Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya. Usaha itu biasa
dimulai dengan menekan jumlah kematian ibu. Angka Kematian Ibu di Indonesia
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dapat dilihat dari Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang menunjukkan bahwa AKI di Indonesia adalah
Goals (MDGs) sebesar 102/100000 kelahiran hidup yang harus dicapai pada tahun
puerperium 8%, trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 5%, partus lama 5%, abortus
dan di Asia Tenggara 31,6%. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab angka
kesakitan dan kematian ibu dan janin yang cukup tinggi di Indonesia. Insiden
Responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak 171 orang, yang mengalami pre-
1
2
eklampsia 78% dan responden yang berumur >35 tahun sebanyak 13 orang dimana
Tahun 2009 angka kematian ibu di Sumatera Barat masih tinggi, pada tahun
2009 sebesar 209/100000 kelahiran hidup, walaupun angka tersebut berkurang dari
bermakna tapi menurunnya angka kematian ibu ini dapat memberikan gambaran
adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pre-
eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu sebesar 12,9%. (Dinkes
Sumbar, 2009).
kelahiran hidup dan sama dengan tahun 2008 kasus kematian ibu 15/15693 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu secara langsung salah satunya adalah pre-eklampsia.
Pada tahun 2008 kejadian pre-eklampsia sebesar 3,8%, tahun 2009 meningkat
menjadi 5,3%, dan tahun 2010 sebesar 6,7% (Dinkes Kota Padang, 2010).
oleh faktor usia, dimana pada awal dan akhir usia reproduksi lebih rentan untuk
terjadinya pre-eklampsia. Pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20-29
tahun (Prawirohardjo, 2008) dan di atas usia 35 tahun meningkat menjadi 3 kali lipat
(Cuningham, 2006).
Usia yang rentan terkena pre-eklampsia dalam Bobak (2005) adalah usia <
20 atau > 35 tahun. Preeklampsia juga lebih sering terjadi pada kehamilan yang
pertama (Vicky, 2006). Wanita yang telah banyak melahirkan lebih dari tiga kali
RSUD dr. Rasidin Padang pada tahun 2010 kejadian pre-eklampsia 15 kasus dari 318
ibu bersalin (4,7%) dan pada tahun 2011 (Januari - Juni) dari 280 ibu bersalin
Djamil Padang pada tahun 2008 dari 1706 ibu bersalin terdapat kejadian pre-
Tahun 2009 dari 1515 ibu bersalin di RSUP DR M.Djamil Padang terdapat
kejadian pre-eklampsia 143 kasus (9,4%). Umur ibu berisiko (<20 tahun dan > 35
tahun) pada kejadian pre-eklampsia ini sebesar 32,8%, paritas ibu berisiko (1 dan >3)
sebesar 56,2%, ibu yang mempunyai riwayat keluarga pre-eklampsia sebesar 60%,
kehamilan ganda 20%, dan yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi 30%. Pada
tahun 2010 dari 1295 ibu bersalin terjadi kenaikan kejadian pre-eklampsia sebanyak
129 kasus (9,96%) dengan umur ibu hamil yang berisiko (<20 tahun dan > 35 tahun)
sebesar 34,4%, paritas yang dinyatakan berisiko (1 dan >3) sebesar 58,1%, ibu yang
mempunyai riwayat keluarga pre-eklampsia 40%, kehamilan ganda 10%, dan riwayat
tahun ke tahun di RSUP DR M. Djamil Padang. Oleh karena itu peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan umur dan paritas dengan
2011”.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur dan
paritas dengan kejadian pre-eklampsia di RSUP DR. M. Djamil Padang bulan Juli –
Desember 2011.
1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu bersalin di RSUP DR. M. Djamil
yang telah didapat pada mata kuliah Metodologi Penelitian, Askeb IV, dan
Sebagai informasi bagi petugas kesehatan tentang hubungan umur dan paritas
untuk melakukan tindakan atau usaha untuk menurunkan angka kematian ibu.
Desember 2011. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai
Agustus 2012 dan pengumpulan datanya pada tanggal 2 April – 14 April 2012 dan
dilanjutkan tanggal 25 Juni – 3 Juli 2012 dengan mengambil data sekunder di bagian
rekam medik RSUP DR. M. Djamil Padang. Populasi pada penelitian ini adalah
6
seluruh ibu bersalin di RSUP DR. M. Djamil Padang pada bulan Juli sampai
memenuhi kriteria inklusi dengan metode penelitian analitik dan desain cross
sectional. Analisa data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pre-eklampsia
2.1.1 Pengertian
gejala klinis, seperti edema, hipertensi, proteinuria kejang sampai koma dengan umur
fungsi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cuningham, 2006). Pre-
eklampsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan
progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi-organ yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negatif pada lingkungan janin (Boyle,
2008).
spesifik pada kehamilan, yang ditandai dengan terjadinya hipertensi dan proteinuria
adalah sindrom spesifik kehamilan yang biasanya terjadi setelah minggu ke-20.
2.1.2 Etiologi
dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang telah
7
8
dikemukakan tentag terjadinya pre-eklampsia tersebut, tetapi tidak ada satupun teori
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang berkaitan dengan penyakit itu. Faktor plasenta dapat menyebabkan kelainan
plasenta selama gelombang ke dua invasi trofoblastik pada minggu ke-14 dan 15
faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana sebab dan mana
Menurut Desi. K dan Hanifah. M (2009) wanita hamil cenderung dan mudah
2.1.3.1 Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan
(KBBI, 2000). Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur ibu
yang sangat muda (<20 tahun) atau ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merupakan
faktor risiko terjadinya pre-eklampsia. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20-35 tahun. Pada kehamilan < 20 tahun secara biologis belum optimal dimana
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang, dan keadaan alat reproduksi
belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya
Pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam
bentuk hipertensi, dan eklampsia. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan
9
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini
juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan risiko
Usia yang rentan terkena pre-eklampsia adalah usia < 20 tahun dan > 35
tahun (Kurniawati, 2009). Usia ini merupakan kedua ujung usia reproduksi. Risiko
pre-eklampsia akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya usia seorang ibu
(Cuningham, 2006).
Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan
risiko tinggi karena tingkat risiko morbiditas (terkena penyakit) dan mortalitas
(tingkat kematian) pada ibu dan janin akan meningkat daripada kehamilan pada usia
aman 20-30 tahun. Umur yang berisiko terjadinya pre-eklampsia adalah umur ibu
yang sangat muda atau ibu yang berusia lebih dari 35 tahun (Cuningham, 2006). Usia
sebenarnya usia muda yang dianggap berisiko bagi kehamilan adalah di bawah 18
tahun. Usia 30 pun sebenarnya belum dianggap berisiko. Angka tersebut ditetapkan
karena kemampuan organ reproduksi wanita di usia tersebut mulai menurun. Jadi
baru di atas 35 tahunlah kehamilan akan mengancam ibu dan janin. Bisa dikatakan,
di bawah usia 20 merupakan fase menunda kehamilan. Usia 20 tahunan adalah fase
menghentikan kehamilan.
Kabupaten Kulon Progo (2006) kasus pre-eklampsia banyak terjadi pada usia > 35
tahun sekitar 45% dan pada usia < 20 tahun sebesar 17,5 %. Besar ratio odds dalam
penelitian ini didapatkan 3,46 kali, yang membuktikan bahwa ibu hamil yang
10
memiliki umur berisiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
mempunyai peluang untuk terjadi pre eklampsia-eklampsia 3 kali lebih beresiko dari
umur reproduksi sehat yaitu 20 tahun sampai 35 tahun. Hal ini sesuai dengan yang
wanita dengan umur kurang dari 20 tahun lebih dari 3 kali lipat dan usia lebih dari 35
tahun dapat terjadi hipertensi laten. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang 20
tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan
kesehatan, namun pre-eklampsia sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun dimana
2.1.3.2 Paritas
yang dapat hidup (Dorland, 2005). Menurut Bobak (2005) paritas adalah jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan.
1. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan anak, yang cukup besar
beberapa kali.
pre-eklampsia adalah 1 dan >3. Paritas 1 berisiko karena pada kehamilan pertama
seorang ibu sering mengalami stress. Stress emosi yang terjadi pada primigravida
kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer
total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis. Pada wanita
menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan
Wanita yang telah banyak melahirkan lebih dari 3 orang rentan terhadap
komplikasi yang serius, bahaya pada masa kehamilan salah satunya adalah pre-
eklampsia dimana paritas tinggi cenderung aliran darah akan menurun ke plasenta
tinggi juga akan terjadinya penyempitan pada lumen arteriola yang mengakibatkan
arteriola dalam tubuh mengalami spasme. Maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat
risiko pre-eklampsia ini juga meningkat pada multipara (Varney, 2010). Menurut
Prawirohardjo (2008) paritas 2-3 merupakan paritas aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik,
12
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
Persalinan paling aman biasanya persalinan kedua dan ketiga karena pada
persalinan keempat dan kelima akan meningkatkan angka kematian. Menurut hasil
Benny Karuniawati di di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo (2006) yang mana
kejadian pre-eklampsia banyak terjadi pada paritas 1 sebesar 42,5 %. Hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Wylie (2010) bahwa pre-eklampsia terjadi pada ibu
primigravida.
eklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan
yang lebih buruk daripada mereka yang janin tunggal (Cuningham, 2006).
2.1.3.4 Obesitas
progresif, meningkat dari 4,3 % untuk wanita dengan indeks masa tubuh <19,8 kg/m2
menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya sama dengan atau lebih dari 35 kg/m2
(Cuningham, 2006).
Kenaikan berat badan normal pada saat kehamilan berkisar antara 12-16 kg,
jika kenaikan yang terjadi lebih dari itu berarti ibu berisiko mengalami kegemukan
juga dapat menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang
13
berada dalam badan sekitar 15 % dari berat badan, maka makin gemuk seseorang
makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin
berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya pre-
Sifat “gen” resesif sama dengan teori gen resesif herediter. Pada kehamilan
kedua pre-eklampsia dan eklampsia sedikit berulang, kecuali mendapat suami baru.
essensial. Tekanan darah tinggi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya
umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada gejalanya tidak jelas sehingga
tekanan yang tinggi dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita.
sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan
darah tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20%
menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala
preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium,
2.1.4 Patofisiologi
ke dalam endometrium (desidua) dan menggantikan dinding otot elastik arteri spiral.
Akibatnya, terbentuk sinus besar tidak berstruktur yang dapat mengalirkan darah
dalam jumlah yang sangat besar yang diperlukan, khususnya pada trimester ketiga.
Pembuluh darah yang berdilatasi tersebut tidak lagi dipengaruhi oleh hormon. Pada
pre-eklampsia, adaptasi arteri spiral oleh trofoblas tidak terjadi sehingga suplai darah
fetal sehingga suplai darah tidak adekuat dan plasenta menjadi iskemik.
bagi tubuh ibu, terutama bagi sitem sirkulasi. Sistem endotelial pembuluh darah
tubuh paling berisiko mengalami iskemik. Sel tersebut bertanggung jawab terhadap
berperan dalam vasodilatasi untuk merespons hormon yang bersirkulasi, akan tetapi
tromboksan dan lemak perioksida dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh sel
peningkatan kepekaan vaskular terhadapa angiotensin II. Oleh karena itu, pembuluh
generalisata yang menyebabkan perfusi darah yang buruk ke jaringan dan organ
dampak pada tubuh ibu dan kondisi janin. Tekanan darah meningkat pada sebagian
15
besar ibu dan peningkatan permeabilitas sel endotelial menyebabkan cairan dan
eklampsia
terdapat dalam pembuluh darah bersama dengan trombosit sehingga gumpalan fibrin
dan trombosit tersebut suatu saat dapat menyumbat pembuluh darah sehingga aliran
penyebabnya, jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita pre-
eklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus
kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada pre-eklampsia.
Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal
(Prawirohardjo, 2008).
16
Perubahan pada otak dapat menyebabkan edema dan perdarahan serebral. Pada
awalnya, ibu mengeluh sakit kepala pada bagian frontal. Akan tetapi kondisi tersebut
dapat mengarah pada kejang. Pada hipertensi berat, vasospasme serebral disertai
hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu; pada hipertensi yang lebih
pendek bias terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenisasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada
(Prawirohardjo, 2008).
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Vasokonstriksi
perdarahan kecil, yang dapat mengganggu funsi retina. Ibu dapat melaporkan
lobus-lobus paru. Kondisi tersebut diperburuk denga terapi pergantia cairan yang
gangguan jantung akibat hipertensi dan kerja ekstra jantung untuk memompa darah
(Wylie, 2010)
17
Ginjal terutama peka terhadap hipertensi. Peningkatan tekanan darah yang memasuki
produk sisa. Kreatinin dan asam urat tertahan dalam darah dan peningkatan kadar
substansi tersebut menunjukkan kerusakan ginjal. Oliguria adalah indikasi lanjut dan
2.1.6 Diagnosis
Menurut Desi kurniawati dan Hanifah Mirzanie (2009) diagnosis dari pre-
2.1.6.1 Anamnesis : cari faktor risiko, keluhan khas (gangguan penglihatan, sakit
2.1.6.2 Pemerisaan fisik : TD, TFU (pertumbuhan janin yang tidak sesuai dengan
2.1.6.4 Pemeriksaan penunjang lain : USG lebih awal (25-28 minggu) untuk menilai
diterima secara luas adalah peningkatan tekanan darah diastolik >110 mmHg pada
satu kali pemeriksaan atau > 90 mmHg pada dua atau lebih pemeriksaan selang 4
jam, disertai proteinuria. Akan tetapi, kenaikan tekanan darah diastolik di atas 15-20
18
eklampsia. Tekanan darah sistolik merupakan indikasi curah jantung, tetapi tekana
darah diastolik lebih dipengaruhi oleh resistansi perifer. Oleh karena itu, tekanan
2001):
2.1.7.1 Hipertensi
2) Tekanan darah absolute 140/90 atau 160/110, yang diambil selang 6 jam
2.1.7.2 Edema
2.1.7.3 Proteinuria
lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein di dalam urine, tetapi
serius.
19
2.1.7.5 Koma
terjadi koma.
pemeriksaan 6 jam.
pemeriksaan 6 jam.
3) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1
1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110
5) Gangguan kesadaran.
Tabel 2.1
Indikator Beratnya Pre-eklampsia
Kelainan Ringan Berat
Tekanan darah Sistolik 140 mmHg atau kenaikan 30mmHg 160mmHg atau >
Tekanan darah Diastolik 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg 110 mmHg
Proteinuria 0,3 gr/lebih > 5gr/l
Nyeri Kepala Tidak ada Ada
Gangguan Penglihatan Tidak ada Ada
Nyeri perut bagian atas Tidak ada Ada
Oligouri Tidak ada < 400 cc/24 jam
Sianosis Tidak ada Ada
Edema paru-paru Tidak ada Ada
Perdarahan pada retina Tidak ada Ada
Sumber : Manuaba (2010)
2.1.9.1 Pemeriksaaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
2.1.9.3 Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
21
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam, dan penambahan berat
2.2 Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan
(KBBI,2000). Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur ibu
yang sangat muda (< 20 tahun) atau ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merupakan
faktor risiko terjadinya pre-eklampsia. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20-35 tahun. Pada kehamilan < 20 tahun secara biologis belum optimal dimana
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang, dan keadaan alat reproduksi
belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya
Pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam
bentuk hipertensi, dan eklampsia. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini
juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan risiko
Usia yang rentan terkena pre-eklampsia adalah usia < 20 tahun dan > 35
tahun (Kurniawati, 2009). Usia ini merupakan kedua ujung usia reproduksi. Risiko
pre-eklampsia akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya usia seorang ibu
(Cuningham, 2006).
Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan
risiko tinggi karena tingkat risiko morbiditas (terkena penyakit) dan mortalitas
(tingkat kematian) pada ibu dan janin akan meningkat daripada kehamilan pada usia
22
aman 20-30 tahun. Umur yang berisiko terjadinya pre-eklampsia adalah umur ibu
yang sangat muda atau ibu yang berusia lebih dari 35 tahun (Cuningham, 2006). Usia
sebenarnya usia muda yang dianggap berisiko bagi kehamilan adalah di bawah 18
tahun. Usia 30 pun sebenarnya belum dianggap berisiko. Angka tersebut ditetapkan
karena kemampuan organ reproduksi wanita di usia tersebut mulai menurun. Jadi
baru di atas 35 tahunlah kehamilan akan mengancam ibu dan janin. Bisa dikatakan,
di bawah usia 20 merupakan fase menunda kehamilan. Usia 20 tahunan adalah fase
menghentikan kehamilan.
Kabupaten Kulon Progo (2006) kasus pre-eklampsia banyak terjadi pada usia > 35
tahun sekitar 45% dan pada usia < 20 tahun sebesar 17,5 %. Besar ratio odds dalam
penelitian ini didapatkan 3,46 kali, yang membuktikan bahwa ibu hamil yang
memiliki umur berisiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
mempunyai peluang untuk terjadi pre eklampsia-eklampsia 3 kali lebih beresiko dari
umur reproduksi sehat yaitu 20 tahun sampai 35 tahun. Hal ini sesuai dengan yang
wanita dengan umur kurang dari 20 tahun lebih dari 3 kali lipat dan usia lebih dari 35
tahun dapat terjadi hipertensi laten. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang 20
tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan
kesehatan, namun pre-eklampsia sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun dimana
2.3 Paritas
yang dapat hidup (Dorland, 2005). Menurut Bobak (2005) paritas adalah jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan.
1. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan anak, yang cukup besar
beberapa kali.
persalinan.
pre-eklampsia adalah 1 dan >3. Paritas 1 berisiko karena pada kehamilan pertama
darah (Cuningham, 2006). Wanita yang telah banyak melahirkan lebih dari 3 orang
rentan terhadap komplikasi yang serius, bahaya pada masa kehamilan salah satunya
adalah pre-eklampsia dimana paritas tinggi cenderung aliran darah akan menurun ke
Pada paritas tinggi juga akan terjadinya penyempitan pada lumen arteriola
yang mengakibatkan arteriola dalam tubuh mengalami spasme. Maka tekanan darah
24
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi
risiko pre-eklampsia ini juga meningkat pada multipara (Varney, 2010). Menurut
Prawirohardjo (2008) paritas 2-3 merupakan paritas aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
Persalinan paling aman biasanya persalinan kedua dan ketiga karena pada
persalinan keempat dan kelima akan meningkatkan angka kematian. Menurut hasil
Benny Karuniawati di di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo (2006) yang mana
kejadian pre-eklampsia banyak terjadi pada paritas 1 sebesar 42,5 %. Hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Wylie (2010) bahwa pre-eklampsia terjadi pada ibu
primigravida.
25
Umur
Paritas
Kehamilan Ganda
Riwayat keluarga
pre-eklampsia
Riwayat penyakit
hipertensi
Gambar 2.1
Faktor-faktor Penyebab Pre-eklampsia Menurut Desy Kurniawati dan Hanifah
Mirzanie (2009)
Keterangan :
Yang Diteliti
Tidak Diteliti
26
Berdasarkan tinjauan teoritis di atas maka pada penelitian ini yang menjadi
variabel independen yang akan diteliti yaitu umur dan paritas yang mempengaruhi
kejadian pre-eklampsia sebagai variabel dependen, seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini :
Umur
Pre-eklampsia
Paritas
Gambar 2.2
Table 2.2
Definisi Operasional
2.6 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
waktu bersamaan.
mengambil data di bagian Medical Record yang telah dilakukan pada tanggal 2 April
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin bulan Juli-Desember 2011
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh sampel populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
Djamil Padang bulan Juli - Desember 2011 yang memenuhi kriteria sampel.
29
30
Data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUP DR M. Djamil Padang yaitu
data seluruh ibu bersalin di RSUP DR M. Djamil Padang bulan Juli – Desember
2011.
format pengumpulan data yaitu dengan cara melihat kembali semua catatan rekam
2011. Data yang diambil terdiri dari 617 responden dan yang memenuhi kriteria
Editing dilakukan pada saat pengumpulan data, ternyata data yang diperoleh sudah
Umur :
Paritas
Pre-eklampsia
1 : Pre-eklampsia
2 : Tidak Pre-eklampsia
Memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam master tabel pada
setiap variabel. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa dengan metode
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan umur dan paritas ibu
Hubungan dikatakan bermakna apabila p ≤ 0,05 artinya ada hubungan umur dan
33
paritas dengan kejadian pre-eklampsia dan apabila p > 0,05 maka hasil perhitungan
statistik dinilai tidak bermakna, berarti tidak ada hubungan antara variabel
DAFTAR PUSTAKA
Boyle, Mauren. 2008. Kedaruratan dalam Persalinan Buku Saku Kebidanan. Jakarta
: EGC.
Dinkes Kota Padang. 2010. Profil Kesehatan Kota Padang 2010 Padang : Dinas
Kesehatan Kota Padang.
Dinkes Sumbar. 2010. Profil Kesehatan Sumatera Barat 2010. Padang : Dinas
Kesehatan Sumatera Barat.
Dinkes Sumbar. 2010. Laporan Dinas Kota. Padang 2010 : Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Kriebs, Jan M. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC
Kurniawati, Desy dan Hanifah Mirzanie. 2009. Obgynacea Obstetri dan Gynekologi.
Yogyakarta : TOSCA Enterprise.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Rutin Obstetri Gynekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengatar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Setiawan, Ari. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Karuniawati, Benny. 2006. Faktor Risiko Umur Ibu Hamil Terhadap Kejadian
PreEklampsia-Eklampsia. Diakses dari :
http://biechan.wordpress.com/kumpulan-penelitian/ Tanggal 10 desember
2011.