Você está na página 1de 10

LAPORAN ANALISA GULA I

PRAKTIKUM KE XI

“ Analisa Pendahuluan”

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIKA WULANDARI

PRODI : TEKNIK KIMIA SMT 1

NIM :14.01.014

POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA

Jalan LPP NO 1 A BALAPAN, YOGYAKARTA 55222

TA 2014/2015
I. JUDUL

“ Analisa Pendahuluan”

II. TUJUAN
 Untuk mengetahui kemasakan tebu melalui analisa pendahuluan/analisa
kemasakan.
 mengetahui penentuan masa tebang tebu dengan analisa factor kemasakan.

III. DASAR TEORI

Analisa kemasakan atau yang dikenal dengan analisa pendahuluan adalah salah satu
proses yang harus dilakukan sebelum sebuah pabrik gula melakukan giling tebu. Analisa
Kemasakan berdasarkan Mochtar (1994) menyebutkan beberapa criteria bagi tebu yang
dinyatakan sebagai tebu masak, yaitu antara lain:

Tebu dikatakan masak, jika secara visual daun tebu sebagian besar mengering,
kecuali bagian pucuknya. Secara kimiawi, kadar gula (pol, brix dan HK , rend) bagian atas dan
bawah hampir sama. Kadar gula reduksinya rendah (biasanya < 0,5%). Kadar P2O5
tinggi(>250 ppm). Tebu dikatakan sudah masak jika factor kemasakan FK <25.

Untuk mengetahui tebu di kebun sudah waktunya ditebang atau belum, tidak cukup
dilihat dari tanda fisiknya saja yakni, daunnya sudah hampir mengering semua, dan sebagain
besar sudah menglenthek ( self trashing), sebab, tanda-tanda tersebut bisa jadi disebabkan
hal lain, seperti akibat kekeringan. Cara yang umum dilakukan adalah dengan cara
melakukan analisa kemasakan. Atau biasa disebut analisa gilingan contoh atau analisis
gilingan kecil atau analisis pendahuluan.

Perlu diperhatikan bahwa hasil analisis kemasakan tidak boleh dikaitkan dengan
tinggi rendahnya rendemen efektif hasil gilingan besar, karena sample/contoh/ cuplikan yang
diambil tidak mewakili seluruh/sebagian kebun, misalnya satu petak tebang. Tata cara
pelaksanaan analisa kemasakan khususnya pada kebun yang kondisi pertumbuhannya
homogeny adalah sebagai berikut :

1. Menentukan petak atau juringan contoh


2. Kemudian, dari juringan- juringan contoh tersebut ditentukan letak batang
contoh, dimana batabg-batang tersebut akan diambil/ditebang pada setiap
periode/ rondenya. Yang penting baik juringan maupun batang contoh
haruslah mewakili kondisi pertanaman dari seluruh areal tersebut.
3. Selanjutnya, melakukan analisis yakni dengan langkah-langkah menglentek
daun, menghitung, menimbang dan mengukurbatang serta menghitung
jumlah ruasnya.
4. Memotong tiap batang menjadi 3 bagian ( bawah, tengah, dan atas/ BTA)
yang sama panjang, masing-masing ditimbang, dibelah, dihitung jumlah
ruasnya, serangan hama, (khususnya penggerek batang dan bakteriosis),
keadaan “voos” (gabus) atau adanya lubang di tengah batang.
5. Tiap kelompok bagian batang tersebut digiling di gilingan kecil dengan factor
perah diusahakan mencapai 60%.
6. Dari nira tersebut, dapat diperoleh nilai brix dan pol dan dapat dihitung Nilai
Nira (NN) dan Hasil Bagi Kemurnian (HK).

Dari analisis beberapa ronde dapat diketahui secara tepat keadaan/ factor
kemasakan (FK), kemungkinan/koefisien daya tahannya (KDT) dengan rumus senagai berikut:

Rende men Bawah−Rendemen Atas


F.K = ×100
Rendemen Bawah

Rendemen (a . a)
K.P = × 100 , dimana
Rendemen ( a . a )−2

Keterangan :

Rendemen a.a adalah rendemen rata-rata hasil analisa akhir, sedang rendemen a.a -2
adalah rendemen rata-rata hasil analisa akhir dua ronde sebelumnya.

H . K ( B ) (a . a)
K.D.T = ×100
H . K ( B )( a . a )−2
Dimana :

H.K. (B) (a.a) adalah hasil bagi kemurnian batang bawah rata-rata analisa akhir, sementara
H.K. (B)(a.a – 2) rata-rata analisa dua ronde sebelumnya.

Tjokodirdjo (1999) menyatakan bahwa karena jalannya FK dari 100 menuju 0, maka
tebu dikatakan masak ketika FK mendekati angka 0. Mochtar (1994) menyebut angka FK
ideal dimana tebu layak untuk ditebang adalah sekitar 25. Kosien peningkatan sebaliknya
berjalan dari 0 sampai >100 . jika FK >100%, rendemen tersebut masih bisa meningkat,
namun, bila sudah menurun dibawah 100, berarti rendemen sudsh menurun. Demikian KDT
apabila = 100%, atau lebih sedikit, kondisi tebu (terhadap kemasakannya) masih dapat
ditahan untuk sementara . Bila sudah <100% menandakan sudah terjadi perombakan gula
menjadi bukan gula yang disebabkan oleh terlalu masak, sebaiknya tebu segera ditebang.

IV. ALAT dan BAHAN

Alat :

1. Penggiling tebu
2. Parang penggaris
3. Ember
4. Timbangan berkel
5. Pembuluh pol
6. Polrimeter
7. APB
8. Gelas kimia
9. Labu takar
10. Corong tapis
11. Kertas tapis
12. Rak tapis
13. Gelas ukur
14. Pipet tetes

Bahan :

1. Tebu
2. Nira mentah
3. ATB 3 ml
4. Aquadest
V. PROSEDUR
1. Siapkan tebu yang akan digiling
2. Sebelum dipotong, analisa kerugian pada batang tebu. Seperti penggerek,
siwilan, sogolan,bunga, gabus, dan penyakit laninnya.
3. Ukur panjang batang tebu, kemudian potong menjadi 3 bagian, bagian atas,
tengah, dan bawah. Kumpulkan masing- masing batang. Dan timbang masing-
masing bagian. Catat hasil pengukuran dan penimbangan.
4. Siapkan 3 buah ember, timbang berat ember sebagai berat tarra. Beri label
untuk bagian atas, tengah, dan bawah. Gunakan untuk menampung nira dari
masing-masing bagian.
5. Sebelum di giling, belah batang tebu menjadi 2 kemudian digiling. Kemudian,
tampung nira di masing-masing ember yang telah diberi label. Ingat, jangan
sampai tertukar.
6. Timbang berat nira beserta embernya.
7. Hitung brix ,pol dan hk masing-masing bagian nira dan catat hasilnya. Hitung
juga factor perah, nilai nira, dan rendemen.
8. Hitung factor kemasakan tebu.

VI. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN


1. Panjang Tebu (m)

tebu ke- panjang (m)


1 2,18
2 2,5 Jumlah : 19,74
3 2,6
4 2,62 Jumlah Batang :8
5 2,3
6 2,58 Jumlah Batang Rata-rata : 2,4675
7 2,57
8 2,39
2. BESARNYA KERUGIAN
Macam Jml Batang %
Penggerek pucuk -
Penggerek batang 2
Siwilan 1
Sogolan 1
Bunga -
Gabus -
Penyakit lain-lain -

3.
Berat Batang (kg)
Berat Bagian Atas 5515
Berat Bagian Tengah 6710
Berat Bagian Bawah 8900 +
Jumlah Berat Batang 21125
Jumlah Batang 24 :
Berat Rata-rata Tiap Batang 880,2083333 kg
Panjang Rata-rata 2,4675 m :
kg
356,7207025 batang
Berat rata-rata /m batang m

4. BERAT NIRA (Kg)


Bruto Tarra Netto
Atas 2315 220 2095
Tengah 4690 235 4455
Bawah 4800 290 4510
Jml Berat Nira 11060
Jml Berat Batang 21125 +
Faktor Pemerahan 0,523550296

Brix Belum koreksi Brix pengamatan


terkoreksi suhu %pol
suhu terkoreksi Pol
Atas 9,8 26 -0,1096 9,6904 17,82 4,922
Tengah 14,5 27,5 -0,015 14,485 43,38 11,761
Bawah 17,2 27,5 0,0076 17,1894 56,66 15,196
Campura
n 15 27,5 -0,015 14,985 42,58 17,52

6. PERHITUNGAN RENDEMEN
Atas Tengah Bawah Campuran
B 9,6904 14,485 17,1894 14,985
P 17,82 43,38 56,66 42,58
B-P -8,1296 -28,895 -39,4706 -27,595
0,4 0,4 0,4 0,4
0.4 (B-P) -3,25184 -11,558 -15,78824 -11,038
P 17,82 43,38 56,66 42,58
0.4 (B-P) - - - -
P - 0.4 (B-P) = n 21,07184 54,938 72,44824 53,618
Faktor Perah 0,379873073 0,663934426 0,506741573 0,523550296
Rendemen 8,004624624 36,47522951 36,7125351 28,07171976

brix
terkoreksi Pol HK Nilai Nira Faktor Perah Rendemen
0,50792
Atas 9,6904 17,82 5 21,07184 0,379873073 8,004624624
0,81194
Tengah 14,485 43,38 3 54,938 0,663934426 36,47522951
Bawah 17,1894 56,66 0,88403 72,44824 0,506741573 36,7125351
3
1,16916
Campuran 14,985 42,58 9 53,618 0,523550296 28,07171976

Rendemen Bawah−Rendemen Atas


Factor Kemasakan = ×100
RendemenBawah

36,47522951−8,004624624
= × 100
36,47522951

28,70791
= × 100
36,47522951

=0,781965 ×100

=78,1964

VII. PEMBAHASAN

tanaman tebu masak ialah keadaan dimana kadar sukrosa dalam batang tertinggi pada saat
berat batang terbesar. Ketuaan tanaman ialah proses bertambahnya umur tanaman.makin
bertambahnya umur, maka tebu menjadi semakin masak. Namun, tidak selalu demikian. Sebab, pada
suatu saat tanaman tebu menjadi kelewat masak dimana jumlah sukrosa dalam batang makin
menurun. Untuk menetapkan saat tebang, (“rembang”), suatu penyelidikan harus dilakukan untuk
mengetahui kapan tebu tersebut menjadi masak. Penyelidikan( di Indonesia) dilakukan dengan
analisa pendahuluan atau analisa 3 bagian. Batang tebu dipotong menjadi 3 bagian sama panjang
yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Kemudian, ketiga bagian tersebut dianalisis brix,pol ,
perhitungan HK, nilai nira dan rendemen. Berdasarkan hasil pengamatan diatas, diketahui jumlah
batang tebu sebanyak 8 buah. Jumlah berat batang adalah 21,125 m. Dengan rincian berat bagian
atas tebu 5,515, bagian tengah, 6,710 dan bagian tengah 8,900 kg. Besarnya kerugian dengan
penggerek batang sebanyak 2 batang, siwilan dan sogolan masing-masing satu. Siwilan dan sogolan
termasuk kerugian karena siwilan dan sogolan umumnya tidak mengandung gula. Jika ikut masuk
dalam pengolahan, bisa-bisa siwilan dan sogolan keluar dengan membawa gula ,entah itu keluar
bersama tetes maupun ampas. Selain itu, sukrosa yang tekandung dalam batang tebu digunakan
sebagai sumber energy untuk pertumbuhan siwilan dan sogolan tersebut, sehingga kandungan
sukrosanya menurun.
Kemudian, berat nira keseluruhan sebanyak 11,060 kg dengan rincian berat nira bagian atas
sebanyak 2,095 kg, bagian tengah 4,455 kg, dan bagian bawah sebanyak 4,510 kg. dengan data
tersebut, dapat diketahui factor pemerahan yaitu 0,52. Analisa pol, brix, hk nilai nira dan rendemen
sebagai berikut:

brix
terkoreksi Pol HK Nilai Nira Faktor Perah Rendemen
0,50792
Atas 9,6904 17,82 5 21,07184 0,379873073 8,004624624
0,81194
Tengah 14,485 43,38 3 54,938 0,663934426 36,47522951
0,88403
Bawah 17,1894 56,66 3 72,44824 0,506741573 36,7125351
1,16916
Campuran 14,985 42,58 9 53,618 0,523550296 28,07171976
Berdasarkan perhitungan, diperoleh factor kemasakan adalah sebanyak 78,1964

.artinya, tebu belum layak tebang dan masih muda. Dimana menurut Tjokodirdjo (1999) tebu

dikatakan masak jika FK –nya mendekati nol.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan kami, factor kemasakan tebu yang diperoleh adalah
78,19648. Berarti, tebu tersebut masih muda dan belum siap tebang.

IX. DAFTAR PUSTAKA


 http://survey-pemetaan.blogspot.com/2011/07/analisis-kemasakan-

tebu.html?m=1
 Penentuan Waktu Tebang Tebu Dengan Menggunakan Nilai Analisa Pada
Pabrik Gula (studi kasus PG PESANTREN BARU KEDIRI).pdf diakses tanggal 03
Januari 2015 .
 Sartono, J.1988. DASAR-DASAR PABRIKASI GULA. Yogyakarta. Lembaga
Pendidikan Perkebunan.
Yogyakarta, 03 Januari 2015

Pembimbing, praktikan,

(Ari Suryati) (Rika Wulandari)

Você também pode gostar