Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Muqaddimah
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah mengandung 7 (tujuh) pokok
pikiran-pokok pikiran/prinsip/pendirian, ialah:
1. Pokok Pikiran Pertama:
"Hidup manusia harus berdasar Tauhid (meng-esakan) Allah: ber-
Tuhan, ber-ibadah serta tunduk dan ta'at hanya kepada Allah".
Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut: “AMMA BA’DU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu
adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah serta tunduk dan
tha’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap
makhluk, terutama manusia”. Keterangan :
a. Ajaran Tauhid adalah inti/essensi ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-
ubah, sejak agama Islam yang pertama sampai yang terakhir.
C. Iman
Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut
istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan
mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah
yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.
Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam.
Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman
didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di
bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk
arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya
tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang
diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan
sehari- hari.
1. Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati
dan perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:
ٱَّللَ َوٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو َما
َّ َعون ُ ٱَّللِ َوبِ ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡل َ ِخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِينَ يُ َخ ٰـ ِد
َّ اس َمن يَقُو ُل َءا َمنَّا ِب
ِ ََّو ِمنَ ٱلن
َس ُه ۡم َو َما يَ ۡشعُ ُرون َ ٓ َّ يَخدَعُونَ ِإ
َ َُّل أنف ۡ
“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman
kepada Allah dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang-
orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang
yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka
tidak sadar.
2. Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan
hatinya tidak beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:
َ صلَ ٰوةِ قَا ُمواْ ُك
َ َّسالَ ٰى ي َُرآ ُءونَ ٱلن
اس َو ََّل َّ ع ُه ۡم َو ِإذَا قَا ُم ٓواْ إِلَى ٱل َّ َِإ َّن ۡٱل ُمنَ ٰـ ِفقِينَ يُ َخ ٰـ ِدعُون
ُ ٱَّللَ َوه َُو َخ ٰـ ِد
ٱَّلل إ ََّّل قَل ا
يل ِ ِ َ َّ ََي ۡذ ُك ُرون
“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu
mereka. Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri
dengam malas, mereka ria (mengambil muka) kepada manusia dan tiada
mengingat Allah melainkan sedikit sekali”.
3. Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-
jawatih, artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan
pembenaran hati, dan mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan
anggota badan. Contoh iman model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid,
57:19:
َوره ۡ ُۖم َوٱ َّلذِين
ُ ُش َہدَآ ُء ِعندَ َر ِب ِہ ۡم َل ُه ۡم أَ ۡج ُره ُۡم َون ِ س ِل ِۤۦه أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ ُه ُم
ُّ ٱلصدِيقُونَ ۖ َوٱل َّ َوٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِب
ُ ٱَّللِ َو ُر
ڪذَّبُواْ ِبـَٔا َي ٰـتِنَا ٓ أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ أَصۡ َح ٰـبُ ۡٱل َج ِح ِيم
َ َكفَ ُرواْ َو
“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
adalah orang- orang yang Shiddiqien”.
Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al-
Qur’an kata iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada
ucapan, iman sebatas pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan.
Perbuatan dan keyakinan dalam hati.
D. Rukun Islam\
Rukun Islam (Arab: أركان اإلسلمarkān al-Islām; atau أركان الدينarkān al-dīn;
"pilar-pilar agama") adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai
pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan
Muslim. Kesemua rukun-rukun itu terdapat pada hadits Jibril,
Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu:
1. Syahadat: menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu
utusan Allah.
2. Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.
3. Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang
membutuhkan.
4. Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan.
5. Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka
yang mampu.
E. Wahyu/Al-Qur’an
Metode Turunnya Wahyu Al Qur’an
Al-Quran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari 17 Ramazan tahun 41
dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah Haji wada`tahun 63 dari kelahiran Nabi
atau 10 H Al-Quran turun melalui tiga tahap yaitu :
1. Al Quran turun sekaligus dari Allah ke Lukh mahfudh
2. Al- Quran turun dari laukh mahfudh ke bait Al- izzah (tempat yang berada
dilangit dunia
3. Al-Quran turun dari bait Al- izzah ke hati Nabi melalui perantara Jibril
dengan berangsur-angsur, kadang satu ayat, dua ayat, bahkaan satu surat
Hikmah Diturunkan Al-Quran Secara Berangsur-Angsur yaitu :
Memantapkan Hati Nabi
1. Menentang dan melemahkan para penantang Al-Quran
2. Memudahkan untuk di hafal dan di pahami
3. Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya Al-Quran)
4. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari Allah yang Maha
Bijaksana.
F. Al-Hadis
Menurut bahasa hadis berasal dari kata hadis, jamaknya adalah ahaadis yang
memiliki banyak arti yaitu al-jadid ( sesuatu yang baru), al-qarib (sesuatu yang
dekat), dan al-khabar (kabar berita). Sedangkan Menurut Istilah syara’ Hadits
adalah segala bentuk perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan Rasulullah
SAW yang dijadikan hukum dalam agama islam. Hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah al-qur’an. Hadis sangat banyak ada yang sahih dan ada yang
dhaif (lemah). Hadis sahih adalah hadis yang bisa dipakai yang sanadnya
bersambung hingga ke Rasulullah SAW. Sedangkan hadis dhaif adalah hadis
yang lemah, yang diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan cacat perawinya
(hadis ini tidak bisa dipakai).
Sedangkan pengertian hadits secara terminologis adalah “Segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan (taqrir) dan sebagainya”.
Pengertian hadits menurut istilah dari 3 sudut pandang Ulama :
1. Menurut para Muhadditsun (ahli hadits)
Hadits didefinisikan sebagai segala riwayat yang berasal dari Rasulullah baik
berupa perkataan , perbuatan , ketetapan (taqrir), sifat fisik dan tingkah laku,
beliau baik sebelum diangkat menjadi rasul (seperti tahannuts beliau di gua
Hiro’) maupun sesudahnya”. Karena para muhadditsun meninjau bahwa
pribadi Nabi Muhammad itu adalah sebagai uswatun hasanah , sehingga
segala yang berasal dari beliau baik ada hubungannya dengan hukum atau
tidak, dikategorikan sebagai hadits.
2. Menurut para ahli ushul fiqh (ushuliyyun)
Para ushuliyyun mendefinisikan hadits sebagai segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW selain al-Qur’an , berupa perkataan ,perbuatan
maupun ketetapan (taqrir) beliau , yang dapat dijadikan sebagai dalil hukum
syari’ah karena bersangkut-paut dengan hukum islam. Ushuliyyun meninjau
bahwa pribadi Nabi Muhammad adalah sebagai pembuat undang-undang
(selain yang sudah ada dalam Al-Qur’an) yang membuat dasar-dasar ijtihad
bagi para mujtahid yang datang sesudahnya dan menjelaskan kepada umat
islam tentang aturan hidup (ibid).
3. Menurut sebagian ulama (jumhur ulama)
Menurut sebagian ulama antara lain at-Thiby, sebagaimana dikutip M.
Syuhudi Ismail , mengatakan bahwa hadits adalah segala perkataan ,
perbuatan, dan takrir nabi, para sahabat, dan para tabiin.
H. Bani Umayyah
Bani umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan
Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Nama dinasti ini dirujuk kepada
Umayyah bin abdul Syams, kakek buyut dari Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada
umumnya sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah -pendiri dinasti,
disamping cara perolehan legalitas kekuasaanya identik dengan tipu muslihat,
kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang mengejutkan, yang tidak
pernah dilakukan sebelumnya yaitu pemberlakuan sistem monarchihereditas
(kerajaan turun temurun). Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun
tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah tentang ekspansi atau perluasan
wilayah ini yang bisa dikatakan berhasil meskipun di tengah-tengah kondisi
politik yang kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pada masa
khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah.