Você está na página 1de 6

PEMERAN:

1. M. Hijrahyansyah Sebagai: Toba


2. M. dicky Zahri Sebagai: Samosir
3. Ivan Kurniawan Sebagai: Putri
4. Ikhsan Anugrah Sebagai: Mamak Toba
5. Jakapuja Ardiansyah Sebagai: Bujang 1
6. M. Agustian Harianysah Sebagai: Bujang 2
7. M. Fadli M. Sebagai: Masyarakat 1
8. Ariq Milenium Sebagai: Masyarakat 2
9. Kurniawan Dwi Putra Sebagai: Suara Gaib
10. Jansen Antonius P.P.H. Sebagai: Narator

Kelas : XII T. MEKATRONIKA 1


Wali Kelas : Lili Suryani,S.Pd
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hiduplah seorang petani bersama
Mamaknya bernama Toba dan Mamak Toba. Pada malam hari, Toba bermimpi buruk
sekali, dalam mimpinya dia diterkam oleh seekor harimau, dia pun langsung
terbangun, ketika dia sedang memikirkan apa arti dari mimpi itu, tiba-tiba Mamaknya
batuk dan sesak napas. Toba pergi ke kamar Mamaknya.

Toba : “Mak..Mak.. Mamak kenapa?”


Mamak : “Anakku, Mamak tidak apa-apa, Mamak hanya sesak napas dan batuk biasa
saja, jangan khawatir.”
Tapi batuk dan sesak napas yang dialami Mamak semakin parah, tadinya batuk
biasa menjadi batuk darah.
Toba : “Ini apa Mak, kenapa sapu tangan ini berdarah?.”
Mamak : “Anakku tolong ambilkanlah minum untuk Mamak, napas Mamak sangat
sesak.”
Toba : “Baik Mamak (sambil membawa air minum). Ini mak.”
Mamak : “Anakku Mamak sudah tidak tahan lagi, mungkin ajal Mamak sudah dekat.”
Toba : “Mamak jangan tinggalkan Toba sendiri disini.”
Mamak : “Anakku kau harus bisa hidup tanpa Mamak, kau kan kuat? Kau anak
Mamak yang paling berani. Hiduplah dengan baik.”( Mamak Toba pun
meninggal dunia)

Kini, Toba pun hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan
pertaniannya tidak luas. Di suatu malam yang indah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”

Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kail tersebut bergoyang-goyang lalu


ia segera menarik kailnya.
Toba :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini juga
indah sekali. Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Pasti nikmat
sekali bila ku makan nanti.”
Toba mencari kayu bakar untuk membakar ikan yang ditangkapnya hari ini.
Ikannya pun dia simpan di dapur. Ketika ia sedang mencari kayu bakar, tiba-tiba ikan
yang ditangkap oleh Toba berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita, Toba pun
datang dengan membawa kayu bakar. Toba terkejut ketika melihat ikan di ember tidak
ada.
Toba : “Bah, dimanakah ikan besar cantik nan rupawan itu, apakah dia di makan
kucing?, Hah ada orang dirumahku?, Hei... Kau siapa?
Putri : ”Tunggu, jangan takut. Aku adalah ikan yang akan kau masak tadi, namaku
Putri, terimakasih karna kau telah menghancurkan kutukan Sang Dewata.”
Toba :”Hah?, ikan menjadi manusia? Tidak Mungkin!!!!.”
Putri : “Aku jujur, aku tidak berbohong kepadamu, kau jangan memakan ku. Aku
bersedia menemanimu asal aku tidak kau makan.”
Toba : “Benarkah?”
Putri : “Tentu saja.”
Toba : “Namaku Toba. Mari kita Keluar. Aku sudah tak sabar ingin
memberitahukan Warga bahwa kau akan menjadi istriku.”
Putri : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku. Aku
mohon kau tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan, karena
jika masyarakat itu tahu akan hal tersebut pasti akan terjadi bencana besar
yang melanda desa ini.”
Toba : “Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita keluar.”

Saat mereka memasuki kampung Toba, ada beberapa orang yang tidak suka
akan kehadiran Putri.
Bujang 1 : “Hei Lae, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa pulang
seorang cewe. Uh..bodinya mantap sekali.”
Bujang 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau kan
tau si Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”
Bujang 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Bujang 2 : “Sudahlah, ayo kita pulang. Jijik aku lihat dia itu.”

Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang
ke rumah dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri. Toba
merasa bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Toba dan Putri
bertambah karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir.
Samosir tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak
nakal. Ia mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu
membuat jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan
orang tuanya.
Toba : “Mamak, mana makan siang untukku?”
Putri : “Tadi sudah kusiapkan di atas meja. Wah Samosir, ke mana makanan tadi?”
Samosir : “Sudah kuhabiskan bu. Kan saya ini masih dalam masa pertumbuhan.
Sekarang pun sebenarnya aku masih lapar, tapi sudahlah, aku pergi bermain
dulu ya bu.”
Toba : “Oy Samosir!. Kurang ajar kali kau ini. Ah Mamak ini selalu saja
memanjakan dia, saya ini lapar ma.
Putri : “Sabar ya pak, ingatlah dia kan buah hati kita satu-satunya. Jangan sampai hal
sepele seperti ini membuatmu emosi.”
Toba : “Ya sudahlah ma. Buatkan aku makanan sajalah, perutku sudah lapar sekali.”
Putri : “Tunggulah, aku akan membuatkannya.”

Toba masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti
ada batasnya. Sampai suatu ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.
Putri : “Samosir, Bantu Mamak nak.”
Samosir : “Apa bu. aku sedang asyik bermain nih.”
Putri : “Bawakan bekal ini untuk bapamu di sawah. Kasihan dia sudah menunggu.”
Samosir : “Ah, Mamak sajalah yang pergi.”
Putri : “Mamak sedang masak Samosir. Cepatlah kau antarkan, nanti bapamu
marah.”
Samosir : “Ah Mamak ini, menggangguku saja. Sini!”

Dari awal Samosir memang sudah tidak berniat mengantarkan makanan


tersebut. Sesampainya di pertengahan jalan.
Samosir : “Jalan ke sawah saja sudah membuatku lelah, lebih baik kumakan saja bekal
bapa ini.”

Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan
tak bersalah, Samosir tetap membawa makanan itu kepada Bapanya di sawah.
Bapanya sudah kepanasan dan kelaparan menunggu samosir yang membawa
makanannya.
Toba : “ Darimana kau Samosir?, lama kali kau datang!”
Samosir : “Sabarlah Bapa, tadi aku beristirahat sebentar”
Toba : “Ah,sudahlah. Mana makananku itu?”
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
Toba : (membuka bekal lalu mengerenyitkan dahi) “ Samosir! Kau kemanakan
semua makanan masakan Mamak kau?”
Samosir : “Sudah Samosir habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan makanan
bapa aku memakannya, karena perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Memang kau rakus kali! Dak pernah kau berubah! Dasar anak ikan!”
(geram)

Samosir menangis, lalu berlari pergi menemui Mamaknya di rumah.


Putri : “Mengapa kau menangis anakku?” (bingung melihat anaknya
menangis)
Samosir : “Mamak, benarkah aku ini adalah seorang anak ikan?”
Putri : “Siapa yang berkata padamu, Nak?” (terkejut)
Samosir : (diam sambil tersedu-sedu)
Putri : “Jawab Mamak, Nak!”
Samosir : “Bapa yang berkata itu padaku, Mamak. Bapa bilang aku adalah seorang
anak ikan, makanya aku rakus. Benarkah itu Mamak? Bapa bohongkah
Mamak?”
Putri : (diam dan mulai menitikkan air mata) “Iii…ya Samosir, Bapamu itu benar
sekali. Kau adalah anak ikan. Mamakmu ini adalah seekor ikan sebelum
Mamak menikah dengan Bapa.”
Putri : “Sekarang, Mamak minta kau untuk tidak mempedulikan perkataan Bapamu.
Segeralah pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah
kita dan kau harus memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak
bukit itu.”
Samosir: “Baik, Mak!”

Tiba- tiba ada suara yang muncul dari langit.


Suara Gaib : “Huahahaha..Suamimu sudah melanggar janjinya. Sekarang kamu tidak
bisa hidup dimuka bumi ini. Kau harus meninggalkan muka bumi ini.
Kau harus kembali ke tempat asal kau yaitu ke sungai kembali menjadi
ikan. Kau tidak berhak lagi tinggal disini. Cepat lah kau pergi ke sungai!”
Setelah mendengar suara gaib, seketika itu juga Samosir dan Putri lenyap tanpa
jejak dan bekas. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan turun hujan yang sangat deras
disertai petir.
Masyarakat 1 : “ Ada apa ini?”
Masyarakat 2 : “ Aku tidak tahu, !”
Masyarakat 1 : “Tidak biasanya hujan deras seperti ini.”
masyarakat 2 :”Aku rasa akan terjadi bencana yang sangat dasyat menimpa desa kita”
Masyarakat 1 : “Ya benar, lama kelamaan desa kita akan tenggelam. Ayo kita pergi ke
tempat yang lebih tinggi.”
Masyarakat 2:” Ayo.”

Tapi semuanya telah sia-sia, mereka sudah terlambat. Sungai di desa mereka
telah meluap dikarenakan hujan deras itu. Dan tak lama kemudian, air sungai di desa
mereka telah menggenangi desa itu.

Akhir cerita, setibanya Putri di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Putri kemudian melompat ke
dalam sungai. Ia berubah menjadi seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa
menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan,
genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar. Di
kemudian hari, orang-orang menyebutnya Danau Toba dan pulau kecil yang berada di
tengah-tengahnya dinamai Pulau Samosir.

Você também pode gostar