Você está na página 1de 16

Karya Tulis

Beranda ▼

Rabu, 13 Januari 2016

ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA (COST AND


BENEFIT ANALYSIS)

P0 =PP t=
t /P(1
0 (1
++ i)ti). t..........,.dimana:
.
dengan : (Oleh:Dr.Bovie Kawulusan., M.Si)
PtP: tnilai
: nilaiuang
uangdidimasa masadatangdatang
PENDAHULUAN
P 0 : nilai
P 0 : nilai
uang uang
sekarang sekarang
i : itingkat
: tingkat diskonto,
diskonto, t : ttahun
: tahun
Analisis biaya dan manfaat (ABM) adalah salah satu  teknis yang
digunakan untuk   mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi
agar dapat digunakan secara efisien. ABM merupakan alat bantu untuk
membuat keputusan, dengan mempertimbangkan sejauhmana
sumberdaya yang digunakan (sebagai biaya) dapat memberikan
hasil-hasil yang diinginkan (manfaat) secara optimal. ABM digunakan
manakala hal efisiensi secara akurat dan rasional menjadi pertimbangan
utama.
Roy Simbel (2003) berpendapat bahwa ABM adalah salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk pengABMilan keputusan
cepat[1]. Menurutnya dalam mengABMil keputusan, yang digunakan
sebagai petunjuk adalah biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat
yang bisa dipetik. ABM dilakukan dengan tetap mengacu pada tujuan
yang telah ditetapkan. ABM bertujuan memilih alternatif yang
menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dengan manfaat
yang paling besar serta risiko yang paling dapat dikendalikan.
Teknis   ABM dapat diterapkan dalam berbagai bidang
pengambilan keputusan, utamanya dalam rangka membuat evaluasi
program atau proyek untuk kepentingan publik, seperti misalnya
pembangunan infrastruktur, yang seringkali menimbulkan biaya dan
manfaat yang berdampak pada kepentingan sosial. Tentu saja lapangan
pendidikan juga dapat menggunakan pendekatan ini, terutama ketika
pertimbangan efisiensi menjadi begitu diperhitungkan.

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Analisis Manfaat-Biaya


Analisis manfaat-biaya adalah suatu pendekatan untuk
rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan
menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya
dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis
manfaat-biaya dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan
kebijakan, dalam arti diaplikasikan ke depan (ex ante), dan dapat juga
digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan. Analisis Biaya
Manfaat digunakan, terutama ketika masalah EFISIENSI menjadi sesuatu
yang sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan perkataan lain
digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi
agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Analisa Biaya Manfaat secara tradisional melABMangkan
rasionalitas ekonomi karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan
penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu kebijakan dikatakan
efisien jika manfaat bersih (yaitu total manfaat dikurangi total biaya)
adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang
mungkin dihasilkan dari sejumlah alternative penggunaan sumberdaya
(investasi) lainnya di sector swasta ataupun public (opportunity cost).

Beberapa pengertian dan definisi dapat Cost and Benefit Analysis antara
lain:

a. An approach to policy recommendation that permits analyst to


compare and advocate policies by quatifying their total monetary
cost and benefits[2].

b. A process by which you weigh expected costs against expected


benefits to determine the best (or most profitable) course of
action[3]

c. A technique designed to determine the feasibility of a project or


plan by quantifying its costs and benefits[4]

d. A technique designed to determine the feasibility of a project or


plan by quantifying its costs and benefits[5]

Dari berbagai definisi di atas dapatlah ditarik suatu pemahaman


bahwa analisa biaya manfaat adalah suatu cara untuk menhitung (dalam
besaran nilai uang) sejauhmana biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mewujudkan suatu proyek tertentu memberikan hasil manfaat, sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dipilih atau tidak dalam
suatu pengABMilan keputusan.

Adapun pengertian tentang Cost (biaya) dan Benefits (Manfaat),


dapat dijelaskan sebagai berikut[6]:
Benefits à  are the sum of the maximum amounts that people would be
                    willingness to pay to gain outcomes that they view as
desirable

Costs     à  are the sum of the maximum amounts that people would be
                    willing to pay to avoid outcomes that they view as
undesirable

ABM adalah salah satu teknik yang relatif mudah dilakukan,


karena secara sederhana pengABMilan keputusan dilakukan
berdasarkan perhitungan ”untung-rugi” yang dinilai dengan satuan
uang (IDR, US$). Bahkan termasuk yang “intangible” pun
diperhitungkan secara harganya secara rasional dengan satuan uang.
Keputusan diABMil apabila “untung”, atau manfaatnya lebih tinggi
ketimbang biayanya.
Dalam melakukan analisis manfaat-biaya yang harus diperhatikan
adalah melakukan hal-hal berikut: (i) Identifying relevant impacts,
Melakukan identifikasi hal-hal mana yang relevan terkena dampak dari
kebijakan. Misal: keluasan wilayah, orang-orang/pihak-pihak.
Pihak-pihak mana yang paling berkepentingan dengan Kebijakan, (ii)
Monetizing impacts,     Mengukur sejauhmana biaya-biaya yang
dikeluarkan memberikan kompensasi yang wajar dengan hasil yang
diperolehnya. (iia) Valuing inputs: Mengukur sejauhmana biaya-biaya
yang dikeluarkan memberikan kompensasi yang wajar dengan hasil yang
diperolehnya. (iib) Valuing Outcomes; menilai sejauhmana hasil yang
didapatkan melalui pendekatan opportunity cost atau survey willingness
to pay. (iic) Oportunity cost: Pemilihan sejumlah sumberdaya yang
paling efisien, yang diukur melalui penilaian sejauhmana sumberdaya itu
telah mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk digunakan untuk
menghasilkan hal lain, (iii) Discounting for time and Risk, Menghitung
perkiraan nilai hari ini dari biaya dan manfaat yang akan diperoleh pada
masa yang akan datang. Faktor diskonto didasarkan pada asumsi bahwa
nilai uang pada masa yang akan datang pada arus biaya dan manfaat
tidak sama pada setiap tahunnya. (iv) Choosing Among Polices, Memilih
kebijakan yang mendatangkan manfaat (net benefits) yang paling
memenuhi criteria yang ditetapkan

2.2. Pendekatan Menentukan Biaya dan Manfaat

Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan


ruang lingkup dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan.
Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan adalah:

1. Biaya dan manfaat di dalam vs di luar. Mempersoalkan apakah biaya


atau manfaat yang dikeluarkan adalah bersifat internal atau eksternal
untuk suatu jenis kelompok sasaran atau wilayah hukum. Biaya dan
manfaat internal ini disebut internalitas, sedangkan yang di luar atau
eksternal disebut eksternalitas. Apa yang menjadi biaya atau manfaat
di dalam (internalitas) pada suatu kasus dapat menjadi di luar
(eksternalitas) pada kasus lain. Perbedaan ini tergantung pada bagaimana
analis menggABMarkan batasan kelompok sasaran dan wilayah
hukumnya. Jika batasannya masyarakat secara keseluruhan, maka tidak
akan ada eksternalitas. Akan tetapi jika batasannya adalah wilayah
hukum tertentu akan terdapat internalitas maupun eksternalitas.
Contoh: program pembangunan perumahan apartemen (rumah susun)
di DKI akan menimbulkan biaya-manfaat bagi wilayah hukum DKI, dan
akan menimbulkan externalitas bagi penduduk yang terkena ‘manfaat’
ataupun   “korban” di wilayah luar DKI, misalnya: berkurangnya
orang-orang yang mengontrak/kost di wilayah mereka, atau
berkurangnya wilayah kumuh yang ada di wilayah mereka .

2. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak


langsung. Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata
(tangible) atau tidak nyata (intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan
manfaat yang secara langsung dapat diukur dengan harga pasar yang
sebenarnya dari barang dan pelayanan, sementara yang tidak nyata
adalah biaya dan manfaat yang secara tidak langsung diukur dengan
cara menafsirkan nilai sebenarnya dari barang itu dengan patokan
harga pasar. Ketika berhubungan dengan yang tidak nyata seperti
harga udara bersih, analis kemungkinan membuat harga bayangan
dengan membuat keputusan subyektif tentang nilai dolar dari biaya
maupun manfaat.

3. Biaya dan manfaat primer dan sekunder. Mempersoalkan apakah


biaya atau manfaat itu dihasilkan secara "langsung" atau "tidak
langsung" oleh suatu program, Biaya atau manfaat primer adalah suatu
biaya atau manfaat yang dihubungkan dengan sasaran program yang
paling bernilai, sedangkan biaya atau manfaat sekunder berkaitan
dengan sasaran yang kurang bernilai. Sebagai contoh, program
sertifikasi guru. Manfaat langsungnya adalah, dihasilkannya 2000 guru
bersertifikat setiap tahun, dengan biaya 2M rupiah. Manfaat
sekundernya: Peningkatan motivasi pengembangan diri guru, dan
dampak biaya sekundernya: berkurangnya sekian ratus jam mengajar
akibat proses sertifikasi yang ketat.

4. Efisiensi bersih vs. manfaat redistributional. Mempersoalkan


apakah kombinasi biaya dan manfaat membuat kenaikan dalam agreqat
pendapatan atau hanya menghasilkan pergeseran pendapatan atau
sumberdaya di antara berbagai kelompok yang berbcda. Manfaat
efisiensi bersih adalah manfaat yang mencerminkan kenaikan "riil" dari
pendapatan bersih (total biaya dikurangi total manfaat), sementara
manfaat redistribusional adalah manfaat berupa pergeseran yang
bersifat semu berupa pendapatan oleh suatu kelompok dengan
konsekuensi pengorbanan (pendapatan yang hilang) dari kelompok lain
tanpa menghasilkan peningkatan efisiensi bersih. Perubahan pada
contoh pertama disebut sebagai manfaat riil atau pada contoh kedua
disebut manfaat semu. Sebagai contoh, program pemugaran lingkungan
kumuh kemungkinan menghasilkan $1 juta manfaat efisieasi bersih.
Jika pemugaran lingkungan kumuh juga meningkatkan pendapatan
toko-toko grosir kecil di sekitarnya —dan menurunkan penjualan di toko
yang mempunyai jarak labih jauh dari apartemen yang baru
dibangun— manfaat dan biaya dari pendapatan yang diperoleh dan
yang hilang adalah semu. Mereka saling meniadakan tanpa
menghasilkan perubahan dalam manfaatl efisiensi bersih.

2.3. Tahapan Dalam Pembuatan ABM

Melakukan analisis manfaat-biaya pada dasarnya sama dengan


proses pengABMilan keputusan pada umumnya, yaitu melalui tahapan-
tahapan yang runut yang masing-masing akan mengantarkan kepada
tahapan berikutnya secara berkesinABMungan. Tahapan-tahapan atau
langkah pembuatan ABM adalah sebagai berikut:

1.       Perumusan masalah. Perumusan masalah menghasilkan informasi


tentang tujuan-tujuan potensial yang relevan, sasaran, alternatif,
kriteria, kelompok sasaran, biaya, dan manfaat untuk menjadi
pedoman dalam analisis. Perumusan masalah dapat menghasilkan
perumusan kembali masalah,
2.       Spesifikasi sasaran. Analisis sering dimulai dengan tujuan-tujuan
yang bersifat umum, sebagai contoh, mengendalikan kecanduan
kokain. Tujuan, seperti yang telah kita lihat, harus dijabarkan ke
dalam sasaran yang Iebih spesifik dan terukur. Tujuan untuk
mengendalikan kecanduan kokain dapat dijabarkan ke dalam
sejumlah sasaran yang spesifik, sebagai contoh, pengurangan 50%
pasokan kokain dalam waktu 5 tahun.
3.       Identifikasi alternatif pemecahan masalah. Ketika suatu sasaran
telah dispesifikasi, analis mempunyai asumsi tentang penyebab
masalah dan peluang pemecahannya hampir selalu
ditransformasikan ke dalam allernatif kebijakan untuk mencapai
tujuan-tujuan kebijakan.
4.       Pencarian, analisis, dan interpretasi informasi Tugas yang di
lakukan di sini adalah menelusur, menganalisis, dan
menginterpretasikan informasi yang relevan untuk meramalkan hasil
dari alternatif-alternatif kebijakan. Pada tahapan ini sasaran utama
dari peramaIan adalah biaya dan manfaat dari alternatif kebijakan
yang telah diidenlifikasi pada tahapan sebelumnya. Di sini, informasi
dapat diperoleh dari data-data yang tersedia yang menyangkut biaya
dan manfaat dari beberapa program yang sejenis.
5.       Identifikasi kelompok sasaran dan pemanfaat. Di sini tugas yang
dilakukan adalah melakukan analisis semua pihak terkait
(stakeholder) dengan mendaftar semua kelompok yang mempunyai
peranan dalam setiap isu karena akan dipengaruhi, secara negatif
atau positif, ketika kebijakan diterapkan.
6.       Menafsirkan biaya dan manfaat. Tugas yang mengharuskan
penafsiran dalam bentuk uang atas semua manfaat dan biaya yang
akan diperoleh kelompok sasaran dan pemanfaat. Validitas,
reliabilitas dan kelayakan dari jenis pengukuran ini selalu
menimbulkan ketidak-sepakatan.
7.    Penyusutan dari biaya dan manfaat. Jika tingkat biaya dan manfaat
nyata diproyeksikan untuk waktu mendatang, penafsir harus
menyesuaikan untuk menurunkan nilai riil dari uang sebagai akibat
adanya infglasi dan perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga
di masa mendatang. Nilai nyata dari biaya dan manfaat selalu
didasarkan pada teknik penyusutan, suatu prosedur yang
menggABMarkan biaya dan manfaat pada tingkat harga sekarang.
(NPV)
8.       Menafsirkan resiko dan ketidak-pastian. Tugas yang dilakukan di
sini adalah melakukan analisis sensitivitas, suatu istilah umum yang
merujuk pada prosedur untuk menguji sensitivitas kesimpulan
terhadap asumsi-asumsi alternatif tentang probabilitas terjadinya
perbedaan biaya dan manfaat, atau terhadap faktor penyusutan yang
berbeda-beda. Sangat sulit untuk mengembangkan penafsiran
probabilitas yang terpercaya karena peramalan yang berbeda
mengenai hasi! yang sama di masa depan,.
9.       Memilih kriteria pengABMilan keputusan. Di sini pekerjaan yang
dilakukan adalah menekankan suatu kriteria atau aturan
pengABMilan keputusan untuk memilih antara dua atau lebih
alternatif yang mempunyai perbedaan komposisi biaya dan manfaat.
[Criteria di sini ada enam jenis: efisiensi, efektivitas, kesepakatan,
keadilan, daya tanggap dan ketepatan) . Pilihan kriteria keputusan
mempunyai implikasi etis yang pcnting, karena kriteria keputusan
didasarkan pada konsepsi yang berbeda tentang keharusan moral
dan keadilan sosial.
10. Rekomendasi. Tugas terakhir dalam analisis manfaat-biaya adalah
membuat rekomendasi dengan memilih di antara dua atau lebih
alternatif. Pilihan alternatif biasanya tetap saja mengandung
persoalan, yang kemudian mengundang analisis kritis mengenai
plausibilitas dari rekomendasi tersebut, memperhitungkan hipotesis
kausal dan etis yang lain yang dapat melemahkan atau mengurangi
validitas suatu rekomendasi.

2.4. Konsep Nilai Uang


Dalam analisa biaya dan manfaat, seorang analis harus mampu
menghitung nilai biaya atau manfaat sampai sekian tahun yang akan
datang. Oleh karena nilai uang sekarang dan yang akan datang boleh
jadi sangat berbeda (adanya faktor yang menurunkan harga/nilai uang
atau terjadi perbedaan karena ada faktor ketidakpastian dan faktor
diskonto, yang biasanya disamakan dengan tingkat bunga), maka
perkiraan biaya dan manfaat harus mempertimbangkan nilai uang yang
terkandung dalam suatu proyek atau kebijakan. Hal ini dilakukan karena
akan timbul masalah dalam hal menilai manfaat dan biaya yang akan
diterima pada suatu waktu yang akan datang.. Faktor diskonto dapat
dijelaskan dengan konsep nilai uang yang akan datang (future value)
dan nilai uang sekarang (present value).
Apabila mempunyai uang sebesar P0 rupiah yang dibungakan
terus menerus dengan tingkat diskonto i persen per tahun, maka hasil
setelah t tahun (Pt) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Nilai uang yang akan diterima beberapa tahun yang akan datang
nilainya tidak sama dengan apabila uang tersebut diterima saat ini. Nilai
uang sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai uang
sekarang (merupakan kebalikan dari Persamaan 1) seperti di bawah ini.

2.5. Metode-metode yang digunakan dalam ABM


Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek langkah-
langkah yang harus diambil adalah:
- menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan
dilaksanakan
- menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang
- menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang
sekarang.
Setidaknya, ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya
suatu proyek yaitu nilai bersih sekarang (NPV = net present value
benefit), Internal Rate of Return (IRR) dan perbandingan manfaat biaya
(BCR = benefit-cost ratio).
a. Metode Net Present Value
Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari
pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek merupakan
seluruh nilai dari manfaat proyek dikurangkan dengan biaya proyek pada
tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat diskonto
yang berlaku. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, kita ikuti
proses sebagai berikut :
(1)   Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus
masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya modal
proyek,
(2)   Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan
sebagai NPV proyek,
(3)   Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara
jika NPV adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua
proyek dengan NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah
satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
Persamaan untuk NPV adalah sebagai berikut :
Add caption

Di mana : CF = arus kas masuk dan arus kas keluar


K = biaya modal proyek
b. Return On Investment

Metode pengembalian investasi digunakan untuk mengukur


prosentase manfaat yang dihasilkan oleh suatu proyek dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkannya. Sedangkan return on investment dari
suatu proyek investasi dapat dihitung dengan rumus:

Misalnya diketahui bahwa total manfaat dari Proyek Pengembangan


Sistem Informasi Manajemen Program Pasca Sarjana UPI adalah:
Manfaat tahun ke 1             = Rp.    346.000.000,-
Manfaat tahun ke 2             = Rp.    440.000.000,-
Manfaat tahun ke 3             = Rp.    565.000.000,-
Manfaat tahun ke 4             = Rp.    627.500.000,-
+
Total Manfaat          = Rp. 1.978.500.000,-
Sedang total biaya yang dikeluarkan adalah:
Biaya tahun ke 0      = Rp.    788.500.000,-
Biaya tahun ke 1      = Rp.      61.000.000,-
Biaya tahun ke 2      = Rp.      67.500.000,-
Biaya tahun ke 3      = Rp.      79.000.000,-
Biaya tahun ke 4      = Rp.      85.250.000,- +
Total Biaya               = Rp. 1.081.250.000,-

ROI untuk proyek ini adalah sebesar = (Rp. 1.978.500.000 – Rp.


1.081.250.000,-)/ Rp. 1.081.250.000,-) x 100% = 82,98 % . Apabila suatu
proyek investasi mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek
tersebut dapat diterima. Pada proyek ini nilai ROI nya adalah 0,8298
atau 82,98%, ini berarti proyek ini dapat diterima, karena proyek ini
akan memberikan keuntungan sebesar 82,98% dari total biaya
investasinya.

c. Internal Rate of Return Method


Sama seperti NPV metode tingkat pengembalian internal atau IRR juga
merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Rumus
yang digunakan adalah:

Pada metode NPV tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan


sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita justru akan menghitung
tingkat bunga tersebut. Tingkat bunga yang akan dihitung ini merupakan
tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap
cash inflow yang didiskontokan dengan tingkat bunga tersebut sama
besarnya dengan nilai sekarang dari initial cash outflow atau nilai
proyek. Dengan kata lain tingkat bunga ini adalah merupakan tingkat
bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan
juga tidak merugikan.
Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat
dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return
yang diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan
bila sebaliknya investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang
dihasilkan oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan
menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of
return yang diinginkan adalah 20%, maka proyek dapat diterima
kelayakannya.

d. Payback Period Method


Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan
pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas
masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.
Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen
bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya
adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka periode
pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- =
3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen
tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan.
Bila cash inflow tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus
dihitung satu-persatu. Misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen
adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut adalah 4
tahun dan cash inflow setiap tahunnya adalah seperti berikut ini :
-       cash inflow tahun 1 sebesar Rp. 285.000.000,-
-       cash inflow tahun 2 sebesar Rp. 372.500.000,-
-       cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-
-       cash inflow tahun 4 sebesar Rp. 542.250.000,-
maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini
adalah :
Nilai investasi                      = Rp. 788.500.000,-
cash inflow tahun 1                        = Rp. 285.000.000,-
Sisa investasi tahun 2        = Rp. 503.500.000,-
cash inflow tahun 2                        = Rp. 372.500.000,-
Sisa investasi tahun 3        = Rp. 131.000.000,-
Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh
sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp.
131.000.000,-/Rp. 486.000.000,- = 0.2695 bagian. Kesimpulannya
adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan,
dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan
payback period yang ada dengan maximum payback period yang
dianggap layak yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya maximum
payback period adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.

PEMBAHASAN

3.1. Analisis Manfaat-Biaya Dalam Pendidikan

Analisis Manfaat-Biaya bersandar pada rasionalitas ekonomi,


yang memperhitungkan sisi efisiensi. Dengan perkataan lain, suatu
pilihan akan dilaksanakan manakala manfaat yang ditimbulkan lebih
tinggi dari biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya berdasarkan teknik
ini, suatu pilihan akan dihindari manakala manfaat yang dihasilkan tidak
sebanding (lebih kecil)  dengan biaya yang dikeluarkan. Biasanya ABM
cocok diterapkan pada proyek-proyek pembangunan insfrastruktur
untuk kepentingan publik, misalnya pembangunan jalan tol,
pembangunan waduk/dam, pembangunan pasar modern.
Bila kita letakkan teknik ABM dalam lapangan pendidikan, maka
kita akan berhadapan dengan ’nilai manfaat” yang terkait dengan
pembangunan manusia yang tidak mudah dinilai dengan ukuran uang.
Atau dengan perkataan lain, suatu proyek pendidikan yang berorientasi
sepenuhnya kepada pembangunan karakter manusia akan mendapatkan
nilai manfaat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengukuran efisiensi
(menimbang besaran biaya terhadap manfaat) akan berhadapan dengan
nilai manfaat (investasi sumber daya insani) yang seolah tanpa batas.
Dalam penerapannya di lapangan pendidikan, ABM dapat secara
tajam menghitung cost (biaya). Biaya pendidikan menurut Prof. Dr. Dedi
Supriadi, merupakan salah satu komponen instrumental (instrumental
input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di
sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni
semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang
dapat dihargakan uang). Nanang Fattah (2004) menABMahkan biaya
dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa seperti
pembelian alat-alat pembelajaran, penyediaan sarana pembelajaran,
biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang
tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa
keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar, contohnya, uang jajan siswa, pembelian peralatan
sekolah (pulpen, tas, buku tulis,dll).
Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting
yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa). Biaya satuan
ditingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah
baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang
dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun
pelajaran.
Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggABMarkan
seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk
kepentingan murid dalam menempuh pendidikan, oleh karena biaya
satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada
masing-masing sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standard
dan dapat dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan
menggunakan sekolah sebagai unit analisis. Dengan menganalisis biaya
satuan, memungkinkan kita untuk mengetahui efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan dari investasi
pendidikan, dan pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk
pendidikan, disamping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana
alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem
pendidikan.
3.2. Mengukur Biaya Pendidikan.
Nanang Fattah (2004) menjelaskan bahwa di dalam menentukan
biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu:
Pendekatan makro. Faktor utama yang menentukan perhitungan
biaya satuan dalam sistem pendidikan adalah kebijakan dalam
pengalokasian anggaran pendidikan disetiap negara. Satuan biaya
pendidikan disetiap negara sangat bervariasi, yang disebabkan oleh
perbedaan cara penyelenggaraan pendidikan. Untuk membandingkan
biaya pendidikan pada tiap jenjang ditiap negara, teknik yang dilakukan
adalah dengan membandingkan biaya operasional pendidikan dan
sumber keuangannya, yang bisa dilihat dari persentase GNP dari tiap
negara.
Pendekatan mikro. Pendekatan ini menganalisis biaya pendidikan
berdasarkan pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit
cost) menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total merupakan
gabungan-gabungan biaya per komponen input pendidikan di tiap
sekolah. Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per murid per
tahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya
pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah. Dengan demikian,
satuan biaya ini dapat diketahui dengan jalan membagi seluruh jumlah
pengeluaran sekolah setiap tahun dengan jumlah murid sekolah pada
tahun yang bersangkutan. Perhtitungan satuan biaya pendidikan dapat
menggunakan formula sebagai berikut:
Sb (s,t) = f [K (s,t) : M (s,t)] , di mana:
Sb : satuan biaya murid per tahun
K   : jumlah seluruh pengeluaran.
M : jumlah murid
s   : sekolah tertentu,
t  : tahun tertentu
Selain itu biaya pendidikan menurut Nanang Fattah tidak hanya
berorientasi pada uang saja, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan
(oppurtunity cost) yang sering juga disebut income forgone (potensi
pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran, atau
menyelesaikan studi), yang dapat dihitung dengan formula berikut:
C = L + K, di mana:
C : biaya pendidikan
L : biaya langsung dan biaya tak langsung
K : jumlah rata-rata penghasilan tamatan
3.3. Mengukur Manfaat Pendidikan
Mengukur manfaat pendidikan tidak dapat dengan mudah dinilai
dengan besaran uang, karena kemanfaatan pendidikan sangat bersifat
sosial, yaitu bermuara kepada ketercapaian karakter dan atau
kompetensi tertentu yang melekat di peserta didik. Nanag Fattah
menyebutkan ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam
menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu:
1.       dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi,
2.    dapat tidaknya memperoleh pekerjaan
3.    besarnya penghasilan yang diterima
4.    sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik.
Nanang Fattah lebih lanjut mengatakan bahwa untuk mengukur
keuntungan pendidikan menurut ukuran ekonomi adalah dengan cara
membandingkan antara biaya yang dikeluarkan sejalan dengan lamanya
pendidikan yang ditempuh dibandingkan dengan pola penghasilan
seumur hidup, yang berpola: agak rendah di usia muda, meningkat pada
usia berikutnya, dan menurun pada usia lanjut, lihat tabel di bawah ini:

      
  Sumber: Nanang Fattah (2004:29)

Tujuan Analisis Manfaat Biaya dalam lapangan pendidikan adalah


untuk memberikan kemudahan, memberikan informasi pada para
pengambil keputusan untuk menentukan langkah/cara dalam
pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun
efisiensi pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu
pendidikan. Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi
pemerintah menjadi acuan untuk menetapkan anggaran pendidikan
dalam RAPBN, dan juga sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM
dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sedangkan bagi masyarakat, analisis manfaat biaya pendidikan ini
berguna sebagai dasar/pijakan dalam melakukan ”investasi” di dunia
pendidikan. Hal ini dirasakan penting untuk diketahui dan dipelajari,
karena menurut sebagian masyarakat pendidikan hanya menghabis-
habiskan uang tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas
dimasa yang akan datang.
Penerapan analisis manfaat-biaya dalam pendidikan dapat
digunakan untuk mengevaluasi secara kritis kebijakan-kebijakan
pendidikan yang menyerap dana sangat besar. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kemanfaatan yang dihasilkan dari
sejumlah biaya yang sedemkian besar telah dikeluarkan. Misalnya dalam
kasus kebijakan UN, anggaran yang diusulkan oleh pemerintah sebesar
Rp 754 Milyar, yang terdiri dari Anggaran untuk UN tingkat SD dalam
RAPBN 2008 sebesar Rp 500 miliar untuk sekitar lima juta murid.
Adapun untuk pelaksanaan UN tingkat SMP sederajat dialokasikan
Rp 150 miliar dan di level SMA sederajat direncanakan sebesar Rp 104
miliar.[7]. Meskipun banyak pihak menganggap bahwa penyelenggaraan
UN ini merupakan suatu kebijakan yang mubazir[8] UN ini, namun
pemerintah menganggap bahwa manfaat dari UN sangat besar
(strategis) bila dibandingkan dengan pilihan tidak melaksanakan UN.
Argumentasi pemerintah ini sesunggunya dapat di kritisi dengan
melakukan analisis Biaya Manfaat melalui pendekatan Opportunity Cost.
Berapa besar kerugian yang ditimbulkan dengan hilangnya kesempatan
bagi pemerintah dengan biaya sebesar itu bila dipakai untuk
menjalankan kebijakan lain, misalnya pembangunan dan perbaikan
gedung SD ?.
Secara sederhana dapat dibandingkan manfaat yang didapatkan
dengan pelaksanaan UAN, dengan manfaat apabila dana sebsar itu
digunakan untuk menyediakan dan atau memperbaiki sarana dan
prasarana sekolah, terutama yang berada di pelosok desa. Dengan
analisis manfaat-biaya ini, diharapkan semua debat dan kontrovesri
maslah UN dapat di ’selesaikan’ secara rasional, bukan emosional
ataupun politik.

PENUTUP

Analisia biaya dan manfaat sangat bermanfaat untuk memandu


pengambil kebijakan apabila ukuran yang diperhitungkan adalah berapa
besar tingkat efisiensi yang ditimbulkan, dengan perkataan lain, analisa
biaya-manfaat ini sangat memperhitungkan untung rugi melalui ukuran
nilai uang, oleh karenanya memerlukan kecermatan dan tingkat berfikir
yang sangat rasional.

Daftar Pustaka

Dunn, William (1981). “Public Policy Analysis. An Introduction”.


Engelwood Cliffs:Prentice Hall

Dunn, William N. (1999, Terjemahan). “Pengantar Analisis Kebijakan


Publik.” Yogyakarta: Gadjahmada University Press

Nanang Fattah (2004). “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan”.


Bandung:Rosda Karya.

Agus Sugiyono, Makalah (2001) .“Analisis Manfaat dan Biaya Sosial


Ekonomi Publik”. Program Pascasarjana-FE Universitas Gadjah
Mada, Ygy.

Gatot Prabantoro , Makalah “Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek


Sistem Informasi Manajemen, Menggunakan Metode ‘Cost &
Benefits Análisis Dan Aplikasinya Dengan MS EXCEL 2000. STIE
Indonesia

AM. Sumastuti, Makalah, Keunggulan NPV Sebagai Alat Analisis Uji


Kelayakan Investasi dan Penerapannya, FE Universitas Gadjah
Mada, Ygy.

[1]  Roy Simbel. (2003) ”Decisions at The Speed of Light”: Strategi


MengABMil Keputusan Instan. Dalam internet:
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0603
/man01.html
[2] Dunn, William (1981). “Public Policy Analysis. An Introduction”.
Engelwood Cliffs: Prentice Hall. Halaman 244
[3] Enterpreneur.com (….) “Cost-Benefit Analysis”. Intrenet: www.

entrepreneur.com/encyclopedia

[4] Investorwords.com dalam internet: http://www.investorwords.com


/1151/cost_benefit_analysis.html
[5] Bitpipe.com. internet: http://www.bitpipe.com/tlist/Cost-Benefit-
Analysis.html
[6]  Chapter tentang “Cost & Benefits Analysis” dalam buku:
………………….
[7] Rapat Kerja Mendikas dengan Komisi X pada tanggal 11-10-2007, sebagaimana
dilaporkan Harian Kompas edisi 12-09-07

[8] Anggota Komisi X dari Fraksi PDI-P, Wayan Koster, mengingatkan sebaiknya
pemerintah membuka mata terhadap realitas kondisi pendidikan di tingkat SD. Bahkan,
di pedesaan terpencil kondisinya sangat parah, baik dari segi gedung, sarana belajar,
maupun guru. Banyak sekolah yang gurunya sangat terbatas sehingga merangkap
sebagai kepala sekolah dan pegawai tata usaha. Lagi pula, bagi siswa SD yang lulus
UN, ijazahnya juga tidak dapat dipakai mencari kerja karena lulusan SD belum
memungkinkan bekerja. "Jelas UN SD yang memakan anggaran Rp 500 miliar itu
merupakan kebijakan yang mubazir, menghABMurkan uang negara karena tidak
bermanfaat,"
bovie kawulusan di 22.52

Berbagi 1

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Mengenai Saya

bovie kawulusan
Ikuti 31

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar