Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABORTUS
oleh :
Fauzul Azmi 1010312101
Joko Purnama 1740312423
Preseptor:
dr. Syahrial Syukur, SpOG
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Bed Site Teaching (BST) yang berjudul
“Abortus.” BST disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Syahrial Syukur, SpOG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yag
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan
dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar
kalau beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari
20 minggu. Abotus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi
dengan sendirinya, kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus
buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80%
dari semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50%. Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa
studi menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya
2
Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya
terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk
tahun 2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15 – 49 tahun, dan dari jumlah
umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti Faktor genetik,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan
abortus provokatus. Abortus provokatus ini juga dibagi menjadi 2 yaitu abortus
2.2 Epidemiologi
21,9% aborsi legal, 13,8% abortus spontan, 1,3% kehamilan ektopik, dan 0,5%
kematian janin. Data lain menyebutkan bahwa abortus spontan terjadi sekitar 15-
40%. Abortus spontan sering terjadi pada usia kehamilan yang lebih awal, sekitar
75% terjadi sebelum usia kehamilan 16 minggu dan kurang lebih 60% terjadi
sebelum 12 minggu.
Mortalitas yang diakibatkan oleh abortus spontan jarang terjadi (0,7 per
100.000), factor risikonya meliputi: wanita usia lebih 35 tahun, ras selain kulit
4
putih, dan aborsi pada trimester kedua. Penyebab langsung dari kematian
meliputi: infeksi 59%, perdarahan 18%, emboli 13%, dan komplikasi dari
anesthesia 5%.3
Lebih dari 80% kasus abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan
dan sedikitnya hampir setengah dari kasus tersebut disebabPatkan oleh kelainan
kromosom menurun.2
a. Faktor Janin2
perkembangan zigot, embrio, early fetus, atau plasenta. Analisis yang pernah
- Abortus Aneuploidi
terjadi pada trimester pertama. Trisomi autosom 13,16, 18, 21, dan 22 merupakan
yang paling sering terjadi. Kelainan lain seperti monosom X (45X), triploidi, dan
tetraploidi.
- Abortus Euplodi
b. Faktor Maternal
- Infeksi
5
o Bakteri: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma
o Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
o Amnionitis
embrio.1,2
- Penyakit Kronik
kronis seperti TB atau carcinomatosis. Celiac sprue juga pernah dilaporkan dapat
menyebabkan infertilitas baik pada pria maupun wanita dan juga dapat
- Kelainan Endokrin
6
o Hipotiroidisme. Defisiensi iodium berat dapat berkaitan dengan
- Nutrisi
o Alkohol
o Kafein
o Radiasi
o Kontrasepsi
o Toksin lingkungan
- Faktor Imunologi
7
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dengan penyakit
antibody spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE yang akan berikatan
dengan sisi negative dari fosfolipid. Antiphospolipid Syndrome (APS) juga sering
akibat adanya atherosis dan oklusi vascular.Trombosis plasenta pada APS diawali
adanya peningkatan rasio tromboksan terhadap prostasiklin, selain itu juga akibat
- Faktor Hematologik
dikarenakan:
- Trauma Fisik
8
- Defek pada Uterus
adanya sinekia pada uterus, yang biasanya dihasilkan dari destruksi area
kavum uterus, seperti uterus unikornu, bikornu, atau septa berisiko 25-
uterus dan dilatasi serviks menghasilkan ekspulsi pada seluruh hasil konsepsi.4
Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda, dan proses
a. Abortus Iminens
ditandai oleh perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup, dan hasil
Pasien mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup, besar uterus masih sesuai
9
b. Abortus Insipien
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
c. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 atau berat janin kurang 500 gtam.Ostium uteri telah menutup dan
10
d. Abortus Inkomplitus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan sebagian masih
tertinggal. Kanalis servikasil masih terbuka dan akan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya
masih terjadi jumlahnyapun masih bisa banyak atau sedikit tergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
11
Pasien missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa
f. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turun. Salah satu penyebab
yang sering dijumai adalah inkompetensia serviks atau keadaan serviks uterus
tidak dapat menerima beban untuk bertahan menutup setelah kehamilan melewati
trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka tanpa disertai kontraksi
rahum dan akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia
sedangkan abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi
12
2.5 Diagnosis Abortus
lainnya. Abortus yang terjadi secara spontan memiliki risiko jika tidak
ditatalaksana dengan baik. Sedangkan untuk abortus yang diinduksi secara medis
biasanya bersifat lebih aman khususnya jika dilakukan pada 2 bulan pertama
kehamilan.5
1. Abortus iminens
dikeluhkan terlebih dahulu, yang kemudian diikuti nyeri kram abdomen beberapa
jam atau hari setelah perdarahan tersebut. Abortus iminens sangat sering dijumpai,
dimana satu dari empat sampai 5 perempuan mengalami perdarahan atau keluar
flek pada saat kehamilannya. Hampir sekitar setengah dari perempuan yang
mengalami ini akan berlanjut pada abortus. Perempuan yang tidak aborsi setelah
ini bisanya memiliki risiko terjadinya hasil kehamilan yang tidak optimal seperti
seperti perdarahan normal pada saat mens, lesi servikal, polip serviks, servisitis,
dan reaksi desidual dari serviks.Selain itu juga harus dipertimbangkan adanya
usia kehamilan, dan juga ostium uteri yang masih tertutup. Selain itu juga perlu
13
dilakukan pencarian terhadap penyulit seperti kehamilan ektopik atau adanya torsi
2. Abortus insipiens
adanya dilatasi dari serviks. Pada keadaan ini hampir dapat dipastikan bahwa
abortus terjadi. Kontraksi uterus akan segera terjadi supaya tidak terjadi infeksi.
Dengan adanya rupture dari membrane dan dilatasi dari serviks yang
memungkinkan lagi. Jika sudah tidak ada nyeri atau perdarahan lagi, maka
demam. Jika setelah 48 jam sudah tidak ada tanda tersebut maka perempuan
dalam vagina dalam bentuk apapun. Namun jika masih terdapat keluarnya cairan
atau darah yang disertai nyeri, ataupun pasien mengeluhkan adanya demam, maka
3. Abortus inkomplit
sebagian, tertinggal dalam uterus tetapi janin telah keluar. Perdarahan biasanya
lebih banyak pada abortus inkomplit dan dapat sangat signifikan jika usia
4. Missed aborsi
Missed aborton didefinisikan sebagai retensi dari sisa konsepsi yang telah
14
mungkindapat terjadi perdarahan atau tidak sama sekali ataupun tidak
menimbulkan gejala. Ukuran dari uterus biasanya tidak bertambah, dan perubahan
missed abortion dapat keluar sendiri, akan tetapi, jika retensi dari janin yang mati
tersebut telah berlangsung lama, maka mungkin dapat terjadi gangguan koagulasi.
2.6 Penatalaksanaan2,6,7,8
a. Abortus imminens
berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
abortus. Bila perdarahan berlanjut dan jumlahnya semakin banyak, atau jika
timbul gangguan lain seperti tanda infeksi, pasien harus dievaluasi ulang dengan
segera. Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan
khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
b. Abortus incipiens.
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
15
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
c. Abortus incompletes
dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah kecil
dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
keluar, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan
yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dan plastik.
Pasca tindakan perlu diberikan uretrotonika parenteral ataupun per oral dan
antibiotik
d. Abortus komplit
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
16
e. Abortus infeksiosa/septik
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan
kultur.
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan
antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi
ATS harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan
f. Missed abortion
keluraganya secara baik karena resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat
sekali tindakan. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila
serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang
17
dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
kanalis servikalis.
intravena cairan oksitosin dimulai dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5 % tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin
tubuh. Jika tidak berhasil pasien diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi
diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil
keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
g. Abortus Habitualis
hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks harus
dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi serviks agar dapat menerima beban
kanalis servikaslis dengan benang mersilene yang tebal dan simpul baru dibuka
18
Bila pada saat USG pertama tidak ditemukan gambaran gamabaran
mudigah maka perlu dievaluasi dengan USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak
elektif.
2.7 Komplikasi9
a. Perdarahan.
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
b. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
c. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
19
d. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
2.8 Prognosis9
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
20
DAFTAR PUSTAKA
21