Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
5)
Anmal 1:
a. Mengapabarudisadaripadapagiharisaatmelihatcermin? 3,4,5
Padaumumnyapasientidakmenyadariparalisis yang dialaminyadanmengetahuisaatbercermin di
pagihari.(gaketemu)
c. Bagaimanagambaranwajahdenganmulut mengot?5,6,7
Anmal 2:
b. Bagaimanahubunganriwayatterbenturterhadapgejalapada kasus?6,7,8
Paresenervus VII (N. fasialis) dapatdisebabkanolehbeberapaetiologidiantaranyakongenital, infeksi,
tumor, trauma os temporal, gangguanpembuluhdarah, danidiopatik (Bell’s palsy).Padaparesenervus
VII akibat trauma kepala (frakturos temporal) ditemukanmanifestasiklinisberupakelumpuhanotot-
ototekspresiwajah (motoric) dangangguanpengecapanpada 2/3 bagianlidah (sensorik).
c. Bagaimanafaktorlingkunganmempengaruhikejadianpada kasus?8,9,1
Faktorlingkunganberupakeadaandingindanbegadangdapatmenyebabkan‘cold’ yang
dalambahasaawamdikenalmasukangin.Keadaaninidapatmenyebabkannervusfasialisakanmenjadisemba
bsehinggaterjadikompresipadasaraffasialissaatmelewatikanalisfasialis yang sempit. Hal
inimenyebabkangangguanmotorikberupakelumpuhanotot-ototekspresiwajah.
Anmal 5:
a. Bagaimanainterpretasidarihasilpemeriksaan neurologis?3,4,
N HasilPemeriksaan Keadaan Normal Interpret
o. asi
1. Mata sinistra: Mata dapatmenutupsempurna Tidak
mulaidaritutupmataterdapatlagopthalmuspositi normal
f
2. Tidakbisamengangkatdanmengerutkandahipad Dapatmengangkatdanmengerutkanda Tidak
asisisebelahkiri hi normal
3. Sudutmulutsisikiritertinggalketikadisuruhmeri Sudutmulutsisikiriterangkatketikadis Tidak
ngis uruhmeringis normal
4. Sulitbersiuldanmenggelembungkanpipi Dapatbersiuldanmenggelembungkanp Tidak
ipi normal
Dari hasilpemeriksaanfisiktersebutdapatdiinterpretasikanbahwaNn.
Afrianimengalamikelumpuhannervus VII padasisisebelahkiri yang mengenaibagian lower motor
neuron.
b. Bagaimanapenyebabdanmekanisme abnormal?4,5,6
Penyebabparalisisnervus VII (N. Fasialis) padakasusinimasihtidakdapatdipastikan (idiopatik),
kemungkinandiakibatkanolehpaparansuhudinginsaatlarutmalamdanbegadang.Paparansuhudingindapat
menyebabkannervusfasialismengalami edema, namunmekanismedan proses terjadinya edema N.
fasialisakibatpaparansuhudinginbelumdapatdijelaskan. Nervusfasialis yang mengalami edema
saatmelewati foramen ataukanalisfasialis yang sempitakanmenyebabkankompresi N.
fasialissehinggaterjadigangguanpersarafanpadaotot-ototekspresiwajah.
- Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang sehat saja.
- Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
- Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak mata tidak dapat menutupi
bola mata dan berputarnya bola mata ke atas dapat dilihat. Hal tersebut dikenal Fenomena Bell.
Selain itu dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang sakit lebih lambat dibandingkan
dengan gerakan kelopak mata yang sehat, hal ini dikenal sebagai Lagoftalmus.
- Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat dikembungkan.
- Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau disuruh meringis menyeringai : sudut
mulut sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah
sehat. Dan juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang sakit mendatar.
Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manis diperiksa pada bagian ujung
lidah dengan bahan berupa garam, dan rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan
bahan asam sitrat. Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan pada sisi yang tidak sehat kurang
tajam.
Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bell’s Palsy adalah pemeriksaan reflek
kornea baik langsung maupun tidak langsung dimana pada paresis nervus VII didapatkan hasil
berupa pada sisi yang sakit kedipan mata yang terjadi lebih lambat atau tidak ada sama sekali.
Selain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra pada orang sehat pengetukan ujung jari pada
daerah diantara kedua alis langsung dijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi,
sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan kontraksi m. orbikularis oculi
(pemejaman mata pada sisi sakit).
Beberapa pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukan untuk membantu penegakkan
diagnosa antara lain :
Anmal Template:
a. Patofisiologi 3,4,5
Patofisiologi timbulnya Bell‘s Palsy secara pasti masih dalam perdebatan. N.VII berjalan melalui
bagian dari tulang temporal yang disebut dengan kanalis fasialis. Adanya edema dan ischemia
menyebabkan kompresi dari N.VII dalam kanalis tulang ini, karena itu ia terjepit di dalam foramen
stilomastoideum dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kompresi N.VII ini dapat dilihat
dengan MRI. Bagian pertama dari kanalis fasialis yang disebut dengan segmen labyrinthine adalah
bagian yang paling sempit, meatus foramien ini memiliki diameter 0,66 mm. Lokasi inilah yang
diduga merupakan tempat paling sering terjadinya kompresi pada N.VII pada Bell‘s Palsy, karena
bagian ini merupakan tempat yang paling sempit maka terjadinya inflamasi, demielinisasi, ischemia,
ataupun proses kompresi paling mungkin terjadi. Lokasi terserangnya Nervus Fasialis di Bell‘s Palsy
bersifat perifer dari nukleus saraf tersebut, dimana timbulnya lesi diduga terletak didekat ataupun di
ganglion genikulatum. Jika lesinya timbul di bagian proksimal ganglion genikulatum maka akan
timbul kelumpuhan motorik disertai dengan ketidak abnormalan fungsi gustatorium dan otonom.
Apabila lesi terletak di foramen stilomastoideus dapat menyebabkan kelumpuhan fasial saja.4,5,6,7
b. Etiopatogenesis
Ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bell’s palsy yaitu:2,4
Terjadi gangguan regulasi sirkulasi darah ke N.VII. Terjadi vasokontriksi arteriole yang
melayani N.VII sehingga terjadi iskemik, kemudian diikuti oleh dilatasi kapiler dan permeabilitas
kapiler yang meningkat dengan akibat terjadi transudasi. Cairan transudat yang keluar akan
menekan dinding kapiler limfe sehingga menutup. Selanjutnya akan menyebabkan keluar cairan
lagi dan akan lebih menekan kapiler dan venula dalam kanalis fasialis sehingga terjadi iskemik.
Bell’s palsy sering terjadi setelah penderita mengalami penyakit virus, sehingga menurut
teori ini penyebab bell’s palsy adalah virus. Juga dikatakan bahwa perjalanan klinis bell’s palsy
menyerupai viral neurophaty pada saraf perifer lainnya.
3. Teori herediter
Penderita bell’s palsy kausanya herediter, autosomal dominan. Bell’s palsy terjadi
mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.
4. Teori imunologi
Dikatakan bahwa Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang
timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi. Berdasarkan teori ini maka penderita bell’s
palsy diberikan pengobatan kotikosteroid dangan tujuan untuk mengurangi inflamasi dan edema di
dalam kanalis Fallopii dan juga sebagai immunosupresor.
c. Manifestasiklinis 5,6,7
Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi
wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh
orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Bell’s palsy hampir selalu unilateral.
Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi
wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut
mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sehingga fisura papebra melebar serta kerut dahi menghilang.1,2,3
Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh
akan tetap terbuka dimana kelumpuhan N.VII yang mempersyarafi m.orbikularis okuli dapat
menyebabkan lagoftalmus yaitu palpebra tidak dapat menutup dengan sempurna. Kelainan ini akan
mengakibatkan trauma konjungtiva dan kornea karena mata tetap terbuka sehingga konjungtiva dan
kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat dalam bentuk konjungtivitis atau suatu
keratitis. Serta bola mata pasien berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda dari Bell
(lagoftalmus disertai dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi
iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat
bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung terkumpul
diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati
gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bell’s palsy.
Bila khorda timpani juga ikut terkena, maka terjadi gangguan pengecapan dari 2/3 depan lidah
yang merupakan kawasan sensorik khusus N.intermedius. dan bila saraf yang menuju ke m.stapedius
juga terlibat, maka akan terjadi hiperakusis. Keadaan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan
audiometri.Pada kasus yang lebih berat akan terjadi gangguan produksi air mata berupa pengurangan
atau hilangnya produksi air mata. Ini menunjukkan terkenanya ganglion genikulatum dan dapat
diperiksa dengan pemeriksaan tes Schirmer.