Você está na página 1de 7

Nama : Erna Imawati Tri Oktafia

NIM : 1531410135
Kelas : 3F / D3 – Teknik Kimia

Analisa Kasus Menurut Bab 4


1. Isu Faktual
Sejumlah penelitian telah dilakukan para peneliti untuk menyelidiki kualitas
perairan Teluk Buyat yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara. Penelitian tersebut
merupakan salah satu bentuk perhatian yang diberikan pada perairan Teluk Buyat,
mengingat peran penting perairan Teluk Buyat dalam pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Tentunya, masyarakat yang dimaksud bukan hanya
masyarakat yang tinggal di sekitar perairan laut saja, tetapi juga masyarakat yang
tinggal ribuan kilometer jauhnya dari perairan laut Teluk Buyat, penelitian
komprehensif untuk mengatasi masalah polusi/pencemaran, dengan aktivitas industri
sebagai penyebab, masih jarang dilakukan.
Hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa lokasi perairan Teluk Buyat,
termasuk di dalamnya dua lokasi yaitu Teluk Totok dan Teluk P. Kumeke-Kotabunan,
menghadapi masalah serius terkait pencemaran dan penurunan daya dukung
lingkungannya. Sumber pencemar utama diketahui berasal dari aktivitas pembuangan
limbah tailing atau lumpur sisa tambang PT Newmont Minahasa Raya (NMR). Telah
diketahui bahwa kelompok-kelompok sipil menuduh Newmont telah membuang 5,5
juta ton merkuri dan arsenic limbah ke perairan Teluk Buyat selama 8 tahun masa
operasinya. Newmont telah membantah tu duhan tetapi mengakui melepaskan 17ton
limbah merkuri ke udara dan 16ton ke dalam air selama limatahun, jumlah yang
dikatakan jauh di bawah standar emisi di Indonesia. Faktanya, terdapat sekitar 60%
industri pengolahan di Jawa Barat yang keberadaannya juga berimplikasi pada
terjadinya gangguan sistem hidrologi. Adapun fakta yang menunjukkan adanya
kontaminasi limbah berbahaya industri telah dibuktikan pada Tahun 1997 PT.NMR
memasang alat pengolah bijih tambang yang mengandung merkuri tinggi. Menurut
Kepala Dinas Pertambangan Sulut, R.L.E Mamesah, alat ini sengaja dipasang untuk
menarik emas yang terbungkus mineral lain, terutama merkuri yang memang sudah ada
di alam. Proses ekstraksi emas pada badan bijih yang ditambang menghasilkan limbah
halus atau tailing. Metode pelepasan emas ini menggunakan senyawa sianida. Adapun
beberapa jenis logam berat yang ikut terangkat dari perut bumi adalah Hg (merkuri),
As (Arsen), Cd (Cadmium), Pb (timah) dan emas itu sendiri. Dari proses pengolahan
tersebut tentu saja hanya bijih emas yang diambil, dan logam berat yang lain dialirkan
menjadi limbah halus melalui pipa tailing ke Teluk Buyat.
Sedangkan dalam konteks bahan kimia beracun, hasil kajian kelayakan
pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat yang dilaksanakan oleh PPLH-SA dan
Universitas Sam Ratulangi tahun 1999 menyatakan beberapa ancaman limbah tambang
yang dibuang ke dasar laut sebagai berikut:
(1) Limbah lumpur di dasar perairan memberikan dampak buruk bagi organisme dan
jenis biota laut lainnya,
(2) Elemen kimia toksik seperti arsenic, cadmium, mercury, lead, nickel dan sianida
dapat merusak ekosistem laut. Lebih berbahaya, elemen-elemen kimia yang bersifat
karsinogenik terakumulasi dalam rantai makanan yang akhirnya masuk kedalam tubuh
manusia.
Hasil Investigasi terdahulu di perairan Teluk Buyat akhir Juli 1998 warga Buyat
dikejutkan dengan bocornya pipa limbah PT NMR. Manajemen PT NMR hanya
menjelaskan bahwa pipa limbah bawah laut yang bocor itu pada sambungan flens di
kedalaman 10 meter. Penyebabnya terjadi penyumbatan saluran pipa pada 25 Juni dan
19 Agustus 1998 akibat kuatnya tekanan air. Agar saluran dapat berfungsi dengan baik,
pipa limbah dibersihkan, diisi dengan air bor dan diberi tekanan udara. Kerugian yang
di derita oleh perusahaan yang diperkirakan USS 4,9 juta – (Rp. 52 Miliar), namun
tidak pernah menyadari sama sekali apa akibat bocornya pipa tersebut terhadap
kelangsungan kehidupan biota laut dan manusia yang ada di sekeliling pipa bocor
tersebut.
Perairan Teluk Buyat dalam kurun 1997 – 1999 yaitu dari 5 derajat (8,9%)
menjadi 2,2 derajat (3,8%) atau telah mengalami perubahan kemiringan lerengnya.
Melihat kemiringan bentang lahan perairan Teluk Buyat menunjukkan bahwa lokasi
tidak layak untuk dilewati pipa pembuangan limbah tailing yang memiliki kriteria
kemiringan sebesar 10-20 derajat (Kuntjoro, 1999). Penempatan limbah tailing di
perairan Teluk Buyat telah mengakibatkan perubahan bentuk bathimetri perairan Teluk
Buyat, dimana dari hasil pengukuran bahwa ketebalan sendimen diperoleh telah terjadi
tumpukan deposisi limbah tailing pada kedalaman 80-90meter atau di sekitar pipa
buangan terdapat limbah tailing setebal 10 meter. Limbah Tailing yang terdeposisi
memenuhi hampir semua tempat di dasar laut mulai dari kedalaman >60meter, ini
berarti telah terjadi selisih kedalaman 10 meter. Tailing tidak membentuk tumpukan
melainkan menyebar ke tempat lain.
Dengan berubahnya kemiringan bentang lahan di perairan di Teluk Buyat dan
melihat hasil pengukuran dengan logam Arsen di tiga lokasi pengambilan contoh air,
sedimen dan biota, mengindikasikan adanya transportasi partikel-partikel tailing pada
kedalaman 20 meter. Dan hasil pengukuran yang dilakukan pada 10 ekor ikan diperoleh
bahwa hati dan perut ikan adalah target organ yang mengakumulasi logam Arsen
tertinggi, yaitu sekitar 2,777-51,365 ppb, konsentrasi logam besi terakumulasi paling
banyak pada daging ikan yaitu sekitar 1,03 – 1,86 ppm sedangkan hati dan perut ikan
diperoleh konsentrasi logam besi sekitar 0,07 – 0,63 ppm. Hasil pengukuran konsentrasi
logam berat (Arsen, Cadmium dan Merkuri) diperoleh bahwa biota yang ditangkap dari
perairan Teluk Buyat rata-rata sudah terkontaminasi oleh ketiga logam berat tersebut.
Air raksa (mercury), Cadmium (Cd), Arsen (As) adalah jenis logam yang apabila
terkonsumsi oleh manusia pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek
berbahaya terhadap kesehatan. Pembuangan limbah tailing ke laut (Sub Marine Tailing
Disposal) dimulai di Teluk Buyat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara pada bulan
Maret 1996. Ketika pertama kali tailing dialirkan ke kedalaman 82 meter dan jarak 900
meter tepi pantai, beberapa perisitiwa yang merugikan masyarakat setempat terjadi.
Rangkaian peristiwa pun matinya ikan-ikan terjadi setelah Maret 1996 dimana tailing
dialirkan ke laut. Penduduk juga melihat bahwa laut semakin keruh dan ikan-ikan sulit
didapat. Nener (benih bandeng) hilang dan ikan tangkapan sejak tahun 1997 tinggal 13
jenis ikan saja (hasil pemetaan partisipatif masyarakat dan Walhi Sulut, 2000).
Penyakit minamata merupakan penyakit yang muncul pertama kali di daerah
Minamata, Jepang. Penyakit ini diakibatkan oleh tercemarnya lingkungan oleh logam-
logam berat khususnya Arsen (As), merkuri (Hg), dan Sianida (Sn). Logam yang sudah
mencemari lingkungan akan bersifat bioakumulatif, artinya kadar logam berat akan
semakin meningkat pada konsumen tingkat tinggi pada rantai makanan. Peristiwa yang
sama juga terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Gejala penyakit yang timbul antara
lain: Mual, pusing, sakit kepala yang hebat, persendian sakit, lemah, kram, gemetar,
bahkan yang paling mengejutkan adalah munculnya benjolan pada bagian tubuh
tertentu. Benjolan dialami oleh banyak warga dewasa termasuk anak-anak. Beberapa
perempuan mengalami keguguran berulang-ulang pada usia kehamilan 5-6 bulan,
kelahiran anak yang cacat, dan ada beberapa ibu yang menyusui bayinya dengan
sebelah payudara saja. Hal ini karena yang sebelahnya ada benjolan. Kesehatan
reproduksi perempuan secara umum mengalami penurunan kualitas secara drastis
2. a) Paradigma Positif : Persediaan Kualitas Perairan Teluk Buyat Harus Bersih
dan Aman Sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan yang Sudah ditetapkan
b) Paradigma Negatif : Tingkat Limbah Beracun dan Berbahaya yang dibuang
ke Perairan Teluk Buyat

PN PP

Tingkat Limbah
Persediaan Kualitas Beracun
Perairan Teluk
dan PersediaanLimbah
Tingkat Kualitas Beracun
Perairan Teluk
dan
Buyat Harus Bersih
Berbahaya yang dan Aman ke
dibuang Buyat Harus Bersih
Berbahaya yang dan Aman ke
dibuang
Sesuai dengan Baku Mutu Sesuai dengan Baku Mutu
Perairan Teluk Buyat Perairan Teluk Buyat
Lingkungan yang Sudah ditetapkan Lingkungan yang Sudah ditetapkan

3. Hipotesis Untuk Pertimbangan


1. Permasalahan pencemaran air oleh PT Newmont Minahasa Raya (NMR) di Teluk buyat
dengan membuang limbah 5 ppm setiap harinya kadarnya sesuai dengan peraturan
pemerintah.
2. Permasalahan pencemaran air oleh PT Newmont Minahasa Raya (NMR) membuang
limbah 5 ppm setiap harinya kadarnya masih aman untuk perairan laut.
3. Pembuangan limbah ke Teluk Buyat yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara tidak akan
mencemari ikan dan ekosistem laut.
4. Pembuangan limbah ke Teluk Buyat yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara tidak akan
menyebabkan penyakit yang serius pada manusia.
5. Ada sistem pengolahan limbah sebelum limbah dibuang keperairan oleh PT Newmont
Minahasa Raya (NMR).
6. Penerapan sistem kerja dan pengolahan tambang aman bagi lingkungan.
7. PT Newmont Minahasa Raya (NMR) bertangung jawab kepada lingkungan dan
masyarakat atas limbah yang mereka hasilkan.
8. Air raksa (mercury), Cadmium (Cd), Arsen (As) adalah jenis logam yang masuk tubuh
manusia akan menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan
menjadi gemetar dan lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan
melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel, serta gerakan menjadi tidak terkendali.
9. Penyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk
mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik saja.
10. Lumpur di Teluk Buyat yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara mengandung merkuri
dipulihkannya dengan mengeruk sebagian lumpur dan mereklamasikannya.
Penggambaran Grafis sebagai berikut:

PN PP
P

8 9 4 3 2 1 6 7 10, 5

4. Pembuatan Diagram Alur

PT Newmont Minahasa Raya (NMR) membangun perusahaan baru.

Tidak
Apakah disetuji oleh
pemerintah di Tidak untuk membangun pabrik.
Indonesia?

Ya

Adakah standar Merumuskan batas maksimal


hukum keselamatan Tidak pembuangan limbah yang aman
dan standar baku
(diizinkan) bersama dengan
mutu pengolahan
limbah di Indonesia? Pemberintah Indonesia.

Tetap membangun pabrik dengan


Ya mengambil resiko yang mungkin
akan terjadi dikemudian hari.

Apakah akan terjadi Tidak


dampak serius jika tetap
Membangun Pabrik.
membangun pabrik?

Ya
Ya

Apakah ada langkah Ya


Apakah
pencegahan yang Pengolahan limbah dengan
biayanya akan
dapat dilakukan? benar.
efektif?

Tidak
Tidak
Mencari teknik pengolahan limbah yang aman untuk lingkungan.
Berinfestasi untuk ditempat lainnya.
Analisa Kasus Menurut Bab 5
1. Kerusakan Ekosistem
Dampak pencemaran perairan Teluk Buyat pada tahap selanjutnya akan terjadi pada
ekosistem. Pencemaran perairan Teluk Buyat mengakibatkan kerusakan ekosistem yang
berarti interaksi antar makhluk hidup di suatu tempat akan berubah. Banyak daerah yang
sekarang jadi terkena pencemaran air karena kelalaian manusia dalam menjaga kelestarian
lingkungannya, dan di masa yang akan datang daerah-daerah yang tercemar ini tentu akan
membuat manusia mengalami banyak kesulitan
2. Kerusakan Rantai Makanan
Dampak pencemaran air juga merusak tatanan rantai makanan alami yang selama ini
berlangsung dalam ekosistem perairan Teluk Buyat. Polutan seperti Air raksa (mercury),
Cadmium (Cd), Arsen (As) adalah jenis logam yang dimakan oleh ikan kecil, akan terbawa
pada tingkat trofik selanjutnya. Ikan-ikan besar, kerang, dan tingkat trofik di atasnya juga akan
ikut merasakan dampak dari polutan yang dimakan oleh si ikan kecil tersebut.
3. Wabah Penyakit
Kerusakan rantai makanan pada tahap selanjutnya akan berdampak pada manusia yaitu
produk-produk dari badan perairan Teluk Buyat yang tercemar dikonsumsi manusia akan
mengakibatkan pada mewabahnya beberapa jenis penyakit. Wabah penyakit seperti mual,
pusing, sakit kepala yang hebat, persendian sakit, lemah, kram, gemetar, bahkan yang paling
mengejutkan adalah munculnya benjolan pada bagian tubuh tertentu. Benjolan dialami oleh
banyak warga dewasa termasuk anak-anak. Beberapa perempuan mengalami keguguran
berulang-ulang pada usia kehamilan 5-6 bulan, kelahiran anak yang cacat, dan ada beberapa
ibu yang menyusui bayinya dengan sebelah payudara saja. Hal ini karena yang sebelahnya ada
benjolan. Kesehatan reproduksi perempuan secara umum mengalami penurunan kualitas secara
drastis dan masih banyak yang lainnya lagi.
4. Kecelakaan
Analisa kecelakaan yang terjadi di perairan Teluk Buyat karena pencemaran limbah
oleh PT. Newmont Minahasa Raya sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran yang serius
pada perairan Teluk Buyat yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara serta dugaan adanya
penyakit yang disebabkan pencemaran Air raksa (mercury), Cadmium (Cd), Arsen (As).
Kecelakaan yang terjadi merupakan kecelakaan prosedural; dimana kecelakaan prosedural
adalah yang paling umum terjadi akibat dari pilihan buruk yang diambil oleh seseorang atau
karena orang tersebut tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Indonesia. Dalam kasus ini PT. Newmont Minahasa Raya dengan sengaja membuang limbah
tailingnya ke perairan laut Teluk Buyat, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran pada
ekosistem bawah laut, serta dampak yang serius ditimbulkan berupa penyakit yang disebabkan
pencemaran limbah merkuri yang dirasakan oleh warga Teluk Buyat. Padahal Pemerintah
Indonesia telah menetapkan standar baku mutu untuk pembuangan limbah kelingkungan.
PT. Newmont Minahasa Raya telah melanggar hukum peraturan yang ada di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:
1. Kasus pencemaran di Teluk Buyat adalah kasus pelanggaran HAM, yaitu melanggar
hak untuk hidup, hak mendapatkan lingkungan yang baik dan hak mendapatkan
kesehatan.
2. Perbuatan pidana tersebut dapat dikategorikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam
UU Lingkungan Hidup dan mewajibkan pembersihkan dan rehabilitasi, pemantauan
selama 30 tahun di Teluk Buyat.
3. Pelanggaran terhadap izin pengelolaan tailing (limbah batuan tambang berbentuk
lumpur logam berat) sebagai limbah B3.
4. Pelanggaran izin pembuangan limbah tambang (dumping tailing) ke laut. Kesemuanya
diduga melanggarar PP No 18 /1999, PP No 85/1999 danUU No.23/1997."Pelanggaran
itu dikategorikan sebagai perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam dengan
pasal 43 UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
5. Kematian Biota Air
Masalah utama yang disebabkan oleh dampak pencemaran perairan Teluk Buyat adalah
terbunuhnya kehidupan yang tergantung pada badan air tersebut. Ikan, kepiting, burung camar
dan banyak hewan lain terbunuh karena adanya polutan berbahaya yang meracuni habitat
mereka. Contoh sederhana dari dampak ini adalah hilangnya populasi ikan di perairan laut.

Você também pode gostar