Você está na página 1de 32

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen yang dibawah oleh darah
terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkanya. Tubuh akan
bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbullah gejala yang disebut sebagai penyakit darah tinggi (Vita
Healt,2004).
Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi
masalah utama di Negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data
Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit
kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. Data dari The National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-
2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%,yang berarti
terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan
15juta dari data NHANES tahun 1988-1991. 2 Penyakit kardiovaskuler
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 dan 1995 merupakan
penyebab kematian terbesardi Indonesia.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,2003).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu tekanan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000: 144). Hipertensi adalah
keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan
diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan
mengukur rata-rata tekakan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001:
453).

2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,

1
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot
jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia. Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan
kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639
juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun
2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di
Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik
dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan
masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan.
3. Etilogi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu: (Lany Gunawan, 2001).
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya,
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,
sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan
4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

2
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elstisitas dinding aorta menurun
2) Katub janung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun.1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
(a) Umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat)
(b) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
(c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
(a) Konsumsi garam yang lebih tinggi (melebihi dari 30 gr)
(b) Kegemukan atau makan berlebihan
(c) Stress
(d) Merokok
(e) Minum alkohol
(f) Minum obat-obatan (ephedrine,prednisone, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal
a) Glomerulenofritis
b) Pielenefritis
c) Nekrosis tubular akut
d) Tumor
2) Vascular
a) Aterosklerosis
b) Hiperplasia
c) Trombosis
d) Aneurisma
e) Emboli kolestrol
f) Vaskulitis

3
3) Kelainan endokrin
a) DM
b) Hipertiroidisme
c) Hipotiroidisme
4) Saraf
a) Stroke
b) Ensepalitis
c) SGB
5) Obat-obatan
a) Kontrasepsi oral
b) Kortikosteroid

4. Tanda dan Gejala


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur yang terja karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula para saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke aorta spinalis dan
keluar dari kolumna mendullaspinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

4
bawah melalui sistem saraf simpatis ke gangliasimpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan esetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
hirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Mendulla andrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonsriksi yang
mengakibatkan pembentukan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensi II, suatu vasokonsriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteksadrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler (Brunner& Sunddarth, 2002).
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
perimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh prifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadipada usia lanjut. Prubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Sunddarth, 2002).
6. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of Hight Blood Pressure” (JNC – VI,
1997) sebagai berikut:

5
Tabel 2.1 Tingkat Derajat Hipertensi Secara Nasional
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. Hight Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertgensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan
yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan,
2001), dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam
dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)
normal atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh
nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat
kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak

6
dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau
angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan
hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,
indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan
mendengarkan musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan
atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga
melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka
marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek
negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk
kegiatan santai.
3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
4) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5) Cobalah menolong orang lain.
6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
8. Faktor Yang mempengaruhi
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen

7
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar Kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar
60% penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani
secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat.
Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut.
Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan.
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan
aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan

8
elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada
umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat
meningkatkan risiko hipertensi (http://www.dinkesjatengprov.go.id/
dinkes08/screeningdinkes.pdf).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua
anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai
peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua
orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena
penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
d. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
(http://www.dinkesjateng prov.go.id /dinkes08/ screening dinkes.pdf).
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan

9
sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak
arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari
sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi
penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah,
sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health
Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik
dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5%
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab
pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
e. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%
merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari
dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini
yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
f. Alkohol
Pada analisis bivariat, kebiasaan sering mengkonsumsi minuman
beralkohol terbukti sebagai faktor risiko hipertensi dengan nilai p = 0,028;
OR = 4,86 dan 95% CI = 1,03 – 22,87. Setelah dianalisis secara bersama-
sama dalam analisis multivariat, kebiasaan sering mengkonsumsi minuman
beralkohol tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan hasil penelitian Saverio Stranges, dkk., yang
menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol
merupakan faktor risiko hipertesni (OR 1,71 – 2,31; 95% CI 1,11 – 4,86).18
Keadaan ini dimungkinkan karena adanya variabel lain yang lebih kuat
sebagai faktor risiko hipertensi, karena semua variabel dianalisis secara
bersama-sama.
g. Berat Badan

10
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa
tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m) juga
merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas
merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan
aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan
teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan
kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan
apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah 6,20 Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan
ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh
darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air 5,20,34 Menurut Aliso Hull dalam
penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan
hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko
hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan
bahwa obesitas merupakan ciri khas padapopulasi pasien hipertensi.
Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
timbulnya hipertensi dikemudian hari.26 Pada penelitian lain dibuktikan
bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai
berat badan normal dengan tekanan darah yang setara 6,20,26,34 Obesitas
mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang

11
mengalami kegemukan cenderung mengalami tekanan darah tinggi
(hipertensi). Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif
sebesar 10 % mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena
itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang
obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya hipertensi. 31
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal.
9. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut
bukunya, Dalam gaya hidup sehat yang utama adalah makanan yang kita
konsumsi. Terdapat beberapa kriterian makanan, yaitu makanan yang harus
ydihindari dan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi. Bagi penderita
hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa makanan berikut:
(gunawan 2008)
a. Buah-buahan
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi.
Dengan mengonsumsi buah dan sayur segar secara teratur dapat
menurunkan risiko kematian akibat hipertensi, stroke dan penyakit jantung
koroner, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Buah dan sayur
mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting, seperti
flavonoids, sterol, dan phenol. Flavonoids, yang terdapat dalam anggur
merah dan apel dapat mengurangi bahaya kolesterol dan mencegah
penggumpalan darah. Buah jenis berry bersifat antioksidan; buah yang
berwarna gelap juga banyak mengandung serat (Marzukli, 2004)
Selain itu buah yang sering dikonsumsi utnuk mengatasi hipetrsi
adalah buah pisang. Secara umum kandungan gizi yang terkandung dalam
setiap buah pisang matang adalah sebagai berikut: kalori 99 kalori, protein
1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 1,7 gram, kalsium 8
gram, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg serta vitamin A 44 RE, Vitamin B 0,08 mg,
vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Kandungan buah pisang di atas dianggap
cukup baik untuk mengatasi hipertensi.bahkan lembaga food and Drug

12
Administrition Amerika memperbolehkan pengusaha pisang untuk membuat
kalim bahwa pisang dapat menurangi resiko tekanan darah dan stroke
(Didinkaem, 2007)
b. Sayur
Sebagaimana buah-buahan, sayur juga banyak mengandung vitamin
dan phytochemical serta serat. Sayur yang dapat digunakan untuk
pencegahan hipertensi ini seperti seledri, bawang dan sayur hijau lainnya.
Bawang putih misalnya mampu menurunkan tekanan darah tinggi serta
menurunkan kolesterol, berkat adanya senyawa yang disebut ajone, yaitu
senyawa yang selain penurun hipertensi juga sebagai pemcegah
pengumpalan darah.
c. Serat
Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk
keseimbangan kolesterol. Serat terdapat dalam tumbuhan, terutama pada
sayur, buah, padi-padian, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Selain dapat
menurunkan kadar kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu, serat
juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah
(Marzukli, 2004).
d. Karbohidrat jenis kompleks
Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebih
aman bagi penderita hipertensi daripada karbohidrat sederhana seperti gula,
manisan atau soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah
meningkatkan kadar gula darah dan ini berimplikasi kepada terjadinya
hipertensi (Marzukli, 2004).
e. Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral juga sangat penting untuk menyeimbangkan
proses-proses fisiologi di dalam tubuh kita, termasuk juga untuk
menyeimbangkan tekanan darah.
f. Teh
Teh telah cukup terkenal sebagai antioksidan yang efektif, selain itu
teh juga dapat mengurangi resiko hipertensi ataupun stroke.
Pengkonsumsian teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola hidup
sehat.Selain makanan-makanan yang dianjurkan, dalam usaha menerapkan
pola hidup sehat, juga ada beberapa makanan yang harus dihindari atau
dibatasi, antara lain:

13
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru-paru,
minyak kelapa, gajih, dll)
2) Makanan yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit,
cracer, keripik dan makanan kering yang asin.
3) Makanan atau minuman kaleng, contohnya adalah sarden, sosi, korned,
soft drink dll. Hal ini dikarenakan makanan-makanan tersebut5
umumnya mengandung pengawet yang tidak baik bagi kesehatan.
4) Makanan yang diawetka (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin, selai
kacang, pindang dll)
5) Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumber
protein hewani yang mengandung banyak kpolesterol, seperti daging
merah (baik sapi apalagi kambing), kuning telur, dan kulit ayam.
6) Penyedap makanan.
7) Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol
Untuk pengaturan makanan sehari-hari bagi penderita hipertensi yaitu
dengan selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan
sampai lebih dari 1 sendok per hari. Meningkatkan pasokan kalium 94,5 gram
atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang
ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti
kehilangan kalium. Kecukupan kalsium juga harus dipantau untuik mencegah
atau mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju
rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium (Anie kurniawan, 2002)
Untuk diet bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan
memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang, jahe,
kencur serta bumbu-bumbu lain yang tidak asin atau mengandung banyak
garam natrium. Untuk memeperbaiki ras, makanan juga dapat ditumis. Untuk
mengurangi penggunaan garam yang berlebih, dapat diatasi dengan
membubuhkan garan di meja makan.
B. Tinjauan Umum Tentang Asuhan keperawatan
1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-

14
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif
klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di
mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah)
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat
keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam
usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
2. Tujuan asuhan keperawatan
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain
a. Membantu individu untuk mandiri
b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatannya
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
3. Fungsi proses keperawatan
Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.

15
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang
kesehatan.
4. Tahap-tahap proses keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang
ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di
ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di
analisis.
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.
Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat

16
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas
masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien
stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk
mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas
masalah juga dapat d itentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang
mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
di lakukan intervensi.
3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul
karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

17
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi
oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis
juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)
d. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

18
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut
1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi, Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/
kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
3) Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh
tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.
f. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang (potter 2005).
Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam
pendokumentasian yaitu :
1) Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan
(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,edukasi
klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.
2) Tagihan financial

19
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan
mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan
bagi klien.
3) Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang
harus ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu
untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
4) Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan
merencanakan intervensi yang sesuai.
5) Riset Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
6) Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi
dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan
yang diberikan dalam suatu institusi.
7) Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan
diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan.
Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan
klien secara individual. Ada enam penting penting dalam
dokumentasi keperawatan yaitu :
a) Dasar factual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan
fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.
b) Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat
dapat dipertahankan klien.
c) Kelengkapan

TINJAUAN KASUS
A. Hasil (Studi Kasus)
1. Pengkajian keperawatan
a. Biodata

20
1) Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kel. Tomia Barat
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Buton/ Indonesia
Tanggal Masuk : 13 September 2017
Tanggal Pengkajian : 13 Oktober 2017
Diagnosa Medis : HHD ( Hipertensi Heart Disease)
No. Registrasi : 540212014
2) Penanggung jawab
Nama : Tn.G
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hubungan dengan Pasien : Anak
Agama : Islam
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien merasa sering sakit kepala ( pusing)
2) Keluhan tambahan
Pasien mengatakan badanya terasa lemas dan sakit pinggang
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 September 2017 jam 16.00
WIB dengan diantar keluarganya, pasien mengatakan kepalanya sakit,
badanya lemas dan pinggang terasa sakit, keluarga pasien mengatakan
bahwa sebelum di bawa ke RS pasien jatuh saat ke kamar mandi.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah lama menderita hipertensi, dan sering mengeluh sakit
kepala, tetapi belum sampai di rawat di RS.
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan hanya
mempunyai penyakit menurun yaitu hipertensi, keluarga pasien
mengatakan ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki penyakit
hipertensi.
c. Pengkajian Saat Ini

21
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila
ada salah satu keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS.
2) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit
(1) Makan : 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi
(2) Minum : 6 – 7 gelas sehari (air putih dan teh)
b) Selama sakit
(1) Makan : 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis ½ porsi
(2) Minum : 5 – 6 gelas ukuran 200 cc, infus ± 900 CC jenis
RI.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
(1) BAB normal ± 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning.
(2) BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning –kuningan
b) Selama Sakit
(1) BAB cair ± 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau
khas.
(2) BAK cair ± 6-8 kali sehari, bau khas.
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Sebelum sakit
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/ Minum √
Mandi √
Torleting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ Rom √
b) Selama sakit
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4 Keterangan:
Diri 0: Mandiri
Makan/ Minum √ 1: Dibantu alat
√ 2: Dibantu orang
Mandi
lain
Torleting √ 3: Dibantu orang
Berpakaian √ lain dan alat

22
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √ 4: Tergantung
Ambulasi √ Total
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam / hari
b) Selama sakit
Pasien hanya tidur 3-5 jam / hari karena sering pusing
6) Pola Persepsual (Penglihatan, Pendengaran, Pengecapan, Sensasi)
a) Sebelum sakit
(1) Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua
(2) Penglihatan pasien sudah kabur
(3) Pengecapan pasien masih baik
(4) Sensasi pasien masih baik
b) Selama sakit
(1) Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua
(2) Penglihatan pasien sudah kabur
(3) Pengecapan pasien kurang baik karena bibir pasien terasa pahit
(4) Sensasi pasien masih baik
7) Pola Persepsi Diri
a) Sebelum sakit
(1) Kecemasan :Tidak ada kecemasan atau kegelisahan
(2) Konsep Diri : -
b) Selama sakit
(1) Klien terlihat lemah dan pucat
(2) Tingkat kecemasan klien dapat dilihat saat pasien akan dilakukan
tindakan keperawatan, sering bertanya sesuatu tentang
penyakitnya
8) Pola Seksual dan Reproduksi
a) Sebelum sakit Pasien sudah menopouse
b) Selama sakit Pasien tidak memiliki gairah seksual
9) Pola Peran Hubungan

23
a) Komunikasi : Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik
dengan keluarganya.
b) Hubungan dengan orang lain : Pasien bersosialisasi baik dengan
lingkungan dan keluarganya, terbukti banyak saudara ataupun kerabat
yang menjenguknya.
c) Kemampuan keuangan : Keluarga pasdigolongkan dalam kelompok
sosial kelas menengah.
10) Pola Managemen Kopping dan Stress
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar
b) Selama sakit
Pasien terlihat jenuh karena ruang gerak pasien diabatasi.
11) Sistem nilai keyakinan.
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah
b) Selama sakit
Pasien tidak melaksanakan ibadah sholat seperti biasanya karena
penyakitnya, tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhanya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : cukup
b) Kesadaran : composmetis
c) Tanda-tanda vital : - TD : 220/100 mmHg
-N : 87 x/menit
-S : 36,60 C
-R : 23 x/menit
2) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala : mesochepal
b) Rambut : bersih, beruban dan potongan pendek
c) Mata : reflek terhadap cahaya baik
d) Hidung : bersih, tidak ada polip
e) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
f) Mulut dan gigi : mulut bersih, kemampuan bicara baik
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h) Torak
(1) Inspeksi :bentuk simetris, bergerak dengan mudah
saat respirasi
(2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

24
(3) Perkusi :Perkusi diatas permukaan paru dalam
keadaan normal
(4) Auskultasi : Paru-paru dalam keadaan normal, yaitu terdapat
3 tipe suara
(a) Bronchial
(b) Bronchovaskuler
(c) Vaskuler
i) Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskulturasi : Bising usus 22 x /menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
j) Genetalia : berjenis kelamin Perempuan, dan terpasang DC
k) Kulit : bersih, turgor jelek
l) Ekstremitas : - atas : kekuatan otot lemah, tangan kanan
terpasang infuse RL 20 Tpm - bawah: tidak ada
edema.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 13 Oktober 2014
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Normal
GDS 106 mg/dl < 200
Creatinin 1,0 mg/dl 0,5 – 0, 9
HB 13,7 gr % 12 – 14
Leukosit 6,800 /mk 400 – 11000
Eosonofil 2,00 % 1,00 – 3,00
Eritrosit 3,60 juta/ml 4,60 – 5,50
Hematokrit 30,00 % 31,00 – 45,00
Trombosit 172,00 ribu/ml 150,00 – 450,00
2) Pemeriksaan EKG tanggal 14 Oktober
2014
Kesimpulan
a) OMI anterior
b) VES
c) Terapi Farmakologis
d) Meloxilam 2x7,5 mg
e) Captopril 2x2,5 mg

25
f) Monacto 2x1/2 tab
g) CPG 1x1 tab
h) Ospal 1x1 tab
i) Cefotaxime 2x1 gram
j) Torasic 2x1 a

Analisa Data Dalam Pengkajian


No Data Problem Etiologi
1. DS: pasien mengatakan kepalnya Nyeri akut Peningkatan
terasa sakit dan lehernya tekanan vaskuler
terasa kaku serebral
DO: -pasien terlihat menahan nyeri-
skala nyeri 7
2. DS : pasien mengatakan pandanganya Resiko Gangguan fungsi
terlihat kabur da berkunang-kunang injuri penglihatan
saat berdiri dan berjalan
DO : pasien terlihat sempoyongan saat
berjalan dan selalu berpegangan
3. DS : pasien mengatakan badannya Intoleransi Penurunan
terasa lemas dan susah untuk aktivitas cardiac output
melakukan aktivitasnya secara mandiri
DO : - pasien terlihat bedres
-Pasien terlihat dibantu orang lain
saat melakukan aktivitas karena lelah

26
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan vaskuler cerebral ditandai dengan pasien mengatakan
kepalnya terasa sakit, pasien terlihat menahan nyeri, skala nyeri 7.
2. Resiko injuri berhubungan
dengan gangguan penglihatan ditandai dengan pasien mengatakan
pandanganya terlihat kabur da berkunang-kunang saat berdiri dan berjalan.
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan cardiac output ditandai dengan pasien
mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan aktivitasnya
secara mandiri, Pasien terlihat dibantu orang lain saat melakukan aktivitas
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler cerebral ditandai
dengan pasien mengatakan kepalnya terasa sakit, pasien terlihat menahan
nyeri, skala nyeri 7.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri pada pasien dapat berkurang, dengan kriteria hasil: Pasien
mengatakan tidak sakit kepala lagi, sakit kepala terkontrol.

1) Berikan kompres
dingin pada dahi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
memperlambat resspon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya
2) Minimalkan
aktivitass vasokontriksi yang menyebabkan peningkatan sakit kepala
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral
3) Anjurkan pasien
untuk tirah baring selama fase akut
Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
4) Jelaskan penyebab
nyeri dan lama nyeri bila di ketahui
Rasional : meningkatkan pengetahuan
5) Kolaborasi
pemberian analgetik

27
Rasional: analgetik menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf simpa
b. Resiko injuri berhubungan dengan gangguan penglihatan ditandai dengan
pasien mengatakan pandanganya terlihat kabur da berkunang-kunang saat
berdiri dan berjalan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan resiko injuri dapat berkurang dengan criteria hasil:
1) pasien mampu mengidentifikasi faktor – faktor yang meningkatkan
kemungkinan cidera
2) menunjukan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
melindungi diri dari cidera
3) pasien tidak mengalami injuri / jatuh
4) pasien akan mengubah lingkungan sesuai indikassi meningkatkan
kenyamanan
a) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain
Rasional: memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi
resiko injuri

b) Pertahankan tirah baring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan


Rasional : untuk memungkinkan viterus human bekerja sebagai
kekuatan memotifasi untuk mengontrol perdarahan.
c) Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah
Rasional : mengurangi resiko perlukaan / pembuluh darah retina yang
akan menyebabkan menurunnya penglihatan.
d) Modifikasi lingkungan sekitar pasien
Rasional: meningkatkan rasa nyaman,
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output ditandai
dengan pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk
melakukan aktivitasnya secara mandiri, Pasien terlihat dibantu orang lain saat
melakukan aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri dengan kriteria hasil
dalam meningkatnya energi untuk melakukan aktivitas dan menurunnya
gejala – gejala intoleransi aktivitas
1. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan

28
2. Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
3. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy
Rasional : tekhnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy,
dan juga membantu kesimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat sepanjang siang dan sore
Rasional : istirahat memungkinkan penghematan energy
5. Kolaborasi pemberian obat digixin
Rasional : pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung.

4. Implementasi
Hari/ Dx Implementasi Respon P
Tanggal
13/10 2014 1 1. Mengkaji keluhan a. pasien mengeluh
pasien kepala pusing dan
08.00 11 2. Mengkaji nyeri pasien leher kaku.
1,II,III 3. Mengobservasi KU b. P: peningkatan
pasien tekanan vaskuler
c. Q: nyeri seperti di
remas
d. R: di kepala
e. T:saat bergerak
dan berjalan
f. KU pasien cukup

14/10/2014 I 1. Meorientasikan a. Pasien mulai


linkingan kepada mengenal
08.00 pasien lingkungan
2. Mempertahankan tirah b. pasien istirahat
baring keteat dalam dalam posisi
posisi berbaring terlentang
3. Mendorang pasien c. pasien memahami
untuk melakukan Obat masuk
aktivitas mandiri melalui IV
4. Memberi injeksi
Cetorolax 2X1 gram
Torasix 2X1 amp

29
15.30 1. Mengukur TTV TD: 200/100 mmHg
2. Mengobservasi N: 86x/mnt
keadaan umum pasien R: 23x/mnt
3. Mengkaji skala nyeri S: 36,7 C
4. Member kompres air
dingin
5. Mempertahankan klien
pada posisi Terlentang.
20.00 Menganjurkan pasien a. Pasien lemas dan
untuk tetap istirahat masih berbaring
untuk menghemat di tempat tidur.
energi’ b. skala nyeri 6
c. Pasioen
kooperatif saat di
lakukan kompres
dingin
d. pasien tidur
terlentang
e. pasien memahami
anjuran yang di
brikan
1. Melatih pasien tehnik a. pasien dapat
relaksasi dan distraksi melakukan tehnik
2. Mengatur posisi klien menghilangkan
pada posisi nyaman nyeri
3. Memberi obat b. pasien nyaman
analgesic pda posisi tidur
4. Mengajurkan pasien c. pasien mendapat
untuk obat analgesic
mengistirahatkan mata d. pasien mulai
5. Mengkaji skala nyeri istarahat
dengan skala 4 e. pasien Nampak
6. Mengobservasi KU lebih rileks
pasien f. KU cukup
7. Mempertahankan klien g. pasien tidur
pada posisi Terlentang. dalam posisi
8. Membantu ROM pada terlentang
pasien h. pasien berlatih
ROM
15/10 2014 1. Melatih pasien tehnik a. pasien bias
relaksasi dan distraksi melakukan
08.00 2. minimalkan aktivitas tekhnik
yang menyebabkan menghilangkjan
nyeri rasa nyeri
3. memberi obat b. pasien kooperatif
analgetik c. pasien mendapat
analgetik

30
11.00 TD :180/70mmHg
-N : 87x/m
Mengukur TTV
-S :36,5
-R : 24x/m
1. Mengajurkan pasien a. pasien istirahat
untuk istirahat b. pasien sudah
2. Mengkaji nyeri pasien tidak nyeri
skala

Evaluasi
Tanggal/ DX Catatan perkembangan Paraf
jam
13/10/2014 I S: Pasien mengatakan kepelanya sakit seperti
diremas-remasa saat berjalan
O: Pasien terlihat menahan nyeri
Skala nyeri 7
A: Masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,5

II S: pasien mengatakan pandangannya kaburdan


berkunang-kunang
O: Pasien masih terbaring ditempat tidur
A:Masalah resiko injuri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,4

III S: Pasien mengatakan lemas dan belum bisa


melakukan ak tifitas secara mandiri
O: Masalah intolenransi aktifitas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,4

14/10/2014 I S: Pasien mengatakan kepelanya sakit sudah


berkurang
O: Pasien terlihat sudah lebih rileks
Skala nyeri 7
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2 dan 3

31
II
S: pasien mengatakan pandangannya masih kabur
dan berkunang-kunang
O: Pasien terlihat sempoyongan
A:Masalah resiko injuri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,4

III S : Pasien mengatakan sudah tidak terlalu lemas


dan bisa melakukan aktifitas seperti duduk dan
minum
O: Pasien sudah Nampak bertenaga
A: Masalah intolenransi aktifitas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2

15/10/2014 I S : Pasien mengatakan sudah tidak pusing


O: Pasien sudah Nampak lebih rileks
A: Masalah nyeri akut pada pasien dapat teratasi
P: Hentikan intervensi

II S: Pasien mengatakan pandangannya


berkunang- kunang ketika berdiri terlalu lama
O: Pasien lebih tenang jika dalam posisi tidur
A: Masalah resiko injuri teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 – 4

III S: Pasien mengatakan badanya masih lemas


O: Pasien terlihat tiduran dan masih dibantu
keluarganya
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 2

32

Você também pode gostar