Você está na página 1de 13

BAB 2

PENGUMPULAN DATA

2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)


1) Struktur Organisasi
Ruangan interna wanita dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil
kepala ruangan dan 3 ketua tim, dan 8 perawat pelaksana, tata usaha bersama 5 POS
atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat serta tiga orang yang bertugas
sebagai cleaning service. Adapun struktur organisasinya adalah :

Struktur Karyawan Perawatan Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y.

Kepala Ruangan

Wakil Karu Tata Usaha

Katim 1 Katim 2 Katim 3

Perawat 3 Perawat 3 Perawat 2

POS POS POS

CS CS CS
2) Jumlah Tenaga Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y
a. Keperawatan
No Kualifikasi Jmlh Masa Kerja Jenis
1. S1 Keperawatan 2 5 tahun: 1 orang PNS
3 tahun: 1 orang PNS
2. D3 4 < 5 tahun: 2 orang PNS
Keperawatan 5-10 tahun:1 orang PNS
4 bulan: 1 orang Honorer
3. SPK 7 >25 tahun: 7 orang PNS
4. Mahasiswa 10 1 bulan: 10 orang
PSIK

b. Non-Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Tata Usaha 1 orang PNS
2. Cleaning service 3 orang Honorer
3. Ahli gizi 2 orang PNS
4. POS 5 orang Bervariasi

3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat ktg Jml Pasien PAGI SORE MALAM
Minimal 12 12x0,17= 2,04 12x0,14= 1,68 12x0,07= 0,84
Parsial 5 5x0,27= 1,35 5x0,15= 0,75 5x0,10= 0,5
Total 3 3x0,36= 1,08 3x0,36= 1,08 3x0,2 = 0,6
Jumlah 20 4,47 3,51 1,94
4 4 2

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 4 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang
¯¯¯¯¯¯¯ +
10 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86  10 860
  2,89  3
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
10 orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) + 3 orang lepas
dinas
= 15 orang
4) BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang Interna
Wanita, yaitu 25 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:

No Shift Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%
2. Sore 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%
3. Malam 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang interna wanita RSUD Y dilakukan
melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat ruangan maupun melalui
kuesioner. Berdasarkan hasil angket maupun kuesioner di ruangan dengan responden adalah
perawat di ruangan, didapatkan data bahwa: 69,2% perawat puas dengan struktur organisasi
yang telah ada di ruangan, 65% perawat menyatakan bahwa pembagian tugas di ruangan
secara structural sudah baik namun dalam pelaksanaanya masih belum jelas. Hasil
wawancara dengan kepala ruangan menyatakan bahwa 60% kinerja perawat di ruangan sudah
cukup baik namun 54% perawat masih berlatar pendidikan SPK. Setelah diberikan kuesioner
didapatkan data bahwa ternyata 60% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan
beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti seminar
tentang pelatihan keperawatan. Kepala ruangan juga menyatakan bahwa R.S telah
memberikan kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapat beasiswa dan kesempatan untuk
kuliah maupun seminar pelatihan keperawatan. Namun disisi lain menurut Kepala ruangan
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang profesionalisme perawat mengingat
tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin meningkat, masyarakat juga membutuhkan
pelayanan yang baik, dan R.S mempunyai kebijakan untuk menerima pasien ASKESKIN dan
memberi kesempatan perawat asing untuk masuk ke R.S.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruangan interna wanita dipimpin
oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala ruangan dan 3 ketua tim, dan 8 perawat
pelaksana, tata usaha bersama 5 POS atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat serta
tiga orang yang bertugas sebagai cleaning service. 60% pasien di ruangan interna wanita
dengan tingkat ketergantungan minimal, 25% dengan tingkat ketergantungan parsial dan 15%
dengan tingkat ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas per hari di ruangan adalah 3
dan total jumlah perawat adalah 13 orang dengan 2orang berpendidikan S1, 4 orang DIII dan
7 orang SPK yang dibagi menjadi 3 shift kerja yakni, shift pagi (07.00-15.00), shift sore
(15.00-23.00) dan shift malam (23.00-06.30). perawat mendapatkan kesempatan untuk
mengambil cuti 1x dalam seminggu. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, BOR pasien
di ruangan adalah 80%.

2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)


1. Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada ruang Interna
Wanita Rumah Sakit Y dengan uraian denah sebagai berikut (gambar denah ada pada
lamiran):

Sebelah Utara berbatasan dengan Ruang Bedah.


Sebelah Selatan berbatasan dengan Ruang Syaraf.
Sebelah Barat merupakan arah belakang ruangan.
Sebelah Timur merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan.
2. Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Tempat Tidur 25 bed Cukup baik 1 :1 -
2. Meja Pasien 25 buah Cukup baik 1:1 -
3. Kipas Angin 7 buah Cukup baik 4/ruangan Perlu dikurangi
4. Kursi Roda 3 buah Cukup baik 2-3/ruangan -
5. Branchart 2 buah Cukup baik 1/ruangan Perlu dikurangi
6. Jam Dinding 2 buah Baik 2/ruangan -
7. Timbangan 1 buah Baik 1/ruangan -
8. Kamar Mandi 4 buah Cukup baik Kls 2= 1:2 Perlu ditambah
dan WC Kls 3= 1:5 1 kamar mandi
9. Dapur 1 buah Cukup baik 1/ruangan -
10. Wastafel 2 buah Baik 2/ruangan -

b. Fasilitas untuk petugas kesehatan


 Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat.
 Kamar mandi perawat/ WC ada 1.
 Ruang staff dokter ada di sebelah barat nursing station.
 Nursing station berada di tengah ruangan di sebelah ruang staff dokter dan
ruang pasien kelas dua.
 Gudang berada di sebelah selatan ruang ganti.
 Ruang ganti berada di sebelah utara, didekat gudang.
c. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
2. Hb meter 2 buah Baik 2/ruangan -
3. Urometer 2 buah Baik 2/ruangan -
4. Lemari Es 1 buah Baik 1/ruangan -
5. Com stenlist 4 buah Baik 3/ruangan dikurangi
6. Tabung O2 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
7. Senter 2 buah Baik 2/ruangan dikurangi
8. Bak injeksi 8 buah Baik 2/ruangan dikurangi
9. Ember sampah pasien 3 buah Baik 1:1 ditambah 22
10. Papan tulis/white board 2 buah Baik 1/ruangan dikurangi
11. Lemari kaca 2 buah Baik 1/ruangan dikurangi
12. Lemari besi 1 buah Baik 1/ruangan -
13. Tensimeter 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
14. Pinset anatomis 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
15. Pinset cirurgis 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
16. Gunting nekrotomi 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
17. Gunting verban 3 buah Baik 2/ruangan dikurangi
18. Korentang dan tempat 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
19. Bengkok 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
20. Suction 2 buah Baik 2/ruangan -
21. Telepon 1 buah Baik 1/ruangan -
22. Komputer 1 set Baik 1/ruangan -
23. Alat pemadam kebakaran 1 buah Baik 1/ruangan -
24. Lemari obat 1 buah Baik 2/ruangan -
25. Lampu darurat 2 buah Baik 2/ruangan -
26. Spuit gliserin 1 buah Baik 2/ruangan ditambah 1
27. Kereta obat 4 buah Baik 1/ruangan dikurangi
28. Standard baskom 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
29. Standard infus 10 buah Baik 1:1 ditambah 15
30. Ambu bag 1 buah Baik 1/ruangan -
31. Kursi Lipat 10 buah 2 rusak 5/ruangan dikurangi
32. Manometer O2 lengkap 2 buah Baik 2/ruangan -
33. Standard O2 1 buah Baik 2/ruangan ditambah 1
34. Termometer 5 buah 1 rusak 5/ruangan ditambah 1

3. Administrsi Penunjang
a. Buku Injeksi
b.Buku Observasi
c. Lembar Dokumentasi
d.Buku Observasi Suhu dan Nadi
e. Buku Timbang Tarima

Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Interna Wanita RSUD Y sudah cukup baik.
Fasilitas penunjang seperti 4 kamar mandi, 1 tempat parkir, dan 1 kantin kondisinya cukup
baik. Tetapi idealnya kamar mandi Kls 2= 1:2 dan Kls 3= 1:5,1 tempat parkir/ruangan,
1kantin/ruangan, sehingga perlu ditambah 1 kamar mandi. Ventilasi udara terdapat 10 jendela
kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas cleaning
service dan kondisi ruangan cukup tenang. Jumlah tabung O2 ada 5 buah, perlu dikurangi 3,
sebab idealnya hanya ada 2/ruangan. Semua perawat ruangan mampu menggunakannya
dengan baik. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri dari: 1 buah buku
injeksi, 1 buah buku observasi, 20 lembar dokumentasi, 1 buah buku observasi suhu dan nadi,
dan 1 buah buku timbang terima. Nurse Station ada 1 diruangan biasanya digunakan sebagai
ruang pertemuan perawat, kadang-kadang perawat mengobrol dan menggosip di Nurse
Ststion. Tempat ruang Karu tersendiri di sebelah ruang staff dokter sebaiknya dipindah jadi
satu dengan Nurse Station sebab idealnya Ruang Karu jadi satu dengan Nurse Station.

2.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3- Method)


a. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan kepera-watan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan tim.
11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan.
100% menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan
visi dan misi ruangan.

Dari hasil wawancara dan angket dan observasi serta dari data sekunder tentang
efektifitas dan efisiensi model asuhan kepera-watan saat ini didapatkan bahwa dengan
menggunakan model yang sekarang ini digunakan rata-rata pasien rawat inap 7 – 14
hari. Perawat mengatakan bahwa kepercayaan pasien tidak ada penurunan ini dilihat
dari banyaknya jumlah pasien rujukan dari puskesmas maupun klinik-klinik lain. 9 dari
11 perawat (81,8%) menyatakan bahwa model yang digunakan saat ini tidak terlalu
membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa dikatakan
tergantung dari alokasi anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan.
Kritikan yang diterima oleh ruangan terkait dengan masalah kurangnya sumber daya
tenaga yang ada jadi pelayanan kurang optimal.

Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model askep
didapatkan bahwa 7 dari 11 perawat (63,6%) mengatakan bahwa komunikasi antar
profesi terlaksana cukup baik. Sedangkan rencana askep antar shift berkelanjutan. Hal
ini didukung dengan adanya data dokumentasi. Semua perawat mengatakan bahwa
pernah mendapat teguran dari ketua Tim tentang kinerja yang telah dilakukan. Hanya
saja teguran tersebut berupa masukan-masukan. 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan
bahwa merasa telah melakukan tugasnya sesuai standart yang telah ditetapkan.

Adapun data yang diperoleh dari pengakajian tentang tanggung jawab dan
pembagian tugas didapatkan bahwa 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan bahwa 6
dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa mendapatkan job yang kadang-kadang
tidak berbeda dengan lulusan akademik yag berbeda tingkatannya. 5 dari 11 perawat
(45,45%) memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan metode TIM yang telah
digunakan. 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa kurang mengertahui
kebutuhan perawatan keseluruhan pasien yang sedang dialami.

b. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift malam
ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang telah
dan akan dinas, tetapi dari kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh data, 100%
perawat menyatakan, pelaksanaan timbang terima kadang-kadang tepat waktu dengan
alasan 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim belum lengkap, 4 perawat
(36,36%) mengatakan data belum disalin. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala
ruangan. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang terima, semua perawat
dapat menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam
timbang terima, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku timbang terima,
dll. Sedangkan untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama timbang terima, dari 11
perawat, hanya 5 perawat (45,45%) yang mencantumkan masalah keperawatan 6
perawat lainnya (54,54%) menyatakan agar lebih efisien mereka langsung
menggunakan diagnosa dokter.Dalam setiap timbang terima selalu ada klarifikasi
langsung, tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang ditimbang terimakan.
100% perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang teknik penyampaian timbang
terima ketika di depan pasien yang meliputi: penggunaan volum suara yang cukup
sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia
disampaikan dengan bahasa medis, dll. Selalu ada interaksi dengan pasien saat timbang
terima berlangsung, minimal menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini, semalam
bisa tidur atau tidak, dll. Lama timbang terima bervariasi tergantung kondisi pasien,
semakin banyak yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya, menurut hasil
kuesioner, biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.

Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan ditandatangani oleh
perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah
pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk
mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya. Kemudian timbang
terima akan ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang dikeluhkan perawat
adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam mendokumentasikan laporan
timbang terima (3 perawat (75%) mengeluhkan tentang proses pendokumentasian yang
kurang sistematis dan efisien, 1 perawat (25%) menjawab lebih suka menulis data pada
secarik kertas), sedangkan 5 perawat lainnya (45,45%) menyatakan, hambatan dalam
timbang terima adalah ketidakdisiplinan. 2 perawat lainnya (18,18%) menyatakan,
dokumentasi masih terbatas sehingga rencana tindakan belum spesifik.

c. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan di
ruang interna wanita belum optimal (dari 81,8% perawat ruangan dan karu), hal ini
dikarenakan jumlah pasien yang lebih banak dari jumlah perawat. Dan hanya 81,8%
perawat yang tahu tentang ronde keperawatan. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan
ronde keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dikarenakan
81,8% perawat ruangan mau dan ingin berubah dalam pelaksanaan ronde yang lebih
optimal. Tim yang dibentuk berkisar 3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh karu.
Topic dan kasus yang dibahs dalam ronde keperawatan sesuai dengan masalah yang ada
di ruangan dan yang lebih memerlukan perhatian khusus, misalnya gangrene. Pelatihan
dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di ruangan telah dilksanakan
tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat sekitar 54,5%. Hal ini dikarenakan
kegiatan ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya terbatas.
Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksanakan dan diikuti hampir 72,7%
perawat ruangan dan 50% dari keluarga pasien yang terlibat. Ronde dilaksanakan
sekitar 15-30 menit sekitar pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.
d. Pengelolaan Logistik dan Obat
Data yang diperoleh tentang pengadaaan sentralisasi obat adalah semua perawat
mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah
ada sentralisasi obat. ini bisa dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan
pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal. Penugasan SO didapatkan data 8 dari 11
perawat (72,7%) memberi jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Dan selama ini
format yang ada masih obat oral dan injeksi. dan yang lain tercampur pada salah satu
dari keduanya.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat obat yang diperoleh dari
keluarga langsung dibawa ke ruang SO dan selama ini belum ada format persetujuan
sentralisai obat untuk pasien.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat
sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas. Selama ini
obat-obatan bagi pasien sendiri dengan etiket kepemilkikan. akan tetapi proses keluar
masuknya tidak didokumentasikan. Dan semua perawat mengatakan bahwa selalu
memberi etiket kepemilikan pada obat-obat yang ada.
Adapun data yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukkan bahwa 8
dari 11 perawat (72,7%) memberi jawaban bahwa tidak menginformasikan jumlah
kepemilikian sisa obat yang belum diberikan. Dan format yang ada hanya obat oral dan
injeksi selain itu tidak ada.
e. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah dilakssanakan,
akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya dilaksanakan saat
pasien akan pulang dan isinya hanye bpenjelasan tentang penyakit yang diderita pasien
dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Dalam melakukan discharge planning
perawat ridak pernah memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien
kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat.
Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara ytang sudah dilakukan
pada perawat diruangan, didapatkan hasil bahwa 8 perawat (72,7%) mengatakan sudah
memahami discharge planning dan sisanya belum memahami apa sebenarnya discharge
planning yang benar, kemudian hanya 6 perawat (54,5%) yang bersedia melakukan
discharge planning dan 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa discharge planning hanya
dilakukan saat pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat (63,6%) mengatakan bahwa
mereka pernah diberi tugas untuk melakukan discharge planning, akan tetapi perintah
untuk melakukan discharge planning hanya dilakukan berupa perintah lisan oleh kepala
ruangan. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan mereka melakukan discharge planning
dengan hanya menggunakan media lisan, yaitu hanya berbicara dengan pasien dan
keluarga pasien. Sedangkan bahasa yang digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan
adalah bahasa Indonesia dalam memberikan discharge planning dan sisanya
menggunakan bahasa jawa dalam memberikan discharge planning. Kemudian ada 8
perawat (72,7%) mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan
pendokumentasian setelah melakukan discharge planning. Sedangkan dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan, didapatkan bahwa memang selama ini tidak pernah
diberikan brosur maupun leaflet saat melakukan discharge planning dan juga tidak
disediakan anggaran khusus dalam pelaksanaan discharge planning.
f. Supervisi
Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan praktek
manajemen keperawatan, didapatkan data bahwa di ruangan jarang di lakukan supervisi
oleh pihak terkait. Bahkan yang paling sering melakukan supervisi adalah Kepala
ruangan secara langsung melakukan supervisi kepada ketua tim dan ketua tim secara
langsung melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian ketua tim
melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi tidak
langsung) dan hasil ini dijadikan dokumentasi untuk ruangan.
Dari wawancara dan angket dengan Perawat Ruangan, di dapatkan data bahwa
semua perawat (100%) telah memahami tentang supervisi, akan tetapi di ruangan
interna jarang di lakukan supervisi oleh pihak terkait, di ruangan supervisi tidak
terjadwal, supervisi di lakukan oleh pihak terkait dari PPI, tidak ada format buku untuk
supervisi setiap tindakan dan tidak tersedianya alat instrumen untuk supervisi tersedia
secara lengkap.
Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai dengan
hasil yang di dapat. Sedangkan untuk feed back perawat puas dari hasil supervisinya.
Dan untuk pemecahan masalah dari hasil supervisi dilaksanakan secara optimal. Dari
angket yang diberikan mahasiswa didapatkan semua perawat (100%) menyatakan
mempunyai motivasi untuk berubah.
g. Dokumentasi
Dari Observasi yang dilakukan, model dokumentasi keperawatan yang digunakan
di ruang interna wanita adalah model dokumentasi POR. Dokumentasi Keperawatan
yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan system Head to Toe dan ROS, serta
diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam pengkajian
dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum
ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban terhadap nasihat dokter dan
tindakan mandiri perawat, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil
angket yang sudah disebarkan, didapatkan 8 perawat (72,7%) mengatakan mengerti
cara pengisian format dokumentasi yang digunakan ruangan dengan benar dan tepat.
Namun pelatihan-pelatihan tentang cara pendokumentasian keperawatan yang benar
masih terus diadakan.
Dokumentasi asuhan keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien masuk
atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang-kadang dilengkapi saat pasien mau
pulang atau apabila keadaan ruang memungkinkan. Dan dari hasil angket didapatkan 6
perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi segera setelah melakukan
tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan dan kurang lengkap,
serta respon dari pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20 rekam medis
pasien yang ada hanya 12 rekam medis yang ditulis dengan lengkap dan tepat waktu.
Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat dilihat
dari hasil angket yang menyebutkan bahwa 6 perawat (54,5%) mengatakan model
dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja perawat dan 5 perawat (45,4%)
mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8
perawat (72,7%) mengatakan format yang digunakan sangat membantu (memudahkan)
dalam melakukan pengkajian pada pasien.
LANGKAH 2: ANALISIS SWOT
Pada Analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Pengisian Item IFAS dan EFAS:


Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian
lain di dalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang
meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor EFAS (External factors) yang meliputi
aspek Opportunity dan Threatened.

2. BOBOT:

Beri Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak
penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.

3. RATING:

Hitung rating, dgn masing-masing faktor dgn memberikan skala mulai 4 (sangat baik /
outstanding) sampai dengan 1 (kurang / poor, berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data
rating didapakan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor Strength dan Opportunity menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor Weakneses dan Threatened menggambarkan nilai kinerja yang negatif.
Kemudian kalikan Bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan nilai IFAS
adalah: S –W dan EFAS adalah O-T. Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan
di dalam diagram layang (Kit Quadran) untuk mengetahui masalah dan strategi
perencanaan berdasarkan letak quadran.

a. Pada quadran WO, strategi perencanaan adalah progressive / turn around dengan tujuan
yang ingin dicapai adalah “meningkatkan” kelemahan internal utuk mendapatkan kesempatan
(Opportunity).

b. Pada quadran SO, strategi perencanaan adalah agressive dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “megembangkan” kekuatan internal yang ada utuk mendapatkan kesempatan
(Opportunity) yang lebih dalam menghadapi persaingan.

c. Pada quadran ST, strategi perencanaan adalah diversification dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “merubah” kekuatan internal yang ada utuk mengantisipasi faktor
Threatened (ancaman) dari luar.
d. Pada quadran WT, strategi perencanaan adalah deffensive dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “mempertahankan” eksistensi agar instiusi / perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secar minimal.

Você também pode gostar