Você está na página 1de 5

ANGINA PECTORIS

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita semua sudah tidak asing lagi dengan istilah
angin duduk. Ya, penyakit ini memiliki beragam asumsi di masyarakat sekitar. Ada pendapat
yg mengatakan bahwa angin duduk terjadi karena seseorang terlalu banyak duduk di bawah,
ada pula yang berkata bahwa angin duduk menyerang karena angin yang terperangkap di
dalam tubuh.
Sebenarnya dalam istilah medis, yang dimaksud dengan angin duduk adalah Angina
Pectoris. Angina pectoris merupakan sebuah kondisi yang ditandai dengan adanya nyeri pada
dada akibat otot-otot jantung kurang mendapat pasokan darah secara cukup. Serangan ini
sering terjadi secara tiba-tiba. Jadi, angin duduk bukan disebabkan oleh angin yang masuk ke
tubuh anda seperti yang mungkin selama ini anda pikirkan.

Bagaimana Gejala Angina Pektoris?


Seseorang yang mengalami angina akan merasakan nyeri pada dada seperti ditekan,
diremas, atau ditindih benda berat. Nyeri juga dapat menjalar hingga ke lengan kiri,
leher, rahang, dan punggung. Beberapa gejala lainnya yang dapat dialami meliputi:
 Sesak napas.
 Merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung (GERD).
 Mual.
 Pusing.
 Mudah lelah.
 Gelisah.
 Keringat berlebih.
Gejala angina pada wanita bisa berbeda, misalnya, wanita sering mengalami gejala
seperti mual, sesak napas, sakit perut, atau kelelahan ekstrim dengan atau tanpa nyeri dada.
Atau seorang wanita dapat merasakan ketidaknyamanan di leher, rahang, punggung atau
nyeri menusuk. Perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari
pengobatan.

Apa Penyebab Angina Pectoris?


Yang juga perlu anda ketahui adalah angina bukanlah merupakan sebuah penyakit. Ini
merupakan sebuah gejala dari penyakit yang berkaitan dengan jantung. Agar dapat bekerja
dengan baik, jantung membutuhkan asupan darah yang kaya akan oksigen secara cukup.
Darah untuk organ ini akan dialirkan melalui pembuluh besar yang disebut sebagai arteri
koroner.
Pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tertentu, suatu ketika arteri koroner
tersebut dapat diendapi plak seperti lemak, kolestrol, kalsium dan zat lainnya yang
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis). Kondisi ini
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih, khususnya pada saat melakukan aktifitas berat,
yang pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris.
Apa Faktor Risiko Angina Pectoris?
 Kolesterol tinggi: berpotensi menumpuk di dalam pembuluh darah. Jika ini terjadi
darah akan sulit mengalir ke dalam jantung.
 Penyakit diabetes: tingginya kadar gula darah dapat merusak dinding arteri dan
dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh.
 Hipertensi: tekanan darah tinggi dapat merusak dinding arteri atau menyebabkan
pengerasan pada pembuluh tersebut.
 Obesitas: orang dengan obesitas akan rentan mengalami sejumlah kondisi yang dapat
meningkatkan risiko terkena angina, seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.
 Merokok: dapat merusak dinding arteri dan menyebabkan penimbunan kolesterol
sehingga darah akan sulit membawa oksigen untuk diedarkan.
 Riwayat: orang yang memiliki keluarga dengan riwayat angina berisiko terkena
angina.
 Kurang berolahraga: akan rentan terhadap obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, dan
diabetes, yang akhirnya akan meningkatkan risiko terjadinya angina.
 Umur: orang yang berusia lanjut lebih berisiko terkena angina dibandingkan dengan
orang yang masih muda karena pembuluh darah akan mengeras dan kehilangan
kelenturannya seiring pertambahan usia. Terutama bagi pria, peningkatan risiko ini
dimulai pada umur 45 tahun, sedangkan pada wanita dimulai pada umur 55 tahun.

Bagaimana Diagnosis dan Pemeriksaan Angina Pectoris?


Dalam mendiagnosis angina, umumnya dokter akan awali dengan menanyakan seputar
gejala yang dialami pasien, apakah pasien memiliki keluarga berpenyakit jantung atau suka
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu kondisi tersebut, misalnya suka
mengonsumsi makan berlemak, merokok, atau mengonsumsi minum keras. Untuk makin
menguatkan diagnosis, beberapa pemeriksaan sederhana juga dapat dilakukan oleh dokter, di
antaranya pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pemeriksaan darah untuk
mengetahui kadar gula, kolesterol, serta fungsi ginjal.
Selain itu, berikut adalah pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis angina:
 Elektrokardiogram (EKG) atau rekam jantung
 Ekokardiogram atau USG jantung
 Tes ketahanan jantung (Exercise Tolerance Test).
 Skintigrafi jantung.
 Angiografi pembuluh darah koroner.
 Tes darah untuk menilai enzim jantung
Bagaimana Pencegahan Angina Pectoris?
Anda masih bisa melakukan hal-hal yang dapat membantu menunda penyempitan arteri
koroner, antara lain:
 Mengontrol tekanan darah
 Mengurangi atau membatasi makanan yang mengandung kolesterol tinggi
 Terapkan kebiasaan makan sehat, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
 Aktif secara fisik
 Mencapai atau mempertahankan berat badan yang sehat. Jika Anda kelebihan berat
badan, sebaiknya lakukan penurunan berat badan dengan cara sehat.
 Mengontrol kadar gula darah, jika Anda mempunyai diabetes
 Berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol

Kapan Harus Mencari Pertolongan ke Dokter?

Jika gejala angina yang berupa nyeri dada seperti yang telah diuraikan diatas berlangsung lebih lama
dari beberapa menit, maka curigailah serangan jantung, untuk itu segeralah mencari pertolongan
medis. Jika Anda mempunyai penyakit jantung sebelumnya, beberapa obat juga dapat Anda gunakan
untuk mencegah angina. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda mengenai keluhan anda.

Você também pode gostar