Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi. Faktor tersebut terdiri dari faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung adalah kurangnya asupan makanan dan
penyakit infeksi. Seseorang yang asupan makanannya kurang akan mengakibatkan rendahnya
daya tahan tubuh sehingga dapat memudahkan untuk sakit.
Kekurangan asupan makanan dapat disebabkan karena ketidaktersediaannya pangan sehingga
tidak ada makanan yang dikonsumsi. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya pelayanan
kesehatan pada masyarakat dan keadaan lingkungan yang tidak sehat.
Di negara berkembang secara ekonomi dan kctersediaan makanan tinggi, biasanya masalah gizi
akan menurun sedangkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, diabetes dan
hipertensi cenderung meningkat. Peningkatan tersebut sangat berhubungan erat dengan
kegemukan (obesitas), tingginya asupan lemak jenuh, rendahnya asupan sayur dan buah, serta
rendahnya aktivitas fisik.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), menunjukkan prevalensi gizi kurang
pada balita 19,6% (tahun 2013). Namun secara nasional pada tahun 2013, prevalensi kurus dan
sangat kurus masih cukup tinggi yaitu masing-masing 12,1% dan 5,3%. Adapun masalah tubuh
pendek atau stunting pada balita di Indonesia saat ini masih cukup serius sekitar 37,2%, Untuk
prevalensi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sekitar 10,2%. Untuk masalah
kegemukan pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%,
Sedangkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8%,
Prevalensi kegemukan pada remaja usia 16 hingga 18 tahun sebanyak 7,3% Prevalensi usia
dewasa (>18tahun) dengan berat badan lebih 13,5% dan kegemukan 15,4%,
Teori lain menyebutkan, masalah gizi terjadi akibat pengaruh faktor penjamu, penyebab (agen)
dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut harus seimbang karena apabila tidak hanya akan
menimbulkan masalah gizi.
PENJAMU
Penjamu (host) adalah faktor yang terdapat pada diri manusia, seperti :
1. Genetik (keturunan), seseorang yang mempunyai keturunan obesitas, akan cenderung beresiko
obesitas.
2. Usia, kebutuhan asupan gizi berbeda setiap kelompok usia.
3. Jenis kelamin
4. Etnik, masyarakat pada etnik tertentu, cenderung memiliki pola dan kebiasaan yang sama.
5. Fisiologis, kebutuhan ibu hamil lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil.
6. Imunologik, orang yang mudah terkena penyakit adalah orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
PENYEBAB (AGEN)
Penyebab (agen) adalah sesuatu yang keberadaan atau ketidakberadaannya menimbulkan
masalah gizi, seperti:
Keberadaan menimbulkan masalah
1. Zat kimia dan obat-obatan dapat menimbulkan keracunan.
2. Faktor psikis
3. Biologis (bakteri, jamur)
Ketidakberadaannya menimbulkan masalah
1. Zat gizi, contohnya kekurangan vitamin C mengakibatkan sariawan.
2. Kimia (hormon)
LINGKUNGAN
Lingkungan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Lingkungan Fisik, seperti : cuaca, iklim, tanah dan air. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
kesuburan tanaman yang merupakan sumber makanan.
2. Lingkungan Biologis, seperti : kepadatan penduduk.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi, seperti : pekerjaan, tingkat urbanisasi, perkembangan ekonomi,
dan bencana alam.
5. Perilaku
Anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku yang tidak tenang, cengeng dan
apatis. Sedangkan untuk pada orang dewasa akan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah
emosi dan mudah tersinggung.
MENGATASI MASALAH GIZI
Cara mengakhiri masalah gizi adalah dengan penanggulangan secara jangka panjang dan akan
sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk bekerja sama untuk mewujudkan
perkembangan pendidikan dan ekonomi, perbaikan gizi, kedamaian, pengendalian pertumbuhan
penduduk, serta perbaikan sanitasi. Apabila diaplikasikan dengan benar maka harapannya
adalah dapat mengurangi masalah gizi dan penyakit infeksi serta akan meningkatkan usia
harapan hidup.
MASALAH-MASALAH GIZI DI INDONESIA
1. KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
2. OBESITAS
3. ANEMIA
4. DEFISIENSI VITAMIN A
5. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)/PROTEIN ENERGI MALNUTRITION
(PEM)/PROTEIN CALORI MALNUTRITION (PCM)
Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup
lama.
Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu
menyusui/meneteki (buteki)
Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan
gejala klinis (marginal malnutrition)
Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-
kwashiorkor
Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi
yang khas
Penyebab
Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
Pengetahuan yang kurang tentang gizi
Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan
kwashiorkor
Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan
marasmus
Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk
desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan
tidak cukup mendapatkan ASI
Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
Pertumbuhan mengurang atau berhenti
BB berkurang, terhenti bahkan turun
Ukuran lingkar lengan menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
Tebal lipat kulit normal atau menurun
Aktivitas dan perhatian kurang
Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan
protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering
terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan
penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
Kebiasaan makanan yang tidak layak
Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Feces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit menghilang
Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
Torax atau sela iga cekung
Atrofi otot, tulang terlihat jelas
Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
Frekuensi nafas berkurang
Kadar Hb berkurang
Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering
timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan
makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi
daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di
berbagai negara.
Penyebab
Kekurangan protein dalam makanan
Gangguan penyerapan protein
Kehilangan protein secara tidak normal
Infeksi kronis
Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
Wajah seperti bulan “moon face”
Pertumbuhan terganggu
Sinar mata sayu
Lemas-lethargi
Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
Rambut merah, jarang, mudah dicabut
Jaringan lemak masih ada
Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak
keriput)
Iga normal-tertutup oedema
Atrofi otot
Anoreksia
Diare
Pembesaran hati
Anemia
Sering terjadi acites
Oedema
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor
Penatalaksanaan
Secara umum
Ruangan cukup hangat dan bersih
Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
Pencegahan infeksi nosokomial
Penimbangan BB tiap hari
Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi
Macam-macam anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa
hemoglobin
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah
yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia,
hipoplastik atau aplastik
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah
satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka,
menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
Ciri
Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
Tanda dan gejala
Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
Lemah
Lesu
Hb rendah
Sering berdebar
Papil lidah atrofi
Takikardi
Sakit kepala
Jantung membesar
Dampak
Produktivitas rendah
SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung
Penyebab
Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai
melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare
kronik, KEP dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi
kelenjar tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
Sifat
Mudah teroksidasi
Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
Larut dalam lemak
Tanda dan gejala
Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Tanda hipervitaminosis
Akut
Mual, muntah
Fontanela meningkat
Kronis
Anoreksia
Kurus
Cengeng
Pembengkakan tulang
Upaya pemerintah
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada
bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan
(100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan
(200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000
IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan
200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada
hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian
dosis yang diberikan juga sesuai usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
Catatan
Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar
tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena
tidak larut dalam air
Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa
berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Merupakna masalah dunia
Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid
yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
Pembesaran kelenjar gondok
Hipotiroid
Kretinisme
Kegagalan reproduksi
Kematian
Defisiensi pada janin
Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
Terjadi kretinisme endemis
Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL
Penting untuk perkembangan otak yang normal
Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun
pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
Puncak kejadian pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat
diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah
maksimal
Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5
meter
Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
Ibu hamil
WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
Bayi < 1tahun : 100 mg
Balita 1-5 tahun : 200 mg
Wanita 6-35 tahun : 400 mg
Ibu hamil (bumil) : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme
nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme
miksedema, kerusakan psikomotor
Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ
rendah), gangguan perkembangan
Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh
yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan
sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol,
sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-
rempah.
Pencegahan/penanggulangan
Fortifikasi : garam
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
Gizi dan Masalah Gizi di Indonesia
Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Sedangkan menurut Soekiman (2000), zat gizi adalah zat kimia
yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara, menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa zat gizi adalah bahanbahan kimia yang diperlukan
tubuh untuk hidup, tumbuh, bergerak dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia
itu berasal dari makanan.
Jumlah zat gizi yang dikenal saat ini sebanyak 45 jenis, dan dikelompokkanmenjadi zat gizi makro dan
mikro. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak, yang merupakan zat gizi sumber
energi. Zat gizi yangdikelompokkan ke dalam zat gizi mikro antra lain vitamin, mineral dan air yang
merupakan zat gizi pembangun dan pengatur Karbohidrat sebagai sumber energi utama berguna
untuk aktivitas sel-sel tubuh, karbohidrat dalam makanan dan minuman diubah menjadi bentuk yang lebih
sederhana (glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi makro, terutama
masalah kurang energi protein, merupakan masalah yang mendominasi perhatian dunia. Kekurangan
konsumsi protein mengakibatkan berbagai penyakit. Pola konsumsi protein yang sesuai dengan
kebutuhan seseorang sangat bermanfaat untuk daya tahan jantung. Konsumsi zat Fe juga bermanfaat bagi
daya tahan jantung dan paru-paru. Semakin tinggi konsumsi Fe pada seorang atlet, semakin tinggi daya
tahan jantung dan paru-parunya
Beberapa masalah gizi yang penting antara lain kurang protein, kurang energi atau kombinasi kurang
energi dan protein. Juga masalah gizi mikro, khususnya masalah kurang vitamin A, kurang zat yodium,
kurang zat besi dan kurang zat seng. Selain itu, mulai muncul masalah gizi lebih, yaitu
kelebihan konsumsi energi yang bersumber dari lemak.
Berdasarkan sudut pandang zat gizi, masalah gizi dibedakan menjadi masalahgizi makro dan masalah gizi
mikro. Masalah gizi makro dapat berbentuk gizi kurang dan gizi lebih, sedangkan untuk masalah
gizi mikro hanya dikenal gizi kurang. Masalah gizi makro yang sering disebut kurang energi protein(KEP)
adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi
dan protein serta karena gangguan kesehatan.
Golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk rawan terkena KEP adalah
balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Terkait dengan hal ini, kita mengenal beberapa istilah kurang energi
protein dan gizi buruk, seperti marasmus dan Kwashiorkor.
Menurut Depkes R.I. (2006), untuk mengenali tanda-tanda klinis anak balita yang menderita gizi
buruk kwashiorkor adalah dengan memeriksa fisik tubuh balita. Anak balita yang
menderita kwashiorkor memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
1. Pembengkakan (edema) pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki
2. Bentuk wajah bulat (moon face) dan kelihatan sembab
3. Perilaku cengeng, rewel dan apatis
4. Perut buncit (ascites)
5. Rambut kusam dan mudah dicabut
6. Terdapat bercak kulit yang luas dan berwarna kehitaman/bintik kemerahan
Sedangkan tanda-tanda balita penderita marasmus antara lain memiliki ciriciri fisik sebagai berikut:
1. Tubuh tampak sangat kurus
2. Wajah tam pak seperti orang tua
3. Perilaku cengeng, rewel dan apatis
4. Bentuk iga gambang, perut cekung
5. Otot pantat mengendor (baggy pant)
6. Terjadi penyusutan (atrofi) otot lengan dan tungkai