Você está na página 1de 30

i

DAFTAR ISI

A. Judul ....................................................................................................................1

B. Latar Belakang.....................................................................................................1

C. Rumusan Masalah ...............................................................................................5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................5


1. Tujuan Penelitian ............................................................................................5
2. Manfaat Penelitian ..........................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................6

F. Orisinilitas Penelitian ...........................................................................................6

G. Tinjauan Pustaka .................................................................................................7


1. Perlindungan Konsumen .................................................................................7
2. Perlindungan Hukum ....................................................................................11
3. Perjanjian .......................................................................................................14
4. Jual Beli.........................................................................................................17
5. Penyelesaian Sengketa Konsumen ................................................................18
H. Metode Penelitian ..............................................................................................20
1. Jenis Penelitian ..............................................................................................20
2. Metode Pendekatan .......................................................................................20
3. Sumber dan Jenis Bahan Hukum ..................................................................21
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ............................................................23
5. Analisis Bahan Hukum .................................................................................23
Daftar Pustaka ........................................................................................................25
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat manusia menjadi

lebih mudah bekerja, mencari ilmu hingga untuk memenuhi kebutuhan sehari –

hari seperti membayar tagihan listrik, air dan lain lain. Internet merupakan salah

satu hasil dari perkembangan teknologi yang sangat pesat dapat dikatakan bahwa

internet menjadi kebutuhan yang primer bagi orang – orang di kota, tidak hanya di

kota bahkan di daerah yang terpencil pun dapat menggunakan internet selama

masih ada jaringan telekomunikasi seluler yang digunakan. Dengan adanya inter-

net itu sendiri ada banyak dampak positif dan negatif seperti yang telah di jelaskan

tadi dampak positif dari internet itu sendiri mempermudah kehidupan manusia dan

salah satu dampak negatifnya itu adalah semakin terbukanya peluang untuk

melaukan tindak kejahatan mulai dari penipuan, pengintaian (spying), penjualan

barang illegal, pornografi, pembajakan dan lain – lain.

Selain internet perkembangan teknologi juga memberikan manusia salah

satu alat komunikasi yang sangat populer di kalangan masyarakat. Handphone

merupakan hasil dari perkembangan teknologi, dahulu kala handphone hanya bi-

asa digunakan untuk sms dan melakukan panggilan ke pengguna handphone

lainya namun sekarang handphone dapat digunakan untuk berbagai macam hal

seperti mengambil gambar, mendengarkan musik, menonton film dan banyak hal

lain dari penggunanaan handphone canggih saat ini. Jika dilihat dari berbagai

kelebihan handphone pada jaman modern ini salah satu keunggulan yang sangat
2

menjadi prioritas penggunaan handphone yaitu dapat terhubung ke jaringan inter-

net apabila telah membeli paket internet yang telah di sediakan oleh operator tele-

komunikasi. Dengan terhubung di internet para pengguna handphone dapat men-

download berbagai macam aplikasi maupun game melalui aplikasi bawaaan dari

android ada playstore dan dari iOS ada app store, disana telah disediakan berbagai

macam kategori aplikasi yang dapat di download pengguna handphone itu sendiri

setelah registrasi akun menggunakan email. pengguna handphone juga dapat

mendownload aplikasi melalui website luar namun tidak disarankan karena bisa

jadi terdapat malware yang dapat merusak handphone ataupun mengambil data

pengguna secara diam – diam.

Selain handphone hasil dari teknologi itu sendiri adalah komputer dan lap-

top, keduanya merupakan alat yang biasa digunakan untuk bekerja ataupun mul-

timedia sebagai hiburan. Hampir sama dengan handphone tadi komputer ataupun

laptop juga memiliki sistem operasi sendiri yang terpasang tergantung merek

maupun spesifikasinya yang dimiliki. Komputer yang berbasis sistem operasi

windows lebih compatible dengan beberapa aplikasi di banding sistem operasi

linux maupun mac. Dalam komputer juga terdapat bermacam – macam aplikasi

yang dapat di install oleh pengguna ada yang gratis maupun berbayar.

Mengacu kepada aplikasi maupun game yang telah di jelaskan tadi ada

yang dinamakan in-app purchase : in-app purchase (atau in-app billing untuk di

Android) singkatnya adalah di mana sebuah aplikasi menjual produk digital baik
3

itu barang ataupun layanan ke pengguna aplikasinya. In-app purchase di dunia

aplikasi mobile pertama kali diperkenalkan oleh Apple di platform iOS mereka.1

Saat ini, in-app purchase sangat populer di kalangan pengembang aplikasi

karena pengembang aplikasi dapat mengembangkan aplikasi dengan model free-

mium di mana pengguna dapat mengunduh dan menggunakan aplikasinya secara

gratis namun disediakan fitur premium yang mana pengguna harus membayar un-

tuk memanfaatkan fitur tersebut.2

Bagi pengembang aplikasi, in-app purchase menawarkan potensi keun-

tungan yang besar karena dari satu aplikasi dan satu pengguna, pengembang ap-

likasi dapat mendapatkan pemasukan berkali-kali. Beda dengan aplikasi berbayar

yang mana biasanya pengembang aplikasi hanya mendapatkan satu pemasukan

dari satu pengguna dan satu aplikasi.3

disebut sebagai "freemium". "Pay-to-win" terkadang juga digunakan se-

bagai istilah yang merendahkan yang mengacu kepada permainan dengan model

membayar untuk barang dalam-permainan (in-game items) dapat memberikan

pemain keuntungan lebih dari pemain lain, terutama jika barang tersebut tidak

dapat diperoleh dengan cara gratis. Tujuan model transaksi mikro pada permainan

gratis adalah untuk mendapatkan lebih banyak pemain ke dalam permainan dan

menyediakan barang-barang yang diinginkan atau fitur yang dapat dibeli pemain

jika mereka tertarik, dengan harapan keuntungan jangka panjang dari sistem

1
Putra Setia Utama. “Memahami In-App Purchase.” teknojurnal.com. 10 Desember
2013. 29 November 2017. <https://teknojurnal.com/apa-itu-in-app-purchase/
2
Ibid
3
Ibid
4

Demikian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembelian benda atau

item digital di dalam aplikasi maupun game yang menimbulkan masalah apabila

terjadi perbuatan yang menimbulkan kerugian terhadap konsumen, contohnya saja

dengan pembelian in-app tadi dimana pembeli akan membayar sejumlah uang un-

tuk benda yang berada di dalam sebuah aplikasi namun setelah pembayaran terse-

but benda digital yang di inginkan tidak di terima oleh pembeli. Disinilah perlu

adanya analisis terhadap bagaimana perlindungan hukum yang tepat serta dapat di

lakukan oleh para konsumen pemakai fitur in-app purchase tadi.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan merupakan alasan penyusun

mengangkat skripsi yang berjudul : “PERLINDUNGAN KONSUMEN TER-

HADAP PEMBELIAN ITEM DIGITAL DALAM APLIKASI DAN GAME

DI INDONESIA.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah prosedur pembelian item digital di dalam aplikasi dan game

menurut tahapan pembelian di playstore?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pembelian item digital dalam

aplikasi dan game menurut hukum di indonesia?

3. Bagaimanakah upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap kerugian yang di

derita oleh konsumen dalam pembelian item digital menurut hukum indone-

sia?
5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui prosedur pembelian item digital di dalam aplikasi dan

game.

b. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum terhadap pembelian item

digital dalam aplikasi dan game.

c. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan akibat kerugian

yang diderita oleh konsumen dalam pembelian item digital.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis bertujuan memenuhi tugas akhir untuk meraih

gelar Strata Satu (S-1) Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Mataram. Diharapkan hasil dari penelitian ini juga mampu un-

tuk menambah informasi dan referensi bagi kepustakaan Fakultas Hukum

Universitas Mataram.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan agar menambah wawasan serta informasi mengenai

perlindungan hukum terhadap konsumen pembelian item digital sehingga

para penegak hukum dan konsumen saling memahami hal – hal yang

berkaitan dengan penelitian ini.


6

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan berfokus kepada beberapa variable permasalahan agar

mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan penyusun maka ruang lingkup

yang dicangkup meliputi prosedur dari pembelian item digital kemudian perlin-

dungan konsumen terhadap pembelian item digital dan terakhir upaya hukum

yang dapat dilakukan konsumen akibat kerugian yang diderita.

E. Orisinalitas Penelitian

Menurut penyusun setelah mencari kesamaan konsep penelitian mengenai

perlindungan konsumen terkait dengan pembelian game sangatlah banyak dan be-

ragam seperti beberapa contoh judul penelitian yang telah dilakukan, yaitu : Per-

lindungan Hukum Bagi Konsumen Sebagai Pengguna Jasa Game Online Ter-

hadap Kerugian Akibat Layanan Penyedia Jasa Game Online oleh Yugas Apries

dari Universitas Jember, dan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Transaksi

Online Dengan Menggunakan Jasa Pihak Ketiga Melalui Rekening Bersama Via

Facebook Untuk Pembelian Item Game Rising Force Online Indonesia oleh Rian

Gusti Marwan dari universitas Universitas Gadjah Mada, dari kedua judul tersebut

sama-sama melakukan pembahasan perlindungan konsumen mengenai game na-

mun berbeda substansi yang diteliti begitu juga dengan judul yang diambil oleh

penyusun yaitu Tentang Analisis Perlindungan Konsumen Terhadap Pembelian

Item Digital Dalam Aplikasi Maupun Game Menurut Hukum Di Indonesia yang

memiliki kesamaan di beberapa aspek namun berbeda dalam pokok permasalahan

yang akan diteliti.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara

harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang

menggunakan barang.4 Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang

memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen. Kamus Umum

Bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen, yakni

pemakai barang-barang hasil industri, bahan makanan, dan sebagainya. Bus-

siness English Dictionary menyebutkan consumer adalah person or compa-

ny which buys and uses goods and service.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon-


sumen menyebutkan; Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lainya dan tidak untuk
diperdagangkan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang telah

dikemukakan di atas, maka konsumen dapat dibedakan kepada tiga batasan,

yaitu:

1. Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang

yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk

4
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen. Edisi Revisi, Kencana Prenada Me-
dia Group, Jakarta, 2016, hlm. 15
8

memproduksi barang dan/atau jasa lain dengan tujuan mendapatkan

keutungan.

2. Konsumen antara (intermediate consumer), adalah setiap orang yang

mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk di-

perdagangkan kembali dengan tujuan mencari keuntungan.

3. Konsumen akhir (ultimate consumer/end user) adalah setiap orang

yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/jasa untuk tujuan

memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain dan

mahkluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan kembali

dan/atau untuk mencari keuntungan kembali.

b. Pengertian Perlindungan Konsumen

Menurut Business English Dictionary, perlindungan konsumen ada-

lah protecting consumers agains unfair or illegal traders.5 Adapun Black’s

Law Dictionary mendefinisikan a statue that safeguards consumers in the


6
use goods and services. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipa-

kai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada kon-

sumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhanya dari hal-hal yang me-

rugikan konsumen itu sendiri.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, per-


lindungan konsumen adalah segala upaya menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.7

5
Ibid, hlm. 21
6
Ibid
7
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
9

Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas, meliputi per-

lindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap

kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat

dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.

Cakupan perlidungan konsumen itu dapat dibedakan ke dalam dua

aspek, yaitu: 8

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada kon-

sumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen ada-

lah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan

hidup. Terbukti bahwa semua norma perlindungan konsumen dalam Un-

dang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki sanksi pidana. Singkatnya,

bahwa segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen ter-

sebut tidak saja terhadap tindakan preventif, akan tetapi juga tindakan repre-

sif dalam semua bidang perlindungan yang diberikan konsumen. Maka

pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:

1. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.

8
Ibid, hlm. 22
10

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan se-

luruh pelaku usaha.

3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang men-

ipu dan menyesatkan.

5. Memadukan penyelengaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan

konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang

lainnya.

Teori hukum bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan

postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, namun manifestasinya

dapat berwujud konkret. Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika aki-

bat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan

yang sebesar-besarnya, dan berkurangnya penderitaan.

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan

kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan

dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia

dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat.9

9
Ibid, hlm. 24
11

2. Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut E.Utrecht, pengertian hukum adalah himpunan petunjuk-

petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya ditati oleh ang-

gota masyarakat yang bersangkutan.10

Memahami hukum sebagai norma berarti juga memahami hukum

sebagai sesuatu yang seharusnya (das Sollen). Memahami hukum sebagai

das Sollen berarti juga menginsyafi bahwa hukum merupakan bagian dari

kehidupan kita yang berfungsi sebagai pedoman yang harus diikuti dengan

maksud supaya kehidupan kita diatur sedemikian rupa sehingga hak-hak

dan kewajiban-kewajiban orang dibagi sebagaimana mestinya.11

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasi-

kan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa berten-

tangan satu sama lain. Berkaitan dengan itu, hukum harus mampu

mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat

ditekan sekecil-kecilnya. Dimana perlindungan terhadap kepent-

ingankepentingan tertentu, dalam suatu lalu lintas kepentingan, hanya

dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan pihak lain. Untuk

mengurangi ketegangan dan konflik, maka tampil hukum yang mengatur

dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan

10
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.
11
Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Gajahmada University Press, Yogya-
karta, 2009, hlm. 45
12

hukum. Hal tersebut secara implisit juga diungkapkan oleh Sudikno

Mertokusumo yaitu Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen

untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Hukum

berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi

dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum

terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak menjalankan kewajiban

yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subjek

hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus

mendapatkan perlindungan hukum.12

3. Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

menyatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan ma-

na satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.” 13
Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa suatu per-

janjian adalah:

1. Suatu perbuatan.

2. Antara sekurangnya dua orang.

12
Sudikno Mertokusumo, dalam M. Syukri Akub & Baharuddin Baharu, Wawa-
san Due Proses Of Law Dalam Sistem Peradilan Pidana, Rangkang Education, Yogya-
karta, 2012, hlm. 36-37
13
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2008, hlm. 338
13

3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang

berjanji tersebut.

Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal ketentuan Pasal

1313 KUHPerdata menjelaskan kepada kita semua bahwa perjanjian hanya

mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan,

maupun tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk pikiran sema-

ta-mata.14

Menurut Abdulkadir Muhammad, ketentuan Pasal 1313 sebenarn-

ya kurang tepat karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi, yai-

tu sebagai berikut:

a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan

kata kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak

saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “sal-

ing mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara dua pihak.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian

“perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan

(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad)

yang tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai istilah

“persetujuan”.

c. Perjanjian terlalu luas. Perngertian perjanjian mencakup juga perjan-

jian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang

14
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Rajawali, Jakarta, 2010, hlm. 7-8
14

dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur mengenai harta

kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUHPerdata

sebenarnya hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan

bersifat kepribadian (personal).

d. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan Pasal itu tidak disebutkan

tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri

itu tidak jelas untuk apa.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih sal-

ing mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat keben-

daan yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan. Dari definisi terse-

but jelas terdapat konsensus antara pihak-pihak, untuk melaksanakan

sesuatu hal, mengenai harta kekayaan, yang dapat dinilai dengan uang.

Secara sederhana, pengertian perjanjian adalah apabila dua pihak saling

berjanji untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang mereka perjan-

jikan mengenai harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.

4. Jual Beli

a. Pengertian Jual Beli

Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah di-

janjikan. Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian jual beli

adalah perjanjian dengan mana penjual memindahkan atau setuju memin-


15

dahkan hak milik atas barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah

uang yang disebut harga.15

5. Penyelesaian Sengketa Konsumen

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

menyediakan fasilitas penyelesaian sengketa konsumen melalui:

a. Penyelesaian sengketa secara damai

Penyelesaian secara damai adalah apabila para pihak yang

bersengketa dengan atau tanpa kuasa/ pendamping memilih cara-

cara damai untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Cara damai

tersebut berupa perundingan secara musyawarah dan atau mufakat

antar para pihak yang bersangkutan. Dengan cara penyelesaian

sengketa secara damai ini, sesungguhnya ingin diusahakan bentuk

penyelesaian yang mudah, murah, dan (relatif) lebih cepat. Dasar

hukum penyelesaian tersebut terdapat pula dalam KUHPerdata In-

donesia (Buku Ke-III, Bab 18, pasal 1851- pasal 1858 tentang

perdamaian/dading) dan dalam Pasal 45 ayat (2) jo. Pasal 47

UUPK.

b. Penyelesaian melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

1. Di luar Pengadilan: (melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen) Penyelesaian di luar pengadilan diselenggarakan

untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya

15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2010, hlm. 243
16

ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menja-

min tidak akan terjadinya kembali kerugian yang diderita kon-

sumen (Pasal 47 UUPK). Penyelesaian sengketa di luar pen-

gadilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 ayat (2) UU

Perlindungan Konsumen tidak menghilangkan tanggung ja-

wab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kon-

sumen yang ingin menyelesaikan sengketa konsumen dengan

cara di luar pengadilan maka bisa melakukan alternative

resolusi masalah ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK). Hal tersebut diatur dalam Pasal 49 ayat (1) UU Per-

lindungan Konsumen.

2. Di Pengadilan: Pada prinsipnya setiap konsumen yang diru-

gikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang

bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha atau melalui peradilan umum, apabila telah dipilih

upaya penyelesaian sengketa konsumen secara damai dan

penyelesaian di luar pengadilan (melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen), maka gugatan melalui pengadilan hanya

dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak ber-

hasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang ber-

sengketa. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak


17

menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana di atur

dalam Undang-Undang.16

16
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Kon-
sumen, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2007, hlm. 151
18

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Demi dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, akan digunakan penelitian hukum secara normatif. Penelitian

yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kepustakaan serta pera-

turan perundang-undangan agar dapat menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya.

2. Metode Pendekatan

Pada suatu penelitian hukum terdapat beberapa macam pendekatan

yang dengan pendekatan tersebut, penyusun mendapat informasi dari berbagai

aspek mengenai isu hukum yang diangkat dalam permasalahan untuk

kemudian dicari jawabannya. Adapun dalam penyusunan skripsi ini,

digunakan pendekatan yang meliputi 2 (dua) macam pendekatan, yaitu

pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual, sebagaimana

diuraikan berikut :

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) Pendekatan ini

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Hasil dari

telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang


17
dihadapi.

17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2013, hlm. 93
19

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) yaitu suatu metode

pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum, konsep-konsep hukum

dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum.18

3. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

a. Sumber Bahan Hukum

Sumber yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan masa-

lah yang akan diteliti oleh penyusun diambil dari bahan hukum

kepustakaan, bahan hukum kepustakaan adalah bahan yang diperloleh

dari berbagai sumber berupa bahan-bahan kepustakaan dan dokumen-

dokumen yang ada kaitanya untuk menyelesaikan penelitian ini.

b. Jenis Bahan Hukum

Beberapa jenis bahan hukum yang digunakan dalam me-

nyelesaikan penyusunan penelitian ini, yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan–bahan hukum

primer terdiri dari perundang-undangan, catatan–catatan resmi atau

risalah dalam pembuatan perundang undangan dan putusan–

putusan hakim yang terdiri dari:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

18
Ibid, hlm. 138
20

b. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

c. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik

d. Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan

atas Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Infor-

masi dan Transaksi Elektronik

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah buku-buku teks, laporan

penelitian hukum, jurnal hukum yang memuat tulisan-tulisan kritik

para ahli dan para akademisi terhadap berbagai produk hukum

perundang-undangan dan putusan pengadilan, notulen-notulen

seminar hukum, memori-memori yang memuat opini hukum,

monograp-monograp, buletin-buletin atau terbitan lain yang

memuat debat-debat dan hasil dengar pendapat di parlemen,

deklarasi-deklarasi.

3. Bahan Non Hukum

Sebagai penunjang dari sumber hukum primer dan

sekunder, sumber bahan non hukum dapat berupa, internet,

ataupun laporan-laporan penelitian non hukum dan jurnal-jurnal

non hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik

penyusunan skripsi.
21

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifi-

kasi peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan

hukum sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan da-

ta yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan. Studi

kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat membuat

ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan perlindungan konsumen

pembelian item digital.

5. Analisis Bahan Hukum

Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul

dipergunakan metode analisa bahan hukum deduktif, yaitu suatu metode

penelitian berdasarkan konsep atau teori yang bersifat umum diaplikasikan

untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau

hubungan seperangkat data dengan seperangkat data yang lain dengan sistematis

berdasarkan kumpulan bahan hukum yang diperoleh, ditambahkan pendapat

para sarjana yang mempunyai hubungan dengan bahan kajian sebagai bahan

komparatif.

Langkah-langkah selanjutnya yang dipergunakan dalam melakukan

suatu penelitian hukum, yaitu :

a) Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak

relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan ;

b) Pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekirangnya dipandang mempunyai

relevansi juga bahan-bahan non-hukum ;


22

c) Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan

yang telah dikumpulkan

d) Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum

e) Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di

dalam kesimpulan.19

Langkah-langkah ini sesuai dengan karakter ilmu hukum sebagai ilmu

yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskripsi, ilmu

hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,

konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu

hukum menerapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam

melaksanakan aturan hukum. Oleh karena itu, langkah-langkah tersebut dapat

diterapkan baik terhadap penelitian untuk kebutuhan praktis maupun yang untuk

kajian akademis.

19 Ibid, hlm 171


23

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tahapan Pembelian Item Digital Di Beberapa Penyedia Layanan Pem-

belian Item Digital.

Dalam pembelian item digital itu sendiri terdapat beberapa perusahaan

yang memberikan jasa distribusi digital yaitu penjualan konten-konten secara

online mulai dari, musik, film, buku, aplikasi hingga game dimana para penjual

dapat menjual barang dagangan tanpa perlu mempunyai bentuk fisik dari barang

yang diperjual-belikan seperti film dalam CD atau musik didalam MP3. Perus-

ahaan distribusi digital memberikan kesempatan untuk penjual atau developer ap-

likasi dan game untuk menjualkan barang digital yang diperdagangkan pada hal-

aman penjual di masing-masing perusahaan distribusi digital itu sendiri.

Para penjual atau developer aplikasi dan game yang ingin menjual ba-

rang daganganya dapat menkontak pihak distribusi digital agar dapat memasang

serta menjual barang digital berupa buku, film, aplikasi dan game. Setelah semua

perjanjian terpenuhi kemudian barang dapat muncul di halaman-halaman

penjualan distribusi digital sesuai dengan kategori-kategori barang digital yang di

perjual belikan, contoh : games, movies, books, software, apps dan lain-lain.

Konsumen kemudian dapat memilih barang digital mana yang ingin di

download ataupun di beli ketika penjual barang digital sudah dapat menjualkan

barang digital pada halaman website atau aplikasi perushaan distribusi digital.

Namun konsumen yang sebelumnya tidak memiliki akun harus membuat akun
24

terlebih dahulu dengan mengisi formulir pendaftaran pada masing-masing hala-

man pendaftaran di perusahaan jasa distribusi digital.

Aplikasi dasar Perusahaan distribusi digital itu sendiri ada bermacam

macam tergantung dari sistem operasi dari perangkat yang kita gunakan jadi apa-

bila konsumen memiliki handphone dengan sistem operasi android maka kon-

sumen tersebutdapat memakai salah satu aplikasi pada handphone yang bernama

playstore, begitu juga pada pengguna sistem operasi iOS yang dapat men-

download aplikasi maupun game dari app store. Terakhir salah satu sistem

operasi yang lumayan popular bagi para pengguna handphone yaitu sistem

operasi windows dengan aplikasi perusahaan distribusi digital yang tak lain adalah

windows store.

Tidak hanya ada di gadget seperti handphone namun perusahaan distri-

busi digital juga terdapat pada laptop berkaitan dengan sistem operasi tadi yang

popular seperti sistem operasi windows yang kebanyakan di gunakan oleh kon-

sumen dan sistem operasi macOS dari apple memiliki aplikasi bawaan yang

dikhususkan untuk men-download aplikasi dan game melalui laptop konsumen itu

sendiri. Salah satu perusahaan distribusi digital yang independent yaitu steam

merupakan perusahaan yang berfokus kepada penjualan software dan game di-

mana konsumen harus mendownload client aplikasinya terdahulu jadi tidak baw-

waan dari sistem operasi.

Konsumen sebagai pengguna gadget dapat menggunakan aplikasi

bawaaan atau men-download apa yang diinginkan pada halaman dari perusahaan

distribusi digital yang telah di isi dengan konten-konten atau barang-barang yang
25

dapat dibeli serta di download secara gratis. Mengenai permasalahan yang akan

dibahas ini akan muncul ketika konsumen sudah men-download aplikasi dan

game yang diinginkan jadi pada aplikasi dan game yang sudah di download ter-

dapat item-item digital yang diperjual belikan. Pokok permasalahan yang akan

dibahas adalah item-item digital yang diperjual belikan di dalam aplikasi dan

game yang ada oleh penjual atau developer yang ingin mencari keuntungan.

Uraian diatas merupakan pengertian umum dari kaitan antara perusahaan

distribusi digital dengan penjual atau developer aplikasi dan game serta konsumen

sebagai pengguna yang men-download aplikasi dan game sesuai kebutuhan atau

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah digunakan untuk mengedit video,

foto, mendengarkan music, menonton tv dan lain-lain sesuai dengan kehendak

kosnumen.

Karena penulis memiliki handphone dengan sistem operasi berbasis an-

droid maka penulis akan memberikan gambaran mengenai tahapan pembelian

item digital dalam aplikasi playstore dari perusahaan distribusi digital yang dimil-

iki oleh Google dimana sistem operasi ini cukup popular dikalangan konsumen di

Indonesia. Ada beberapa cara untuk dapat melaukan pembelian item digital pre-

mium yang ada didalam sebuah aplikasi maupun game, penulis akan menyertakan

tahapan dan tata cara pembelian item digital dalam sebuah aplikasi dan game

dimulai dari aplikasi populer instagram kemudian game popular di Indonesia yai-

tu mobile legend.
26

1. Tahapan Pembelian Item Digital Berupa Subscribe Di Dalam Ap-

likasi Instagram

a) Pertama pastikan konsumen memiliki akun Instagram untuk

melakukan subscribe option kemudian di set ke mode business setting

Sumber : Instagram

b) Kemudian pilih konten yang ingin di promosikan lalu tujuan promosi

dari konten tersebut

Sumber : Instagram
27

c) Setelah itu memilih target konsumen Instagram lain untuk mengunjun-


gi konten pemilik akun yang ingin di promosikan, lalu penjumlahan to-
tal biaya yang dikenakan mulai dari modal sampai lama durasi konten
tersebut di promosikan.

Sumber : Instagram

d) Terakhir setelah semuanya telah di setting konsumen akan masuk di


menu review hal-hal yang telah dipilih sebelumnya dan pada menu ter-
akhir jika mengklik membuat promosi maka akan di buka menu pem-
bayaran.

Sumber : Instagram
28

Pembayaran dapat dilakukan menggunakan kartu kredit ataupun


tranfer bank melalui ATM. Namun jika konsumen memiliki akun paypal
dan memiliki saldo maka dapat lebih mempermudah pembayaran.

2. Tahapan Pembelian Item Digital Dalam Game Mobile Legend


29

Daftar Pustaka

A. Sumber Buku

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Ja-
karta, 2013.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perjanjian. Alumni, Bandung, 2010.

Muljadi, Kartini. dan Gunawan Widjaja. Perikatan yang Lahir dari Perjanjian.
Rajawali, Jakarta, 2010.

Sasongko, Wahyu. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen.


Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2007.

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.

Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Par-


amita, Jakarta, 2008.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen. Edisi Revisi. Kencana Prenada Media


Group, Jakarta, 2016.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon-


sumen. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 42 Tamba-
han Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

C. Sumber Lain

Utama, Putra Setia. “Memahami In-App Purchase.” teknojurnal.com. 10 Desem-


ber 2013. 29 November 2017. <https://teknojurnal.com/apa-itu-in-app-
purchase/

Wikipedia contributors. “Transaksi Mikro.” Wikipedia, The Free Encyclopedia.


Wikipedia, The Free Encyclopedia, 26 Oktober 2016. 7 Desember 2017.
<https://id.wikipedia.org/wiki/Transaksi_mikro_(aplikasi)

Você também pode gostar