Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Definisi
Menurut WHO stroke adalah, adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vascular.
b. Epidemiologi
WHO menjelaskan bahwa hampir setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia
mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia
Tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke (WHO, 2010).
Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di
Indonesia 12,2 per 1000 penduduk. Angka itu naik dibangdingkan Riskesdas tahun 2007
sebesar 8,3 persen. Stroke telah menjadi penyebab kematian utama di hampir semua
rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.
c. Faktor risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke sekunder adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes
4. Dislipidemia
5. Fibrilasi atrium
6. Penyakit sel sabit
7. HRT pascamenopause
8. Diet dan aktivitas
9. Berat badan dan lemak tubuh yang berlebih
d. Patofisiologi
TIA ditandai dengan penurunan sementara atau penghentian aliran darah otak dalam
distribusi neurovaskular tertentu sebagai akibat dari sebagian atau total oklusi, biasanya
dari tromboemboli akut atau stenosis dari pembuluh darah. Manifestasi klinis akan
bervariasi, tergantung pada pembuluh darah dan wilayah otak yang terlibat (Nanda,
2014).
Nanda, Ashish MD; Chief Editor : Robert E O’Conner, MD, MPH. 2014. Transient
Ischemic Attack. Cited by Medscape Reference © 2011 WebMD, LLC. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1910519- overview ( Diakses tanggal 03 Juli
2018).
Hipoksia, karena aliran darah terganggu, memiliki efek berbahaya pada struktur
organ dan fungsi. Hal ini terutama terjadi pada stroke (iskemia serebral) dan infark
jantung (iskemia miokard). Hipoksia juga memainkan peran penting dalam mengatur
pertumbuhan tumor dan metastasis. Kebutuhan energi yang tinggi dibandingkan dengan
penghasilan energi yang rendah membuat otak sangat rentan terhadap kondisi hipoksia.
Meskipun hanya merupakan fraksi total berat badan yang kecil (2%), itu menyumbang
persentase proporsional besar konsumsi O2 (sekitar 20%).