Você está na página 1de 25

A.

Muqaddimah
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah mengandung 7 (tujuh) pokok
pikiran-pokok pikiran/prinsip/pendirian, ialah:
1. Pokok Pikiran Pertama:
"Hidup manusia harus berdasar Tauhid (meng-esakan) Allah: ber-
Tuhan, ber-ibadah serta tunduk dan ta'at hanya kepada Allah".
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “AMMA BA’DU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu
adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah serta tunduk dan
tha’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap
makhluk, terutama manusia”. Keterangan :
a. Ajaran Tauhid adalah inti/essensi ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-
ubah, sejak agama Islam yang pertama sampai yang terakhir.

)َ25َ:َ‫س ْو ٍلَاِالََّنُ ْو ِحيَاِل ْي ِهَأنَّهَُالَاِلهَاِالََّاناَفا ْعبُد ُْو ِنَ(االنبياء‬


ُ ‫َم ْنَر‬ ِ ‫وَماَأ ْرس ْلن‬
ِ ‫اَم ْنَق ْب ِلك‬

“Tiadalah Kami mengutus seorang utusanpun dari sebelum


(Muhammad) kecuali senantiasa Kami wahyukan kepadanya: bahwa
sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Kami. Maka menghambalah kamu
sekalian kepada-Ku”. (Surat al Anbiya: 25)
Seluruh ajaran Islam bertumpu dan memanifestasikan kepercayaan
Tauhid berdasarkan Tauhid sepenuh-penuhnya dalam arti dan proporsi
yang sebenar-benarnya, berarti berdasarkan Islam.
b. Kepercayaan Tauhid mempunyai 3 (tiga) aspek :
1) Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang kuasa
mencipta, memelihara, mengatur dan menguasai alam semesta.
2) Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang
Haq.
3) Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak
dan wajib dihambai (disembah).
c. Kepercayaan Tauhid membentuk 2 (dua) kepercayaan/ kesadaran:
1) Percaya akan adanya Hari Akhir.
2) Sadar bahwa hidup manusia di dunia ini semata-mata untuk amal
shaleh
d. Dengan melaksanakan dasar tersebut dalam hidup dan kehidupannya,
manusia akan dapat menempatkan dirinya pada kedudukan
sebenarnya, sesuai dengan sengaja Allah menciptakan manusia.
e. Dengan melaksanakan dasar tersebut dalam hidup dan kehidupannya,
manusia akan dapat mempertahankan kemuliaan dirinya, tetap menjadi
makhluk yang termulia, demikian juga sebaliknya.
f. Dengan melaksanakan dasar tersebut dalam hidup dan kehidupannya,
manusia akan menjadikan seluruh hidup dan kehidupannya semata-
mata untuk beribadah kepada Allah (beramal shaleh) guna
mendapatkan keridlaan-Nya.
g. Ibadah ialah taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan
mentaati segala perintahnya, menjauhi larangannya dan mengamalkan
yang diizinkannya.
h. Ujud hidup beribadah
i. Amal ‘ibadah yang wajib ditunaikan itu tidak saja yang bersifat
hubungan langsung antara manusai dengan Tuhan seperti shalat,
puasa, hajji, menderas al-Qur’an dan lain-lainnya yang seperti itu.
Tetapi wajib ditunaikan pula amal ibadah yang sifatnya berbuat islah
kepada manusai dan masyarakat, ialah berjuang untuk kebahagiaan
dan kesejahteraan manusia/masyarakat.
j. Bagi dan alam Muhamadiyah, amal ‘ibadah yang bersifat
kemasyarakatan, ialah berjuang untuk kebaikan, kebahagiaan dan
kesejahteraan manusia/masyarakat inilah yang dilaksanakan, sebagai
kelengkapan amal ‘ibadah pribadi yang langsung kepada Allah.
k. Faham/pandangan hidup yang berasaskan ajaran Islam yang murni.
2. Pokok Pikiran Kedua:
“Hidup manusia itu bermasyarakat”
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat
iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini”.
3. Pokok Pikiran Ketiga:
“Hanya hukum Allah yang sebenar-benarnyalah satu-satunya yang
dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama dan
mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) dalam menuju hidup
bahagia dan sejahtera yang haqiqi, di dunia dan akhirat”.
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan
bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan
dan gotong royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah
yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
4. Pokok Pikiran Keempat:
“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adalah wajib,
sebagai ibadah kepada Allah berbuat ihsan dan islah kepada manusia/
masyarakat”.
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang
manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku
ber-Tuhan kepada Allah.
5. Pokok Pikiran Kelima:
“Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, hanyalah akan
dapat berhasil bila kita mengikuti jejak (ittiba') perjuangan para Nabi
terutama perjuangan Nabi Muhammad saw”.
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqadimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan
sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat
Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti
jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-
giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk
menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan
ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan
ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas
segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati
menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau
rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan
perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa”.
6. Pokok Pikiran Keenam :
“Perjuangan mewujudkan pokok pikiran-pokok pikiran tersebut
hanyalah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan berhasil, bila
dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah satu-satunya cara atau
perjuangan yang sebaik-baiknya”.
7. Pokok Pikiran Ketujuh:
“Pokok-pokok pikiran/prinsip-prinsip/pendirian-pendirian seperti yang
diuraikan dan diterangkan dimuka itu, adalah yang dapat untuk
melaksanakan idiologinya terutama untuk mencapai tujuan yang
menjadi cita-citanya, ialah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
lahir bathin yang diridlai Allah, ialah MASYARAKAT ISLAM YANG
SEBENAR-BENARNYA”.
B. Pengertian ASWAJA
1. Pengertian secara bahasa
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga
kata yang membentuk istilah tersebut, yaitu:
a) Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
b) Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira
mardhiyah (jalan atau cara walaupun tidak diridhoi).
c) Al-Jama’ahberasal dari kata jama’a artinya mengumpulkan sesuatu,
dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain.Jama’ahberasaladri kata
ijtima’ (perkumpulan), lawan kata daritafarruq (perceraian)
danfurqah(perpecahan). Jama’ah adalah sekelompok orang banyak dan
dikatakan sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.
2. Pengertian secara Istilah
Menurut istilah “sunnah” adalahsuatu cara untuk nama yang diridhai
dalam agama,yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain dari
kalangan orang yang mengerti tentang islam.Seperti para sahabat Rasulullah.
Secara terminologi aswaja atau Ahlusunnah wal jama’ah golongan yang
mengikuti ajaran rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Hal ini berdasarkan
hadist Rasulullah:
‫َمنَبعدِي‬
ِ ‫الرا ِشدِين‬ ِ ‫سنَّ ِةَال ُخ‬
َّ ‫لفـاء‬ ُ ِ‫علي ُكمَب‬
ُ ‫سنَّتيَو‬
“ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku”
Menurut Hasyim Asy’ari, dalam istilah syariat (fikih) “Sunnah” artinya
sesuatu yang dianjurkan untuk dilakukakan tetapi tidaak wajib.
Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata “Sunnah” berarti apapun yang
dilakukan, dikatakan, atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang dapat
dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan suatu hukum syar’i.
Menurut para ahli kalam (para teolog), “Sunnah” ialah kenyakinan
(i’tiqad) yang didasarkan pada dalil naql (al-quran, hadis, qawl atau ucapan
shahabi, bukan semata bersandar pada pemahaman akal (rasio).
Menurut para ahli polotik, “Sunnah” ialah jejak yang ditinggalkan oleh
Rasulullah dan para Khulafa Rasyidin.
Sedangkan jama’ah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin dari
para dahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti
jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat. Mereka berkumpul berdasarkan
Al-quran dan Sunnahdan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh
oleh Rasulullah baik secara lahir maupun batin. Definisi lain berdasarkan
hadis Rasullallah jama’ah adalah apa yang telah disepakati oleh sahabat Rosul
pada masa Khulafau Rosidi. Pada hadis Nabi ketika menjawab pertanyaan
sahabat tentang (akan) adanya perpecahan menjadi 71 atau 72 golongan, dan
yang selamat hanya satu golongan,.yaitu al-jama’ah. Rasulullah bersabda:
َ‫منَأرادبُحبوحةالجنَّةَفليلز ِمَالجماعة‬
“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disurga, maka
hendaklah ia mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjadi kebersamaan).”
(HR. Al-Tirmidzi (2091), dan al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan
disetujui oleh al-Hafizh al-Dzahabi).
Dengan demikian Aswaja adalah golongan pengikut setia Nabi
Muhammad SAW dan sahabatnya, jadi Ahlussunnah wal-jama’ah adalah
orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi Muhammad SAW
dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amalan-amalan
lahiriyah serta ahlak baik dan islam murni yang langsung dari Rasullallah
kemudian diteruskan oleh sahabatnya. KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
(1287-1336 H/ 1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat
(hal. 23-24) sebagai berikut:
ُ ِ‫ث َوال ِفق ِه َفإِنَّ ُهمَال ُمهتد ُون َال ُمتم ِس ُكون َب‬
َ‫سنَّ ِة َالنَّيَِيَصلي َهللاَعلي ِه‬ ُ ‫أ َّماأه ُل َالسُّن ِة َف ُهم َأه ُل َالتَّفس‬
ِ ‫ِير َوالحدِي‬
َ‫اجيةُقالُووقَد َاجتمعت َاليوم َفِي َمذاهِب َأربع ٍة َالحن ِفيُّون‬
ِ َّ‫اءفةُ َالن‬
ِ ‫ط‬َّ ‫َالرا ِش َِدين َوهُم َال‬ ِ ‫وسلم َوال ُخلف‬
َّ ُ‫اءبعده‬
َّ ‫وال‬
َ‫شافِ ِعيُّونَوالما ِل ِكيُّونِوالحنبليُّون‬
“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis,
dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan
sunnah Nabi Muhammad saw dan sunnah Khufaur Rasyidin setelahnya.
Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka
mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan
Hambali.”
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran
Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang telah merumuskan
kembali ajaran Islam tersebut setelah lahirnya beberapa faham dan aliran
keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran Rasulullah dan para
sahabatnyayang murni.

C. Iman
Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut
istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan
mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah
yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.
Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam.
Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman
didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di
bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk
arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya
tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang
diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan
sehari- hari.
1. Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati
dan perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:
‫ٱَّللَ َوٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو َما‬
َّ َ‫عون‬ ُ ‫ٱَّللِ َوبِ ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡل َ ِخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِينَ يُ َخ ٰـ ِد‬
َّ ‫اس َمن يَقُو ُل َءا َمنَّا ِب‬
ِ َّ‫َو ِمنَ ٱلن‬
َ‫س ُه ۡم َو َما يَ ۡشعُ ُرون‬ َ ٓ َّ ‫يَخدَعُونَ ِإ‬
َ ُ‫َّل أنف‬ ۡ

“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman
kepada Allah dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang-
orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang
yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka
tidak sadar.
2. Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan
hatinya tidak beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:
َ ‫صلَ ٰوةِ قَا ُمواْ ُك‬
َ َّ‫سالَ ٰى ي َُرآ ُءونَ ٱلن‬
‫اس َو ََّل‬ َّ ‫ع ُه ۡم َو ِإذَا قَا ُم ٓواْ إِلَى ٱل‬ َّ َ‫ِإ َّن ۡٱل ُمنَ ٰـ ِفقِينَ يُ َخ ٰـ ِدعُون‬
ُ ‫ٱَّللَ َوه َُو َخ ٰـ ِد‬
‫ٱَّلل إ ََّّل قَل ا‬
‫يل‬ ِ ِ َ َّ َ‫َي ۡذ ُك ُرون‬
“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu
mereka. Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri
dengam malas, mereka ria (mengambil muka) kepada manusia dan tiada
mengingat Allah melainkan sedikit sekali”.
3. Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-
jawatih, artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan
pembenaran hati, dan mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan
anggota badan. Contoh iman model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid,
57:19:
َ‫وره ۡ ُۖم َوٱ َّلذِين‬
ُ ُ‫ش َہدَآ ُء ِعندَ َر ِب ِہ ۡم َل ُه ۡم أَ ۡج ُره ُۡم َون‬ ِ ‫س ِل ِۤۦه أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ ُه ُم‬
ُّ ‫ٱلصدِيقُونَ ۖ َوٱل‬ َّ ‫َوٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِب‬
ُ ‫ٱَّللِ َو ُر‬
‫ڪذَّبُواْ ِبـَٔا َي ٰـتِنَا ٓ أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ أَصۡ َح ٰـبُ ۡٱل َج ِح ِيم‬
َ ‫َكفَ ُرواْ َو‬
“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
adalah orang- orang yang Shiddiqien”.
Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al-
Qur’an kata iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada
ucapan, iman sebatas pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan.
Perbuatan dan keyakinan dalam hati.
D. Rukun Islam\
Rukun Islam (Arab: ‫ أركان اإلسلم‬arkān al-Islām; atau ‫ أركان الدين‬arkān al-dīn;
"pilar-pilar agama") adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai
pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan
Muslim. Kesemua rukun-rukun itu terdapat pada hadits Jibril,
Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu:
1. Syahadat: menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu
utusan Allah.
2. Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.
3. Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang
membutuhkan.
4. Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan.
5. Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka
yang mampu.

E. Wahyu/Al-Qur’an
Metode Turunnya Wahyu Al Qur’an
Al-Quran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari 17 Ramazan tahun 41
dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah Haji wada`tahun 63 dari kelahiran Nabi
atau 10 H Al-Quran turun melalui tiga tahap yaitu :
1. Al Quran turun sekaligus dari Allah ke Lukh mahfudh
2. Al- Quran turun dari laukh mahfudh ke bait Al- izzah (tempat yang berada
dilangit dunia
3. Al-Quran turun dari bait Al- izzah ke hati Nabi melalui perantara Jibril
dengan berangsur-angsur, kadang satu ayat, dua ayat, bahkaan satu surat
Hikmah Diturunkan Al-Quran Secara Berangsur-Angsur yaitu :
Memantapkan Hati Nabi
1. Menentang dan melemahkan para penantang Al-Quran
2. Memudahkan untuk di hafal dan di pahami
3. Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya Al-Quran)
4. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari Allah yang Maha
Bijaksana.

F. Al-Hadis
Menurut bahasa hadis berasal dari kata hadis, jamaknya adalah ahaadis yang
memiliki banyak arti yaitu al-jadid ( sesuatu yang baru), al-qarib (sesuatu yang
dekat), dan al-khabar (kabar berita). Sedangkan Menurut Istilah syara’ Hadits
adalah segala bentuk perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan Rasulullah
SAW yang dijadikan hukum dalam agama islam. Hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah al-qur’an. Hadis sangat banyak ada yang sahih dan ada yang
dhaif (lemah). Hadis sahih adalah hadis yang bisa dipakai yang sanadnya
bersambung hingga ke Rasulullah SAW. Sedangkan hadis dhaif adalah hadis
yang lemah, yang diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan cacat perawinya
(hadis ini tidak bisa dipakai).
Sedangkan pengertian hadits secara terminologis adalah “Segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan (taqrir) dan sebagainya”.
Pengertian hadits menurut istilah dari 3 sudut pandang Ulama :
1. Menurut para Muhadditsun (ahli hadits)
Hadits didefinisikan sebagai segala riwayat yang berasal dari Rasulullah baik
berupa perkataan , perbuatan , ketetapan (taqrir), sifat fisik dan tingkah laku,
beliau baik sebelum diangkat menjadi rasul (seperti tahannuts beliau di gua
Hiro’) maupun sesudahnya”. Karena para muhadditsun meninjau bahwa
pribadi Nabi Muhammad itu adalah sebagai uswatun hasanah , sehingga
segala yang berasal dari beliau baik ada hubungannya dengan hukum atau
tidak, dikategorikan sebagai hadits.
2. Menurut para ahli ushul fiqh (ushuliyyun)
Para ushuliyyun mendefinisikan hadits sebagai segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW selain al-Qur’an , berupa perkataan ,perbuatan
maupun ketetapan (taqrir) beliau , yang dapat dijadikan sebagai dalil hukum
syari’ah karena bersangkut-paut dengan hukum islam. Ushuliyyun meninjau
bahwa pribadi Nabi Muhammad adalah sebagai pembuat undang-undang
(selain yang sudah ada dalam Al-Qur’an) yang membuat dasar-dasar ijtihad
bagi para mujtahid yang datang sesudahnya dan menjelaskan kepada umat
islam tentang aturan hidup (ibid).
3. Menurut sebagian ulama (jumhur ulama)
Menurut sebagian ulama antara lain at-Thiby, sebagaimana dikutip M.
Syuhudi Ismail , mengatakan bahwa hadits adalah segala perkataan ,
perbuatan, dan takrir nabi, para sahabat, dan para tabiin.

G. Sejarah Islam/Khilafah Rasyidah


PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH RASHIDAH
1. Tsaqifah Bani Sa’idah
Tsaqifah Bani Sa’idah menjadi saksi awal terbentuknya Khilafah
Rasyidah. Sebelum nabi Muhammad Saw wafat, beliau tidak berpesan secara
khusus mengenai penggantinya. Ketiadaan pesan khusus itulah yang
mendorong umat islam secepatnya mencari penggantinya ketika nabi wafat.
Ketika itu ahlul bait (keluarga Nabi) menyelenggarakan jenazah nabi,
sementara itu para sahabat berkumpul untuk melaksanakan suatu hal yang
sifatnya penting. Menyelenggarakan jenazah hukumnya fardhu kifayah, maka
dapat diwakili oleh beberapa orang, namun, memilih pengganti nabi agar
tidak terjadi kegoncangan di kalangan umat muslim dirasa lebih penting dan
darurat. Maka para sahabat berkumpul dan mengadakan pertemuan di tsaqifah
bani sa’idah untuk bermusyawarah mengenai siapa yang akan menggantikan
Nabi sebagai pemimpin umat nantinya.
Berita itu sampai kepada Abu Bakar dan Umar, lalu mereka bersama Abu
Ubaidah ibn Sarah datang ke Tsaqifah. Tiga orang inilah yang dapat di
katakan sebagai wakil kaum Muhajirin, sementara dari kaum Anshar di wakili
oleh Basyir ibn Sa’ad ibn Khudair dan Sadim. Selanjutnya musyawarah di
Tsaqifah menjadi musyawarah perwakilan kaum Muhajjirin dan Anshar.
Akhirnya, setelah melewati perdebatan panjang, wakil dari kaum Ashar
menerima pendapat bahwa suku quraisyiah yang lebih pantas menjadi
pemimpin. Abu Bakar mencalonkan Umar bin Khaththab atau Abu Ubaidah
bin Sarah, namun keduanya tidak bersedia dicalonkan. Lalu Basyir Ibn Sa’ad
menjabat tangan Abu Bakar dan membuatnya sebagai pengganti Nabi
(Khalifah). Bai’at ini kemudian dikenal dengan Bai’at Tsaqifah. Pada hari
berikutnya, Abu Bakar naik mimbar di masjid nabawi dan berlangsunglah
bai’at umum. Maka, pada saat itulah dimulainya pemerintahan Khilafah
Rashidah yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin.
Pengertian Khulafaur Rasyidin. Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu
menunjukkan banyak khalifah (bila satu di sebut khalifah) yang mempunyai
arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW
sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap
orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam
melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi
khulafaurrasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi
muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana. Mereka tiu terdiri dari para sahabat nabi muhammad Saw yang
berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin
sebagai berikut:
a. Arif dan bijaksana
b. Berilmu yang luas dan mendalam
c. Berani bertindak
d. Berkemauan yang keras
e. Berwibawa
f. Belas kasihan dan kasih sayang
g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang
khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., Umar bin Khaththab r.a., Utsman
bin Affan r.a., dan Ali bin Abi Thalib k.w.
Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara pada Masa Khilafah
Rashidah. Khalifah (pemerintahan), yang timbul sesudah wafatnya nabi
Muhammad, tidak mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat merupakan
republik, dalam arti kepala negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun
menurun. Karena dalam pemerintahan harus ada persetujuan dari masyarakat.
Dan tidak bisa dipilih sendiri tanpa adanya musyawarah dari masyarakat. Ini
menggambarkan ciri pemerintahan yang demokratis.
Sistem Pergantian Kepala Negara pada Masa Khilafah Rashidah. Sistem
penggantian dan penggangkatan khalifah sebagai kepala negara merupakan
pola pemerintahan khulafaur rasyidin yang paling penting. Ke empat khalifah
dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat di
katagorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri atas dua tahap.tahap
pertama pemilihen figur khalifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan
keabsahan khalifah terpilih melalui bai’at (janji kesetiaan).
Abu bakar diangkat menjadi khalifah atas dasar pemufakatan pemuka-
pemuka ashar dan muhajirin dalam rapat saqifah di madina. Umar menjadi
khalifah kedua atas pencalonan abu bakar yang segera juga mendapat
persetujuan umat. Penentuan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga di
rundingkam dalam rapat, setelah Ustman terbunuh, Ali lah yang merupakan
calon terkuat untuk menjadi khalifah keempat.
Dalam sistem pergantian kepada negara, perlu diketahui, bahwa ada yang
dinamakan Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd. Mereka adalah orang-orang yang
memiliki kualifikasi untuk bertindak atas nama orang muslim dalam memilih
seorang khilafah, dikenal sebagai Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd (kadang kadang
disebut Ahl Al ‘Aqd Wa Al-Hall). Dalam teori politik abad pertengahan,
fungsi utama mereka bersifat kontraktual. Artinya mereka menyerahkan
jabatan kekhalifahan kepada seorang yang paling berkualifikasi dan begitu
diterima, mereka memberikan bai’at kepadanya. Mereka juga diberi
kepercayaan memberhentikan khalifah apabila khalifah gagal memenuhi
kewajibannya. Mereka harus Muslim, berusia dewasa, adil, merdeka (bukan
budak), dan mampu melakukan ijtihad (Menafsirkan sumber-sumber hukum
agama). Syarat terakhir ini mengimplikasikan bahwa Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd
haruslah faqih dan piawai dan konsensusnya mengikat.
Istilah Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd pada masa sekarang di negara kita
populer dengan sebutan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), selain itu
juga disebut dengan dewan legislatif dan syuro.
Penetapan kepemimpinan bisa melalui dua cara :
a. Dipilih oleh Ahl Hall Wal Aqd. Cara ini dipakai pada saat pemilihan
sahabat Abu Bakar dan sahabat Ali bin Abi Tholib.
b. Metode al’ahdu atau istihlaf. Dipilih atau ditunjuk langsung oleh
pemimpin yang sebelumnya (demisioner).
Dimasa Khalifah Abu Bakar, Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd terdiri dari Umar
bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf,
Mu’adz bin Jabal, Ubai bin Kaab dan Zaid bin Tsabit.
2. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. (11-13 H/632-634 M)
Biografi : Khalifah pertama dari Khulafaur Rasyidin, sahabat nabi SAW
yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam
(as Sabiqunal al Awwalun). Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr
al-Quraisy at Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah
bin Ka’ab bin Lu’ai. Ayahnya di beri kuniyah (sebutan panggilan) Abu
Quhafah. Abu Bakar lahir pada tahun 573 M. Pada masa kecilnya beliau
diberi nama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan kepadanya sebagai realisasi
nadzar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh
Nabi SAW menjadi Abdullah. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW
karena ia seorang yang paling cepat masuk islam, sedang gelar as-Shiddiq
yang berarti amat membenarkan adalah gelar yang diberikan kepadanya
karena ia amat segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai
peristiwa, terutama peristiwa isra’ mi’raj.
Abu Bakar adalah sahabat sekaligus mertua Nabi, karena beliau adalah
ayah Aisyah r.a, istri nabi. Selain itu, beliau merupakan yang pertama
memeluk Islam. Beliau memiliki sifat lembut hati dan ramah. Beliau memiliki
kedekatan yang erat dengan Nabi, pada awalnya karena hubungan
pertetanggaan dan memiliki kesamaan sifat dengan Nabi, yaitu sifat-sifat yang
berlainan dari kebiasaan-kebiasaan kaum jahiliyah pada masa itu. maka,
ketika Nabi diangkat menjadi rosul, beliau termasuk orang-orang pertama
yang membenarkan dan menerima ajaran islam dengan tangan terbuka.
Dengan keislaman Abu Bakar, banyak tokoh-tokoh besar Quraisy yang
kemudian mengikuti jejaknya.
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang
dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-
budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal. Beliau
selalu mengiringi Rasulullah selama di Makkah, bahkan dialah yang
mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hijrah
hingga sampai di kota Madinah. Disamping itu belaiu mengikuti seluruh
peperangan yang diikuti Rasulullah baik perang Badar, Uhud, Khandaq,
Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk. Hal-
tersebut di ataslah yang membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a sangat pantas
dan layak diangkat sebagai Khalifah menggantikan kepemimpinan nabi
Muhammad Saw setelah beliau wafat. Abu Bakar sendiri wafat pada 13 H
atau 624 M pada usia 63 tahun.
Pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Pemerintahan Abu
Bakar dimulai pada 11 H atau 632 M. Wafatnya Nabi menimbulkan
kekhawatiran akan perpecahan umat. Namun, dengan terpilihnya Abu Bakar
sebagai khalifah, hal ini membuat persatuan umat kembali terjalin dan tugas
mulia Nabi tidak terputus sehingga masih dapat diteruskan. Kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya
antara lain:
a. Ekspedisi ke perbatasan Suriah yang dipimpin oleh Usamah.
b. Operasi pembersihan terhadap orang-orang yang melakukan riddah atau
gerakan pengingkaran terhadap Islam. Pada masa setelah Nabi wafat,
banyak umat Islam, khususnya dari kalangan Arab Badui yang menjadi
murtad. Mereka melepaskan diri dari Islam dan menolak berbaiat kepada
khalifah. Sekaligus penumpasan nabi-nabi palsu. Untuk memerangi para
pembangkang dan kaum murtaddien ini, Abu Bakar membagi pasukan
menjadi sebelas brigade :
1) Khalid Ibn Walid
2) Ikrimah Ibn Abi Jahl
3) Surahbil Ibn Khasanah
4) Al-Muhajir Ibn Abi Umayyah.
5) Khalid bin Sa’id bin al-Ash
6) Amru bin ak-Ash
7) Hudzaifah Ibn Mihsan
8) Arfajah Ibn Khuzimah
9) Thuraifah bin Hajiz
10) Suwaid Ibn Muqran
11) Ala Ibn Al-Khadrami
c. Seluruh Brigade di atas bertugas memadamkan pemberontakan bagian
selatan arabia, karena mereka adalah penentang keras serta gigih dalam
memberontak dan cukup kuat bertahan dari gempuran tentara Islam.
Untuk daerah Utara, Abu Bakar cukup membentuk tiga brigade yang
dipimpin Amir Ibn ‘Ash untuk daerah Qida’ah, Mi’an Ibn Hajiz untuk
Bani Sulai di Hawazim dan Khalid Ibn Said untuk membebaskan Syam.
d. Tindakan tegas terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat.
e. Permulaan ekspansi dan peningkatan kekuatan di perbatasan, yaitu Persia
dan Bizantium. Ini merupakan ekspedisi penting dalam politik umat Islam,
karena Hirah dan Syiria (kota di Bizantium dan Persia) merupakan front
terdepan wilayah kekuasaan Islam dan Romawi Timur.
f. Ibn Katsir berkata,’Pada tahun 12 H Abu Bakar ash-Shiddiq
memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan al-Quran dari
berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan,
maupun yang dihafal dalam dada kau muslimin.
g. Selain itu, Untuk meningkatkan kesejahteraan umum Abu Bakar
membentuk lembaga Bait Al-Maal, (semacam kas negara atau lembaga
keuangan). Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat nabi
yang digelari amin al-ummah (kepercayaan ummat).
h. Menunjuk atau mewasiatkan khalifah yang akan menggantikan dirinya
setelah meninggal nanti, demi kesejahteraan dan ketentraman dikalangan
umat Islam.
i. Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq hanya berlangsung selama 2 tahun
lebih. Namun, pada masa pemerintahan tersebut banyak yang telah
berhasil dicapai, khususnya ketentraman dan keamanan umat Islam.
Terutama penegakan hukum sesuai dengan apa yang telah diterapkan Nabi
pada masa sebelumnya.
3. Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M)
Biografi : Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M. Nama
lengkapnya adalah Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza
bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai,
Abu Hafs al-‘Adawi. Sama seperti Abu Bakar, beliau pun merupakan sahabat
sekaligus mertua Nabi. Julukan beliau adalah al-Faruq, “orang yang
membedakan antara hak dengan yang bathil”. Gelar ini diberikan oleh
Rasulullah semasa beliau membawa sekumpulan umat Islam untuk
bersembahyang di hadapan Ka’bah secara terbuka untuk pertama kalinya
dalam sejarah Islam. Beliau sendiri yang menjaga mereka daripada gangguan
orang-orang Quraish. Nabi Muhammad SAW juga mengelarinya sebagai
“Abu Hafs” kerana kegagahannya.
Umar bin Khaththab memiliki sifat berani dan tidak gentar dalam
menegakkan kebenaran agama Islam juga seorang yang tegas dan adil.
Ditakuti oleh orang banyak karena keberaniannya dan taat pada ajaran Allah
SWT. Bahkan, setan pun takut dan segan terhadapnya. Beliau seorang yang
berpandangan jauh, berfikiran terbuka dan bersedia untuk menerima pendapat
orang lain. Seorang pemimpin yang bertanggungjawab, adil dan amanah.
Pemerintahan khalifah Umar bin Khaththab. Pemerintahan Umar bin
Khaththab dimulai pada 634 M. Beliau adalah orang yang ditunjuk langsung
oleh Abu Bakar untuk menggantikan dirinya memimpin kekhalifahan.
Meskipun demikian, proses peralihan kepemimpinan dari Abu Bakar kepada
Umar tetap melalui jalan musyawarah.
Umar bin Khaththab memimpin selama kurang lebih 10 tahun. berikut ini
merupakan kebijakan-kebijakannya yang berhasil mengantarkan Islam kepada
masa kejayaan dan kegemilangannya :
a. Perhatian terhadap taraf hidup rakyat. Ia memberikan tunjangan kepada
rakyat sesuai klasifikasi berdasarkan nasab kepada Nabi Muhammad Saw.
(termasuk di dalamnya istri beliau), senioritas dalam memeluk agama
Islam, jasa dalam perkembangan dakwah islam dan perjuangan mereka
dalam menegakkan agama islam jumlah tunjangan masing-masing
berbeda berdasarkan urutan klasifikasi di atas. Hal ini disebabkan
kepiawaian umar dalam mengatur harta kekayaan negara yang berasal dari
jizyah dan Ghonimah sebaik mungkin.
b. Reformasi dalam pemerintahan. Adanya majelis syura’. Bagi Umar tanpa
musyawarah, maka pemerintahan tidak akan bisa berjalan.
c. Adanya prinsip-prinsip demokrasi dan pembangunan jaringan
pemerintahan sipil yag sempurna. Adanya hak yang sama bagi setiap
warga negara. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, sehingga
Khalifah senantiasa dekat dan dicintai rakyatnya.
d. Pembentukan departemen dan pembagian daerah kekuasaan Islam menjadi
delapan provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh wali dan didirikan kantor
Gubernur. Umar juga membentuk kepala distrik yang disebut ‘amil.
Setiap pejabat pemerintahan, sebelum diambil sumpah, terlebih dahulu
diaudit harta kekayaannya oleh tim yang telah dibentuk oleh Umar.
e. Kebijakan Umar paling fundamental adalah kebijakan ekonomi di Sawad
(daerah subur). Umar mengeluarkan dekrit bahwa orang Arab, termasuk
tentara, dilarang transaksi jual beli tanah di luar Arab (negeri yang telah
ditaklukan). Sebab, kepemilikan tanah yang diperoleh dari peperangan,
tetap dibiarkan digarap oleh pemiliknya sendiri. Keputusan ini memang
memancing reaksi dari anggota syura’, namun sebagai sousinya, maka
ditetapkanlah pajak untuk tanah tersebut (al-kharaj).
f. Guna mengatasi gejolak keuangan, beliau memberi gaji tetap kepada
tentara dan pensiunan pada seluruh sahabat Nabi. Umar juga menerapkan
pajak perdagangan (bea cukai) yang bernama al-Ushur, setelah ia
mendapatkan laporan, apabila pedagang Arab datang ke Bizantium ditarik
pajak 10% dari barang yang dijual. Setelah melihat efek positifnya,
Khalifah juga menerapkan sistem itu bagi para pedagang non-muslim
yang memasuki wilayah kekuasaan Islam. Untuk penduduk dzimmi yang
berada di dalam negeri dikenakan pajak sebesar 5%, sedangkan bagi orang
Islam membayar 2,5% dari harga barang dagangan.
g. Untuk kepentingan pertahanan, keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat didirikanlah lembaga kepolisian, korps militer dengan tentara
terdaftar. Mereka digaji yang besarnya berbeda-beda sesuai dengan
tugasnya. Dia juga mendirikan pos-pos militer di tempat-tempat setrategis.
h. Penaklukan dan perluasan wilayah Islam meiputi: Palestina, Homas,
Damsyiq, Beirut, Isthahiyah, bahkan mesir, Irak dan Persia. Kronlogis
penaklukan wilayah tersebut, antar lain sebagai berikut :
1) Tahun 634 M, penaklukan Romawi.
2) Tahun 635 M, Damaskus berhasil ditaklukan.
3) Tahun 636 M, Syiria berhasil dikuasai. Lalu dilanjutkan dengan
penaklukan Baysan dan Yerussalem.
4) Tahun 637 M terjadi perang Qadisiah, sehingga pada tahun 641 M,
seluruh Persia berhasil dikuasai. Kemenangan kaum muslimin
terhadap bangsa Persia inilah yang disebut sebagai ‘Fathul Futuh’
(kemenangan dari segala kemenangan).
5) Tahun 640 M, penaklukan Mesir.
6) Tahun 641 M, penaklukan Babilonia.
7) Tahun 643 M, penaklukan Iskandariah.
i. Selain itu juga khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan
tahun baru yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah
SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya
tahun hijriayah yang pertama. Dan, menetapkan lambang bulan sabit
sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus
Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
j. Di akhir pemerintahan Khilafah Umar bin Khaththab, dalam rangka
mengatasi masalah penggantinya setelah dia meninggal dunia, Umar bin
Khattab menunjuk enam orang sahabat sebagai pengambil kebijaksanaan
yang akan menunjuk penggantinya. Keenam orang tersebut adalah Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidah, Zubair Bin Awwam,
Said bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin ‘Auf.
Di masa kepemimpinan Umar bin Khaththab Islam mencapai masa
kejayaan. Namun, kekhalifahan beliau berakhir saat beliau wafat pada 644 M
karena mendapat tikaman dari seorang budak bangsa Persia bernama Fairuz
atau Abu Lu’lu’ah saat beiau akan melaksanakan sholat shubuh.
4. Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M)
Biografi : Usman bin Affan dilahirkan pada 576 M di kota thoif. Nama
lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku
Quraisy. Usman seorang saudagar yang berhasil karena tekun, lemah lembut,
dan pemurah. Usman adalah saudagar yang kaya, dermawan, berbudi luhur,
bersikap jujur, dan teguh hati serta berprasangka halus. Dengan pribadi yang
demikian Usman termasuk orang yang mempunyai kedudukan yang terhormat
dan mulia di dalam masyarakat Qurais.
Sifat mulia Usman meningkat setelah ia memeluk agama Islam. Sewaktu
Nabi kekurangan dana dalam perang tabuk (9H/631M) melawan pasukan
Byzantium (Romawi timur) Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya
(40.000 dirham), Umar bin Khattab menyerahkan separuh hartanya, Asmi bin
Abdi menyumbangkan 70 goni kurma, Usman bin Affan menanggung 1/3 dari
keseluruhan biaya pasukan besar itu dengan menyerahkan 90 ekor kuda, serta
uang tunai 1.000 dinar = 10.000 dirham. Utsman juga menyumbang 950 ekor
unta dan 50 begal serta 1.000 dirham dalam ekspedisi melawan Bizantium.
Beliau pun membeli mata air orang Romawi seharga 20.000 dirham untuk
diwaqafkan bagi kepentingan muslim.
Utsman bin Affan bukan hanya sahabat, melainkan juga menantu Nabi.
Beliau dijuluki Zun Nurain (pemilik dua cahaya) karena menikahi dua orang
putri nabi secara berurutan setelah salah satunya meninggal. Begitu
istimewanya sosok beliau, hingga Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, "Tiap-
tiap Nabi mempunyai teman, dan Utsman adalah temanku di dalam syurga.”
Pemerintahan Utsman bin Affan : Masa kekhalifahan Utsman bin Affan
berlangsung selama kurang lebih 12 tahun. Kurun waktu tersebut terbagi
menjadi 2 periode, yaitu masa kejayaan dan masa kemunduran.
a. Masa kejayaan khalifah Utsman bin Affan:
1) Meluasnya ekspansi Islam hingga ke wilayah Afrika Utara yang
ditandai oleh perang ‘Zatis Sawari’ (peperangan tiang kapal) pada 652
M. Pada saat itulah dibentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin
Abu Sofyan.
2) Ekspansi Islam, meliputi: Armenia, Tripoli, Thabaristan, Harah,
Barkoh, Kabul, Ghanzah dan Turkistan.
3) Penumpasan pemberontakan-pemberontakan seperti di Khurasan dan
Iskandariyah.
4) Pembagian wilayah Islam menjadi 10 Propinsi yang dipimpin oleh
seorang Amir/Wali/Gubernur, meliputi Al Jund-Abdullah bin Rabi’ah,
Basrah-Abu Musa bin Abdullah, Damaskus-Muawiyah bin Abu
Sofyan, Emese-Umar bin Sa’ad, Bahrain-Usman bin Abil Ash, sha’a-
Ja’la bin Munabbik, Taif-Sufyan bin Abdullah, Mesir-Amr bin Ash,
Mekkah-Nafi’ bin Abdul Maris, dan Kuwait-Mughiroh bin Sya’bah.
5) Kodifikasi dan penyusunan al-qur’an. Ini merupakan karya
monumental pada masa khalifah Utsman. Awalnya, banyak yang
mengecam, namun hal ini tetap dilakukan mengingat terjadinya
perselisihan atau kesimpangsiuran terhadap bacaan al-qur’an. Sebab,
saat itu wilayah Islam telah meluas, sehingga diperlukan suatu
kejelasan terhadap bacaan al-qur’an agar tidak terjadi kekeliruan yang
akan sangat merugikan.
6) Pembentukan dewan penyusunan Al-Qur’an. Ketuanya adalah Zaid
bin Tsabit, dengan anggota: Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan
Abdurrahman bin Harits. Tugas mereka adalah menyalin kembali
lembaran-lembaran Al-Qur’an yang telah telah menjadi buku (Al-
Mushaf) untuk digandakan sebanyak 5 buah. Empat diantaranya
dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Sedang satu buah
ditinggal di Madinah, yang disebut Mushaf Usmani atau Mushah Al
Imami.
7) perenovasian bangunan Masjid Nabawi di Madinah.
8) Pembangunan gedung-gedung pengadilan yang semula merupakan
masjid-masjid.
b. Masa kemunduran khalifah Utsman bin Affan:
1) Adanya nepotisme dalam pemerintahan. Ini dimulai sejak Utsman
diangkat menjadi khalifah. Beliau memiliki keterikatan dengan
kepentingan orang-orang Mekkah, khususnya kaum Quraisy dari bani
Umayyah yang merupakan keluarga dekatnya. Sehingga posisi-posisi
tertentu dalam pemerintahannya diduduki oleh anggota keluarga
tersebut, tanpa melihat kompetensi.
2) Kebijakan-kebijak khalifah Utsman dinilai lemah oleh rakyat. Apalagi
ditambah dengan adanya ketidakadilan akibat nepotisme yang terjadi
di atas. Rakyat merasa kecewa dan menuduh kerabat dekat khalifah
memperoleh harta pribadi dengan mengorbankan kekayaan umum dan
tanah negara. pada akhirnya, situasi politik dan pemerintah pun
menjadi kacau.
3) Terjadi perlawanan ataupun pemberontakan yang dilakukan oleh
rakyat di Kufah dan Basrah serta Mesir. Mereka menuntut Khalifah
mendengarkan keluhan mereka mengenai ketidakpuasan mereka
terhadap gubernur di wilayahnya serta kebijakan pemerintahannya
yang dirasa tidak adil. Walaupun khalifah Utsman berhasil memenuhi
keinginan mereka, hal ini justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab, sehingga pada akhirnya konflik tersebut tidak
dapat diselesaikan dengan jalan damai.
Kekhalifahan Utsman bin Affan r.a pun berakhir ketika beliau
terbunuh oleh sekelompok pemberontak pada tahun 656 M.
5. Ali bin Abi Thalib k.w (36-41 H/656-661 M)
Biografi : Ali bin Abi thalib lahir pada tahun 603 M di Mekkah. Beliau
adalah putra dari Abu Thalib, paman Nabi. Mengenang kakeknya yang
bernama Asad, awalnya Ali diberi nama Haidarah. Haidarah dan Asad dalam
Bahasa Arab artinya singa. Sedang Nabi Muhammad memberi nama “Ali”,
yang menakutkan musuh-musuhnya.
Pada usia 6 tahun, Ali bin Abi Tholib diasuh oleh Nabi Muhammad
sebagaimana Nabi diasuh oleh ayahnya Ali. Karena mendapat didikan dan
asuhan langsung dari Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak
yang berbudi luhur, cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan
berpengetahuan luas.
Ali memasuki gerbang keislaman pada usia kanak-kanak. Beliau adalah
anak kecil pertama yang menerima ajaran Islam dan membenarkan kerasulan
Muhammad Saw. Setelah dewasa, Ali kemudian dinikahkan dengan Fathimah
r.a., putri Nabi.
Gelar yang disandang oleh Ali antara lain :
a. ‘Babul Ilmu’ gelar dari Rasulullah
b. ‘Zulfikar’ karena pedangnya yang bermata.
c. ‘Asadullah’ (singa Allah). setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali
selalu ada dibarisan depan dan memperole kemenangan.
d. ‘Karramallahu Wajhahu’ gelar dari Rasulullah
e. ‘Imamul masakin’ (pemimpin orang-orang miskin),
f. Selain itu Ali juga termasuk salah satu seorang dari tiga tokoh yang
didalamnya bercermin kepribadian Rasulullah SAW. Mereka itu adalah
Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib.
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib : Sepeninggal Utsman bin
Affan, Ali menanggung beban berat dalam memimpin kaum muslimin yang
sudah tersebar luas di berbagai wilayah. Apalagi stuasi politik dan ekonomi
saat itu dalam keadaan kurang stabil. Keamanan kota Madinah pun dinilai
rawan akibat para pemberontak yang masih berkeliaran.
Kekahlifahan Ali bin Abi thalib hanya berlangsung selama 5 tahun. Ali
wafat karena dibunuh oleh salah seorang pengikut Khawarij bernama Ibnu
Muljam.

H. Bani Umayyah
Bani umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan
Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Nama dinasti ini dirujuk kepada
Umayyah bin abdul Syams, kakek buyut dari Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada
umumnya sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah -pendiri dinasti,
disamping cara perolehan legalitas kekuasaanya identik dengan tipu muslihat,
kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang mengejutkan, yang tidak
pernah dilakukan sebelumnya yaitu pemberlakuan sistem monarchihereditas
(kerajaan turun temurun). Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun
tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah tentang ekspansi atau perluasan
wilayah ini yang bisa dikatakan berhasil meskipun di tengah-tengah kondisi
politik yang kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pada masa
khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah.

Você também pode gostar

  • File
    File
    Documento98 páginas
    File
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustakaxxdddxdddkdf
    Daftar Pustakaxxdddxdddkdf
    Documento3 páginas
    Daftar Pustakaxxdddxdddkdf
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações
  • JNJJ
    JNJJ
    Documento2 páginas
    JNJJ
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações
  • JNJJ
    JNJJ
    Documento2 páginas
    JNJJ
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações
  • Hemodialisis
    Hemodialisis
    Documento7 páginas
    Hemodialisis
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações
  • Askep Uretritis KLP, 2
    Askep Uretritis KLP, 2
    Documento15 páginas
    Askep Uretritis KLP, 2
    yuriska djamal
    Ainda não há avaliações