Você está na página 1de 15

APAKAH PENYEBAB MASALAH GIZI DI MASYARAKAT?

ARTICLE, GENERAL TOPIC

Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi. Faktor tersebut terdiri dari faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung adalah kurangnya asupan makanan dan
penyakit infeksi. Seseorang yang asupan makanannya kurang akan mengakibatkan rendahnya
daya tahan tubuh sehingga dapat memudahkan untuk sakit.
Kekurangan asupan makanan dapat disebabkan karena ketidaktersediaannya pangan sehingga
tidak ada makanan yang dikonsumsi. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya pelayanan
kesehatan pada masyarakat dan keadaan lingkungan yang tidak sehat.
Di negara berkembang secara ekonomi dan kctersediaan makanan tinggi, biasanya masalah gizi
akan menurun sedangkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, diabetes dan
hipertensi cenderung meningkat. Peningkatan tersebut sangat berhubungan erat dengan
kegemukan (obesitas), tingginya asupan lemak jenuh, rendahnya asupan sayur dan buah, serta
rendahnya aktivitas fisik.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), menunjukkan prevalensi gizi kurang
pada balita 19,6% (tahun 2013). Namun secara nasional pada tahun 2013, prevalensi kurus dan
sangat kurus masih cukup tinggi yaitu masing-masing 12,1% dan 5,3%. Adapun masalah tubuh
pendek atau stunting pada balita di Indonesia saat ini masih cukup serius sekitar 37,2%, Untuk
prevalensi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sekitar 10,2%. Untuk masalah
kegemukan pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%,
Sedangkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8%,
Prevalensi kegemukan pada remaja usia 16 hingga 18 tahun sebanyak 7,3% Prevalensi usia
dewasa (>18tahun) dengan berat badan lebih 13,5% dan kegemukan 15,4%,
Teori lain menyebutkan, masalah gizi terjadi akibat pengaruh faktor penjamu, penyebab (agen)
dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut harus seimbang karena apabila tidak hanya akan
menimbulkan masalah gizi.

PENJAMU
Penjamu (host) adalah faktor yang terdapat pada diri manusia, seperti :
1. Genetik (keturunan), seseorang yang mempunyai keturunan obesitas, akan cenderung beresiko
obesitas.
2. Usia, kebutuhan asupan gizi berbeda setiap kelompok usia.
3. Jenis kelamin
4. Etnik, masyarakat pada etnik tertentu, cenderung memiliki pola dan kebiasaan yang sama.
5. Fisiologis, kebutuhan ibu hamil lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil.
6. Imunologik, orang yang mudah terkena penyakit adalah orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

PENYEBAB (AGEN)
Penyebab (agen) adalah sesuatu yang keberadaan atau ketidakberadaannya menimbulkan
masalah gizi, seperti:
Keberadaan menimbulkan masalah
1. Zat kimia dan obat-obatan dapat menimbulkan keracunan.
2. Faktor psikis
3. Biologis (bakteri, jamur)
Ketidakberadaannya menimbulkan masalah
1. Zat gizi, contohnya kekurangan vitamin C mengakibatkan sariawan.
2. Kimia (hormon)

LINGKUNGAN
Lingkungan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Lingkungan Fisik, seperti : cuaca, iklim, tanah dan air. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
kesuburan tanaman yang merupakan sumber makanan.
2. Lingkungan Biologis, seperti : kepadatan penduduk.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi, seperti : pekerjaan, tingkat urbanisasi, perkembangan ekonomi,
dan bencana alam.

AKIBAT GIZI KURANG


1. Pertumbuhan
Akibat kekurangan zat gizi pada masa pertumbuhan adalah seseorang tidak dapat tumbuh
dengan optimal dan pertumbuhan otot akan terhambat.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga dapat menyebabkan kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja dan melakukan aktifitas fisik.
3. Pertahanan Tubuh
Protein berguna dalam pembentukan antibodi. Kekurangan protein menyebabkan system imun
dan antibodi menurun sehingga seseorang mudah terserang penyakit.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kekurangan gizi pada penyakit pada masa janin dan balita dapat berpengaruh pada
pertumbuhan otak karena sel-sel otak tidak dapat berkembang. Otak mencapai pertumbuhan
yang optimal pada usia 2-3 tahun. Setelah itu, pertumbuhan otak akan menurun dan berakhir
pada usia awal remaja.

5. Perilaku
Anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku yang tidak tenang, cengeng dan
apatis. Sedangkan untuk pada orang dewasa akan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah
emosi dan mudah tersinggung.
MENGATASI MASALAH GIZI
Cara mengakhiri masalah gizi adalah dengan penanggulangan secara jangka panjang dan akan
sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk bekerja sama untuk mewujudkan
perkembangan pendidikan dan ekonomi, perbaikan gizi, kedamaian, pengendalian pertumbuhan
penduduk, serta perbaikan sanitasi. Apabila diaplikasikan dengan benar maka harapannya
adalah dapat mengurangi masalah gizi dan penyakit infeksi serta akan meningkatkan usia
harapan hidup.
MASALAH-MASALAH GIZI DI INDONESIA
1. KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
2. OBESITAS
3. ANEMIA
4. DEFISIENSI VITAMIN A
5. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)/PROTEIN ENERGI MALNUTRITION
(PEM)/PROTEIN CALORI MALNUTRITION (PCM)
 Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup
lama.
 Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu
menyusui/meneteki (buteki)
 Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan
gejala klinis (marginal malnutrition)
 Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-
kwashiorkor
 Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi
yang khas
Penyebab
 Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
 Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
 Pengetahuan yang kurang tentang gizi
 Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan
kwashiorkor
 Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan
marasmus
 Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk
desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan
tidak cukup mendapatkan ASI
 Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
 Pertumbuhan mengurang atau berhenti
 BB berkurang, terhenti bahkan turun
 Ukuran lingkar lengan menurun
 Maturasi tulang terlambat
 Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
 Tebal lipat kulit normal atau menurun
 Aktivitas dan perhatian kurang
 Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
 Marasmus
 Kwashiorkor
 Marasmus-kwashiorkor
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan
protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering
terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan
penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
 Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
 Kebiasaan makanan yang tidak layak
 Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
 Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
 Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
 Mental cengeng
 Feces lunak atau diare
 Rambut hitam, tidak mudah dicabut
 Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit menghilang
 Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
 Torax atau sela iga cekung
 Atrofi otot, tulang terlihat jelas
 Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
 Frekuensi nafas berkurang
 Kadar Hb berkurang
 Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering
timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan
makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi
daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di
berbagai negara.

Penyebab
 Kekurangan protein dalam makanan
 Gangguan penyerapan protein
 Kehilangan protein secara tidak normal
 Infeksi kronis
 Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
 Wajah seperti bulan “moon face”
 Pertumbuhan terganggu
 Sinar mata sayu
 Lemas-lethargi
 Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
 Rambut merah, jarang, mudah dicabut
 Jaringan lemak masih ada
 Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak
keriput)
 Iga normal-tertutup oedema
 Atrofi otot
 Anoreksia
 Diare
 Pembesaran hati
 Anemia
 Sering terjadi acites
 Oedema
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor
Penatalaksanaan

Secara umum
 Ruangan cukup hangat dan bersih
 Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
 Pencegahan infeksi nosokomial
 Penimbangan BB tiap hari
Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi

 Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)


 Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
 Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat
Dietetik

 Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral


 Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan
dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering)
 Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan
setiap saat)
Persiapan pulang

 Gejala klinik tidak ada


 Nafsu makan baik
 Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan
yang sehat
Komplikasi
 Infeksi saluran pencernaan
 Defisiensi vitamin
 Depresi mental
Program pemerintah –penanggulangan KEP
Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama
 Ibu hamil
 Bayi
 Balita
 Anak-anak sekolah dasar
Keterpaduan kegiatan
 Penyuluhan gizi
 Peningkatan pendapatan
 Peningkatan pelayanan kesehatan
 Keluarga berencana
 Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan
Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga,
dasawisma dan posyandu

Penanganan secara khusus KEP berat


 Rujukan pelayanan gizi di posyandu
 Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi
 ASI eksklusif
OBESITAS
 adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan
akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
 Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
 Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata,
namun tidak selalu identik dengan obesitas
BB >>> tidak selalu obesitas
Penyebab
 Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
 Aktifitas fisik yang rendah
 Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
 Laju pertumbuhan yang sangat cepat
 Genetik atau faktor keturunan
 Gangguan hormon
Gejala
 Terlihat sangat gemuk
 Lebih tinggi dari anak normal seumur
 Dagu ganda
 Buah dada seolah-olah berkembang
 Perut menggantung
 Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas
 Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan
makanan
 Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
 Gangguan respon imunitas seluler
 Penurunan aktivitas bakterisida
 Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan
 Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada
obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun
aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
 Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh
energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa
mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi
esensial.
 Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu
dengan mengubah perilaku makan
 Mengatasi gangguan psikologis
 Meningkatkan aktivitas fisik
 Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
 Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan,
rujuk ke rumah sakit
 Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)
ANEMIA
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah
dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang
esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.

Macam-macam anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa
hemoglobin
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah
yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia,
hipoplastik atau aplastik
ANEMIA DEFISIENSI BESI
 Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
 Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah
satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
 Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka,
menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
Ciri
 Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
 Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
Tanda dan gejala
 Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
 Lemah
 Lesu
 Hb rendah
 Sering berdebar
 Papil lidah atrofi
 Takikardi
 Sakit kepala
 Jantung membesar
Dampak
 Produktivitas rendah
 SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung

 Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi


 Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
 Infeksi penyakit
Sebab tidak langsung

 Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah


Sebab mendasar

 Pendidikan wanita rendah


 Ekonomi rendah
 Lokasi ggeografis (daerah endemis malaria)
Kelompok sasaran prioritas
 Ibu hamil dan menyusui
 Balita
 Anak usia sekolah
 Tenaga kerja wanita
 Wanita usia subur
Penanganan
 Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan
pada ibu hamil maupun menyusui
 Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam
bentuk multivitamin kepada balita
 Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan
keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak
sekolah
 Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen
kepada tenaga kerja wanita
 Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur
(WUS)
DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita

Penyebab
 Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
 Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai
melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
 MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
 Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare
kronik, KEP dll)
 Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi
kelenjar tiroid
 Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
Sifat
 Mudah teroksidasi
 Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
 Larut dalam lemak
Tanda dan gejala
 Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
 Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Tanda hipervitaminosis
Akut

 Mual, muntah
 Fontanela meningkat
Kronis

 Anoreksia
 Kurus
 Cengeng
 Pembengkakan tulang
Upaya pemerintah
 Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
 Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
 Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada
bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan
(100.000 IU)
 Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan
(200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000
IU)
 Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan
200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada
hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian
dosis yang diberikan juga sesuai usia
 Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
Catatan
 Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar
tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena
tidak larut dalam air
 Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa
berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
 Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
 Merupakna masalah dunia
 Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
 Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid
yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
 Pembesaran kelenjar gondok
 Hipotiroid
 Kretinisme
 Kegagalan reproduksi
 Kematian
Defisiensi pada janin
 Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
 Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
 Terjadi kretinisme endemis
 Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
 Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL
 Penting untuk perkembangan otak yang normal
 Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun
pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
 Puncak kejadian pada masa remaja
 Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
 Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
 Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
 Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat
diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah
maksimal
 Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
 Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5
meter
 Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
 Ibu hamil
 WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
 Bayi < 1tahun : 100 mg
 Balita 1-5 tahun : 200 mg
 Wanita 6-35 tahun : 400 mg
 Ibu hamil (bumil) : 200 mg
 Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
 Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
 Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme
nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme
miksedema, kerusakan psikomotor
 Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
 Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ
rendah), gangguan perkembangan
 Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh
yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan
sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol,
sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-
rempah.

Pencegahan/penanggulangan
 Fortifikasi : garam
 Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
Gizi dan Masalah Gizi di Indonesia
Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Sedangkan menurut Soekiman (2000), zat gizi adalah zat kimia
yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara, menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa zat gizi adalah bahanbahan kimia yang diperlukan
tubuh untuk hidup, tumbuh, bergerak dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia
itu berasal dari makanan.

Jumlah zat gizi yang dikenal saat ini sebanyak 45 jenis, dan dikelompokkanmenjadi zat gizi makro dan
mikro. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak, yang merupakan zat gizi sumber
energi. Zat gizi yangdikelompokkan ke dalam zat gizi mikro antra lain vitamin, mineral dan air yang
merupakan zat gizi pembangun dan pengatur Karbohidrat sebagai sumber energi utama berguna
untuk aktivitas sel-sel tubuh, karbohidrat dalam makanan dan minuman diubah menjadi bentuk yang lebih
sederhana (glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi makro, terutama
masalah kurang energi protein, merupakan masalah yang mendominasi perhatian dunia. Kekurangan
konsumsi protein mengakibatkan berbagai penyakit. Pola konsumsi protein yang sesuai dengan
kebutuhan seseorang sangat bermanfaat untuk daya tahan jantung. Konsumsi zat Fe juga bermanfaat bagi
daya tahan jantung dan paru-paru. Semakin tinggi konsumsi Fe pada seorang atlet, semakin tinggi daya
tahan jantung dan paru-parunya
Beberapa masalah gizi yang penting antara lain kurang protein, kurang energi atau kombinasi kurang
energi dan protein. Juga masalah gizi mikro, khususnya masalah kurang vitamin A, kurang zat yodium,
kurang zat besi dan kurang zat seng. Selain itu, mulai muncul masalah gizi lebih, yaitu
kelebihan konsumsi energi yang bersumber dari lemak.
Berdasarkan sudut pandang zat gizi, masalah gizi dibedakan menjadi masalahgizi makro dan masalah gizi
mikro. Masalah gizi makro dapat berbentuk gizi kurang dan gizi lebih, sedangkan untuk masalah
gizi mikro hanya dikenal gizi kurang. Masalah gizi makro yang sering disebut kurang energi protein(KEP)
adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi
dan protein serta karena gangguan kesehatan.
Golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk rawan terkena KEP adalah
balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Terkait dengan hal ini, kita mengenal beberapa istilah kurang energi
protein dan gizi buruk, seperti marasmus dan Kwashiorkor.
Menurut Depkes R.I. (2006), untuk mengenali tanda-tanda klinis anak balita yang menderita gizi
buruk kwashiorkor adalah dengan memeriksa fisik tubuh balita. Anak balita yang
menderita kwashiorkor memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
1. Pembengkakan (edema) pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki
2. Bentuk wajah bulat (moon face) dan kelihatan sembab
3. Perilaku cengeng, rewel dan apatis
4. Perut buncit (ascites)
5. Rambut kusam dan mudah dicabut
6. Terdapat bercak kulit yang luas dan berwarna kehitaman/bintik kemerahan
Sedangkan tanda-tanda balita penderita marasmus antara lain memiliki ciriciri fisik sebagai berikut:
1. Tubuh tampak sangat kurus
2. Wajah tam pak seperti orang tua
3. Perilaku cengeng, rewel dan apatis
4. Bentuk iga gambang, perut cekung
5. Otot pantat mengendor (baggy pant)
6. Terjadi penyusutan (atrofi) otot lengan dan tungkai

Você também pode gostar