Você está na página 1de 31

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

CHOLELITHIASIS

Disusun Oleh :

Alif Adeyani, S.Ked.

10542 0583 14

Pembimbing :

dr. Zakaria Mustari, Sp. PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Alif Adeyani, S.Ked.


Stambuk : 10542 0583 14
Judul Laporan kasus : Cholelithiasis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2018

Pembimbing

dr. Zakaria Mustari, Sp. PD

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
Cholelithiasis. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Laporan Kasus ini,


namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-
teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis sampaikan terima kasih banyak kepada, dr. Zakaria Mustari,


Sp. PD, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun
dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari yang
diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Juli 2018

Alif Adeyani, S.Ked

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

BAB III LAPORAN KASUS ......................................................................... 13

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 21

BAB V KAJIAN ISLAM ................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di


dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.
Nama lainnya adalah batu empedu, gallstones, atau biliary calculus. Batu
kandung empedu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dan pada abad ke 17
telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada manusia. Batu empedu merupakan
penyakit yang pada awalnya sering ditemukan di negara Barat dan jarang di
negara berkembang. Tetapi dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi,
perubahan menu diet ala Barat serta perbaikan sarana diagnosis khususnya
ultrasonografi, prevalensi penyakit empedu di negara berkembang termasuk
Indonesia cenderung meningkat. Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 20 juta
orang dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian
batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki diatas umur
40 tahun.1
Di negara barat 80% batu empedu adalah batu kolesterol, tetapi angka
kejadian batu pigmen semakin meningkat akhir-akhir ini. Sebaliknya di Asia
Timur, lebih banyak batu pigmen dibanding dengan batu kolesterol.1

Prevalensi tergantung usia, jenis kelamin, dan etnis. Kasus batu empedu
lebih umum ditemukan pada wanita. Faktor risiko batu empedu memang dikenal
dengan singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Fourty (40th), Fertile (subur), dan
Female (wanita). Wanita lebih berisiko mengalami batu empedu karena pengaruh
hormon estrogen. Meski wanita dan usia 40th tercatat sebagai faktor risiko batu
empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40th dan pria tidak mungkin
terkena. Penderita diabetes mellitus (DM), baik wanita maupun pria, berisiko
mengalami komplikasi batu empedu akibat kolesterol tinggi. Bahkan, anak-anak
pun bisa mengalaminya, terutama anak dengan penyakit kolesterol herediter.2

1
Walaupun batu dapat terjadi dimana saja dalam saluran empedu, namun
batu kandung empedu ialah yang tersering didapat. Bila batu empedu ini tetap saja
tinggal di dalam kandung empedu, maka biasanya tidak menimbulkan gejala
apapun. Gejala-gejala biasanya timbul bila batu ini keluar menuju duodenum
melalui saluran empedu, karena dapat menyebabkan kolik empedu akibat iritasi,
hidrops, atau empiema akibat obstruksi duktus cysticus. Bila obstruksi terjadi
pada duktus koledokus maka dapat terjadi kolangitis ascendens, ikterus, dan
kadang-kadang sirosis bilier.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Cholelithiasis atau biasa disebut dengan Batu empedu adalah penyakit
dengan keadaan dimana terdapat atau terbentuk batu empedu, bisa terdapat
dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam duktus choledochus
(choledocholithiasis).4
B. EPIDEMIOLOGI
Batu empedu sangat umum dijumpai di negara Barat. Berdasarkan
hasil pemeriksaan USG, prevalensi rata-rata batu empedu adalah 10-15% di
Eropa, 3-5% di Afrika dan Asia. Perbedaan prevalensi batu empedu yang
mencolok pada berbagai populasi menunjukkan bahwa faktor genetik
memegang peranan penting dalam patogenesis batu empedu terutama batu
empedu kolesterol. Pemeriksan USG dan otopsi sering digunakan untuk
memprediksi prevalensi batu empedu, namun tidak dapat membedakan jenis
batu. Diperkirakan 70-80% batu empedu adalah batu kolesterol. Berdasarkan
kebanyakan studi yang relevan, prevalensi batu empedu pada wanita adalah 5-
20% pada usia antara 20 sampai 55 tahun dan pada sebesar 25-30% pada usia
diatas 50 tahun. Sedangkan prevalensi pada pria adalah setengah dari angka
prevalensi wanita pada usia yang sama.1, 5
C. FAKTOR RESIKO
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut adalah
antara lain.2, 6
1. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga

3
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung
empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.

2. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih
muda.

3. Berat badan (BMI)


Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/pengosongan
kandung empedu.

4. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur
kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.

5. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko
lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.

6. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.

4
7. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah
crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

8. Nutrisi intravena jangka lama


Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi
yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu
menjadi meningkat dalam kandung empedu.
D. PATOFISIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah
keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.7
Berdasarkan komposisinya, batu empedu dibedakan atas batu
kolesterol dan batu pigmen. Batu pigmen dibedakan lagi atas batu pigmen
hitam dan batu pigmen coklat. Batu kolesterol adalah jenis batu empedu yang
paling banyak ditemukan, sekitar 80% batu empedu di negara maju. Batu ini
terutama mengandung kolesterol dalam bentuk kristal kolesterol monohidrat,
serta garam kalsium, pigmen empedu, protein dan asam lemak. Batu pigmen
hitam terutama mengandung kalsium bilirubinat, serta sejumlah kecil
kompleks kalsium fosfat dengan glikoprotein musin. Sedangkan batu pigmen
coklat mengandung kalsium palmitat, kalsium bilirubinat, dan kolesterol.1, 8
1. Batu Kolesterol
Batu kolesterol murni jarang ditemukan, dan lebih sering
ditemukan campuran antara kolesterol 70%, sisanya adalah pigmen
empedu dan kalsium. Biasanya berjumlah multiple, ukuran dan bentuk
bervariasi, dengan warna dari putih kekuningan sampai hijau atau hitam.
Biasanya batu ini bersifat radiolusen dan kurang dari 10% bersifat
radioopak.1, 8
Batu kolesterol terbentuk di kandung empedu akibat adanya
gangguan keseimbangan komponen utama empedu, kolesterol, fosfolipid,

5
dan asam empedu. Patofisiologi pembentukan batu empedu dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu: supersaturasi kolesterol empedu, hipomotilitas
kandung empedu, dan faktor pro-nucleating protein.1, 8
Kolesterol bersifat hanya sedikit larut dalam media air tapi dibuat
larut dalam empedu melalui misel dicampur dengan garam empedu dan
fosfolipid terutama fosfatidikolin (lesitin). Dalam keadaan kelebihan
kolesterol atau kekurangan fosfolipid dan atau atau asam empedu (indeks
saturasi kolesterol tinggi), kolesterol empedu diangkut, tidak hanya dalam
bentuk misel campuran, tetapi juga vesikel sebagai fosfolipid.
Pengendapan kolesterol terjadi ketika kelarutan kolesterol melebihi
saturasi kolesterol index yaitu >1. Penyebab utama supersaturasi kolesterol
adalah hipersekresi kolesterol.1, 8
Hipersekresi dapat diakibatkan oleh gangguan pada metabolisme
kolesterol hepar, peningkatan pengambilan kolesterol hepar, peningkatan
sintesis kolesterol dan atau penurunan konversi menjadi asam empedu atau
kolesterol ester. Selain itu, pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dapat juga meningkatkan konsentrasi lipid total.1, 8
2. Batu Pigmen
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis
empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Batu pigmen coklat berhubungan
dengan infeksi traktus biliaris. Batu pigmen hitam terdiri dari kalsium
bilirubinat dan ditemukan pada anemia hemolitik atau hematopoiesis yang
tidak efektif pada pasien fibrosis kistik. Peningkatan bilirubin
enterohepatik menyebabkan batu pigmen hitam dan juga pada kondisi
disfungsi ileus dengan kadar bilirubin yang tinggi pada empedu pada
pasien dengan Crohn’s disease atau setelah reseksi ileus.1, 8
Kelebihan aktivitas enzim β-glucuronidase bakteri dan manusia
(endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada
pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan
membentuk bilirubin tak terkonjugasi yang akan mengendap sebagai
kalsium bilirubinate. Enzim β-glucuronidase bakteri berasal dari bakteri E.

6
coli dan bakteri lainnya di saluran empedu. Enzim ini dapat dihambat oleh
glucarolactone yang konsentrasinya meningkat pada pasien dengan diet
rendah protein dan rendah lemak.1, 8
E. GEJALA KLINIS
Kolelitiasis dapat dibagi menjadi beberapa stadium yaitu:
asimptomatik (adanya batu empedu tanpa gejala), simptomatik (kolik bilier),
dan kompleks (menyebabkan kolesistitis, koledokolitiasis, serta kolangitis).
Sekitar 60-80 % kolelitiasis adalah asimptomatik. Setengah sampai duapertiga
penderita kolelitiasis adalah asimptomatis. Keluhan yang mungkin timbul
adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak.
Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier
yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang
beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi
pada 30% kasus timbul tiba-tiba.9, 10
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke
puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita
melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau
terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik
nafas dalam. Episode kolik ini sering disertai dengan mual dan muntah-
muntah dan pada sebagian pasien diikuti dengan kenaikan bilirubin serum
bilamana batu migrasi ke duktus koledokus. Adanya demam atau menggigil
yang menyertai kolik bilier biasanya menunjukkan komplikasi seperti
kolesistitis, kolangitis atau pankreatitis. Kolik bilier dapat dicetuskan sesudah
makan banyak yang berlemak.9, 10
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita
bati empedu diantaranya hitung sel darah lengkap, urinalisis, pemeriksaan
feses, tes fungsi hepar, dan kadar amilase serta lipase serum.11

7
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Diduga terdapat
kolesistitis akut jika ditemukan leukositosis dan hingga 15% penderita
memiliki peningkatan sedang dari enzim hepar, bilirubin serum dan alkali
fosfatase. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan
ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu.
Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam
duktus koledukus. Kadar alkali fosfatase serum dan mungkin juga kadar
amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi
serangan akut. Alkali fosfatase merupakan enzim yang disintesis dalam sel
epitel saluran empedu. Pada obstruksi saluran empedu, aktivitas serum
meningkat karena sel duktus meningkatkan sintesis enzim ini. Kadar yang
sangat tinggi, menggambarkan obstruksi saluran empedu. Tetapi alkasi
fosfatase juga ditemukan di dalam tulang dan dapat meningkat pada
kerusakan tulang. Selain itu alkali fosfatase juga meningkat selama
kehamilan karea sintesis plasenta. Pada pemeriksaan urinalisis adanya
bilirubin tanpa adanya urobilinogen dapat mengarahkan pada
kemungkinan adanya obstruksi saluran empedu. Sedangkan pada
pemeriksaan feses, tergantung pada obstruksi total saluran empedu, maka
feses tampak pucat.11
2. Pemeriksaan Radiologis
Diagnosis batu empedu dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
radiologis terutama pemeriksaan Ultrasonography (USG). Pemeriksaan
radiologis lain yang dapat dilakukan adalah dengan foto polos abdomen,
Computed tomography (CT), Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP) dan Endoscopic Ultrasonography
(EUS). Hanya sekitar l0% dari kasus batu empedu adalah radioopak karena
batu empedu tersebut mengandung kalsium dan dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan foto polos abdomen. Ultasonography (USG) dan
cholescintigraphy adalah pemeriksaan imaging yang sangat membantu dan
sering digunakan untuk mendiagnosis adanya batu empedu.12

8
Ultrasonography (USG)
Ultrasonography (USG) merupakan suatu prosedur non-invasif
yang cukup aman, cepat, tidak memerlukan persiapan khusus, relatif tidak
mahal dan tidak melibatkan paparan radiasi, sehingga menjadi
pemeriksaan terpilih untuk pasien dengan dugaan kolik biliaris.
Ultrasonography mempunyai spesifisitas 90% dan sensitivitas 95% dalam
mendeteksi adanya batu kandung empedu. Prosedur ini menggunakan
gelombang suara (sound wave) untuk membentuk gambaran (image) suatu
organ tubuh. Indikasi adanya kolesistitis akut pada pemeriksaan USG
ditunjukkan dengan adanya batu, penebalan dinding kandung empedu, gas
intramural, pengumpulan cairan perikolesistikus dan Murphy sign positif
akibat kontak dengan probe USG. USG juga dapat menunjukkan adanya
obstruksi distal dengan ditemukannya pelebaran saluran intrahepatik atau
saluran empedu ekstrahepatik. Tes ini kurang berguna untuk menemukan
batu yang berada di common bile duct.12
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Operatif
Kolesistektomi merupakan satu-satunya terapi definitive untuk
penderita batu simtomatik, yaitu dengan mengangkat batu dan kandung
empedu, dapat mencegah berulangnya penyakit.10
Terdapat dua jenis kolesistektomi yaitu:
a. Kolesistektomi Laparaskopi
Kolesistektomi laparoskopi, disebut juga bedah minimally
invasive, atau keyhole surgery merupakan teknik bedah modern
dimana operasi abdomen melalui irisan kecil (biasanya 0,5-1 cm)
dibandingkan dengan prosedur bedah tradisional yang memerlukan
irisan yang lebih besar, dimana tangan ahli bedah masuk ke badan
pasien. Laparoskopi mencakup operasi dalam abdomen dan pelvis
menggunakan lensa teleskop untuk mendapatkan gambaran yang jelas
pada layar monitor. Operator dalam melaksanakan operasi
menggunakan hand instrument. Lapangan operasi pada abdomen

9
diperluas dengan dimasukkannya gas karbondioksida. Kolesistektomi
laparoskopi sekarang menjadi standar untuk pengelolaan pasien
kolelitiasis. Teknik ini memberikan banyak keuntungan yaitu
meningkatkan pemulihan pasien dengan mengurangi nyeri, waktu
tinggal di rumah sakit lebih pendek, dan lebih cepat kembali ke
aktivitas harian yang normal. Kolesistektomi laparoskopi berhubungan
dengan insisi kulit yang kecil sehingga membuat kondisi setelah
operasi lebih menyenangkan bagi pasien. Pendekatan ini juga lebih
hemat bagi penyelenggara kesehatan.10, 11, 12
b. Kolesistektomi Terbuka
Kolesistektomi terbuka merupakan tindakan pembedahan
abdomen yang besar, dimana ahli bedah mengambil kandung empedu
melalui irisan panjang 10-18 cm. Kolesistektomi terencana pertama
dilakukan oleh Karl Lungenbach dari Jerman pada tahun 1882. Lebih
dari satu abad, kolesistektomi terbuka menjadi standar pengelolaan
kolelitiasis simtomatis. Kolesistektomi terbuka dilakukan ketika
kantong empedu yang sangat meradang, terinfeksi, atau bekas luka
lainnya dari operasi. Dalam kebanyakan kasus, kolesistektomi terbuka
direncanakan dari permulaan. Namun, ahli bedah mungkin melakukan
kolesistektomi terbuka saat masalah terjadi selama laparoskopi sebuah
kolesistektomi.10, 11, 13
2. Terapi Non-Operatif
Terapi non operatif hanya digunakan dalam situasi khusus, seperti
ketika seseorang dengan batu kolesterol memiliki kondisi medis yang
serius yang mencegah operasi. Batu empedu sering kambuh dalam waktu 5
tahun setelah pengobatan.Terdapat dua jenis terapi non-operatif yang dapat
digunakan untuk melarutkan batu empedu kolesterol yaitu:1
a. Terapi Disolusi Oral
Ursodiol (Actigall) dan chenodiol (Chenix) adalah obat yang
mengandung asam empedu yang dapat melarutkan batu empedu.
Ursodiol adalah obat yang paling efektif dalam melarutkan batu

10
kolesterol kecil. Pengobatan mungkin diperlukan selama bertahun-
tahun untuk melarutkan semua batu.1, 14
b. Shock Wave Lithotripsy
Prosedur shock wave lithotripsy dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang disebut lithotripter untuk
menghancurkan batu empedu. Lithotripter menghasilkan gelombang
kejut yang melewati tubuh seseorang untuk memecahkan batu empedu
menjadi potongan kecil. Prosedur ini jarang digunakan dan dapat
digunakan bersama dengan ursodiol.11, 13
H. KOMPLIKASI
1. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung
empedu tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan
peradangan kandung empedu.1, 8
2. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena
infeksi yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah
saluran-saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.1, 8
3. Koledokolithiasis
Koledokolithiasis dapat didiagnosis dan diobati dengan endoskopi
atau cholangiography perkutan. Ini adalah komplikasi yang terjadi ketika
batu empedu berpindah ke saluran empedu. Choledocholithiasis
disebabkan oleh migrasi kolesterol atau pigmen hitam batu dari kandung
empedu ke dalam saluran empedu. Gejala terkait dengan tingkat onset dan
derajat obstruksi dan potensi kontaminasi bakteri dari empedu terhambat.
Temuan fisik sering tidak hadir jika obstruksi intermiten; Namun, jika
obstruksi terjadi kemudian, akan ada ikterus. Standar emas untuk
diagnosis dan pengobatan batu empedu menghalangi saluran empedu
umum dan / atau saluran utama pankreas ERCP.1, 8

11
4. Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops
kandung empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan
sindrom yang berkaitan dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh
obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada
kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.1, 8
5. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini
dapat membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat
segera.1, 8
6. Pankreatitis Bilier
Batu yang menyebabkan batu empedu pankreatitis bisa lewat dari
saluran tanpa intervensi atau mungkin memerlukan endoskopi atau
pembedahan. Dalam kasus jaringan pankreas yang terinfeksi, atau kondisi
yang disebut nekrosis pankreas (jaringan mati) terjadi, antibiotik dapat
digunakan untuk mengendalikan atau mencegah infeksi.1, 8
I. PROGNOSIS
Prognosis dari kolelitiasis bergantung pada keberadaan dan tingkat
keparahan komplikasi. Dengan diagnosis dan terapi yang cepat, tingkat
mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.3
J. PENCEGAHAN
Batu empedu dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup, mengatur total kalori
setiap hari, menurunkan berat badan dan melakukan aktivitas yang dapat
mencegah terjadinya peningkatan berat badan.3

12
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. SA
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Malino
Tanggal lahir : 17/11/1968
Agama : Islam
Tanggal masuk : 22/06/2018
Ruangan : Perawatan 7, Lantai 3, Kamar 1A
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri Perut
Anamnesis terpimpin :
Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas menjalar
ke perut bagian tengah sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasa hilang timbul
namun pada saat serangan, pasien merasa sangat kesakitan, namun pagi tadi
sakitnya tidak tertahankan dan dibawa ke rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan Nyeri Ulu Hati dan mual, muntah (-),
demam (-), Riwayat Gastritis (+), riwayat DM (-), riwayat HT (-), BAB dan
BAK lancar, nafsu makan dan minum baik.
Pasien mengaku 2 bulan sebelumnya pernah dirawat di RS dengan
diagnosis Gastritis.
C. KEADAAN UMUM
Sakit (Ringan/Sedang/Berat)
Kesadaran (Composmentis/Uncomposmentis)
Hygiene (Buruk/Sedang/Baik)
Status Gizi (Underweight/Normal/Overweight/Obesitas I/Obesitas II)
GCS (E4M6V5)

13
D. TANDA VITAL
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90x/menit Reguler, Kuat Angkat
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,oC (Axilla)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Simetris : Kiri - Kanan
Deformitas : -
2. Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : -
Konjungtiva : Anemis (-/-),
Sklera : Ikterus (-/-), perdarahan (-)
Pupil : Bulat Isokor kiri-kanan
3. Telinga
Pendengaran : Dalam Batas Normal
Nyeri tekan : (-/-)
4. Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : -
5. Mulut
Bibir : Kering (-), Sianosis (-)
Lidah kotor : (-)
Caries gigi : -
6. Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

14
7. Kulit
Hiperpigmentasi :-
Ikterus :-
Petekhie :-
Sianosis :-
Pucat :-
8. Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri – kanan, Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Vocal fremitus sama kiri – kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru, sonor batas paru hepar setinggi
ICS 6
Auskultasi : Bunyi pernapasan Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
9. Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : Linea Parasternalis Dextra
Batas kiri : Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, Murmur (-), Gallop (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, mengikuti gerak napas, tidak ada
tanda- radang, benjolan (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Thympani, Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan Hipocondrium Dextra (+)
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
11. Punggung
Tampak dalam batas normal
Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang
12. Genitalia
Tidak dievaluasi

15
13. Ekstremitas atas dan bawah
Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi (23 Juli 2018)
USG Abdomen
 Gallbladder : tampak echo batu, diameter kurang lebih 0,8 cm
 Ren Dextra – Sinistra : tampak dilatasi ringan Pelviocalyces System, tidak
tampak batu
 Hepar, Lien dan Pankreas echo normal
 Vesica Urinaria : echo normal, tidak tampak batu

Kesan : Cholelithiasis

G. DIAGNOSIS KERJA

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang, pasien didiagnosis Cholelithiasis.

H. PLANNING
Pengobatan :
 Ursodyoxicholic Acid 2x1

 Omeprazole 2x1

I. PROGNOSIS
Dubia et bonam

16
J. HASIL FOLLOW UP
WAKTU HASIL PEMERIKSAAN INSTRUKSI DOKTER
ANALISIS DAN
TINDAK LANJUT
22-06-2018 S Pasien MRS dengan keluhan - Diet lunak
09.38 nyeri perut sebelah kanan atas - IVFD RL 20 tpm
UGD menjalar ke perut bagian - Sucralfat Syp 3x 1 C
tengah sejak 2 hari yang lalu, - Scopamin 1 Amp
nyeri dirasa hilang timbul - Omeprazole 1 Amp
namun pada saat serangan, - Antrain 1 Amp
pasien merasa sangat - Ondancetron 1 Amp
kesakitan. Pasien juga
mengeluhkan Nyeri Ulu Hati
dan mual, muntah (-), demam
(-), Riwayat Gastritis (+),
riwayat DM (-), riwayat HT
(-), BAB dan BAK lancar,
nafsu makan dan minum baik.
KU: Lemas.

O TD: 120/80 mmHg


Nadi: 90 x/ menit
Pernapasan: 20 x/menit
Suhu: 360 C

A Dispepsia
23-06-2018 S Nyeri perut sebelah kanan, - Diet lunak
06.30 nyeri tekan. Pasien juga - IVFD RL 20 tpm
Perawatan mengeluhkan Nyeri Ulu Hati - Sucralfat Syp 3x 1 C
dan mual, muntah (-), demam - Klofazimin/12 jam

17
(-), Riwayat Gastritis (+), - Sotatic/12 jam
riwayat DM (-), riwayat HT
(-), BAB dan BAK lancar,
nafsu makan dan minum baik.
KU: Lemas.

O TD: 110/70 mmHg


Nadi: 68 x/menit
Pernapasan: 16 x/menit
Suhu: 36,4 ’C

A Dispepsia
Usul USG Abdomen
24-06-2018 S Nyeri perut berkurang, masih - Diet lunak
06.30 mengeluh Nyeri Ulu Hati dan - Ursodyoxicholic Acid
Perawatan mual, BAB dan BAK lancar, 2x1
nafsu makan dan minum baik. - Omeprazole 2x1
KU: Lemas.

O TD :80/50 mmHg
Nadi: 68 x/menit
Pernapasan: 20 x/menit
Suhu: 35,3 ’C
USG : Cholelithiasis

A Cholelithiasis
25-06-2018 S Tidak ada keluhan, BAB dan - Ursodyoxicholic Acid
06.30 BAK lancar, nafsu makan dan 2x1
Perawatan minum baik. KU: Baik - Omeprazole 2x1
- Obat selama 5 hari,

18
O TD :100/70 mmhg kontrol di Poli
Nadi: 72 x/menit
Pernapasan: 18 x/menit
Suhu: 35,3 ’C

A Cholelitiasis

K. RESUME

Seorang perempuan berusia 49 tahun datang ke Perawatan Tulip


Rumah Sakit Umum Daerah Syech Yusuf Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas menjalar ke perut bagian
tengah sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasa hilang timbul namun pada saat
serangan, pasien merasa sangat kesakitan, namun pagi tadi sakitnya tidak
tertahankan dan dibawa ke Perawatan Tulip Rumah Sakit Umum Daerah
Syech Yusuf Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Pasien juga mengeluhkan
Nyeri Ulu Hati dan mual, muntah (-), demam (-), Riwayat Gastritis (+),
riwayat DM (-), riwayat HT (-), BAB dan BAK lancar, nafsu makan dan
minum baik. Pasien mengaku 2 bulan sebelumnya pernah dirawat di RS
dengan diagnosis Gastritis. Pada pemeriksaan fisis didapatkan status generalis,
sakit sedang. Status vitalitas didapatkan TD 100/80 mmHg, Pernapasan
20x/menit, Nadi 90x/menit, suhu 36.oC. Pada pemeriksaan fisis lainnya yaitu
terdapat nyeri tekan Hipocondrium Dextra (+). Dari hasil Pemeriksaan
Radiologi berupa USG Abdomen didapatkan kesan Cholelithiasis. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis dari
pasien ini adalah Cholelithiasis.

19
Diagnosa Cholelitiasis didapatkan atas dasar:
Anamnesis Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut sebelah kanan atas menjalar ke perut
bagian tengah, sejak 2 hari yang lalu.
Pemeriksaan Fisik Nyeri Tekan Hipocondrium Dextra (+)
Pemeriksaan Penunjang USG Abdomen: Kesan Cholelithiasis.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di


dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut
kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.
Batu empedu biasanya menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat
duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu, gambaran klinis penderita
batu empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar
bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

Kejadian batu kandung empedu atau kolelitiasis di negara-negara industri


antara 10-15%. Di Amerika Serikat, insiden kolelitiasis diperkirakan 20 juta
orang, dengan 70% diantaranya didominasi oleh batu kolesterol dan 30% sisanya
terdiri dari batu pigmen dan komposisi yang bervariasi.

Dari anamnesis, Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut
sebelah kanan atas menjalar ke perut bagian tengah sejak 2 hari yang lalu, nyeri
dirasa hilang timbul namun pada saat serangan, pasien merasa sangat kesakitan.
hal ini sesuai dengan kepustakaan mengenai gambaran klinis kolelitiasis.

Kolelitiasis dapat dibagi menjadi beberapa stadium yaitu: asimptomatik


(adanya batu empedu tanpa gejala), simptomatik (kolik bilier), dan kompleks
(menyebabkan kolesistitis, koledokolitiasis, serta kolangitis). Sekitar 60-80 %
kolelitiasis adalah asimptomatik. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia
yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang
simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan
atas atau perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin
berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus
timbul tiba-tiba.

21
Dari data pasien juga diketahui bahwa, pasiennya merupakan seorang
wanita yang berusia 49 tahun dengan keadaan masih subur dengan riwayat
mempunyai anak 4 orang. Hal ini sesuai dengan kepustakaan mengenai faktor
resiko kolelitiasis.

Kasus batu empedu lebih umum ditemukan pada wanita. Faktor resiko batu
empedu memang dikenal dengan 4-F, yaitu Fatty (gemuk), Fourty (40th), Fertile
(subur), dan Female (wanita). Wanita lebih beresiko mengalami batu empedu
karena pengaruh hormon estrogen. Meski wanita dan usia 40th tercatat sebagai
faktor resiko batu empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40th dan pria
tidak mungkin terkena.

Pasien juga mengatakan bahwa 2 bulan sebelumnya pernah dirawat di


rumah sakit dengan keluhan yang sama dan diagnosis gastritis. Pada saat pasien
masuk pertama kali masuk Rumah Sakit dokter memberikan untuk gastritis
berupa Omeprazole dan Sucralfat. Hal ini dilakukan untuk memastikan dan
menyingkirkan diagnosis lain yang dapat timbul dari keluhan pasien. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa nyeri perut yang dirasakan
akan berkurang jika menggunakan antasida pada penyakit gastritis. Sedangkan
pada penyakit kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu
menarik nafas dalam.

Untuk menentukan diagnosis kolelitiasis, diperlukan pemeriksaan


penunjang yaitu pemeriksaan radiologi berupa USG Abdomen. Pada pemeriksaan
USG Abdomen yang dilakukan pada pasien di dapatkan hasil sebagai berikut:

 Gallbladder : tampak echo batu, diameter kurang lebih 0,8 cm


 Ren Dextra – Sinistra : tampak dilatasi ringan Pelviocalyces System,
tidak tampak batu
 Hepar, Lien dan Pankreas echo normal
 Vesica Urinaria : echo normal, tidak tampak batu

Kesan : Cholelithiasis

22
Hal ini sesuai dengan kepustakaan tentang pemeriksaan penunjang yang
tepat untuk mendiagnosis penyakit kolelitiasis yang mengatakan bahwa
Ultrasonography (USG) pemeriksaan imaging yang sangat membantu dan sering
digunakan untuk mendiagnosis adanya batu empedu. Hasil USG juga dapat
memberikan informasi terkait penatalaksaan yang dilakukan pada pasien
kolelitiasis.

Setelah diagnosis ditegakkan yaitu kolelitiasis, maka dokter memberikan


terapi Ursodyoxicholic Acid 2x1. Hal ini sesuai dengan kepustakaan terkait terapi
kolelitiasis bahwa Ursodiol (Actigall) dan chenodiol (Chenix) adalah obat yang
mengandung asam empedu yang dapat melarutkan batu empedu. Ursodiol adalah
obat yang paling efektif dalam melarutkan batu kolesterol kecil. Pengobatan
mungkin diperlukan selama bertahun-tahun untuk melarutkan semua batu.

Prognosis dari kolelitiasis bergantung pada keberadaan dan tingkat


keparahan komplikasi. Dengan diagnosis dan terapi yang cepat, tingkat mortalitas
dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.

23
BAB V

KAJIAN ISLAM

1. Perintah Allah SWT Untuk melindungi diri dari Bahaya


QS. AR RA'DU AYAT 11

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap kaum maka tidak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“15
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah
keadaan manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal
ini berarti jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan rejeki secara
cuma-cuma, Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian
pada kalimat selanjutnya disebutkan bahwa manusia tidak memiliki
pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah, artinya bahwa
manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan oleh
Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ayat
ini adalah manusia harus mau berusaha untuk merubah keadaannya.16
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja
mestilah dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat
kebahagian hidup berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan
kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah menjadikan kerja

24
sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi.16
2. Perintah Allah SWT Untuk Berperilaku Hidup Sehat
QS. AL-QOSHOSH AYAT 77

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan“15
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat
kerusakan di muka bumi. Ini berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga
lingkungan, tidak mencemarinya, berbuat dan berperilaku sehat. Karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang merusak alam ciptaannya. Sama halnya
dalam bekerja di perusahaan berarti perlu adanya kesehatan dan keselamatan
kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja yang dapat merusak lingkungan
untuk kemudian dihindari sehingga tercipta lingkunga yang aman dan pekerja
dapat terhindar dari resiko bahaya yang ditimbulkan.16

QS AL-BAQARAH AYAT 195

25
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”15

Melihat firman Allah seperti diatas, kami ingin berbagi. Dengan


saling mengingatkan, bahwa Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki
adanya kerusakan dimuka bumi ini. Segala sesuatunya yang diciptakan Allah
swt diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dan manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua
mahluk hidup ciptaan-Nya diberi peringatan untuk tidak melakukan
kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak aman) dimana dengan
berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang dapat
membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap
kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan hidup).16

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W, Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
2. Robbins, dkk. Dasar Patologi Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007.
3. Saputra, Lyndon. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher; 2010.
4. Dorland WA, Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
5. Tanto Chris. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI; 2014.
6. Robbins, dkk. Buku Ajar Patologi Volume 2 Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007.
7. Rubenstein, David, dkk. Lecture Notes Patofisiologi Klinis. Jakarta: Erlangga;
2007.
8. Isselbacher, dkk. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13
Volume 3. Jakarta: EGC; 2012.
9. Saputra, Lyndon. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher; 2010.
10. Sjamsuhidajat, dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005.
11. Allen J. Cholelithiasis. (diakses 10 Juli 2018). http://www.emedicine.com/
12. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI; 2016.
13. Schwartz, dkk. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2000.
14. Gunawan. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI; 2012.
15. Al-Qur’an dan terjemahannya. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro;
2008.
16. Kasir Ibnu. Tafsir Ibnu Kasir Jilid 3. Tafsir Al Surah Al-An’am Ayat 17, Al-
Baqarah Ayat 195, Al-Qoshosh Ayat 77, Ar Ra'du Ayat 11. Riyadh: Dat
Toyibah; 2002.

27

Você também pode gostar