olah raga
1) Diet Rendah garam
Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam.Bila kita menginginkan
terhindar dari penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal
mengkonsumsi garam, karena konsumsi garam yang berlebihan akan
meningkatkan faktor resiko hipertensi itu sendiri.
2) Penurunan berat badan
Dengan penurunan berat badan dan menjaga indeks masa tubuh.
menurunkan faktor resiko akan terjadinya Hipertensi.
3) Olah Raga teratur
Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam
hal mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini.
Olahraga akan meningkatkan kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Bila telah
menderita penyakit hipertensi maka olahraga yang disarankan adalah olahraga
yang ringan selama 30 menit dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan
seperti halnya bersepeda dan juga berjalan kaki.
4) Rokok
Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensiini
dengan menghentikan merokok itu sendiri.
5) Alkohol
Hipertensi dapat dihindari dengan tidak mengkonsumsi alkohol. Minuman
beralkohol banyak macamnya, baik yang dibuat oleh pabrik maupun tradisional.
Semuanya akan membahayakan bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu
hindarilah minum minuman beralkohol.Selain minuman, alkohol dapat pula
terkandung dalam makanan seperti tape dan brem.
6) Hiperlipidemi
13

Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari


kegemukan atau obesitas.
2.2.6.3 Medikametosa
Obat pertama:
1) Diuretik
2) Tiazit
3) Hidroklorotiazid (HTC): 1 sampai 2 kali sehari 25-50 mg
4) Furosemid: 40mg/hari
5) Asam etakrinat: dosil awal 50 mg/hari
6) Spironolakton (aldactone): 1-2 x (50-100)/hari
7) Reserpin: 1-2x (0,1-0,2) mg/hari.
1.2.7 Pencegahan Hipertensi
Setiap datangnya penyakit, pastilah pengobatan harus menjadi perhatian
utama. Tetapi alangkah lebih baik, bila kita perlu proses pencegahan, agar
penyakit yang kita jauhi memang tidak menghinggap dalam kesehatan kita.
Bagaimanapun, pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Langkah preventif
akan menjadi pelajaran berharga bagi keluarga untuk mengharmoniskan hubungan
kekeluargaan, sehingga bisa terhindar dari berbagai macam penyakit. Dalam
rangka pencegahan atas Hipertensi, segala kegiatan hidup haruslah dalam proses
pengawasan. Khususnya kegiatan sehari-hari keluarga. Beberapa hal yang dapat
kita lakukan pencegahan Hipertensi.
1.2.7.1 Pencegahan Hipertensi dengan olah raga yang cukup
Olah raga yang di anjurkan bagi orang yang berisiko tinggi terkena
Hipertensi adalah:
1) Aerobik, meliputi jalan santai, joging, lari (sebatas yang di mampukan)
bersepeda, renang teratur.
2) Olahraga rileks seperti yoga dan meditasi.
1.2.7.2 Pencegahan Hipertensi dengan tidak merokok
Merokok adalah menghisap gulungan tembaku yang di bungkus dengan
kertas.
Cara untuk menghindar dari pengaruh rokok yaitu:
1) Sebaiknya menghindari daerah yang terkena asap rokok.
14

2) Jika anda seorang perokok berhentilah merokok, berhentilah merokok


sama sekali dengan niat penuh. Menghentikan rokok secara total mungkin
sulit dilakukan, tetapi peluang untuk kembali merokok lebih kecil jika di
bandingkan dengan cara mengurangi perlahan-lahan. Suksesnya seseorang
untuk berhenti merokok tergantung niat pada diri perokok itu sendiri.
1.2.7.3 Pencegahan hipertensi dengan tidak minum alkohol
Pada seorang yang sering minum minuman beralkohol tekanan mudah
berubah dan cenderung lebih tinggi. Alkohol dapat meningkatkan keasaman
darah, darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung
memompa darah lebih kuat lagi. Ini berati terjadi peningkatan tekanan darah.
1.2.7.4 Pencegahan Hipertensi dengan cara medis
Bagi orang yang memiliki resiko tinggi Hipertensi, lakukan pemeriksaan
diri ke dokter secara berkala. Pengobatan Hipertensi harus dengan resep dokter,
karena dapat menimbulkan kekebalan terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.
1.2.7.5 Pencegahan Hipertensi dengan mengatur pola makan
Perbanyak minum air putih. Cara makan yang baik adalah dengan cara
sedikit-sedikit tapi sering kandungan zat dalam makanan pun perlu di perhatikan,
meliputi:
1) Kurangi minum-minuman yang mengandung soda.
2) Kurangi memakan daging merah, ikan kerang, kepiting dan susu,cemilan
asing dan gurih.
3) Kurangi memakan makanan ikan asin, telur asin, vetsin
(monosodiumglutame/SMG), soda, kue, sarden, udang dan cumi-cumi.
4) Diet rendah kolesterol. Memakan makanan yang mengandung lemak baik
(meningkatkan HDL) dan sedikit mengandung lemak jahat.
15

1.2.8 Pengkajian Keperawatan


1.2.8.1 Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
1.2.8.2 Sirkulasi
Gejala :
- Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit cerebravaskuler
- Episode palpitasi, perspirasi
Tanda :
- Kenaikan TD
- Hipotensi postural
- Frekuensi / irama takikardi, berbagai disritmia
- Mumur stenosis valvular

1.2.8.3 Integritas ego


Gejala :
- Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
- Faktor-faktor multiple
Tanda :
- Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak
- Gerak badan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
peningkatan pola bicara
1.2.8.4 Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini / yang lalu.
1.2.8.5 Makanan / cairan
Gejala :
16

- Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi


lemak, tinggi kolesterol
- Mual muntah
- Perubahan berat badan
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB naik atau obesitas
1.2.8.6 Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening / pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Episode epistaksis
Tanda :
- Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori
- Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan
1.2.8.7 Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :
- Angin
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen / massa
1.2.8.8 Pernafasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja
- Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distres respirasi
- Bunyai nafas tambahan
- Sianosis
1.2.8.9 Kelemahan
17

Gejala :
- Gangguan koordinasi / cara berjalan
- Espisode parestesia unilateral transient
- Hipotensi pastural
1.2.9 Diagnosa Keperawatan
1.2.9.1 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir
meningkat, vasokontriksi iskemik miokard.
1.2.9.2 Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
1.2.9.3 Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
1.2.9.4 Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
intake garam dalam diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik
neurology dan sistem renal.
1.2.9.5 Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun
1.2.10 Intervensi Keperawatan
1) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir
meningkat, vasokontriksi iskemik miokard
TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.
TUK :
- TD meningkat
- Nadi 80 x/mnt
- Pengikisan kapiler < 3 detik
- Suhu 36,5 – 37 0C
- RR 16-24 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Auskultasi bunyi nafas
18

Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya


hipertrofi atrium, perkembangan s3 menunjukkan hipertensi ventrikel dan
kerusakan fungsi.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpati, meningkatkan
relaksasi.
d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pinjatan punggung dan
leher, meninggikan kepala tempat tidur
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
sipatis.
e. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas Pengalihan
Rasional : dapat mengurangi ketegangan otot dan melancarkan aliran darah.
2) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral
TUM : nyeri berkurang sampai dengan hilang
TUK :
a. Skala nyeri < 3
b. Ekpresi wajah rileks
c. Klien menyatakan nyeri berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji status nyeri (skala, Durasi, irama, kualitasnya)
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala karena adanya peningkatan tekanan vaskulercerebral.
b. Pertahankan tirah baring
Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit
kepala.
19

e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi


perdarahan hidung / kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.
3) Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi
TUM : perfusi jaringan adekuat
TUK :
- TD naik
- Nadi 80 x/mnt
- Suhu 36,5 – 37 oC
- RR 16-24 x/mnt
- Tak ada keluhan sakit kepala / pusing
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
Rasional : tirah baring membantu kebutuhan energi.
b. Monitor tanda vital
Rasional : untuk mengetahui / mengkaji keadaan klien.
c. Monitor balance cairan
Rasional : cairan yang berlebihan menurunkan sirkulasi O2.
d. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi
Rasional : untuk menurunkan tekanan darah.
4) Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
intake garam dalam diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik
neurology dan sistem renal.
TUM : tidak terjadi keletihan volume cairan.
TUK :
a. Tidak ada edema
b. Bunyi paru bersih
c. Balance seimbang
Intervensi :
a. Kaji diet klien terhadap in adekuat masukan protein / kelebihan natrium
20

Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron dan


sekresi hormon antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan
ekskresi kalium.
b. Dorong klien untuk menurunkan masukan garam
Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldesteron
disekresi hormon anti deuretik, menyebabkan retensi air dan Na dan sekresi
kalium.
c. Pastikan dengan dokter apakah dapat menggunakan garam tambahan
Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan dapat
menunjang koma hepatic.
d. Lakukan tindakan untuk melindungi edema kulit dari cedera
Rasional : kulit edema tegang dan mudah cedera, kulit kering lebih rentan untuk
rusak dan cidera.
5) Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun
TUM : tidak terjadi injury
Interensi :
a. Orientasikan individu terhadap sekeliling
Rasional : mengenalkan individu pada yang dirasa bahaya.
b. Awasi individu secara ketat
Rasional : mempersiapkan diri untuk memberi pertolongan jika dibutuhkan.
c. Gunakan lampu malam
Rasional : menghindari kecelakaan.
d. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama serangan
Rasional : mengurangi resiki kecelakaan.
e. Pertahankan tempat tidur pada ketinggian paling rendah
Rasional : mengurangi resiko jatuh.
f. Mintalah tekan sekamar, jika mampu untuk mengingatkan perawatan
tentang adanya masalah
Rasional : untuk segera memberi bantuan kepada klien jika terjadi edema.
21

1.2.11 Implementasi Keperawatan

Menurut Nursalam, 2008 hal. 127. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah

kesehatan klien.

1.2.12 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat

kempuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini biasa dilaksanakan dengan

menggandakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap

tindakan keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2008 hal. 135).

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan intervensi yang sudah disusun

yaitu: Tidak terjadi penurunan curah jantung, nyeri berkurang sampai dengan

hilang, perfusi jaringan adekuat, tidak terjadi keletihan volume cairan, tidak terjadi

injury.
BAB 2
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 23 Januari 2014


2.1 DATA BIOGRAFI
Lansia binaan bernama Ny. E berjenis kelamin perempuan tempat dan
tanggal lahir, kudus 11-09-1931 dengan golongan darah tidak diketahui.
keyakinan yang dianut adalah katolik dan tidak menikah. tinggi badan Ny. E 155
cm dengan berat badan 56 kg. penampilan cukup rapi, ciri-ciri tubuh Ny. E
tingginya pendek agak membungkuk, dan rambut memutih. tinggal di panti wreda
Bhakti Luhur. orang yang dekat yaitu bapak lukas wijaya, alamat jalan juanda
harapan permai blok G no. 6 waru.
2.2.RIWAYAT KELUARGA
No Nama L/p Hubungan Pendidikan Pekerjaan Keterangan
keluarga
1.
2. Ny. E tidak mampu mengingat
Susunan genogram 3 (tiga) generasi Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Hubungan
sedarah
Klien

81 thn
Meninggal

Data didapatkan dari buku induk Wisma Theresa.

22
23

2.3 RIWAYAT PEKERJAAN


Pekerjaan Ny. E saat ini tidak ada, pekerjaan sebelumnya Ny. E sebagai
seorang suster dan guru bahasa belanda. sumber pendapatan dana terhadap
kebutuhan tidak ada.
2.4 RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)
Tipe tempat tinggal Ny. E berjenis permanen, jumlah kamar 4, jumlah
tongkat di kamar tidak ada, kondisi tempat tinggal baik, jumlah orang yang
tinggal dirumah 8 orang perempuan. Derajat privasi kamar lansia sendiri,
Tetangga terdekat ada.
2.5 RIWAYAT REKREASI
Hobby/minat Ny. E tidak ada, keanggotaan organisasi tidak ada, liburan
perjalanan tidak ada.
2.6 SISTEM PENDUKUNG
Fasilitas kesehatan terdekat yaitu bidan praktik, jarak dari rumah ± 1-5 Km,
rumah sakit ± 20 Km, Klinik ± 15-17 Km, Pelayanan kesehatan di panti ada,
makanan yang dihantarkan berupa snack, perawatan sehari-hari yang dilakukan
keluarga yaitu membantu ADL lansia kadang-kadang.
2.7 DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Ny. E mempunyai kebiasaan istirahat dan berdoa di kamar. Terkadang ny. E
sering terlihat bicara sendiri dan komat-kamit, menurut oma B teman sekamar ny.
E, ny. E sering terbangun pada malam hari dan melakukan kegiatan aneh seperti
jongkok dengan kaki lurus dan sering mondar-mandir.
2.8 STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum Ny. E selama setahun yang lalu ialah hipertensi dan
status kesehatan umum selam 5 tahun yang lalu juga hipertensi. Keluhan utama
Ny. E sering mengeluh kepala sering sakit dan tengkuk juga, sering dirasakan
setelah banyak berakitivitas, lama sakit tersebut 1-2 jam setelah istirahat rasa
sakitnya berkurang. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan Pada
Ny. E cukup baik, Ny. E mengetahui penyakitnya dan diet Ny. E menjaga pola
makan dan aktivitasnya. Ny. E tidak mengkomsumsi obat dan tidak mau diobati,
karena beranggapan jika minum obat malah bikin sakit. Tidak ada riwayat alergi
24

obat, makanan, dan faktor lingkungan pada Ny. E. Penyakit yang diderita Ny. E
sekarang Hipertensi.
2.9 AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI (ADL)
Indeks Katz Ny. E adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi). Oksigenasi Ny. E tidak ada
masalah, Ny. E minum ± -2 Liter/hari, frekuensi makan Ny. E 3 kali sehari, Untuk
frekuensi BAK Ny. E 4-5x/hari, Untuk BAB bisa 1 kali sehari atau 1 kali dua hari.
Istirahat dan tidur Ny. E siang 1-2 jam malam 6-8 jam. Personal hygiene Ny. E 2x
sehari pagi dan malam, Ny. E rekreasi dengan mendengarkan radio dan menonton
TV. Mekanisme pertahanan diri Ny. E baik, emosinya dapat terkontrol dengan
baik. Keadaan Umum Ny. E dengan tingkat kesadaran compos menthis, skala
koma glasgow untuk Eye 4 verbal 5 psikomotor 6, tanda-tanda vital Tensi :150/90
mmHg, N: 81x/menit, RR : 20x/menit, Temperatur : 36,30C. Ny. E mengalami
gangguan pada sistem kardiovaskular (riwayat hipertensi), Sistem
muskuloskeletal (tampak adanya penurunan tonus otot pada wajah sebelah kiri),
Sistem persyarafan (Ny. E berbicara kurang jelas lidahnya seperti terjepit, selalu
menahan dagu menggunakan kepalan tangannya). Sistem gastrointestinal : BAB
1x/hari dengan konsistensi lembek warna kuning, Sistem reproduksi(Tidak ada
melakukan aktivitas seksual karena lanjut usia dan seorang suster), Sistem
penglihatan (Fungsi penglihatan berkurang), sistem pendengaran (Fungsi
pendengaran berkurang apabila berbicara harus dengan suara nyaring), Sistem
pengecapan (Fungsi pengecapan baik), Sistem penciuman (Fungsi penciuman
baik) Tactil respon (Respon baik, membedakan rasa kasar dan halus)
2.10 STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
Short Porteble mental status questionnaire (SPMSQ) Ny. E yaitu : 7
kerusakan intelektual sedang. Mini mental state exam (MMSE) : 21, Inventaris
Depresi Beck : 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 10.
2.11 DATA PENUNJANG
Tidak ada data penunjang
25

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Nama : Ny. E Tanggal: 23 januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 81 tahun TB/BB : 155 cm/56 Kg
Agama : katolik Gol. Darah :
Pendidikan : PT
Alamat : Panti wreda Bhakti Luhur
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil.,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, dan fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersbut
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E atau F.
26

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUETIONNNAIRE


(SPMSQ)
Penilaian Ini Untuk Mengetahui Fungsi Intelektual Lansia
Nama : Ny. E Tanggal: 23 januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 81 tahun TB/BB : 155 cm/56 Kg
Agama : katolik Gol. Darah :
Pendidikan : PT
Alamat : Panti wreda Bhakti Luhur
Nama Pewancara : Rio Ridwan
SKORE
+ - NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Tanggal berapa hari ini? Tidak tahu
2. Hari apa sekarang? Jumat
3. Apa nama tempat ini? Asrama theresa
4. Berapa nomor telepon anda? Panti Bhakti luhur
4.a Dimana Alamat anda? asrama theresa
(Tanyakan bila tidak memiliki
telpon)
5. Berapa umur anda? 81 tahun
6. Kapan anda lahir? Tahun 1933
7. Siapa presiden indonesia sekarang? Jokowi
8. Siapa presiden sebelumnya? Sby
9. Siapa nama kecil ibu anda? Lupa
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap _
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun?
Jumlah Kesalahan Total 3

KETERANGAN :
1. Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 0-2 : Kerusakan intelektual ringan.
3. Kesalahan 0-2 : Kerusakan intelektual sedang.
27

4. Kesalahan 0-2 : Kerusakan intelektual berat.


5. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
6. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
- Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan SD
- Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan lebih dari SD
- Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subjek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan lama.
28

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI PASIEN PERTANYAAN


Maksimum
ORIENTASI
5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa
5 sekarang? Dimana kita : (Negara, bagian,
Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan
masing-masing) tanyakan klien ke 3 obyek
setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point
untuk tiap jawaban yang benar, kemudian
ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaab dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah
5 jawaban, berganti eja kata belakang) (7
kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas,
beri 1 point untuk kebenaran.
BAHASA
9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan
atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos menthis.
Nilai maksimum 30( nilai 21/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
tindaklanjut.
29

INVENTARIS DEPRESI BECK


(Penilaian Tingkat Depresi Lansia Dari Beck Dan Decle, 1972)
Nama : Ny. E Tanggal: 23 januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 81 tahun TB/BB : 155 cm/56 Kg
Agama : katolik Gol. Darah :
Pendidikan : PT
Alamat : Panti wreda Bhakti Luhur
Nama Pewancara : Rio Ridwan
SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
30

0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGUA-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
31

1 Saya berusaha mengambil keputusan


0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 defresi tidak ada/ minimal
5-7 defresi ringan
8-15 defresi sedang
16+ defresi berat
32

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Social
Lansia
Nama : Ny. E Tanggal: 23 januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 81 tahun TB/BB : 155 cm/56 Kg
Agama : katolik Gol. Darah :
Pendidikan : PT
Alamat : Panti wreda Bhakti Luhur
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATIAON
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNESHIP
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara kelaurga (teman- GROWTH
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas enga cara keluarga (teman- AFFECTION
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
33

 Hamper tidak pernah: skore 0


-
34

ANALISA DATA
NO DATA INTERPRESTASI MASALAH
Obyektif dan Data
No (Etiologi) (Problem)
Subyektif (sign/symptom
1 DS: Ny. E mengatakan: Peningkatan tekanan Nyeri (akut)
”kepala saya terasa sakit vaskuler cerebral. sakit kepala
(nyeri) dan tengkuk saya
juga tegang”
P: Sakit (nyeri)
dirasakan bertambah
saat aktivitas
Q: Sakit (nyeri)
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R: Sakit dirasakan
didaerah kepala dan
tengkuk
S: Sakit (nyeri)
dirasakan dengan
skala 2 (0-4)
T: Sakit (nyeri) kepala
dan tengkuk dirasakan
pada waktu aktivitas.
DO:
- Riwayat hipertensi
- Umur : 81 tahun
- TD : 150/90 mmHg
- HR : 81x/menit
- RR : 20xmenit,
- S :36,30C
35

2 DS : Ny. E mengatakan Penurunan fungsi Intoleransi


“Kepalanya dan tubuh aktivitas.
tengkuknya sering sakit
ketika terlalu banyak
istrahat dan tidak dapat
terlalu beraktivitas karena
selalu merasa cepat lelah”
DO:
- Riwayat
hipertensi
- Umur Ny. E : 81
Tahun
- Ny. E masih bisa
beraktivitas tetapi
aktivitas ringan.
- Ny. E tidak
bekerja lagi.
36

PRIORITAS MASALAH
1. Sakit kepala Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tekanan
vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
37

RENCANA TINDAKAN

TUJUAN
DX KEP (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
HASIL)
1. Sakit kepala Setelah dilakukan 1. Kaji Sakit/ nyeri kepala 1. Untuk 1. 09.00 WIB S: Ny. E
Nyeri (akut) asuhan penurunan, lamanya dan mengidentifikasi Mengkaji mengatakan
b/d keperawatan tanda tanda lainnya. upaya pencegahan Sakit/nyeri kepala, bahwa sakit
peningkatan sebanyak 3 kali penurunanya dan kepalanya
tekanan klien melaporkan tanda-tanda lainnya berkurang
vaskuler Sakit kepala 2. Anjurkan klien u/ 2. Membantu 2. 10.00 WIB setelah
serebral (nyeri)/ketidak beristirahat jaga mengurangi nyeri Menganjurkan istirahat.
nyamanan ketenangan lingkungan klien untuk O: Ny. E
berkurang. 3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Menurunkan beristirahat jaga tampak lebih
dan distraksi. ketegangan otot. ketenangan baik.
4. Berikan penkes tentang 4. dengan lingkungan TD: 150/90
penyakit hipertensi bertambahnya mmHg
pengetahuan A: masalah
seseorang dapat nyeri belum
mencegah dan teratasi
merawat P: lanjutkan
penyakitnya. dan
pertahankan
5. Menganjurkan kelurga 5. Mengurangi nyeri
intervensi 3, 4,
untuk kompres dan tegangan otot
dan 5,
dingin/hangat kepada
kepala klien.
38

2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji bagaimana aktivitas1. Menentukan tingkat 1. 09.30 WIB S: Ny. E
kunjungan klien. aktivitas klien. Mengkaji mengatakan
Aktivitas
sebanyak 2 kali 2. Anjurkan Klien untuk
2. Kerja yang berat bagaimana bahwa tidak
Berhubungan klien melaporkan mengurangi aktivitas yang
menyebabkan kelelahan aktivitas klien. terlalu
pasien dapat berat. pada klien. 2. 10.00 WIB melakukan
dengan
melakukan 3. Berikan penkes masalah3. Agar pasien Menganjurkan aktivitas yang
penurunan fungsi aktivitasnya kesehatan yang terjadi pada
mengetahui masalah Klien untuk berlebihan
dengan baik. lansia. dan dapat mengurangi karena lelah.
tubuh.
mencegahnya. aktivitas yang O: Ny. E
4. Observasi Keadaan umum 4. Menunjukkan berat. tampak letih.
dan TTV. keadaan klien sekarang. 4. 10.05 WIB TD: 150/90
Mengobservasi mmHg
5. Anjurkan keluarga untuk 5. Dukungan dan Keadaan umum A: masalah
membantu klien jika bantuan keluarga sangat dan TTV. belum teratasi
melakukan aktivitas yang penting dalam P: lanjutkan
berlebihan. membantu kegiatan dan
lansia. pertahankan
intervensi 3
dan 5
39

Você também pode gostar