Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Muhammad Kemal sebagai Pa Toba
Abiradi sebagai Samosir
Septira sebagai Putri
Intan sebagai Ibu Toba
Bestalia sebagai Perempuan 1
Melly sebagai Perempuan 2
Dara sebagai Masyarakat 1
Wildan sebagai Masyarakat 2
Raden Prima sebagai Suara Gaib
Tiara sebagai Narator
Tapi batuk dan sesak napas yang dialami ibu semakin parah, tadinya batuk
biasa menjadi batuk darah.
Toba : “Tidak ibu, ibu sangat kesakitan.”
Ibu : “Anakku tolong ambilkanlah minum untuk ibu, napas ibu sangat sesak.”
Toba : “Baik ibu (sambil membawa air minum). Ini bu.”
Ibu : “Anakku ibu sudah tidak tahan lagi, mungkin ajal ibu sudah dekat.”
Toba : “Ibu jangan tinggalkan Toba sendiri disini.”
Ibu : “Anakku kau harus bisa hidup tanpa ibu, kau kan kuat? Kau anak ibu yang
paling
berani. Hiduplah dengan baik.”( Ibu Toba pun meninggal dunia)
Kini dia hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya
tidak luas. Di suatu pagi yang cerah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”
Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kail tersebut bergoyang-goyang lalu
ia segera menarik kailnya.
Toba :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini juga
indah sekali.
Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Pasti nikmat sekali bila ku
makan nanti.
Toba mencari kayu bakar untuk membakar ikan yang ditangkapnya hari ini.
Ikannya pun dia simpan di dapur. Ketika ia sedang mencari kayu bakar, tiba-
tiba ikan yang ditangkap oleh Toba berubah menjadi seorang gadis yang
cantik jelita, Toba pun datang dengan membawa kayu bakar. Toba terkejut
ketika melihat ikan di ember tidak ada.
Toba : “Aduh dimanakah ikan besar cantik nan rupawan itu, apakah dia di makan
kucing?”
Putri :Tunggu, kau jangan memakan ku. Aku bersedia menemanimu asal aku tidak
kau
makan.
Toba :”Siapa yang bicara itu?.”
Putri : “Jangan takut pak, aku juga manusia sama seperti engkau. Aku sangat
berutang budi
padamu karena kau telah menyelamatkanku dari kutukan Sang Dewata.
Aku bersedia
menjadi istrimu.”
Toba : “Benarkah?”
Putri : “Tentu saja.”
Toba : “Namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku sudah tak sabar ingin
memberitahukan
bahwa kau akan menjadi istriku.”
Putri : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku. Aku
mohon kau tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan, karena jika
masyarakat itu tau akan hal tersebut pasti akan terjadi bencana besar yang
melanda desa ini.
Toba : “Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita pulang.”
Saat mereka memasuki kampung Pa Toba, ada beberapa orang yang tidak
suka akan kehadiran Putri.
Perempuan 1 : “Hei inang, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa
pulang seorang cewe. Uh..bodinya mantap.”
Perempuan 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau
kan tau si Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”
Perempuan 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Perempuan 2 : “Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku melihatnya.”
Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan
perasaan tak bersalah, Samosir pun pulang dan melanjutkan permainannya.
Bapanya yang sudah kepanasan dan kelaparan menunggu memutuskan untuk
pulang. Sesampainya di rumah.
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
Toba : (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi) “ Samosir! Kau
kemanakan semua makanan masakan Ibu kau?”
Samosir : “Sudah Samosir habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan
makanan bapa aku memakannya, karena perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)
Setelah mendengar suara gaib, seketika itu juga Samosir dan Putri lenyap
tanpa jejak dan bekas. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan turun hujan yang
sangat deras disertai petir.
Masyarakat 1 : “ Ada apa ini?”
Masyarakat 2 : “ Aku tidak tahu, !”
Masyarakat 1 : “Tidak biasanya hujan deras seperti ini.”
masyarakat 2 :”Aku rasa akan terjadi bencana yang sangat dasyat menimpa desa
kita”
Masyarakat 1 : “Ya benar, lama kelamaan desa kita akan tenggelam. Ayo kita pergi
ke tempat yang lebih tinggi.”
Masyarakat 2:” Ayo.”
Masyarakat 1: “Tapi semuanya telah sia-sia, kita sudah terlambat sungai di desa
kita akan meluap dikarenakan hujan deras ini. tak lama lagi, air sungai di desa kita
akan menggenangi desa ini.”
Akhir cerita, setibanya Putri di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Putri kemudian melompat
ke dalam sungai. Ia berubah menjadi seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa
menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan,
genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar.
Di kemudian hari, orang-orang menyebutnya Danau Toba dan pulau kecil yang
berada di tengah-tengahnya dinamai Pulau Samosir.