Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok 4
YOGYAKARTA
2018
PEMERIKSAAN
Sistem perpajakan Indonesia adalah Self Assessment system yang artinya WP (Wajib Pajak)
diberikan kepercayaan maupun kebebasan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri
kewajiban atas perpajakannya masing-masing pribadi sebagai wajib pajak. Self Assessment system
akan berjalan dengan baik apabila wajib pajak melaksakan seluruh kewajiban perpajaknnya
dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan disertai dengan mekanisme penegakan hukum yang
optimal oleh Direktur Jendral Pajak.
Konsekuensi penerapan sistem self assessment ini memerlukan pengawasan dari pemerintah
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (fiskus) sesuai
dengan fungsinya berkewajiban melaksanakan pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan
penerapan sanksi perpajakan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan
peraturan. Oleh karena itu, untuk menjalankan fungsinya dalam hal pengawasan maka fiskus diberi
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang
Ketetuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak merupakan sebuah mekanisme
pengendalian atau control dalam self assessment system untuk memastikan atau menjaga agar
wajib pajak “bersedia” menyampaikan SPT dengan benar, jelas dan lengkap.
Terminologi Pemeriksaan Pajak, dalam beberapa hal dapat dipersamakan dengan konsep General
Audit atas Laporan keuangan. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara konsep
Pemeriksaan Pajak dengan General Audit. Berikut beberapa perbedaan antara Pemeriksaan Pajak
dengan General Audit:
7 Konsep Materialitas atas Tidak mengenal konsep materialitas Teradpat konsep materialitas
Output atas surat ketetapan pajak dan Surat atas opini
Tagihan Pajak
8 Fee Tidak ada fee yang dibayarkan Ada fee yang dibayarkan
Definisi Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan, pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
a. SPT lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak.
b. SPT rugi.
c. SPT terlambat, yaitu melampaui jangka waktu Surat Teguran yang disampaikan.
d. Melakukan penggabungan, peleburan, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan
Indonesia selama-lamanya.
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis yang
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi.
f. Perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap.
Pemeriksa untuk menguji kepatuhan harus dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan
atau Pemeriksaan Kantor.
Pemeriksaan utnuk tujuan lain dilaksanakan sesuai dengan standar Pemeriksaan yang meliputi
standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan dan standar pelaporan hasil pemeriksaan,
standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2015, menyatakan pemeriksaan
dapat dilakukan dengan 2 jenis pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksaan Lapangan: pemeriksaan yang dilakukan di tempat baik itu tempat tinggal,
tempat usaha atau tempat bekerja wajib pajak atau tempat lain yang dianggap perlu oleh
Pemeriksa Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor: pemeriksaan ini dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak atau
Kantor Pelayanan Pajak, dan saat pelaksanaan pemeriksaan kantor.
Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-06/PJ/2016, dalam hal Pemeriksaan Kantor
ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain
yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, atau atas pertimbangan Kepala UP2,
pelaksanaan Pemeriksaan Kantor dapat diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan. Jangka waktu
pengujian terhadap pemeriksaan yang diubah dari Pemeriksaan Kantor menjadi Pemeriksaan
Lapangan, tetap dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor.
Ruang lingkup pemeriksaan pajak bisa diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui Surat
Pemberitahuan yang disampaikan atau dilihat saat SP2 disampaikan oleh pemeriksa.Kode
pemeriksaan yang tercantum di SP2 juga memperlihatkan ruang lingkup atau batasan “perintah”
diberikan kepada pemeriksa pajak. Jenis pajak yang diperiksa dapat berupa:
a. seluruh jenis pajak (all taxes): semua kewajiban perpajakan yang menjadi kewajiban Wajib
Pajak harus diperiksa oleh pemeriksa.
b. beberapa jenis pajak; atau
c. satu jenis pajak (single tax)
Ruang lingkup pemeriksaan yang kedua adalah berdasarkan periode pembukuan atau pencatatan
Wajib Pajak. Berdasarkan periode pencatatan dibagi menjadi:
Menurut SE-11/PJ/2017 Wajib Pajak akan dilakukan pemeriksaan dengan kriteria pemeriksaan
rutin jika:
1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan lebih bayar restitusi.
2. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar restitusi.
3. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan
lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang KUP.
4. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi.
5. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP.
6. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi.
7. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi atau pembubaran
usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
8. Wajib Pajak melakukan: perubahan tahun buku, perubahan metode pembukuan; dan/atau
penilaian kembali aktiva tetap.
9. Wajib Pajak tidak mengembalikan SPOP PBB
Pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Jangka waktu pemeriksaan dibuat secukupnya yang bertujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang terdiri dari proses pengujian dan pembahasan
akhir hasil pemeriksaan pajak.
Jangka waktu pengujian dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, dengan alasan:
a. Pemeriksaan kantor atau lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya.
b. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga.
c. Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak
d. Pertimbangan kepala unit pemeriksaan.
Sementara jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan wajib pajak
kontraktor kontrak kerja sama pertambangan minyak dan gas bumi, wajib pajak satu grup, atau
wajib pajak yang terindikasi melakukan rekayasa transaksi keuangan dapat diperpanjang paling
lama 6 bulan atau paling banyak 3 kali sesuai kebutuhan.
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai Pemeriksa Pajak. Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat
menjadi seorang Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim Pemeriksa
Pajak (kompetensi kolektif). Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus
singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di dalam negeri
maupun di luar negeri.
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama. Pemeriksa Pajak dianggap
telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama apabila dalam
melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara. Pemeriksa Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah
dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, perbuatan dan/atau Wajib Pajak yang diperiksanya.
Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak selama Pemeriksaan
meliputi hal-hal berikut:
i. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan Wajib Pajak.
ii. Memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wajib Pajak.
iii. Pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah
perpajakan, akuntansi, atau pun keuangan kepada Wajib Pajak dalam kurun waktu
2 (dua) tahun terakhir.
iv. Memiliki teman dekat atau keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib
Pajak yang diperiksa.
v. Keadaan, kondisi dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi tersebut.
d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
1. Meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan
2. Meminta Pemeriksa Pajak memberikan penjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan.
3. Menerima Surat Pemberitahuan hasil dari Pemeriksa Pajak.
4. Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh tim pembahas (Jika ada
perbedaan)
5. Memberikan pendapat pelaksanaan Pemeriksa oleh Pemeriksa Pajak melalui kuesioner
Pemeriksa.
6. Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak
untuk mengetahuinya.
Kewajiban Pemeriksa
1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dan Surat Panggilan
2. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak
3. Memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak
apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan
4. Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan
5. Menuangkan hasil pertemuan dalam berita acara pertemuan dengan Wajib Pajak
6. Menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak
Wewenang Pemeriksa
Prosedur pemeriksaan
3. Peminjaman Dokumen
Dalam pemeriksaan lapangan: dokumen dipinjam saat itu juga dengan membuat surat
permintaan pinjaman buku, catatan dan dokumen.Dalam pemeriksaan kantor: dokumen
ynag dilampirkan pada Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor, dokumen
dipinjam pada saat WP memenuhi panggilan dalam rangka pemeriksaan. Dokumen atau
buku wajib diserahkan kepada pemeriksa pajak paling lama 1 bulan sejak surat permintaan
peminjaman diterima oleh WP.Apabila dokumen dalam waktu 1 bulan belum disampaikan,
pemeriksa pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak sebanyak 2
kali:
a. Surat Peringatan pertama setelah 2 minggu sejak tanggal penyampaian Surat
Permintaan Peminjaman buku, catatan dan dokumen
b. Surat Peringatan kedua setelah 3 minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permitaan
peminjaman buku, catatan dan dokumen.
Apabila pemeriksa pajak dalam waktu 1 bulan tidak menerima buku, catatan atau dokumen
yang diminta maka:
a. Pemeriksa pajak harus membuat berita acara tidak dipenuhinya atau dipenuhi hanya
sebagian permintaan peminjama buku, catatan dan dokumen
b. Pemeriksa pajak harus membuat berita acara pemenuhan seluruh peminjaman buku,
catatan dan dokumen dalam hal wajib pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan
dan atau dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik.
4. Penolakan Pemeriksaan
WP yang menolak Pemeriksaan Lapangan termasuk menolak Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan, WP harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan
Pemeriksaan lalu pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak. Dalam hal wajib pajak, wakil atau kuasa WP
tidakada ditempat:
a. Pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari WP
b. Pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. Bisa dilakukan
penyegelan untuk keperluan pengamanan bisa dibantu oleh pegawai atau anggota
keluarga yang dewasa untuk membantu kelancaran pemeriksaan.
WP dalam Pemeriksaan Kantor menolak dilakukan pemeriksaan maka WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan.Pemeriksa pajak membuat
berita acara penolakan pemeriksaan yang ditandatanganai oleh tim pemeriksa pajak.
Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak Surat Panggilan dalam rangka Pemeriksaan
Kantor disampaikan kepada wajib pajak dan Surat Panggilan tersebut tidak dikembalikan
oleh pos atau jasa pengiriman lain dan WP tidak memenuhi panggilan pemeriksa kantor,
pemeriksa pajak membuat berita acara tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan oleh WP
yang ditandatangai oleh tim pemeriksa pajak.Pemeriksaan pajak berdasarkan Surat
Penyataan Penolakan berita acara tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan, Surat
Penolakan Pembantu Kelancaran pemeriksaan atau berita acara penolakan membantu
kelancaran pemeriksaan dapat melakukan penetapan pajak secara jabatan atau
mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan.
Metode Langsung: teknik atau prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
kebenaran pos-pos surat pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya yang
dilakukansecara langsung terhadap buku, catatan dan dokumen terkait.
Metode Tidak Langsung: teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian
atau kebenaran pos-pos surat pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya, yangdilakukan
secara tidak langsung melalui suatu pendekatanperhitungan tertetu. Meliputi: transaksi
tunai dan bank, sumber dan penggunaan dana, perhitungan rasio.
Teknik Pemeriksaan: cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan atau pembukuan yang
dikembangkan oleh pemeriksa pajak untuk meyakini kebenaran pos-pos yang
diperiksa.Meliputi: wawancara, evaluasi, pemanfaatan informasi internal dan atau
eksternal DJP, pengujiankeabsahan dokumen, penelusuran bukti dll.
a. Perhitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
format SPT
b. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang bayar (tidak perlu dilampiri
apabila pajak kurang bayar)
c. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%
Apabila wajib pajak, wakil Hadir dalam pembahasan Tidak Hadir dalam
atau kuasa dari wajib akhir hasil pemeriksaan: pembahasan akhir hasil
pajak: pemeriksaan:
Penyelesaian Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan diselesaikan dengan
cara:
b. Membuat LHP, sebagai dasar penerbitan SKP atau STP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
Penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP dilakukan dalam hal:
1. WP yang dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B UU KUP:
- WP tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan diterbitkan
- WP tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dalam jangka waktu 4 bulan sejak tanggal Surat
Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
2. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dan pemeriksaan bukti terbuka tesebut:
a. Dihentikan karena WP OP meninggal dunia
b. Dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana dibidang
perpajakan
c. Dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikannya dihentikan karena memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44A UU KUP
d. Dilanjutkan dengan penyidikan dan penentutan serta telah terdapat putusan pengadilan
mengenai tindak pidana dibidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Dirjen pajak
e. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan penyidikan sebagai tindak lanjut pemeriksaan bukti permulaan secara tertutup dan
penyidikan tersebut:
- Diihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44A
UU KUP
- Dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat putusan
pengadilan mengenai tindak pidana dibidang perpajakan yang telah mempunyai
kekeuatan hukum tetap tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima
oleh dirjen pajak.
Pengembalian Dokumen
Pengembalian dengan menggunakan bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan
dokumen paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal LHP.
a. SKP dari hasil pemeriksaan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir pemeriksaan
dapat dibatalkan secara jabatan atau berdasarkan permohonan WP (pasal 36 ayat 1 huruf D
UU KUP)
b. Dalam hal dilakukan pembatalan proses pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksankan
prosedur penyampaian SPHP dan atau pembahasan akhir pemeriksaan pajak (diatur dalam
peraturan menteri)
c. Pemeriksaan dari tindaklanjut terkait permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(pasal 17B ayat 1 UU KUP, pemeriksaan dilanjutkan dengan peenerbitan:
i. SKP sesuai dengan pembahasan akhir hasil pemeriksaan apabila jangka waktu 12 bulan
(pasal 17B ayat 1 UU KUP) belum terlewati
ii. SKPLB dengan SPT apabila jangka waktu 12 bulan (pasal 17 B ayat 1 UU KUP) terlewati
Pemeriksaan Ulang
Fungsi pemeriksaan ulang untuk melakukan koreksi atas surat ketetapan pajak lebih rendah dari
yang seharusnya. Koreksi atas surat ketetapan pajak sebenarnya bisa lewat keberatan, atau
pembetulan Pasal 16 UU KUP, atau pembatalan Pasal 36 UU KUP.
a. Berdasarkan instruksi atau persetujuan DJP karena ada data baru yang belum terungkap
b. Dalam hal pemeriksaan ulang mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan dalam SKP sebelumnya, DJP menerbitkan SKPKBT
c. Dalam hal pemeriksaan ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan dalam SKP sebelumnya,pemeriksaan ulang dihentikan dengan membuat LHP
Sumir dan kepada WP diberitahukan penghentian
d. Dalam hal pemeriksaan ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan dalam SKP sebelumnya, tetapi terdapat perubahan jumlah rugi fiskal, DJP
menrbtkan keputusan mengenai rugi fiskal (untuk memperhitungkn rugi fiskal ke tahun pajak
berikutnya)