Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kini, Toba pun hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan
pertaniannya tidak luas. Di suatu malam yang indah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”
Saat mereka memasuki kampung Toba, ada beberapa orang yang tidak suka
akan kehadiran Putri.
Bujang 1 : “Hei Lae, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa pulang
seorang cewe. Uh..bodinya mantap sekali.”
Bujang 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau kan
tau si Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”
Bujang 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Bujang 2 : “Sudahlah, ayo kita pulang. Jijik aku lihat dia itu.”
Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang
ke rumah dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri. Toba
merasa bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Toba dan Putri
bertambah karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir.
Samosir tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak
nakal. Ia mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu
membuat jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan
orang tuanya.
Toba : “Mamak, mana makan siang untukku?”
Putri : “Tadi sudah kusiapkan di atas meja. Wah Samosir, ke mana makanan tadi?”
Samosir : “Sudah kuhabiskan bu. Kan saya ini masih dalam masa pertumbuhan.
Sekarang pun sebenarnya aku masih lapar, tapi sudahlah, aku pergi bermain
dulu ya bu.”
Toba : “Oy Samosir!. Kurang ajar kali kau ini. Ah Mamak ini selalu saja
memanjakan dia, saya ini lapar ma.
Putri : “Sabar ya pak, ingatlah dia kan buah hati kita satu-satunya. Jangan sampai hal
sepele seperti ini membuatmu emosi.”
Toba : “Ya sudahlah ma. Buatkan aku makanan sajalah, perutku sudah lapar sekali.”
Putri : “Tunggulah, aku akan membuatkannya.”
Toba masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti
ada batasnya. Sampai suatu ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.
Putri : “Samosir, Bantu Mamak nak.”
Samosir : “Apa bu. aku sedang asyik bermain nih.”
Putri : “Bawakan bekal ini untuk bapamu di sawah. Kasihan dia sudah menunggu.”
Samosir : “Ah, Mamak sajalah yang pergi.”
Putri : “Mamak sedang masak Samosir. Cepatlah kau antarkan, nanti bapamu
marah.”
Samosir : “Ah Mamak ini, menggangguku saja. Sini!”
Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan
tak bersalah, Samosir tetap membawa makanan itu kepada Bapanya di sawah.
Bapanya sudah kepanasan dan kelaparan menunggu samosir yang membawa
makanannya.
Toba : “ Darimana kau Samosir?, lama kali kau datang!”
Samosir : “Sabarlah Bapa, tadi aku beristirahat sebentar”
Toba : “Ah,sudahlah. Mana makananku itu?”
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
Toba : (membuka bekal lalu mengerenyitkan dahi) “ Samosir! Kau kemanakan
semua makanan masakan Mamak kau?”
Samosir : “Sudah Samosir habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan makanan
bapa aku memakannya, karena perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Memang kau rakus kali! Dak pernah kau berubah! Dasar anak ikan!”
(geram)
Tapi semuanya telah sia-sia, mereka sudah terlambat. Sungai di desa mereka
telah meluap dikarenakan hujan deras itu. Dan tak lama kemudian, air sungai di desa
mereka telah menggenangi desa itu.
Akhir cerita, setibanya Putri di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Putri kemudian melompat ke
dalam sungai. Ia berubah menjadi seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa
menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan,
genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar. Di
kemudian hari, orang-orang menyebutnya Danau Toba dan pulau kecil yang berada di
tengah-tengahnya dinamai Pulau Samosir.