Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nim : 150711009
Dengan Cara:
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
Inspeksi
Tiap bagian tubuh dilihat: ukuran, bentuk, warna, posisi, kesimetrisan dan adanya
abnormalitas.
Saat inspeksi juga perlu mendengarkan suara dari bagian tubuh ttt tanpa bantuan alat.
Auskultasi
Palpasi
Minta pasien untuk menarik napas dalam untuk pasien yang dicurigai nyeri tekan
Kuku jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat, gunakan sentuhan perlahan
Tehnik palpasi tergantung dari bagian tubuh mana dan kondisi pasien.
Metode Palpasi:
1. Palpasi ringan; dengan jari tekan perlahan dan lembut diatas permukaan kulit ( 1 cm)
2. Palpasi dalam; untuk memeriksa keadaan organ dan massa; kulit ditekan 2,5 cm.
Hati-hati jangan sampai cedera internal
3. Palpasi bimanual; kedua tangan untuk mempalpasi dalam; satu tangan meraba dengan
releks dan tangan lainnya diletakkan diatas kulit pasien untuk menekan secara aktif.
Perkusi
Mengetok permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar
melalui jaringan tubuh.
Karakter bunyi dapat menentukan lokasi, ukuran, dan kepadatan struktur dibawah
kulit untuk mengkonfirmasi abnormalitas dari kajian palpasi dan auskultasi
Tehnik:
1. Jari tengah tangan yang tidak dominan diletakkan dipermukaan kulit yang akan
diperkusi dengan lembut (telapak tangan dan jari tidak menyentuh permukaan kulit)
2. Pukul dengan cepat menggunakan jari tengah dominan keatas jari tengah yang tidak
dominan yang sudah diletakkan diatas kulit (ayunan hanya dengan palu tangan)
Kaji riwayat medik pasien dan pelajari obat-obat yang dikonsumsi yang mungkin
berpengaruh pada TTV.
Saat terjadi perubahan kondisi pasien misalnya gelisah, penurunan kesadaran, nyeri
yang meningkat, dll.
Setiap saat jika pasien mengeluh dan adanya distress fisik non spesifik, misalnya rasa
aneh, perbedaan rasa, dll.
Pengkajian Integumen
Persiapan Pasien:
Posisi disesuaikan
Riwayat
Riwayat
Kewaspadaan: Cuci Tangan, Kenakan Sarung Tangan Untuk Memeriksa Kulit Lesi
Terbuka Atau Lesi Lembab/Basah.
Inspeksi:
warna, ukuran lesi, bentuk, lokasi, kulit pucat, edema, perhatikan sekitar lesi, balutan
dan traksi.
Palpasi kulit untuk merasakan kelembaban, edema, konsistensi, mobilitas, nyeri tekan.
Tekan secara ringan untuk memeriksa kelembutan, ketegangan dan kedalaman lesi.
Cubit dan angkat kulit punggung tangan atau lengan bawah kemudian lepaskan
untuk mengkaji turgor.
Pengkajian Kuku
Riwayat:
Trauma?
Tehnik Pengkajian
Inspeksi warna dasar kuku, ketebalan, bentuk, tekstur, kondisi jaringan sekitar kuku.
Kaji pengisian kapiler kuku: amati warna dasar kuku, genggam tangan pasien, tekan
lembut tapi cukup kuat kearah dasar kuku dan lepaskan. Amati warna dasar
kembalinya warna seperti semula berapa detik.
Rambut Dan Kulit Kepala
Alat: Pencahayaan Cukup, Sarung Tangan Digunakan Jika Ada Lesi Dan Kutu
Persiapan Pasien
Jelaskan Bahwa Ini Merupakan Bagian Pemeriksaan Seluruh Tubuh Dan Pentingnya
Untuk Memisah-Misah Rambut.
Riwayat
Tehnik Pengkajian
Inspeksi ukuran dan bentuk kepala, sebaran rambut, ketebalan, tekstur, lubrikasi
batang rambut.
Inspeksi folikel rambut kulit kepala dan daerah pubis. Perhatikan adanya kutu.
Pengkajian Mata
Bola Mata: amati adanya protrusis, gerakan mata, medan penglihatan dan visus.
Kelopak Mata:
Amati dan catat jika ada kelopak yang jatuh/terkulai (ptosis) dan masing-
masing keluasan membuka mata.
Buka kelopak mata bawah dengan cara menarik menggunakan ibu jari.
Buka kunjungtiva atas dengan cara dibalik kelopak matanya dan amati
keadaannya.
Amati apakah arah pandangan kedua bola mata lurus ataukan ada deviasi.
Lapang Pandang:
Pasien diminta melihat lurus kedepan untuk mempfokuskan pada satu titik pandang,
misalnya hidung pemeriksa.
Gerakkan jari dari samping, dekatkan ke mata pasien dan pasien diminta memberitahu
jika mulai melihat jari anda.
Periksa juga mata sebelahnya dengan cara yang sama.
Ketajaman Penglihatan/Visus
Atur tempat duduk pasien dengan jarak 5-6 cm dari kartu snelen.
Lakukan pemeriksaan mata kanan dengan cara suruh pasien membaca dari huruf
terbesar hingga huruf yang tak terbaca oleh pasien atau sampai deret huruf ke 5atau 6.
Palpasi
Caranya:
3. Lakukan palpasi pada masing-masing bola mata menggunakan kedua jari tangan kita.
Pengkajian Telinga
3. Pencahayaan gunakan, autoskop, lampu kepala atau cahaya lain yang tidak perlu
dipegangi oleh pemeriksa.
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan memegang telinga dengan jempol dan jari
telunjuk.
Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan yang lebih teliti menggunakan garputala (cara Swabach, Rinne dan
Weber) atau tes audiometri
Cara lain adalah dengan menggunakan detik arloji, yaitu pasien ditanya apakah
mendengar ketika sebuah arloji didekatkan ketelinganya.
Tes Schwabach
Garputala digetarkan dan didekatkan kepada telinga pasien hingga menurut pasien
tidak terdengar.
Pemeriksaan Rinne
Caranya:
Vibrasikan garputala
Kemudian angkat garputala dan pindahkan kedekat lubang telinga luar. Jika pasien
masih mendengar suara garputala berarti masih normal oleh karena konduksi udara
lebih baik daripada konduksi tulang.
Pemeriksaan Weber
Untuk mengetahui lateralisasi fibrasi yang dirasakan telinga kanan maupun kiri.
Normalnya kedua telinga bisa mendengar secara seimbang sehingga getaran dirasakan
ditengah-tengah kepala.
Pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi meliputi hidung bagian luar dan dalam
termasuk pemeriksaan kepatenan hidung.
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar sisi depan, samping dan
atas.Perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi.
2. Tutup satu lubang hidung dengan satu tangan pemeriksa, pasien diminta
menghembuskan udara lewat hidung yang tidak ditutup.
3. Ganti periksa lobang hidung satunya. Normalnya dapat dirasakan dengan mudah
keluarnya udara dari hidung yang tidak ditutup.
Pengkajian Mulut dan Faring
Inspeksi
4. Periksa setiap gigi dan bandingkan dengan sisi kanan, kiri, atas dan bawah.
7. Lanjutkan memeriksa faring dengan cara membuka mulut, tekan lidah kebawah dan
pasien diminta berkata “ah”. Amati kesimetrisan ovula, peradangan atau adanya lesi
di faring.
Palpasi Mulut:
Dengan hati-hati dan cegah agar tidak muntah akibat palpasi kita.
Pemeriksaan Leher
Inspeksi : diperhatikan bentuk leher, warna kulit, bentuk otot-otot leher, denyutan
vana yugularis interna, nadi arteria karotis komunis dan cabang-cabangnya, benjolan
dan kedudukan trakhea.
Bentuk leher Panjang dan ramping orang-orang ektomorf, kaheksia, tbc paru
Lebar kesamping seperti leher bunglon khas sindroma Turner, bentuk tubuh kecil
dengan hipogenesis genetalia dan alat kelamin dalam
Istmus sedikit dibawah tulang rawan krikoid, setinggi trakhea ke-2 dan ke-4
Perhatikan simetrinya.
Palpasi bimanual (dengan kedua tangan) pemeriksa dari belakang pasien. Jari
telunjuk dan tengah meraba trakhea dari atas kebawah mulai dari tulang krikoid,
kemudian meraba kesamping mulai dari garis tengah trakhea setinggi istmus.
Persiapan Alat
Stetoscope
Sphygmomanometer
Midline/pita pengukur
Penggaris: 2 buah
PEMERIKSAAN PARU
Batas bawah rongga pleura ± selebar dua iga dibawah batas paru
Percabangan trakhea terletak setinggi manumbrium sterni didepan dan setinggi diskus
intervertebralis th 4-5 dibelakang
Sebagai pedoman: sudut atas medial skapula terletak setinggi torakal 1-2, sudut
bawah medial skapula setinggi korpus vertebralis torakal 8, penonjolan jelas pada
bagian leher adalah prosesus spinosus C7
Inspeksi
Perhatikan Pula Bentuk Toraks Deformitas, Gerakan Dinding Toraks Waktu Bernapas
Bentuk Toraks
Abnormal:
Pernapasan
Normal:
Laki Dewasa: 18-22 X/M, Wanita Lebih Cepat, Anak 40 X/M, Teratur, Tambah
Cepat Bila Aktivitas Dan Emosi.
Jenis Pernapasan
Takhipnoe (cepat) aktivitas berat, tegang dan emosi sbg hal normal, tetapi jika
pada kondisi demam, penyakit paru dan jantung adalah sebagai hal yang patologis
Bradipnoe (lambat) keracunan obat barbiturat, uremia, koma DM, miksudema dan
proses desak ruang intrakranium
Cheyne Stokes: pernapasan sangat dalam, berangsur-angsur menjadi dangkal dan
berhenti sama sekali(apnoe) selama beberapa detik, kemudian timbul lagi. kondisi
gawat pada keracunan obat bius, penyakit jantung, paru, ginjal kronik dan perdarahan
SSP
Biot: pernapasan dalam dan dangkal, disertai masa apnoe yang tidak teratur. pada
kasus meningitis
Kusmaul: inspirasi sama dengan ekspirasi sama panjang dan sama kedalamannya,
sehingga seluruh pernapasan menjadi lambat dan dalam.
Gesernya tempat denyutan jantung dan gesernya letak trakhea dan mediastinum sbg
akibat proses tumor paru atau fibrosis
Penonjolan dada setempat dan berdenyut aneurisma aorta atau neoplasma yang
kaya pembuluh darah
Palpasi Toraks
Urutan:
Periksa hati-hatiterasa nyeri, panas, kulit keras, jika ditekan tambah nyeri?
Palpasi dada bagian depan, dada belakang dengan meletakkan kedua tangan hingga
kedua ibu jari tangan berada diatas sternum atau tulang belakang.
Getaran suara (vocal fremitus): getaran yang dirasakan oleh pemeriksa pada saat
kedua telapak tangan diletakkan pada dada dan pasien diminta mengucapkan kata-
kata “satu, dua, tiga”, “tujuh puluh tujuh”, “delapanpulu delapan”. Periksa seluruh
dinding toraks dan bandingkan kanan dan kiri.
1. Rongga pleura terisi air, darah, nanah, udara atau jaringan pleura menjadi tebal
2. Bronkhus tersumbat
4. Paru fibrotik
5. Kaverne paru
Perkusi
Cara: Letakkan falangs terakhir dan dan sebagian dari falangs kedua jari tengah tangan kiri
pada tempat yang akan diperkusi. Jari lainnya dan telapak tangan tidak boleh melekat pada
tempat itu. Dengan ujung jari tengah tangan kanan kita mengetuk jari tengah tangan kiri yang
diletakkan pada permukaan toraks.
Hiper resonan, y.i lebih resonan dari biasa tetapi belum spt sub timpani, suaranya
“deng-deng-deng”,
Perkusi yang kurang resonan
Pekakseperti perkusi paha. Terdapat pada rongga pleura terisi nanah/cairan, tumor
atau fibrosis
Auskultasi
Saat di auskultasi pasien harus bernapas dengan mulut terbuka secara teratur dan
cukup dalam tetapi tidak boleh bersuara.
Vesikuler : pada jaringan paru yang sehat antara inspirasi dan ekspirasi tidak
terputus.
S.n vesikuler yang tidak normal lemah atau sama sekali tak terdengar
Resonan hampir tak terdengar atau sama sekali hilang cairan dalam rongga pleura
Ronkhi: Suara Yang Terjadi Pada Bronkhi Karena Penyempitan Lumen Bronkhus.
Terdengar Sebagai Suitan Nada Tinggi Atau Nada Rendah Menderu.
Krepitasi: Seperti hujan rintik-rintik, berasal dari bronkhus, alveoli, atau kavitasi
dalam paru yang mengandung cairan, atau pergesekan membran pleura.
PEMERIKSAAN KARDIOVASKULER TORAKS
Inspeksi
Denyut Apeks JantungPs Berbaring/Duduk. Orang Sehat Tampak Pada Sela Iga Ke
5 Kiri (± 7-9 Cm Dari Grs Midsternum). Anak2 Pada Sela Iga Ke 4.Perhatikan
Adanya Pergeseran
Palpasi Prekordium
Perkusi Prekordium
Meneliti adanya efusi prekordium dan aneurisma aorta daerah redup melebar.
Auskultasi Jantung
BJ 3 terdengar samar setelah BJ 2akibat getaran otot2 papilaris dan khorda tendine
katup mitralis dan trikuspidalis waktu terisi dara yang masuk dengan deras
BJ 4 tidak terdengar.
Bising Jantung
Adalah suara yang dibangkitkan oleh pusaran abnormal aliran darah dalam jantung
dan pembuluh darah
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
Kekeliruan dalam urutan akan berpengaruh pada gerakan dan suara peristaltik.
Inspeksi Perut
PERMUKAAN PERUT: kulit tegang, licin, tipis, tebal, kuning, adanya pelebaran
pembuluh vena
Auskultasi Abdomen
Untuk memeriksa:
Lakukan Pemeriksaan Diseluruh Kawasan Abdomen Dengan Cermat Dengan Waktu Yang
Cukup ( 1-3 Menit)
Perkusi Abdomen
Menentukan: pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan bebas dalam rongga
perut
Daerah pekak hepar bisa menghilang, jika ada udara bebas di dalam rongga abdomen
Shifting dullnespekak alih jika cairan bebas tidak memenuhi rongga abdomen
Palpasi Abdomen
Berbaring terlentang, bernapas tenang dengan mulut terbuka, pasien diajak bercakap-
cakap atau menekuk tungkainya kearah lutut (untuk memeriksa perut bagian atas).
Untuk perut bagian bawah tungkai pasien diluruskan
Diperhatikan: tempat yang nyeri, bagian perut yang tegang, organ didalam perut,
cairan bebas dalam perut, palpasi lubang hernia
Pemeriksaan Ekstremitas
Meliputi:
Inspeksi
Palpasi
Uji sensibilitas
Refleks
Inspeksi kulit
Ikhterus, sianosis ujung jari tangan dan kaki, purpura/ptekhie, bercak merah,
perubahan warna kulit setempat, kulit atrofik, rambut kulit, kuku.
Bentuk anggota gerak: bahu, siku, tangan, panggul, lutut, tungkai bawah dan
kaki.Berbagai penyakit akan mengakibatkan perubahan bentuk pada organ tersebut.
b. Mata :
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil, kornea,
konjungtiva, sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
c. Hidung :
- Amati posisi septum nasi
- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa, sekret dan adanya
polip, kalau perlu gunakan spekulum
- Amati adanya pernafasan cuping hidung
d. Telinga
- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga dan ketegangan daun
telinga
- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda asing, membran
timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan telinga, belakang telinga
- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan memakai garpu tala
e. Mulut dan faring :
- Amati keadaan bibir
- Amati warna bibir
- Amati keadaan gusi dan gigi
- Amati keadaan lidah
- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau perlu menggunakan
spatel lidah)
f. Leher :
- Amati dan raba posisi trakea
- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid
- Amati dan raba bendungan vena jugularis
- Raba nadi karotis
- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra klavikula
8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku
a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan
b. Amati warna kulit
c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan turgor
d. Amati bentuk dan warna kuku
e. Amati warna telapak tangan
f. Cek CRT ( 21apillary refill time )
9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)
a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya perubahan warna,
pembengkakan dan luka
b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret
c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak
10. Lakukan pemeriksaan thorak bagian depan :
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada, adanya retraksi
interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid klavikula kiri
e. Lakukan perkusi dada
f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial, bronkovesikuler dan
vesikuler
g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales, pleural
friction rub
h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung tambahan
(kalau ada)
i. Auskultasi bising jantung/murmur
11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada, adanya retraksi
interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Lakukan perkusi dada
e. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial, bronkovesikuler dan
vesikuler
f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales, pleural
friction rub
12. Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran pembuluh darah pada
abdpmen
b. Auskultasi bising usus
c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites
d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor
e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
g. Palpasi titik Mc,. Burney
h. Palpasi adanya retensio urine
i. Palpasi massa feses
13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya (bila perlu) :
a. Genetalia pria
- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar pubis, kelainan kulit
penis dan skrotum, lubang uretra
- Raba adanya benjolan atau kelainan pada penis, skrotum dan testis
b. Genetalia wanita
- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian dalam labio mayora
dan labio minora, klitoris, lubang uretra dan perdarahan
- Raba daerah inguinal
c. Anus
- Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir), kelainan pada
anus, perineum, benjolan, pembengkakan
- Raba adanya nyeri
14. Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :
a. Inspeksi kesimetrisan otot
b. Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang belakang,
ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahui adanya lordosis,
khyposis dan skoliosis
c. Amati ROM dan gaya berjalan
d. Palpasi adanya oedem
e. Uji kekuatan otot
f. Amati adanya kelainan pada ekstremitas
15. Lakukan pemeriksaan neurologi :
a. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow
Coma Scale)
b. Periksa tanda rangsangan menineal/otak : adanya sakit kepala, kaku
kuduk, muntah, kejang, penurunan kesadaran dan febris
c. Periksa fungsi motorik : ukuran otot, gerakan yang tidak disadari
d. Periksa fungsi sensorik :
- Anjurkan klien menutup mata, usapkan kapas pada wajah, lengan
dan tungkai. Tanyakan respon klien
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan peniti atau benda tajam
yang lain pada kulit. Anjurkan klien mengatakan tajam, tumpul atau
tidak tahu.
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan tabung berisi air hangat
dan dingin. Anjurkan klien mengatakan panas, dingin atau tidak
tahu.,
e. Periksa saraf kranialis :
- Nervus Olfaktorius : Anjurkan klien menutup mata dan anjurkan
klien mengidentifikasi bau yang diberikan
- Nervus Optikus : Gunakan Snellen chart pada jarak 5 meter dan
periksa lapang pandang klien dengan menyalakan sebuah benda
yang bersinar dari samping belakang ke depan
- Nervus Oculomotorius : Tatap mata klien dan anjurkan klien untuk
menggerakkan mata dari dalam ke luar dan dengan menggunakan
lampu senter uji reaksi pupil dengan memberi rangsangan sinar ke
dalamnya.
- Nervus Trochlearis : Anjurkan klien melihat ke bawah dan
kesamping dengan menggerakkan tangan pemeriksa.
- Nervus Trigeminus :
Cabang dari optalmikus : Anjurkan klien melihat ke atas, dengan
menggunaka kapas sentuhkan pada kornea samping untun melihat
refleks kornea. Untuk sensasi kulit wajah, usapkan kapas pada dahi
dan paranasalis klien
Cabang dari maksilaris : Sentuhkan kapas pada wajah klien dan uji
kepekaan lidah dan gisi
Cabang dari mandibularis : Anjurkan klien untuk menggerakkan atau
mengatupkan raqhangnya dan memegang giginya. Untuk sensasi
kulit wajah, sentuhkan kapas pada kulit wajah
- Nervus Abdusen : Anjurkan klien melirik ke samping kiri kanan
dengan bantuan tangan pemeriksa
- Nervus Facialis : Anjurkan klien tersenyum, mengangkat alis,
mengerutkan dahi. Dengan menggunakan garam dan gula, uji rasa
2/3 lidah depan klien.
- Nervus Auditori : Gunakan garputala untuk menguji pendengaran
klien
- Nervus Glossopharingeal : Anjurkan klien berkata”ah ” untuk
melihat refleks, anjurkan klien untuk menggerakkan lidah dari sisi ke
sisi, atas ke bawah secara berulang-ulang
- Nervus Vagus : Anjurkan klien berkata ” ah” , observasi gerakan
palatum dan faring, perhatikan kerasnya suara
- Nervus Ascesorius : Anjurkan klien utuk menggeleng dan menoleh
ke kiri, kanan dan anjurkan klien mengangkat salah satu bahunya
keatas dengan memberi tekanan pada bahu tersebut, Amati
kekuatannya
- Nervus Hipoglosal : Anjurkan klien un tuk menjulurkan dan
menonjolkan lidah pada garis tengah kemudian dari sisi ke sisi
16. Lakukan pemeriksaan refles fisiologis :
a. Reflek Biseps : Posisikan lengan klien dalam fleksi pronasin pegang
siku dan lakukan perkusi pada insertio muskulus biseps brachi.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Triseps : Fleksikan lengan klien pada siku dan letakkan
tangan klien pada lengan bawah pemeriksa. Lakukan perkusi pada
insertio muskulus triseps brachi. Perhatikan reaksi/gerakan yang
terjadi.
c. Reflek Patella : Atur tungkai klien semifleksi dan terayun. Lakukan
perkusi pada tendo patella. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Brachiradialis : Letakkan lengan bawah klien pada
abdomen atau samping lengan kliendengan rileks. Lakukan perkusi
pada radius 2-5 cm dari pergelangan. Perhatikan reaksi/gerakan yang
terjadi.
e. Reflek Pektoralis : Atur lengan klien semi abduksi. Lakukan
perkusi pada lipatan tendon anterior aksila.
f. Reflek fleksor jari-jari : Pegang pergelangan tangan klien, ajurkan
rileks. Letakkan jari pemeriksa di atas jari klien. Lakukan perkusi di
atas jari pemeriksa. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
g. Reflek Achiles : Tumit dalam keadaan rileks dan kaki lurus.
Lakukan perkusi pada tendon achiles. Perhatikan reaksi/gerakan
yang terjadi.
17. Lakukan pemeriksaan refleks patologis :
a. Reflek Babinski : Lakukan penggoresan pada telapak kaki dengan
menggunakan benda tumpul. Dari belakang menyusuri bagian lateral
dan menyeberang ke medial menuju ibu jari kaki. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Chaddock : Lakukan penggoresan dengan menggunakan
benda tumpul pada tepi kaki mulai dari maleolus lateralis menuju
kelingking. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Schaeffer : Lakukan penekanan pada tendon achiles.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Gordon : Lakukan penekanan pada muskulus
gastroknemius. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Bing : Lakukan penggoresan secara nerulang-ulang pada
bagian lateral/sisi luar kali. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
f. Reflek Gonda : Tariklah jari-jari kaki dengan cepatdan hati-hati
mulai dari kelingking. Perhatikan reaksi yang terjadi pada ibu jari
kaki.
18. Rapikan klien
19. Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan
20. Cuci tangan
21. Catat hasil pemeriksaan
Tingkat Kesadaran
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-
M dan selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS
normal adalah 15 yaitu E V M dan nilai GCS terendah adalah 3 yaitu E V M . Berikut
beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) : Apatis
Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma
Beberapa kondisi yang membuat seseorang menurun tingkat kesadarannya, seperti
stroke, stroke ringan, cedera kepala, pendarahan otak, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
4. Priguna Sidharta, Pemeriksaan Klinis Umum, PT Dian Rakyat, Cetakan ketiga, 1983