Você está na página 1de 21

MANAJEMEN PERPAJAKAN

“PROSEDUR PEMERIKSAAN PAJAK DAN RESPON WAJIB


PAJAK”

Kelompok 4

Herlina Helmy Klau 30662

Dhenayu Tresnadya Hedrik 30663

Nabila Tia Delita 30664

Indah Ratna Wardhani 30666

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

YOGYAKARTA

2018
PEMERIKSAAN

Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

1. Pasal 29 Undang-undang No.16 Tahun 2009


2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015
3. Peraturan Direktur Jendral Pajak No. PER-23/PJ/2013 tentang standar pemeriksaan pajak
4. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-06/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan
5. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-11/PJ/2017 tentang rencana dan strategi
pemeriksaan tahun 2017
6. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-65/PJ/2013 tentang pedoman penggunaaan
metode dan teknik pemeriksaan.

Latar Belakang Pemeriksaan Pajak

Sistem perpajakan Indonesia adalah Self Assessment system yang artinya WP (Wajib Pajak)
diberikan kepercayaan maupun kebebasan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri
kewajiban atas perpajakannya masing-masing pribadi sebagai wajib pajak. Self Assessment system
akan berjalan dengan baik apabila wajib pajak melaksakan seluruh kewajiban perpajaknnya
dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan disertai dengan mekanisme penegakan hukum yang
optimal oleh Direktur Jendral Pajak.

Konsekuensi penerapan sistem self assessment ini memerlukan pengawasan dari pemerintah
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (fiskus) sesuai
dengan fungsinya berkewajiban melaksanakan pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan
penerapan sanksi perpajakan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan
peraturan. Oleh karena itu, untuk menjalankan fungsinya dalam hal pengawasan maka fiskus diberi
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang
Ketetuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak merupakan sebuah mekanisme
pengendalian atau control dalam self assessment system untuk memastikan atau menjaga agar
wajib pajak “bersedia” menyampaikan SPT dengan benar, jelas dan lengkap.

Perbedaan Pemeriksaan Pajak dengan General Audit

Terminologi Pemeriksaan Pajak, dalam beberapa hal dapat dipersamakan dengan konsep General
Audit atas Laporan keuangan. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara konsep
Pemeriksaan Pajak dengan General Audit. Berikut beberapa perbedaan antara Pemeriksaan Pajak
dengan General Audit:

No Parameter Pembeda Pemeriksaan Pajak General Audit

1 Auditor Fungsional Pemeriksa Pajak Auditor pada Kantor


Akuntan Publik

2 Auditee Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan Perusahaan

3 Inisiatif dilakukannya Inisiatif oleh Ditjen Pajak Inisiatif oleh Auditee


Audit

4 Objek Audit SPT Laporan Keuangan

5 Standar/Kriteria Undang-undang Pajak PSAK


Pembanding

6 Output Surat ketetapan pajak dan Surat Opini kewajaran penyajian


Tagihan Pajak Laporan Keuangan

7 Konsep Materialitas atas Tidak mengenal konsep materialitas Teradpat konsep materialitas
Output atas surat ketetapan pajak dan Surat atas opini
Tagihan Pajak

8 Fee Tidak ada fee yang dibayarkan Ada fee yang dibayarkan
Definisi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tujuan Pemeriksaan Pajak

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan, pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, yang meliputi:

a. SPT lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak.
b. SPT rugi.
c. SPT terlambat, yaitu melampaui jangka waktu Surat Teguran yang disampaikan.
d. Melakukan penggabungan, peleburan, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan
Indonesia selama-lamanya.
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis yang
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi.
f. Perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap.

Pemeriksa untuk menguji kepatuhan harus dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan
atau Pemeriksaan Kantor.

2. Tujuan lainnya meliputi:

a. Pemberian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) secara jabatan


b. Penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
c. Pengukuhan maupun pencabutan PKP (Pengusaha Kena Pajak)
d. Wajib pajak yang mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan penghasilan neto
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
g. Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terhutang PPN (Pajak Pertumbuhan Nilai)
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat produksi dimulai dan memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan
k. Pemenuhan informasi negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Pemeriksaan utnuk tujuan lain dilaksanakan sesuai dengan standar Pemeriksaan yang meliputi
standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan dan standar pelaporan hasil pemeriksaan,
standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.

Jenis-jenis Pemeriksaan Pajak

Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2015, menyatakan pemeriksaan
dapat dilakukan dengan 2 jenis pemeriksaan yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan: pemeriksaan yang dilakukan di tempat baik itu tempat tinggal,
tempat usaha atau tempat bekerja wajib pajak atau tempat lain yang dianggap perlu oleh
Pemeriksa Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor: pemeriksaan ini dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak atau
Kantor Pelayanan Pajak, dan saat pelaksanaan pemeriksaan kantor.

Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-06/PJ/2016, dalam hal Pemeriksaan Kantor
ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain
yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, atau atas pertimbangan Kepala UP2,
pelaksanaan Pemeriksaan Kantor dapat diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan. Jangka waktu
pengujian terhadap pemeriksaan yang diubah dari Pemeriksaan Kantor menjadi Pemeriksaan
Lapangan, tetap dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor.

Kriteria Pemeriksaan Pajak


1. Pemeriksaan rutin, pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak
dan/atau pelaksanaan perpajakan Wajib Pajak.
2. Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based audit),
merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis
risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukan adanya indikasi ketidakpatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan.
3. Pemeriksaan untuk tujuan lain, menurut SE-11/PJ/2017 bahwa kriteria adalah alasan
dilakukan pemeriksaan pajak. Peraturan menteri keuangan selalu membagi alasan
pemeriksaan menjadi dua, yaitu pemeriksaan yang wajib dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak (Pasal 17B UU KUP) dan pemeriksaan yang merupakan kewenangan Direktur Jenderal
Pajak (Pasal 29 UU KUP).

Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksaan pajak dapat dibagi menjadi dua:

a. jenis pajak yang diperiksa; dan


b. periode pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak.

Ruang lingkup pemeriksaan pajak bisa diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui Surat
Pemberitahuan yang disampaikan atau dilihat saat SP2 disampaikan oleh pemeriksa.Kode
pemeriksaan yang tercantum di SP2 juga memperlihatkan ruang lingkup atau batasan “perintah”
diberikan kepada pemeriksa pajak. Jenis pajak yang diperiksa dapat berupa:

a. seluruh jenis pajak (all taxes): semua kewajiban perpajakan yang menjadi kewajiban Wajib
Pajak harus diperiksa oleh pemeriksa.
b. beberapa jenis pajak; atau
c. satu jenis pajak (single tax)

Ruang lingkup pemeriksaan yang kedua adalah berdasarkan periode pembukuan atau pencatatan
Wajib Pajak. Berdasarkan periode pencatatan dibagi menjadi:

- Satu masa pajak - Bagian tahun pajak


- Beberapa masa pajak - Tahun pajak
Alasan pemeriksaan selain pemeriksaan SPT Lebih Bayar yaitu:
1. SPT LB, selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
yang biasa disebut restitusi Pasal 17 Undang-Undang KUP;
2. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
3. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
4. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
5. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
6. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko; atau
7. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko.

Menurut SE-11/PJ/2017 Wajib Pajak akan dilakukan pemeriksaan dengan kriteria pemeriksaan
rutin jika:

1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan lebih bayar restitusi.
2. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar restitusi.
3. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan
lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang KUP.
4. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi.
5. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP.
6. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi.
7. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi atau pembubaran
usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
8. Wajib Pajak melakukan: perubahan tahun buku, perubahan metode pembukuan; dan/atau
penilaian kembali aktiva tetap.
9. Wajib Pajak tidak mengembalikan SPOP PBB

Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Jangka waktu pemeriksaan dibuat secukupnya yang bertujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang terdiri dari proses pengujian dan pembahasan
akhir hasil pemeriksaan pajak.

1. Jangka Waktu Pengujian


a. Pemeriksaan Lapangan, yang dilakukan paling lama 6 bulan, dihitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau
pegawainya sampai tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan
kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya.
b. Pemeriksaan Kantor, yang dilakukan paling lama 4 bulan, dihitung sejak tanggal wajib
pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya datang memenuhi surat panggilan pemeriksaan
sampai tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada wajib
pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya.
2. Jangka Waktu Pembahasan Akhir Pemeriksaan
Baik pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor dilakukan paling lama 2 bulan, dihitung
sejak tanggal SPHP disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya sampai
tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Jangka waktu pengujian dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, dengan alasan:

a. Pemeriksaan kantor atau lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya.
b. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga.
c. Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak
d. Pertimbangan kepala unit pemeriksaan.
Sementara jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan wajib pajak
kontraktor kontrak kerja sama pertambangan minyak dan gas bumi, wajib pajak satu grup, atau
wajib pajak yang terindikasi melakukan rekayasa transaksi keuangan dapat diperpanjang paling
lama 6 bulan atau paling banyak 3 kali sesuai kebutuhan.

Standar Pemeriksaan Pajak


Standar pemeriksaan adalah capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan
pemeriksaan. Dalam hal dibawah standar, sebenarnya tidak ada sanksi bagi pemeriksa pajak tetapi
akan menjadi ukuran pembinaan pelaksanaan pemeriksaan oleh Direktorat Pemeriksaan. Standar
pemeriksaan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-23/PJ/2013
tentang Standar Pemeriksaan. Peraturan menteri keuangan dan peraturan direktur jenderal pajak
memberikan syarat minimal pemeriksa pajak sebagai berikut:

a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai Pemeriksa Pajak. Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat
menjadi seorang Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim Pemeriksa
Pajak (kompetensi kolektif). Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus
singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di dalam negeri
maupun di luar negeri.
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama. Pemeriksa Pajak dianggap
telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama apabila dalam
melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara. Pemeriksa Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah
dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, perbuatan dan/atau Wajib Pajak yang diperiksanya.
Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak selama Pemeriksaan
meliputi hal-hal berikut:
i. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan Wajib Pajak.
ii. Memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wajib Pajak.
iii. Pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah
perpajakan, akuntansi, atau pun keuangan kepada Wajib Pajak dalam kurun waktu
2 (dua) tahun terakhir.
iv. Memiliki teman dekat atau keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib
Pajak yang diperiksa.
v. Keadaan, kondisi dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi tersebut.
d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Hak Wajib Pajak

1. Meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan
2. Meminta Pemeriksa Pajak memberikan penjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan.
3. Menerima Surat Pemberitahuan hasil dari Pemeriksa Pajak.
4. Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh tim pembahas (Jika ada
perbedaan)
5. Memberikan pendapat pelaksanaan Pemeriksa oleh Pemeriksa Pajak melalui kuesioner
Pemeriksa.
6. Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak
untuk mengetahuinya.

Kewajiban Wajib Pajak


1. Memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan (Pemeriksaan Kantor).
2. Memperlihatkan dokumen dan memberikan akses data yang dikelola secara elektronik.
3. Memberi kesempatan memeriksa ruangan, dan memberikan bantuan untuk kelancaran
pemeriksaan.
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
5. Memberikan keterangan lisan maupun tertulis yang diperlukan.

Kewajiban Pemeriksa
1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dan Surat Panggilan
2. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak
3. Memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak
apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan
4. Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan
5. Menuangkan hasil pertemuan dalam berita acara pertemuan dengan Wajib Pajak
6. Menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak

Wewenang Pemeriksa

1. Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen


2. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik
3. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak
yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen
4. Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan
5. Melakukan Penyegelan
6. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak
7. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai
hubungan dengan Wajib Pajak

Prosedur pemeriksaan

1. Penyampaian Surat Pemberitahun Pemeriksaan atau Surat Panggilan dalam rangka


pemeriksaan kantor
2. Pertemuan dengan wajib pajak
Pemeriksa pajak wajib melakukan pertemuan dengan wajib pajak untuk menjelaskan:
alasan dan tujuan pemeriksaan, hak dan kewajiban saat dan setelah pemeriksaan, hak WP
mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati, mengenai
buku,catatan dan dokumen yang akan dipinjam dari WP.
Setelah melakukan pertemuan, pemeriksa pajak wajib membuat berita acara hasil
pertemuan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak dan wajib pajak. Apabila WP
menolak menandatangani maka pemeriksa pajak membuat catatan mengenai penolakan
tersebut pada berita acara hasil pertemuan.

3. Peminjaman Dokumen
Dalam pemeriksaan lapangan: dokumen dipinjam saat itu juga dengan membuat surat
permintaan pinjaman buku, catatan dan dokumen.Dalam pemeriksaan kantor: dokumen
ynag dilampirkan pada Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor, dokumen
dipinjam pada saat WP memenuhi panggilan dalam rangka pemeriksaan. Dokumen atau
buku wajib diserahkan kepada pemeriksa pajak paling lama 1 bulan sejak surat permintaan
peminjaman diterima oleh WP.Apabila dokumen dalam waktu 1 bulan belum disampaikan,
pemeriksa pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak sebanyak 2
kali:
a. Surat Peringatan pertama setelah 2 minggu sejak tanggal penyampaian Surat
Permintaan Peminjaman buku, catatan dan dokumen
b. Surat Peringatan kedua setelah 3 minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permitaan
peminjaman buku, catatan dan dokumen.

Apabila pemeriksa pajak dalam waktu 1 bulan tidak menerima buku, catatan atau dokumen
yang diminta maka:

a. Pemeriksa pajak harus membuat berita acara tidak dipenuhinya atau dipenuhi hanya
sebagian permintaan peminjama buku, catatan dan dokumen
b. Pemeriksa pajak harus membuat berita acara pemenuhan seluruh peminjaman buku,
catatan dan dokumen dalam hal wajib pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan
dan atau dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik.

4. Penolakan Pemeriksaan
WP yang menolak Pemeriksaan Lapangan termasuk menolak Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan, WP harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan
Pemeriksaan lalu pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak. Dalam hal wajib pajak, wakil atau kuasa WP
tidakada ditempat:
a. Pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari WP
b. Pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. Bisa dilakukan
penyegelan untuk keperluan pengamanan bisa dibantu oleh pegawai atau anggota
keluarga yang dewasa untuk membantu kelancaran pemeriksaan.
WP dalam Pemeriksaan Kantor menolak dilakukan pemeriksaan maka WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan.Pemeriksa pajak membuat
berita acara penolakan pemeriksaan yang ditandatanganai oleh tim pemeriksa pajak.
Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak Surat Panggilan dalam rangka Pemeriksaan
Kantor disampaikan kepada wajib pajak dan Surat Panggilan tersebut tidak dikembalikan
oleh pos atau jasa pengiriman lain dan WP tidak memenuhi panggilan pemeriksa kantor,
pemeriksa pajak membuat berita acara tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan oleh WP
yang ditandatangai oleh tim pemeriksa pajak.Pemeriksaan pajak berdasarkan Surat
Penyataan Penolakan berita acara tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan, Surat
Penolakan Pembantu Kelancaran pemeriksaan atau berita acara penolakan membantu
kelancaran pemeriksaan dapat melakukan penetapan pajak secara jabatan atau
mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan.

5. Pengujian Oleh Pemeriksa


Pemeriksaan oleh pemeriksa pajak dilakukan berdasarkan metode, teknik dan prosedur
pemeriksaan yang ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-
65/PJ/2013 tentang pedoman penggunaaan metode dan teknik pemeriksaan.

Metode Langsung: teknik atau prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
kebenaran pos-pos surat pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya yang
dilakukansecara langsung terhadap buku, catatan dan dokumen terkait.

Metode Tidak Langsung: teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian
atau kebenaran pos-pos surat pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya, yangdilakukan
secara tidak langsung melalui suatu pendekatanperhitungan tertetu. Meliputi: transaksi
tunai dan bank, sumber dan penggunaan dana, perhitungan rasio.

Teknik Pemeriksaan: cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan atau pembukuan yang
dikembangkan oleh pemeriksa pajak untuk meyakini kebenaran pos-pos yang
diperiksa.Meliputi: wawancara, evaluasi, pemanfaatan informasi internal dan atau
eksternal DJP, pengujiankeabsahan dokumen, penelusuran bukti dll.

6. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Selama Proses Pemeriksaan


Wajib pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis dalam
mengenai ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya (pasal 8 ayat 4 UU KUP dan pasal 8 PP No.74 tahun 2011) sepanjang
pemeriksa pajak belum menyampaikan SPHP. Laporan tersendiri secara tertulis harus
ditandatangani oleh WP, wakil, atau kuasa dari WP dan dilampiri dengan:

a. Perhitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
format SPT
b. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang bayar (tidak perlu dilampiri
apabila pajak kurang bayar)
c. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%

Untuk membuktikan pengungkapan ketidakbenaran dalam laporan tersendiri, pemeriksaan


tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan diterbitkan SKP dengan mempertimbangkan
laporan tersendiri tersebut serta memperhitungkan pokok pajak yang telah dibayar.SKP
ditambah dengan sanksi administrasi sesuai dengan pasal 13 UU KUP.

7. Penyampaian SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Pemerikaan)


Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus
diberitahukan kepada WP melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan daftar
temuan hasil pemeriksaan. Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan WP
menolak menerima SPHP maka WP harus menandatangani Surat Penolakan Menerima
SPHP dan pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan menerima SPHP yang
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak. WP wajib memberikan tanggapan tertulis atas
SPHP (harus disampaikan dalam waktu 7 hari sejak tanggal diterimanya SPHP atau WP
melakukan perpanjangan paling lama 3 hari terhitung sejak jangka waktu penyampaian
tanggapan berakhir) dan daftar temuan hasil pemeriksaan dalam bentuk:
a. Lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal WP menyetujui seluruh
hasil pemeriksaan
b. Surat Sanggahan, dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil
pemeriksaan

8. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan


Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil pemeriksaan yang tercantum dalam
SPHP dan daftar temuan hasil pemeriksaan kepada WP harus diberikan hak hadir dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Undangan harus disampaikan kepada WP dalam
jangka waktu paling lama 3 hari kerja terhitung sejak:
a. Diterimanya tanggapan tertu lis atas SPHP dari WP sesuai jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat 2 atau ayat 3
b. Berakhirnya jangka waktu sebagimana dimaksud dalam pasal 42 ayat 3 dalam hal
WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP

Apabila wajib pajak, wakil Hadir dalam pembahasan Tidak Hadir dalam
atau kuasa dari wajib akhir hasil pemeriksaan: pembahasan akhir hasil
pajak: pemeriksaan:

Menyampaikan lembar Pemeriksa pajak membuat Membuat risalah pembahasan


pernyataan persetujuan hasil risalah pembahasan dan dan berita ketidakhadiran WP,
pemeriksaan dalam jangka membuat berita acara dan berita acara pembahasan
waktu pembahasan dilampiri dengan akhir dilampiri dengan
ikhtisar hasil pembahasan ikhtisar pembahasan akhir
akhir ditandatangani tim yang ditandatangani tim
pemeriksa pajak dan WP pemeriksa pajak

Menyampaikan Surat Pemeriksa pajak harus Pemeriksa pajak membuat


Sanggahan melakukan pembahasan akhir risalah pembahasan, berita
dengan WP berdasarkan surat acara ketidakhadiran WP dan
sanggahan dan menuangkan berita acara pembahasan akhir
dalam risalah pembahasan dilampiri dengan ikhtisar hasil
yang ditandatangani oleh tim pembahasan akhor yang
pemeriksa pajak dan WP ditandatangani oleh tim
pemeriksa pajak

Tidak menyampaikan Pemeriksa pajak tetap Pemeriksa pajak membuat


Tanggapan Tertulis Atas melakukan pembahasan akhir risalah pembahasan
SPHP dengan WP dan menuangkan berdasarkan SPHP, berita
hasil dalam risalah acara ketidakhadiran WP dan
pembahasan ditandatangani berita acara pembahsan akhrir
oleh pemeriksa pajak dan WP ditandatangani

9. Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan


Dalam mengajukan permohonan tersebut WP mengajukan surat permohonan kepada:
a. Kepala Kanwil DJP dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah DJP
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal pemeriksaan oleh pemeriksa pajak
pada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.

Surat permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus


disampaikan dalam jangka waktu paling lama 3 hari kerja sejak penandatanganan risalah
pembahasan dan ditembuskan kepada kepala unit pelaksana pemeriksaan. Tim Quality
Assurance Pemeriksaan bertugas untuk:

a. Membahas perbedaan pendapat antara WP dengan pemeriksa pajak pada saat


pembahasan akhir hasil pemeriksaan
b. Memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara WP dan
pemeriksa pajak
c. Membat risalah Tim Quality Assurance pemeriksaan yang berisi simpulan dan
keputusan hasil pembahsan dan bersifat mengikat.
10. Penandatanganan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam rangka menandatanganan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
Pemeriksa Pajak melalui kepala unit pelaksana pemeriksaan memanggil WP dengan
mengirimkan surat panggilan untuk menandatangani berita acara pembahasan akhir hasil
pemeriksaan .WP harus memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 3 hari kerja
setelah Surat Panggilan diterima oleh WP.

Penyelesaian Pemeriksaan

Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan diselesaikan dengan
cara:

a. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir


Penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dilakukan dalam hal:
1. WP yang diperiksa:
a. WP tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat pemberitahuan
pemeriksaan lapangan diterbitkan
b. WP tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dalam jangka waktu 4 bulan sejak tanggal
Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor diterbitkan.
2. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dan pemeriksaan bukti permulaan secara
terbuka tersebut:
a. Tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena WP mengungkapkan ketidakbenaran
perbutaanya sebagai mana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 UU KUP
b. Tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan dengan menerbitkan SKPKB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13A UU KUP
c. Dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikan diberhentikan karena tidak dilakukan
penuntutan sebagimana dimaksud dalam pasal 44B UU KUP
d. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan penyidikan sebagai tindaklanjut pemeriksaan bukti permulaan secara tertutup dan
penyidikan tersebut dihentikan karena memnuhi ketentuan sebagai mana dimaksud dalam
pasal 44B UU KUP
e. Pemeriksaan ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan dalam SKP sebelumnya
f. Terdapat keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jendral Pajak

b. Membuat LHP, sebagai dasar penerbitan SKP atau STP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
Penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP dilakukan dalam hal:
1. WP yang dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B UU KUP:
- WP tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan diterbitkan
- WP tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dalam jangka waktu 4 bulan sejak tanggal Surat
Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
2. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dan pemeriksaan bukti terbuka tesebut:
a. Dihentikan karena WP OP meninggal dunia
b. Dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana dibidang
perpajakan
c. Dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikannya dihentikan karena memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44A UU KUP
d. Dilanjutkan dengan penyidikan dan penentutan serta telah terdapat putusan pengadilan
mengenai tindak pidana dibidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Dirjen pajak
e. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan penyidikan sebagai tindak lanjut pemeriksaan bukti permulaan secara tertutup dan
penyidikan tersebut:
- Diihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44A
UU KUP
- Dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat putusan
pengadilan mengenai tindak pidana dibidang perpajakan yang telah mempunyai
kekeuatan hukum tetap tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima
oleh dirjen pajak.

Pengembalian Dokumen

Pengembalian dengan menggunakan bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan
dokumen paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal LHP.

Pembatalan Hasil Pemeriksaan

a. SKP dari hasil pemeriksaan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir pemeriksaan
dapat dibatalkan secara jabatan atau berdasarkan permohonan WP (pasal 36 ayat 1 huruf D
UU KUP)
b. Dalam hal dilakukan pembatalan proses pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksankan
prosedur penyampaian SPHP dan atau pembahasan akhir pemeriksaan pajak (diatur dalam
peraturan menteri)
c. Pemeriksaan dari tindaklanjut terkait permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(pasal 17B ayat 1 UU KUP, pemeriksaan dilanjutkan dengan peenerbitan:
i. SKP sesuai dengan pembahasan akhir hasil pemeriksaan apabila jangka waktu 12 bulan
(pasal 17B ayat 1 UU KUP) belum terlewati
ii. SKPLB dengan SPT apabila jangka waktu 12 bulan (pasal 17 B ayat 1 UU KUP) terlewati

Usul Pemeriksaan Bukti Permulaan


a. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan dapat diusulkan pemeriksaan bukti permulaaan secara
terbuka apabila:
1) Pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindakan pidana di bidang
perpajakan
2) WP menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan terhadap WP tersebut tidak dilakukan
penghitungan penghasilan kena pajak secara jabatan
b. Dalam hal usulan pemeriksaan bukti permulaaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang
berwenang, pelaksaan pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan
pemeriksaan sampai dengan:
1) Pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka diselesaikan karena WP mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatan (pasal 8 ayat 3 UU KUP)
2) Pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka diselesaikan dengan penerbitan SKPKB (
pasal 13 A UU)
3) Pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dihentikan karena WP meninggal
4) Pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya
bukti permulaan di bidang perpajakan
5) Penyidikan dihentikan sesuai ketentuan pasal 44A dan pasal 44B UU KUP
6) Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan salinan putusan tersebut telah diterima DJP
c. Dalam hal WP yang dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
juga dilakukan pemriksaan bukti permulaan secara tertutup dengan membuat kemajuan
laporan pemeriksaan apabaila pemeriksaan bukti permulaan secara tertutup ditindaklanjuti
dengan penyidikan.
d. Penangguhan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan keajiban perpajakan
dilakukan sampai dengan:
1) Penyidikan dihentikan sesuai dengan pasal 44A dan 44B UU KUP
2) Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan salinan putusan tersebut telah diterima DJP
e. Pemeriksaan yang ditangguhkan dilanjutkan apabila:
1) Penyidikan dihentikan sesuai dengan pasal 44A dan 44B UU KUP
2) Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan salinan putusan tersebut telah diterima DJP
f. Pemeriksaan dilanjutkan, jangka waktu perpanjangan pengujian diperpanjang paling lama 4
bulan
g. DJP masih dapat melakukan pemeriksaan setelah pemeriksaan dihentikan terdapat data selain
diungkapkan dalam pasal 8 ayat 3 atau 44B UU KUP

Pemeriksaan Ulang

Fungsi pemeriksaan ulang untuk melakukan koreksi atas surat ketetapan pajak lebih rendah dari
yang seharusnya. Koreksi atas surat ketetapan pajak sebenarnya bisa lewat keberatan, atau
pembetulan Pasal 16 UU KUP, atau pembatalan Pasal 36 UU KUP.

a. Berdasarkan instruksi atau persetujuan DJP karena ada data baru yang belum terungkap
b. Dalam hal pemeriksaan ulang mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan dalam SKP sebelumnya, DJP menerbitkan SKPKBT
c. Dalam hal pemeriksaan ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan dalam SKP sebelumnya,pemeriksaan ulang dihentikan dengan membuat LHP
Sumir dan kepada WP diberitahukan penghentian
d. Dalam hal pemeriksaan ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan dalam SKP sebelumnya, tetapi terdapat perubahan jumlah rugi fiskal, DJP
menrbtkan keputusan mengenai rugi fiskal (untuk memperhitungkn rugi fiskal ke tahun pajak
berikutnya)

Você também pode gostar