Você está na página 1de 13

A.

Struktur Asam Amino

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang
terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon 𝛼 dari posisi
gugus –COOH.
Rumus umum untuk asam amino ialah

R – CH – COOH
I
NH2

Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon 𝛼 ialah atom karbon asimetrik,
kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifst memutar
bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optic. Rumus molekul dapat digambarkan dengan
model bola dan batang atau dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom karbon itu
asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. hal ini dapat
dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida.

Model bola dan batang rumus Fischer

L-serin D-gliseraldehida
L-serin D-gliseraldehida

Molekul asam amino dikatakan mempunyai konfigurasi L, apabaila gugus –NH2 terdapat
disebelah kiri atom karbon 𝛼. Bila posisi gugus –NH2 disebenlah kanan, molekul asam amino
itu mempunyai konfigurasi D. Hal ini seperti konfigurasi D-gliseraldehid yang mempunyai
gugus –OH disebelah kanan atom karbon asimetrik. Dalam hal ini gugus –COOH pada
molekul asam amino ditempatkan di sebelah atas seperti posisi gugus –CHO pada molekul
gliseraldehida. Asam-asam amino yang terdapat pada protein umumnya mempunyai
konfigurasi L. asam amino yang mempunyai konfigurasi D dapat diperoleh dari organisme
mikro, misalnya D- asam glutamate dari bacillus anthracis, D-alanin terdapat pula dalam
dinding sel bakteri. D-asam amino dapat pula diperoleh sebagai hasil hidrolisis antibiotic
gramisidin atau basitrasin. Konfigurasi asam amino tidak ada hubungannya dengan arah
putaran cahaya terpolarisasi.

Terdapat 20 macam asam amino yang digunakan dalam sintesis protein. Penamaan asam
amino dapat disingkat menjadi tiga huruf atau satu huruf. Dalam banyak protein, sebagian
asam amino mengalami modifikasi setelah masuk menjadi bagian protein. Misalnya dalam
kolagen, gugus hidroksil ditambahkan pada residu prolin sehingga menghasilkan residu
hidroksiprolin.
Asam amino dikelompokkan menurut sifatnya, yakni polar atau nonpolar, aromatic atau
alifatik, atau asam atau basa. Asam amino aromatic dapat menyerap cahaya ultraviolet.
Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasinya dalam larutan. Hokum
Lambert-Beer menyatakan bahwa absorbansi sinar dengan panjang gelombang tertentu
oleh suatu substansi dalam larutan adalah proporsional dengan konsentrasinya, C (molL-1)
dan panjang jalur sinar, I (cm) dalam larutan.

𝐴 = 𝜀𝐶𝑙

Dengan A merupakan absorbansi larutan dan 𝜀 adalah koefisien absorbansi molar. Absorban
didefinisikan sebagai logaritma dari rasio intensitas sinar (Io) terhadap intensitas sinar yang
ditransmisikan (I).

𝐼0
𝐴 = 𝑙𝑜𝑔10
𝐼

Banyak asam amino yang terlibat dalam metabolism, tetapi tidak ditemukan dalam protein.
Misalnya 𝛽-alanin, -OOC-CH2-CH2-NH3+ , yang merupakan intermediet dalam sintesis vitamin
B asam pantotenat. 𝛽-alanin tidak ditemukan dalam protein. Meskipun asam amino yang
terdapat dialam kebanyakan memiliki konfigurasi L, namun beberapa asam amino
berkonfigurasi D ditemukan dalam antibiotic tertentu serta dalam dinding sel beberapa
bakteri.
B. Sifat-sifat Asam Amino

Asam-asam amino dalam protein seluruhnya merupakan asam 𝛼-amino, yakni baik
gugus amino, baik gugus amino maupun gugus karboksil keduanya mengikat atom
karbon yang sama yaitu atom karbon 𝛼. Atom karbon 𝛼 merupakan pusat kiral,
sehingga asam amino memiliki aktivitas optik (kecuali bila rantai samping adalah
atom H). Semua asam amino yang ditemukan dalam protein memiliki konfigurasi L.
Terdapat 20 macam asam amino yang digunakan dalam sintesis protein. Penamaan
asam amino dapat disingkat menjadi tiga huruf atau satu huruf. Dalam banyak
protein, sebagian asam amino mengalami modifikasi setelah masuk menjadi bagian
protein. Misalnya dalam kolagen, gugus hidroksil ditambahkan pada residu prolin
sehingga menghasilkan residu hidroksiprolin.
Asam amino dikelompokkan menurut sifatnya, yakni polar atau non polar, aromatik
atau alifatik, asam atau basa. Asam amino aromatik dapat menyerap cahaya
ultraviolet, kemampuan ini dimanfaatkan untuk menentukan kosentrasinya dalam
larutan. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa absorbansi sinar dengan panjang
gelombang tertentu oleh suatu substansi dalam larutan adalah proporsional dengan
konsentrasinya, C (molL-1) dan panjang jalur sinar, 1 (cm) dalam larutan.

𝐴 = ℰ𝐶𝑙

Dengan A merupakan absorbansi larutan dan ℰ adalah koefisien absorbansi


molar.absorbansi didefinisikan sebagai logaritma dari rasio intensitas sinar (lo)
terhadap intensitas sinar yang ditransmisikan (l).

𝐼0
𝐴 = log10
𝐼

Banyak asam amino yang terlibat dalam metabolisme, tetapi tidak ditemukan, tetapi
tidak ditemukan dalam protein. Misalnya 𝛽-alanin, OOC-CH2-CH2-NH3+, yang
merupakan intermediet dalam sintesis protein B asam pantotenat. 𝛽-alanin tidak
ditemukan dalam protein. Meskipun asam amino yang terdapat dialam kebanyakan
memiliki konfigurasi L, namun beberapa asam amino berkonfigurasi D ditemukan
dalam antibiotik tertentu serta dalam dinding sel beberapa bakteri.

Sifat Asam-Basa dari asam amino

Asam amino merupakan senyawa amfoter,yakni memiliki gugus asam dan juga gugus
basa. Karena itu, asam amino dapat membawa muatan listrik total yang tergantung
pada sifat larutannya. Muatan yang dibawa suatu molekul mempengaruhi interaksinya
dengan molekul lain. Sifat ini dimanfaatkan untuk isolasi dan pemurnian asam amino
maupun protein.

Air merupakan pelarut biologis utama. Sifat Asam-Basa molekul terlarut berkaitan
erat dengan disosiasi air. Air merupakan elektrolit lemah yang bisa terdisosiasi
menjadi proton dan ion hidroksil. Dalam proses disosiasi air, proton berikatan dengan
molekul air lainnya yang berikatan (ikatan hidrogen) sehingga membentuk ion
hidronium (H3O+):

H H H
+ -
OH
O H O
Ke
O H +
H H

Dalam air murni bersuhu 250C terdapat 1,0 x 10-7 mol L-1 H3O+ dan ion OH- dengan
konsentrasi ekuivalen. Protein tidak berada dalam keadaan “telanjang” didalam air
karena proton memiliki afinitas tinggi untuk molekul air. Tetapi untuk tujuan
penyederhanaan, proton dalam air seringkali ditulis sebagai H+.

Proses disosiasi air merupakan proses kesetimbangan yang berlangsung sangat cepat,
dengan tetapan kesetimbanagan yang berlangsung sangat cepat, dengan tetapan
kesetimbangan ditulis seperti berikut.

Untuk larutan encer, aktivitas. (a) air dianggap konstan mendekati 1,0 dan aktivitas
zat terlarut merupakan konsentrasinya. Dengan demikian, dapat ditulis suatu tetapan
praktis, Kw, yakni produk ionik dari air:

Kw = [H3O+].[OH-]
Atau sering juga ditulis Kw = [H+].[OH-], dengan mengabaikan hidrasi proton.

Air murni pada suhu 250C memiliki Kw = 10-14. Karena dalam air murni [H+] = [OH-],
maka

[H+] = √10−14 = 10-7 mol L-1

Dalam larutan asam, [H+] lebih tinggi dan [OH-] lebih rendah karena produk ionik
adalah konstan. Nilai Kw tergantung pada suhu, misalnya pada 370C Kw = 2,4 x 10-14.

Seorang ahli kimia Denmark, S.P.L Sorensen mendefinisikan pH (potentia


Hydrogenii) sebagai:

pH = -log 10 [H+]

pada larutan netral, [H+] = [OH-], dan untuk air murni pada 250C maka

pH = -log 10 (10-7) = 7,0

Air destilasi yang biasa dipakai dalam laboratorium tidak terlalu murni.sejumlah kecil
CO2 yang terlarut dalam air akan membentuk asam karbonat. Sehingga meningkatkan
konsentrasi ion hidrogen sampai sekitar 10-5 mol L-1. Karena itu air destilasi memiliki
PH sekitar 5.

Suatu asam adalah senyawa yang dapat menyumbangkan proton pada senyawa lain
(menurut definisi bronsted). Senyawa CH3COOH adalah suatu asam, yang bernama
asam asetat. Ketika dilarutkan dalam air, gugus karboksil pada asam asetat tidak
terdisosiasi sempurna. Karena itu asam asetat termasuk sebagai asam lemah. Reaksi
disosiasi asam lemah bertipe HA dalam air adalah.

Maka, reaksi disosiasi untuk asam asetat adalah.

HA + H2O A- + H3O+

CH3COOH + H2 O CH3COO- + H3O+


Donor H+ Aseptor Basa Asam
(asam) H+ (basa) konjugasi konjugasi
Pemberian dan penerimaan proton merupakan proses dua arah. Ion H3O+ yang
terbentuk dapat mendonorkan proton kembali pada ion asetat untuk membentuk asam
asetat. Hal ini berarti ion H3O+ dapat dianggap sebagai asam dan ion asetat dapat
dianggap sebagai basa. Karena itu asetat disebut basa konjugasi dari asam asetat.

Proses asosiasi dan disosiasi diatas membentuk suatu kesetimbangan dan larutan akan
memiliki konsentrasi H3O+ yang lebih besar daripada dalam air murni. Karena itu
larutan ini akan memiliki pH dibawah 7,0.

Tetapan disosiasi asam Ka adalah ukuran kekuatan suatu asam.

Untuk asam asetat

Dengan a merupakan aktivitas termodinamika dari zat kimia tersebut.

Dalam larutan encer, konsentrasi air sangat mendekati konsentrasi air murni. Menurut
konvensi, aktifitas air murni adalah 1,0. Selanjutnya, aktivitas zatterlarut dalam
larutan encer dapat diperkirakan dari konsentrasi zat tersebut. Untuk itu, persamaan
untuk tetapan disosiasi asam dapat ditulis sebagai berikut.

[H+] = √10−14 = 10-7 mol L-1


[𝐻 + ][𝐴− ]
Ka = [𝐻𝐴]

Untuk asam asetat, persamaan ini menjadi

[𝐻 + ][𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂− ]
Ka =
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]

Semakin besar nilai Ka maka semakin besar pula kecendrungan asam tersebut untuk
melepaskan proton, yang berarti asam semakin kuat.

Dengan cara yang sama seperti pH, Ka dapat ditulis

pKa = -log Ka
semakin rendah nilai pKa suatu senyawa kimia maka semakin tinggi nilai Ka, yang
berarti senyawa tersebut makin kuat sifat asamnya.

Suatu basa adalah senyawa yang dapat menerima protondari suatu asam. Ketika
metilamin (CH3-NH2) dilarutkan dalam air, senyawa tersebut menerima proton dari
air sehingga meningkatkan konsentrasi OH- dan pH menjadi semakin tinggi.

CH3-NH2 + H2O CH3-NH3+ + OH-


Asam Basa Asam Basa
konjugasi konjugasi

Sama seperti pada asam asetat, dengan naiknya konsentrasi OH- maka reaksi
sebaliknya menjadi lebih signifikan sampai akhirnya proses tersebut mencapai
kesetimbangan. Persamaan untuk tetapan kebasaan Kb,dapat ditulis sebagai berikut:

[𝐶𝐻3 −𝑁𝐻3+ ][𝑂𝐻 − ]


Kb =
[𝐶𝐻3 −𝑁𝐻2 ]

Akan tetapi, penggunaan tetapan Kb dapat membingungkan karena kita harus


menjaga dua macam tetapan, Ka dan Kb. Kesetimbangan kimia merupakan proses dua
arah, karena itu lebih mudah bila mengukur kebasaan dari sudut pandang asam
konjugasi. Artinya, asam konjugasi ini dianggap mendonorkan proton pada air:

CH3-NH3+ + H2O CH3-NH2 + H3O+


[𝐶𝐻3 −𝑁𝐻2 ][𝐻3 𝑂+ ]
Ka =
[𝐶𝐻3 −𝑁𝐻3+ ]

Ka dan Kb memiliki hubungan sebagai berikut:

C. Penggolongan Asam Amino

Asam Amino

Asam amino penyusun protein dapat digolongkan berdasarkan berbagai kategori.


Berdasarkan komposisi kimia gugus R, asam amino dapat digolongkan menjadi asam
amino alifatik (glisin=Gly=G, alanin=Ala=A, valin=Val=V, Leusin=Leu=L,
isoleusin=Ile=I), asam amino hidroksil (serin=Ser=S, treonin=Thr=T), asam amino
sulfur (sistein=Cys=C, metionim=Met=M), asam amino aromatik
(fenilalanin=Phe=F), tirosin=Tyr=Y, triptofan=Trp=W) asam amino asam (asidik =
amida netral) (asam aspartat=Asp=D, asparagin=Asn=N, asam glutamat=Glu=E,
glutamin=Gln=Q), asam amino basa (arginin=arg=R, histidin=His=H, lisin=Lys=K)
dan asam amino imino (prolin=Pro=P).
Asam amino protein dapat juga digolongkan menurut polaritas molekulnya, yaitu
asam amino polar dengan gugus R polar (C-O, C-N, dan O-H) seperti glisin, sistein,
asam glutamat, serin, tirosin, treonin, asam aspartat, asam glutamat, glutamin,
histidin, arginin, asparagin, dan lisin serta golongan asam amino dengan gugus R non
polar (C-C, C-H) seperti valin, alanin, leusin, metionin, prolin, isoleusin, fenilalanin,
triptofan. Berdasarkan sifat ionik gugus R-nya asam amino dapat digolongkan dalam
kelompok asam amino asam (gugus R-nya dapat bermuatan negatif), seperti asam
aspartat, asam glutamat, sistein dan tirosin; kelompok asam amino basa (gugus R-nya
dapat bermuatan positif) seperti arginin, histidin dan lisin dan kelompok asam amino
netral (gugus R-nya selalu tidak bermuatan) seperti: glisin, leusin, fenilalanin,
asparagin, alanin, isoleusin, serin, glutamin, valin, metionin, treonin, triptofan dan
prolin.
Asam-asam amino penyusun protein dapat juga digolongkan berdasarkan kemampuan
sintesis tubuh manusi dan hewan (tumbuhan mampu mensintesis semua asam amino)
yaitu asam amino non-esensial (alanin, prolin, glisin, serin, sistein, tirosin, asparagin,
glutamin, asam aspartat dan asam glutamat) dan asam amino esensial (arginin, untuk
anak-anak, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan
dan valin).

D. Tehnik Pemisahan Asam Amino

E. Peptida

Dalam molekul peptide, asam-asam 𝛼-amino dihubungkan secara linear. Gugus 𝛼-karboksil
pada satu asam amino dihubungkan dengan gugus 𝛼-amino pada asam amino berikutnya
melalui suatu ikatan amida yang dikenal sebagai ikatan peptida. Pembentukan unit peptida
bentuk trans lebih disukai dibanding bentuk Cis, karena bentuk cis memiliki efek sterik.
Panjang-panjang ikatan pada unit peptide adalah sebagai berikut.

Ikatan peptide terbentuk oleh reaksi kondensasi, yang memerlukan pemasukan energy:

Pembentukan ikatan-ikatan peptide dalam membentuk suatu rangkaian protein tertentu


membentuk suatu pola sebagai berikut:
Hidrolisis ikatan peptide untuk melepaskan asam-asam amino merupakan proses spontan,
tetapi biasanya berlangsung sangat lambat dalam larutan netral.

Penamaan peptide dimulai dengan asam amino yang memiliki 𝛼-NH3+ bebas (ujung N)
dengan menggantikan akhiran –in menjadi –il (kecuali asam amino yang terakhir). Asam
amino dalam suatu peptide disebut sebagai residu, karena asam-asam amino ini adalah
residu yang tertinggal setelah hilangnya air selama pembentukan ikatan peptida.

Cara membedakan antara dipeptida glisilalanin dan alanilglisin adalah dengan cara
penamaan peptida dimulai dari ujung amino. Dengan demikian, glisilalanin memiliki gugus
𝛼-amino bebas pada residu glisin, dan gugus karboksil bebas pada residu alanine. Glisilalanin
dan alanilglisin merupakan contoh isomer urutan, yakni terdiri atas asam-asam amino yang
sama tetapi tersusun dalam urutan yang berbeda.

Senyawa yang terdiri atas dua molekul asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide
disebut sebagai dipeptide; sedangkan yang terdiri atas tiga asam amino disebut tripeptide;
dan seterusnya. Oligopeptide mengandung beberapa residu asam amino, sedangkan
polipeptida mengandung sejumlah besar asam amino. Polipeptida alami yang terdiri atas 50
residu atau lebih disebut sebagai protein.

F. Struktur Protein, Sifat-sifat Protein

Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi,
dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein
mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi
ada juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang tidak larut
dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih
telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi.

Struktur

Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan
kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam
molekul protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptide, maka struktur
primer protein juga menunjukkan ikatan peptide yang urutannya diketahui. Untuk
mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.

Gambar 4-6 menunjukkan struktur primer enzim ribonuclease yang berasal dari cairan
pancreas.

Pada rantai polipeptida terdapat banyak gugus >C=O dan gugus >N – H. Kedua gugus ini
dapat berikatan satu dengan yang lain karena terbentuknya ikatan hydrogen antara atom
oksigen dari gugus >C = O dengan atom hydrogen dari gugus >N – H. Apabila ikatan
hydrogen ini terbentuk antara gugus-gugus yang terdapat dalam suatu rantai polipeptida,
akan terbentuk struktur heliks seperti tampak pada gambar 4-7.

Ikatan hydrogen ini tampak pula terjadi antara dua rantai polipeptida atau lebih dan akan
membentuk konfigurasi 𝛼 yaitu bukan bentuk heliks tetapi rantai sejajar yang berkelok-
kelok dan disebut struktur lembaran berlipat (pleated sheet structure).

Ada dua bentuk lembaran berlipat, yaitu bentuk parallel dan bentuk anti parallel. Bentuk
parallel terjadi apabila rantai polipeptida yang berikatan melalui ikatan hydrogen itu sejajar
dan searah, sedangkan bentuk anti parallel terjadi apabila rantai polipeptida berikatan
dalam posisi sejajar tetapi berlawanan arah. (Gambar 4-8 dan 4-9). Struktur alfa heliks dan
lembaran berlipat merupakan struktur sekunder protein.

Struktur tersier menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk ikatan atau gulungan,


dan dengan demikian membentuk struktur yang lebih kompleks. Struktur ini dimantapkan
oleh adanya beberapa ikatan antara gugus R pada molekul asam amino yang membentuk
protein.

Beberapa jenis ikatan tersebut misalnya (a) ikatan elektrostatik, (b) ikatan hydrogen, (c)
interaksi hidrofob antara rantai samping non polar, (d) interaksi dipol-dipol dan (e) ikatan
disulfide yaitu suatu ikatan kovalen (lihat gambar 4-10).

G. Penggolongan Protein

1. Protein
Sementara itu golongan polipeptida protein dijumpai dalam jumlah banyak di
alam. Karena banyaknya jumlah protein dengan komposis, urutan asam amino,
dan struktur tiga dimensi yang berbeda sehingga molekul protein tidak dapat
digolongkan secara sistematis seperti karbohidrat dan lipid yang didasarkan atas
kemiripan struktur. Bebrapa cara penggolongan dilakukan atas dasar beberapa
criteria, yaitu: fungsi, kelarutan, konformasi, dan sebagainya.
Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan: (ribonuklease, tripsin), protein
transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein), protein nutrient
dan penyimpan (gliadin=gandum, ovalbumin=telur, kasein=susu, feritin), protein
kintraktil 9aktin, myosin, tubulin, dynein) protein structural (keratin, fibroin,
kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung ( antibody, fibrinogen,
thrombin, toksin botuluni, toksin difteri, bisa ular, risin), protein pengatur (insulin,
hormone tumbuh, kortikotropin, represor).
Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi menjadi
albumin, globulin, prolamin, dan glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan
berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini,
terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat) dan protein globular.
Protein serat mempunyai konformasi yang terikat silang secara lateral oleh
beberapa jenis ikatan. Protein dengan konformasi ini sering dimanfaatkan sebagai
elemen structural jaringan karena mempunyai sifat fisik kuat dan tak larut dalam
air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan suter. Protein globural
merupakan protein biologis aktif yang umum dalam system kehidupan. Protein ini
berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globural biasanya memiliki
struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody. Protein terperinci
golongan protein ini dapat disajikan di bawah ini.
a. Protein Serat
Ciri khas protein serta adalah memiliki beberapa rantai polipeptida yang
dihubungkan oleh berbagai ikatan silang, konfigurasi alfa heliks pada keratin,
lembaran berlipat paralel dan anti paralel pada protein sutera alam, heliks
tripel pada kolagen. Sifat umum protein ini adalah tidak larut dalam air dan
sukar didegradasi oleh enzim.
Struktur keratin dapat berubah menjadi lembaran berlipat paralel (β-keratin)
bila dipanaskan. Hal ini terjadi karena ikatan hidrogen yang menunjang
struktur alfa heliks terputus. Protein keratin banyak terdapat dalm bulu domba,
sutera alam, rambut, kulit, kuku dan sebagainya. Struktur kolagen dapat juga
diubah melalui reaksi pemanasan. Selain itu dapat terdenaturasi dengan
larutan asam atau basa encer menjadi gelatin. Jenis protein kolagen terdapat
dalam jaringan elastis.

b. Protein Globular
Golongan protein ini berbentuk bulat atau elips. Penyusun protein globular
adalah rantai polipeptida berlipat dengan gugus R polar pada sebelah luar dan
gugus R hidrofob pada sebelah dalam molekul protein. Kelompok protein
globular yang umum dikenal adalah albumin, globulin, histon dan protamin.
Albumin merupakan protein polar dan dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin
ini banyak terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur. Globulin
merupakan protein non polar tetapi dapat larut dalam larutan garam netral.
Globulin banyak terdapat pada serum darah, jaringan otot dan lain-lain. Histon
merupakan senyawa polar dan bersifat basa. Umumnya terdapat pada jaringan
kelenjar pankreas. Sedangkan protamin merupakan protein yang memiliki
sifat basa yang banyak terdapat dalam sel sperma.
c. Protein Gabungan
Protein gabungan atau disebut juga protein konjugasi adalah protein yang
berikatan dengan senyawa non protein (gugus protetik) seperti mukoprotein,
lipoprotein, nukleoprotein, glikoprotein, metaloprotein, dan lain-lain. Protein
ini digolongkan berdasarkan sifat kimia

Você também pode gostar

  • Karbohidrat
    Karbohidrat
    Documento4 páginas
    Karbohidrat
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações
  • Ipi145682 PDF
    Ipi145682 PDF
    Documento10 páginas
    Ipi145682 PDF
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações
  • Silabus
    Silabus
    Documento5 páginas
    Silabus
    Jejen Zakaria
    Ainda não há avaliações
  • STRUKTUR PROTEIN
    STRUKTUR PROTEIN
    Documento6 páginas
    STRUKTUR PROTEIN
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações
  • Angket Guru 1
    Angket Guru 1
    Documento3 páginas
    Angket Guru 1
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações
  • Asam Amino dan Protein
    Asam Amino dan Protein
    Documento3 páginas
    Asam Amino dan Protein
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações
  • Sifat Asam Amino
    Sifat Asam Amino
    Documento15 páginas
    Sifat Asam Amino
    khaerunnisa
    Ainda não há avaliações