Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SAYIDIMAN MAGETAN
Kami Siap Melayani Kesehatan Anda
PANDUAN
PELAYANAN GERIATRI
i
PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.SAYIDIMAN
JL. Pahlawan No.2 MAGETAN 63318
Telp. 0351-895023 Fax. 0351-895067
E-mail: rsusayidiman_mgt@yahoo.co.id
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN GERIATRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.SAYIDIMAN MAGETAN
RUMDAERAH dr. SAYIDIMAN MAGETAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Menimbang : a. bahwa terjadi peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia yang dapat
menimbulkan permasalahan terkait aspek medis, psikologis, ekonomi, dan
sosial sehingga diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap warga
lanjut usia;
b. bahwa dengan kondisi multi penyakit, berbagai penurunan fungsi organ,
gangguan psikologis, dan sosial ekonomi serta lingkungan pada warga lanjut
usia, pelayanan terhadap warga lanjut usia di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Saiyidiman Magetan dilakukan melalui pelayanan geriatri terpadu yang
paripurna dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin;
c. bahwa untuk mewujudkan pelayanan geriatri terpadu di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Saiyidiman Magetan diperlukan suatu pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Saiyidiman Magetan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Saiyidiman Magetan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796.
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
ii
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063.
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4451.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1221.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI no.79 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 229/Menkes/SK/VII/2012 tentang
Pedoman Pelayanan Psikogeriatri;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A/Menkes/SK/X/2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 5 Tahun 2008 tanggal 19
September 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Magetan (Lembaran Daerah Kabupaten Magetan Tahun 2008 Nomor 5);
13. Keputusan Bupati Magetan Nomor : 188/267/KEPT/403.013/2009 tanggal 31
Juli 2009 tentang Penetapan Status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
iii
Penuh pada Rumah Sakit Umum Daerah dr.Sayidiman Magetan;
14. Keputusan Bupati Magetan Nomor : 821 / 52 / Kept / 403.203 / 2014 tanggal
09 Mei 2014 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Dr.SAYIDIMAN MAGETAN
TENTANG PANDUAN PELAYANAN GERIATRI RSUD
Dr.SAYIDIMAN MAGETAN
Kedua Memberlakukan Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud
Diktum Kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga :Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud Diktum Kedua
digunakan di RSUD Dr.Saiyidiman Magetan dalam rangka meningkatkan
mutu layanan rumah sakit dan perlindungan dan pemenuhan hak-hak para
lansia.
Keempat Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sayidiman
Magetan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga harus dijadikan
acuan dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Sayidiman Magetan.
Kelima Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Magetan
Pada Tanggal : 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun sehingga Buku Panduan Pelayanan Geriatri
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan ini dapat selesai disusun.
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati, bukan
saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena
lansia tergolong dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa
pemberian fasilitas dan pelayanan dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana diatur dalam
pasal 8 UU nomor 39 Tahun 1999. Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas dan
pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda, lift khusus, raill stainst, toilet, jalan/akses
bagi lansia yang bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “ Pelayanan
Geriatri”
Buku Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan
ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak para
lansia.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan buku ini. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman
Magetan.
.
Magetan, 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. SAYIDIMAN MAGETAN
vi
BAB I
LATAR BELAKANG
A. DEFINISI
Pasien Geriatri adalah pasien lanjut usia yang telah mencapai usia 60 th keatas dengan
multi penyakit dan/ atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
Seorang warga lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi
kejiwaan (psikologis) dan sosial ekonomi. Aspek diagnosis menggunakan asesment geriatri,
meliputi seluruh organ, sistem, kejiwaan, dan lingkungan sosial ekonomi disebut prinsip
holistic, yang meliputi:
1. Vertikal yaitu, pemberian pelayanan harus dimuali dari masyarakat sampai ke
pelayanan tujukan tertinggi rumah sakit yang mempunyai subspesialis Geriatri.
2. Horisontal yaitu, pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan
kesejahteraan warga lanjut usia secara menyeluruh oleh karenannya harus bekerja
secara lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait di bidang kesejahteraan misalnya
agama, pendidikan, dan kebudayaanserta dinas sosial.
Pelayanan Geriatri secara garis besar dibagi menjadi:
a. Pelayanan kesehatan warga lanjut usia di Masyarakat (Community Based
Geriatri Service)
1) Masyarakat berperan serta dalam menangani kesehatan para warga lanjut
usia, setelah diberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan secukupnya,
lokakryadan penyuluhan-penyuluhan.
2) Semua upaya kesehatan yang dilaksanakan, yaitu pelayanan dari masyarakat,
oleh dan untuk masyarakat.
3) Puskesmas dan dokter praktek merupakan tulang punggung layanan tingkat
ini. Masyarakat memantau kondisi kesehatan warga lanjut usia di
lingkungannya dan menyampaikan permasalahannya yang ada pada
puskesmas setempat.
b. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia di Masyarakat berbasis Rumah Sakit
(Hospital Based Community Geriatric Service).
Rumah sakit bertugas membina warga lanjut usia yang berada di wilayahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pembinaan pada puskesmas
1
yang berada di wilayah kerjanya. “ Transfer of knowledge” berupa lokarya,
simposium, ceramah-ceramah baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada
awam. Rumah sakit juga harus bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
Pelayanan kesehatan Geriatri oleh Puskesmas (Puskesmas Based Geriatri
Service) yaitu pelayanan kesehatan warga lanjut usia yang diselenggarakan oleh
puskesmas setempat. Puskesmas merupakan unit terdepan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan bertindak sebagai pelayanan kesehatan warga
lanjut uisa di masyarakat, sehingga pasien lansia yang sebelumnya dirawat atau
mendapat pelayanan di Rumah sakit, setelah kembali ke masyarakat menjadi
tanggung jawab puskesmas.
Kegiatan puskesmas meliputi promotif, prefentif, dan kuratif sederhana
sesuai dengan pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan.
Puskesmas merupakan perpanjangan tangan rumah sakit sehingga diharapkan
terdapat pembinaan dari institusi yang lebih tinggi terhadap institusi yang lebih
rendahdalam bentuk rujukan timbal balik.
Kegiatan pelayanan kesehatan pada warga lanjut usia diberikan di dalam
gedung puskesmas maupun diluar gedung, bentuk pelayanan yang proaktif diluar
gedung dilaksanakan melalui:
1) Pelayanan kesehatan kelompok usia lanjut (Posyandu/ posyandu lanjut usia)
2) Program perawatan warga lanjut usia di rumah (Home care)
3) Pelayanan kesehatan di Panti sosial tresna wredha.
c. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Geriatric Service)
Pelayanan Kesehatan Geriatri dilaksanakan di Rumah Sakit secara terpadu.
Rumah sakit menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia, mulai dari layanan
sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada pelayanan yang lebih maju,
misalnya bangsal akut, klinik ulang terpadu (day Hospital), bangsal kronis dan/atau
panti rawat wredha (nursing home), Rumah sakit juga menyediakan layanan
kesehatan jiwa dengan pola yang sama, pada layanan ini sebaiknya dilaksanakan
suatu layanan terkait (con-joint care) antara unit geriatri rumah sakit umum dengan
unit psikogeriatri rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani penderita gangguan
fisik dengan komponenn psikis berat atau sebaliknya.
2
Pelayanan holistik harus mencakup aspek promotif, pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Adapun Prinsip Tatakerja dan
Tata Laksana Tim
1) Tim terpadu Geriatri merupakan kerjasama multidisiplin yang bekerja secara
interdisiplin dalam mencapai tujuan pelayanan Geriatri.
2) Tim Multidisiplin kerjasama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep,
3) Tim Interdisiplin kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta
penyerasian tindakan.
B. TUJUAN PELAYANAN
Tujuan Pelayanan Geriatri disususn agar ada standart pelayanan kesehatan bagi lansia di
Rumah Sakit untuk:
1. Meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan pasien Geriatri di
Rumah Sakit
2. Memberikan acuan dalam penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan Geriatri di
Rumah Sakit.
3. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan
4. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental.
5. Merangsang para petugas kesehatan (Dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpaisuatu kelainan.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita penyakit atau
gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan ( memelihara kemandirian seara maksimal)
7. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/ penyakit/ gangguan kesehatan sudah
tidak dapat disembuhkan ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang
simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akir hidupnya memberikan
bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang).
8. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas-
handicap diwaktu mendatang. Sifat dari assesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi
juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
3
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN GERIATRI
Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien Lanjut Usia dengan Kriteria :
1. Memiliki lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpa disertai
penyakit akut.
2. Memiliki 1 penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psiokologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau
imobilisasi (bedridden).
4. Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care), seperti kesulitan makan/
berpakaian.
5. Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior)
dini
Ruang Lingkup pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Saiyidiman
Magetan Meliputi :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah
3. Dokter Spesialis Penyakit Mata
4. Dokter Spesialis Penyakit Syaraf
5. Dokter Spesialis Penyakit Kulit
6. Dokter Spesialis Penyakit Orthopedi
7. Dokter Spesialis Penyakit Obsgyn
8. Dokter Spesialis Penyakit Jantung
9. Ruang Rawat Inap
10. Instalasi Rawat Jalan
11. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
12. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
13. Unit Pendaftaran/ Admisi
14. Fisioterapi
5
BAB II
TATA LAKSANA
A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
Ketenagaannya :
a. Terdiri atas tenaga kesehatan dan non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai
Tim Terpadu Geriatri yang meliputi Ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana, lengkap, sempurna, dan paripurna.
c. Tim terpadu dibentuk oleh Kepala/ Direktur Rumah Sakit
d. Ketua Tim Terpadu Geriatri, terdiri atas:
1) Dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri, untuk pelayanan Geriatri
tingkat paripurna
2) Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana,
lengkap, dan sempurna.
3) Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana, paling sedikit
terdiri dari:
(a) Dokter spesialis penyakit dalam
(b) Dokter spesialis lainnya dengan jenis penyakit pasien Geriatri
(c) Dokter
(d) Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia.
(e) Apoteker
(f) Tenaga Gizi
(g) Fisioterapi
(h) Okupasi terapis
e. Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap:
1) Dokter spesialis penyakit dalam
2) Dokter spesialis Kedokteran fisik dan rehabilitasi
6
3) Dokter spesialis kedokteran jiwa/ psikiater
4) Dokter spesialis lainnya dengan jenis penyakit pasien Geriatri
5) Dokter
6) Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia.
7) Apoteker
8) Tenaga Gizi
9) Fisioterapi
10) Okupasi terapis
11) Psikolog
12) Pekerja sosial
2. Jenis Pelayanan
a. Poliklinik Geriatri
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asessment, tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari masyarakat, puskesmas, maupun antar
poliklinik. Tenaga yang dibutuhkan minimal adalah dokter umum/internist yang telah
mendapat kursus geriatri/ dokter spesialis geriatri/ geriatrism, seorang perawat, dan
seorang petugas sosial medik.
b. Bangsal Geriatri Akut
Bangsal geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut atau semi
akut, antara lain: stroke akut, pneumonia, asidosis, penyakit jantung kongestif, dan lain-
lain. Pasien lansia dilakukan assesmen, tindakan kuratif, dan rehabilitasi oleh Tim
Geriatri.
Ketenagaan dibangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan kompleksnya
pelayanan yang diberikan, minimal ada tenaga geriatris atau internis yang mendapat
kursus geriatri, perawat ( 1 TT minimal 1 perawat), tenaga rehabilitasi (FT, OT, TW,
PSM). Bisa ditambahkan dalam tim tersebut psikolog, nutrision, tenaga farmasi, dan
tenaga lain sesuai kebutuhan rumah sakit. Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi
dari bangsal lain yang membutuhkan.
7
c. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi Medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan medik, psikososial,
edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional semaksimal
mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan, sehingga
oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek
impairment, disabilitas, dan handicap, sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek
penting dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mungkin sejak pasien
masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga profesional harus
mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak instrument untuk menilai
kemampuan seorang lansia, salah satunya adalah index Katz yang cukup sederhana dan
mudah diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (aktivitas Kehidupan
sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada
golongan lansia.
Adapun 6 aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung: memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau
tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri: menaruh, mengambil, memakai, menanggalkan pakaian sendiri
serta menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian
3) Toiletting
- Mandiri: pergi ketoilet, duduk sendiri dikloset, memakai pakaian dalam,
membersihkan kotoran
- Tergantung: mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan tempat duduk (
memakai/tidak memakai alat bantu)
8
- Tergantung: tidak dapat melakukan sendiri/ dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri: dapat mengontrol BAB dan BAK
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual/ kateter.
6) Feeding
- Mandiri: mengambil makanan dari piring/ lainnya dan memasukkanya ke
dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging dan
menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega)
Penilaian dari Index Katz:
a) Index Katz A: Mandiri untuk 6 aktivitas
b) Index Katz B : Mandiri untuk 5 aktivitas
c) Index Katz C : Mandiri, kecuali “bathing” dan 1 fungsi lain.
d) Index Katz D : Mandiri, kecuali “bathing, dressing” dan 1 fungsi lain.
e) Index Katz E : Mandiri, kecuali “bathing, dressing, toiletting” dan 1 fungsi lain.
f) Index Katz F : Mandiri, kecuali “bathing, dressing, toiletting, transfering” dan 1
fungsi lain.
g) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
9
kateter
- 1 = Kadang tidak terkendali (maks, 1x24 jam)
- 2 = Terkendali teratur, mandiri
6 BAB (Ballder) - 0 = Tidak terkendali/tidak teratur
- 1 = Kadang-kadang tidak terkendali
- 2 = Terkendali teratur
7 Penggunaan toilet - 0 = Tergantung bantuan orang lain
- 1=Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
- 2 = Mandiri
8 Transfer - 0 = Tidak mampu
- 1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk ( 2 orang)
- 2 = Bantuan kecil ( 1 orang)
- 3 = Mandiri
9 Mobilitas - 0 = Immobile (tidak mampu)
- 1 = Menggunakan kursi roda
- 2 = Berjalan dengan bantuan 1 orang
- 3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
10 Naik Turun Tangga - 0 = Tidak mampu
- 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
- 2 = Mandiri
10
3. Alur Pelayanan
Dalam pelayanan Geriatri diluar kemampuan tingkat pelayanannya, Tim terpadu
Geriatri melakukan sisitem rujukan, yang terdiri atas :
1) Rujukan Internal: Rujukan di dalam Rumah Sakit
2) Rujukan Eksternal: rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Masalah Geriatri:
Rawat Inap::
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana - Bangsal Geriatri Akut
- Psikiatri: Status Komprehensif oleh Tim (Ruang Rawat Inap
terpadu poli Geriatri
mental, fungsi kognitif biasa)
- Sosial dan Lingkungan
Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan inap
namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri maka
dapat dirawat di ruang rawat biasa.
11
2). Alur Pelayanan Tingkat Lengkap
4. Asesment Geriatri
a. Pengertian
Yaitu suatu analisis multi-disiplin yang dilakukan oleh seorang geriatris atau suatu
tim interdisipliner geriatri atas seorang penderita usia lanjut untuk mengetahui kapabilitas
medis, fungsional, dan psiko-sosial agar dapat dilakukan penatalaksanaan menyeluruh
dan berkesinambungan.
12
b. Tujuan
a) Mencari :
- Diagnosis kelainan fisik/psikisyang bersifat fisiologik
- Diagnosis kelainan fisik/psikisyang bersifat patologik dan melakukan terapi atas
kelainan tersebut
b) Mencari adanya gangguan organ/sistem (impairmen), ketidakmampuan (disabilitas)
dan ketidakmapuan sosial (handikap) untuk dapat dilakukan terapi dan/ atau
rehabilati.
c) Mencari sumber daya sosial-ekonomi dan lingkungan yang dapat digunakan untuk
penatalaksaan.
c. Pelaksaan
a) Anamnesa
- Identitas Penderita: nama, alamat, umur, perkawinan, anak (jumlah, jenis kelamin
dan beberapa yang masih tinggal bersama penderita), pekerjaan, keadaan sosial
ekonomi.
- Anamnesa tentang obat, baik sebelum sakit ini atau yang diminum di rumah, baik
yang berasal dari resep dokter atau yang dibeli bebas (termasuk jamu-jamuan)
- Penilaian Sistem: keluhan tidak selalu menggambarkan penyakit yang diderita,
justru memberikan keluhan yang tidak khas. Dilakukan secara urut, misalnya
mulai dari sistem syaraf pusat saluran nafas atas dan bawah sampai kulit
integument, dan lain-lain.
- Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan: merokok, mengunyah
tembakau, alkohol.
- Anamnesis tentang berbagai gangguan: menelan, masalah gigi, gigi palsu,
gangguan komunikasi atau bicara, nyeri atau gerak yang terbatas pada anggota
badan.
- Kepribadian perasaan hati, kesadaran dan afek: konfusio, curiga atau bermusuhan,
mengembara, gangguan tidur atau keluhan malam hari, daya ingat, apabila
ditemukan anamesis yang membingungkan atau mencurigakan dapat dilaksanakan
asesmen khusus kejiwaan atau konsultasi psiko-geriatri
- Riwayat tentang problema geriatri(sidrom geriatri): pernah struk, TIA/RIND,
hipotensi ortostatik, jatuh, inkontinensia urin atau alvi, dementia, patah tulang.
13
b) Pemeriksaan Fisik
- pemeriksaan tekanan darah, dilakukan dalam keadaan tidur, duduk, berdiri,
masing-masing selang satu sampai dua menit, untuk melihat kemungkinan
terdapatnya hipotensi ortostatik. Kemungkinan hipotensi palsu juga harus dicari
(dalam perasat Osler).
- Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem: pemeriksaan ini menghasilkan
ada/tidaknya gangguan organ atau sistem, urutan anamnesisnya:
Pemeriksaan saraf kepala
Pemeriksaan panca indera, saluran napas atas, gigi-mulut.
Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan seterusnya sampai pada pemeriksaan
ekstremitas, reflek-reflek, kulit-integument.
c) Pemeriksaan Tambahan
- Foto toraks, EKG
- Laboratorium :
Darah/ Urin/ Feses rutin
Gula Darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal,.
Fungsi Tiroid (T3, T4, TSH)
Kadar serum B6, B12
d) Pemeriksaan Fungsi
- Aktivitas hidup sehari-hari (AHS) dasar: memerlukan kemampuan tubuh untuk
berfungsi sederhana, misal: bangun dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar
mandi/ WC
- Aktivitas hidup sehari-hari instrumental (AHS instrumental): memerlukan
kemampuan dasar dan juga berbagai koordinasi kemampuan otot, susunan syaraf
yang lebih rumit, kemampuan organ kognitif.
- Kemampuan mental dan kognitif: fungsi intelek, memori lamadan memori
tentang hal-hal yang baru saja terjadi
e) Asesment Lingkungan
Bisa dilakukan oleh dokter saat kunjungan rumah, namun sebaiknya dilaksanakan
khusus oleh petugas sosio-mediktim geriatri untuk dapat menentukan kemampuan
berfungsi lansia. Dilaksanakan paling baik dirumah pasien, untuk melihat keadaan
14
rumah dan lingkungannya, apa ada hambatan, halangan bagi mobilitas penderita dan
keadaan penerangan di kamar mandi.
f) Daftar Masalah
Berisi kesimpulan dari berbagai hasil asesment, berupa kolom daftar masalah, yang
kemudian dikembangkan untuk penatalaksanaan penderita oleh tim, agar tercapai
tujuan bersama baik jangka pendek atau jangka panjang.
15
5. Infeksi saliran kemih
Gejala awal dapat menyerupai infeksi lain pada umumnya penurunan nafsu makan,
keluhan seperti dispepsia. Lemah dan lesu akan mendominasi disertai kehilangan
minat. Pada keadaan lebih lanjut akan terjadi penurunan kemampuan melakukan
aktivitas kehidupan dasar (ADL) sampai imobilisasi dan akirnya akan mengalami
acute confusional state, juga mengeluh instabilitas postural ( terhuyung-huyung),
muncul inkontinensia urin serta polakisuri walaupun jarang ditemukan.
6. Diabetes Melitus
Pengendalian kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Makanan yang
mengandung karbohidrat kompleks dengan jumlah energi tertentu serta
mempertahankan aktivitas olah raga ringan tetap merupakan pilihan utama pengobatan
7. Hipertensi
Untuk menegakkan diagnosis, pengukuran tekanan darah dilakukan pada posisi
berbaring, berdiri, duduk, setelah istirahat sebelumnya selama 5 menit untuk
menghindari hipotensi ortostatik yang potensial menimbulkan keluhan pusing hingga
instabilitas postural dengan risiko jatuh dan fraktur.
C. SINDROM GERIATRI
Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami
oleh seorang pasien geriatri. Sangat penting untuk diketahui oleh tenaga kesehatan karena
sering merupakan gejala atau tanda awal dari penyakit yang mendasarinya. Agar tenaga
kesehatan dapat mengenali sindrom geriatri ini, menelusuri penyebabnya, mencari
keterkaitan antara sindrom dan penyakit yang mendasarinya serta melakukan
panatalaksanaan awal dari sindrom geriatri ini termasuk pencegahan dari dampak atau
komplikasi yang mungkin terjadi.
Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan 14 i yaitu:
1. Berkurangnya kemampuan gerak (immobilisasi)
Menggambarkan suatu sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat dari
penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta. Tidak mampu bergerak 3x24jam.
Masalah yang sering muncul luka atau ulkus dekubitus, trobosis vena, hipotensi
ortostatik, infeksi saluran kemih, pneumonia aspirasi, dan ortostatik, kekakuan, dan
kontraktur sendi, hipotropi otot.
16
2. Jatuh dan patah tulang (instabilitas posturd)
Perubahan cara jalan (gait) dan keseimbngan seringkali menyertai proses menua.
Instabilitas posturd dapat meningkatkan resiko jatuh, yang mengakibatkan trauma fisik
maupun psikososial. Hilangnya rasa percaya diri, cemas, depresi, rasa takut jatuh
sehingga pasien terpaksa mengisolasi diri dan mengurangi aktivitas fisik sampai
imobilisasi.
3. Mengompol (inkontinensia urin)
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan keluarnya urin atau
keluarnya urin secara tak terkendali pada saat yang tidak tepat dan tidak diinginkan.
Penyebabnya antara lain: sindrom delirium, immobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi,
impaksi feses, serta beberapa obat-obatan. Inkontinensia urin dapat menimbulkan
masalah kesehatan, seperti dehidrasi mengurani minumnya akibat takut mengompol,
jatuh dan fraktur karena terpeleset oleh urin yang berceceran, luka lecet sampai ulkus
dekubitus akibat pemasangan pembalut, lembab dan basah pada punggung bawah dan
bokong. Selain itu, rasa malu dan depresi juga dapat timbul akibat inkontinensia urin.
4. Infeksi (infection)
Merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada lanjut usia. Faktor
penyebabnya adanya perubahan sistem imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk,
sirkulasi yang terganggu dan perbaikan luka yang lama) dan beberapa penyakit kronik
lain. Infeksi yang paling sering terjadi pada lansia adalah infeksi paru, saluran kemih,
dan kulit yang tanda dan gejalanya tidak jelas. Pemberian vaksinasi yang sesuai dan
meningkatkan status nutrisi sangat penting sebagai tindakan pencegahan penyakit
infeksi.
5. Gangguan fungsi panca indera (impairment of senses)
Gangguan fungsi indera pada lansia menyebabkan timbulnya gangguan fungsional
yang menyerupai gangguan kognitif serta isolasi sosial.
6. Gangguan gizi (inanition)
Gannguan gizi pada lansia dapat berupa zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan
protein) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Kekurangan zat gizi energi dan
protein terjadi karena kurangnya asupan, peningkatan metabolik karena trauma atau
penyakit tertentu.
17
7. Masalah akibat tindakan medis (iatrogenik)
Iatrogenik adalah masalah kesehatan yang diakibatkan oleh tindakan medis,
contohnya polifarmasi yaitu pnggunaan obat lebih dari lima jenis obat. Polifarmasi
mengindikasikan bahwa pasien menerima terlalu banyak obat, menggunakan obat
terlalu lama atau obat dengan dosis yang berlebihan. Faktor yang menyebabkan
polifarmasi antara lain masalah penyakit kronik, mendapat resep dari beberapa dokter,
kurang baiknya koordinasi perawatan kesehatan, adanya gejala penyakit yang tidak
khas dan penggunaan obat-obatan tambahan untuk mengatasi efek samping obat-obat
yang sedang digunakan.
8. Gangguan tidur (insomnia)
Insomnia disebabkan oleh gangguan cemas, depresi, delirium, demensia.
Insomnia menyebabkan jiwa pasien tertekan (distress). Pasien insomnia karena:
a) Keluhan sulit tidur
b) Keluhan tidur gelisah atau tidur yang tidak menyegarkan.
c) Mengeluh sering bangun atau periode bangun yang panjang.
d) Tidak berdaya akibat sulit tidurnya
e) Tertekan (distress) akibat kurang tidur
9. Gangguan fungsi kognitif (intelectual impairment)
Intelectual impairment adalah kapasitas intelektual yang berada dibawah rata-rata
normal untuk usia dan tingkat pendidikan seseorang. Intelectual impairment disebabkan
oleh sindrom delirium dan demensia.
10. Isolasi / menarik diri (isolation)
Isolasi adalah menarik diri dari lingkungan sekitar. Penyebab tersering adalah
depresi dan keadaan fisik yang berat, dalam keadaan yang sangan lanjut dapat muncul
kecenderunan bunuh diri baik aktif maupun pasif.
11. Berkurangnya kemampuan keuangan (impecunity)
Impecunity adalah ketidakberdayaan finansial. Walaupun dapat terjadi pada usia
lain namun, khususnya pada usia lanjutmenjadi sangat penting karena meningkatkan
risiko keterbatasan akses terhadap berbagai layanan kesehatan, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, dan asuhanpsikososial.
12. Konstipasi (impaction)
Impaction adalah kesuliatan buang air besar (konstipasi) sering terjadi pada usia
lanjut karens berkurangnya gerakan (peristaltik) usus.
18
13. Gangguan sistem imun (immune deficiency)
Gangguan kesehatan yang disebabkan perubahan sistem imunitas pada lanjut usia.
Sistem imunitas yang tersering mengalami gangguan adalah sistem imunitas selular.
Berkaitan dengan hal tersebut, kejadian infeksi tuberkulosa meningkat pada populasi
lanjut Usia ini sehingga memerlukan kewaspadaan.
14. Gangguan fungsi seksual (impotence)
Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki lanjut usia dapat berupa ketidakmampuan
ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan mempertahankan
ereksi.Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi, diabetes melitus
dengan kadar gula tidak terkendali, merokok, dan hipertensi lama.
Enam dari 4i tersebut, yakni: imobilisasi, instabilitas postural, intelectual
impairment dalam hal ini delirium dan demensia, isolasi karena depresi, dan inkontinensia
urin merupakan kondisi-kondisi yang paling sering menyebabkan pasien geriatri harus harus
dikelola lebih intensif. Karenya keenam kondisi tersebut sering dinamakan geriatric giants.
19
BAB III
FASILITAS
20
3) Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan
tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin
stabilitas tegangan, dilengkapi generator listrik.
4) Penerangan
Lorong dan ruang harus terangtapi tidak menyilaukan. Setiap lampu tempat
tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan.
5) Lantai
Harus rata, mudah dibersihkan tidak licinbila ada undakan/tangga harus jelas
terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.
6) Langit-langit
Harus kuat dan mudah dibersihkan
7) Dinding
Harus permanen dan kuat, di cat dengan warna terang. Khusus untuk dinding
ruang latihan, dipilih warna yang bersifat semangat dan disepanjang dinding
ada pegangan yang kuat, sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail)
8) Ventilasi
Semua ruangan diberi cukup ventilasi. Ruangan yang ber-AC harus dilengkapi
dengan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjdi kematian
arus listrik.
9) Kamar mandi dan WC
Menggunakan closed duduk dengan pegangan disebelah kanan dan kiri.
Shower dilengkapi dengan tempat duduk yang mudah dijangkau pasien dalam
posisi duduk. Tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah
dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu terbuka
keluar.
10) Air
Air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu pada
pedoman pekerjaan umum tentang standart teknis eksesibilitas gedung dan
lingkungan.
21
11) Pada dinding-dinding tertentu diberi pengaman dan kayu/ aluminium
(leuning) berfungsi sebagai pegangan pasien saat berjalan serta melindungi
dinding dari benturan kursi roda.
12) Agar dihindari sudut-sudut yng tajam pada dinding/ bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
13) Disediakan wastafel setiap ruang pemeriksaan, pengobatan, dan ruangan yang
lain.
b. Kebutuhan Ruangan
1) Ruang Pendaftaran Administrasi
Harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk
penyimpanan dokumen medik pasien, Letaknya dengan dengan ruang tunggu,
agar mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2) Ruang Tunggu
Harus bersih, cukup luas, aman, dan nyaman, baik untuk pasien dari luar
ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
3) Ruang Periksa
Dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat
pemeriksaan yang terdiri dari:
(a) Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk anamnese
(b) Ruang periksa dokter/ tim Geriatri
(c) WC dan kamar mandi
(d) Ruangan diskusi tim Geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien
(Family Meeting).
4) Ruang bangsal Geriatri akut
Harus cukup luas dan mempunyai fasilitas:
(a) Bangsal perawatan laki-laki dan perempuan dengan bel terpasang setiap
dinding tempat tidur.
(b) Ruang semi intensif, minimal satu tempat tidurlaki-laki dan perempuan
disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan.
(c) Ruang dokter
(d) Ruang rehabilitasi akut
22
(e) Ruang Perawat, dengan lokasi yang memungkinkan perawat untuk melihat
semua pasien yang dalam perawatan.
(f) Kamar mandi dan WC jumlahnya sesuai dan dilengkapi dengan fasilitas
dan persyaratan untuk pasien lanjut usia.
(g) Ada Kamar mandi/WC khusus untuk perawat dan pengunjung.
(h) Ruang rapat kecil
(i) Gudang.
5) Ruang Bangsal Geriatri kronis
Ruangan harus cukup luas, perlu dilengkapi dengan fasilitas dan
perlengkapan seperti bangsal akut. Ukuran/ kapasitas ruang lebih besar dari
bangsal akut, masing-masing untuk laki-laki dan perempuan.
Perlengkapan sarana dan prasarana rehabilitasi medis sesuai dengan
perlengkapan untuk day care. Sebaiknya mempunyai taman yang cukup luas
dengan area tempat berjemur pasien serta dilengkapi kolam dengan air
mengalir.
3. Peralatan
Pelaratan Geriatri meliputi pelaratan untuk pemeriksaan, terapi, dan latihan. Jumlah
pelaratan didasarkan pada :
a. Kebutuhan pelayanan
b. Rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c. Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi
pelayanan rawat inap
d. Evaluasi kemampuan alat dan efisieansi penggunaan alat.
PERSYARATAN PELARATAN
Tingkat pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap
Ruang Periksa
1. Tempat tidur pasien √ √
2. 1 set alat pemeriksaan fisik √ √
3. EKG √ √
4. Light box √ √
5 Bioelectrical impedance - -
6 Timbangan berat badan dan √ √
23
pengukur tinggi badan
Instrumen penilaian
7 Kognitif, Psikologi, √ √
Psikiatri
Ruang Rawat Inap
9 Oksigen - √
10 Suction - √
11 Komod - √
12 Light box - √
13 EKG - √
14 Blue bag - √
15 Chair scale - √
16 Timbangan rumah tangga - √
Ruang Fisioterapi
17 Paralel bar - √
18 Walker - √
19 Stick - √
20 Tripot - √
21 Quadripot - √
Tingkat Pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap
2 Kursi roda - √
23 Tilting table - √
24 Meja fisioterapi - √
25 Paralel bar - √
26 Alat diatermi - √
27 TENS - √
24
BAB IV
PENGEMBANGAN PELAYANAN GERIATRI
25
BAB V
TUGAS TIM TERPADU GERIATRI
26
b. Koordinator rawat inap akut
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup rawat inap akut,
meliputi pengkajian, tindakan kuratif, rehabilitasi dan konsultasi, serta melaksanakan
rujukan ke SMF lain bila perlu.
Uraian Tugas:
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan bangsal geriatri akut
setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di rawat inap akut berdasarkan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian serta pengembangan sesuai
kebijakan tim geriatri.
4) Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan dengan SMF lain di Rumah Sakit.
5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas laporan berkala dan
penyelenggaraan pelayanan geriatri di rawat inap geriatri akut.
c. Koordinator rawat inap kronik
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup rawat inap geriatri
kronis, meliputi pengkajian, kuratif, konsultatif dan rehabilitatif, serta mengadakan
rujukan ke SMF lain bila perlu.
Uraian Tugas :
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan rawat inap geriatri
kronis setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup rawat inap geriatri
kronis sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh katua tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian dan pengembangan sesuai
kebijakan tim geriatri.
4) Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan kepada SMF lain di rumah sakit.
5) Bertanggung jawab atas laporan berkala rawat inap geriatri kronis.
6) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas penyelenggaraan geriatri di rawat
inap geriatri kronis.
27
d. Koordinator klinik asuhan siang
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri diruang lingkup klinik asuhan siang,
meliputi asesmen, kuratif, rekreatif dan rehabilitatif serta mengadakan rujukan ke SMF
lain bila perlu.
Uraian Tugas :
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan klinik asuhan siang
setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup klinik asuhan siang
berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian dan pengembangan sesuai
kebijakan tim geriatri.
4) Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan dengan SMF lain di rumah sakit.
5) Bertanggung jawab atas laporan berkala dan penyelenggaraan geriatri di klinik
asuhan siang.
28
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
30
LAMPIRAN
32
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANDUAN PELAYANAN GERIANTRI
Dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Nomor
Nomor Revisi Halaman 1/1
Dokumen
Ditetapkan
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SAYIDIMAN MAGETAN
STANDART PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
33
(Geriatric Depression Scale)
7. Laksanakan asessment lingkunagn, yang dilakukan
dirumah penderita oleh dokter dibawah bimbingan tim
Geriatri.
8. Lakukan Asessment Nutrisi. Pengkajian status psikologis
pasien dengan GDS (Geriatric Depresion Scale)
9. Laksanakan asessment lingkungan , yang dilakukan di
rumah penderita oleh dokter di bawah bimbingan tim
Geriatri.
10. Buatkam daftar masalah dan kesimpulan dari
rekapitulasi asessment sebagai berikut :
a. Identitas
b. Diagnosis (klinis, Fisik-Antropometri dan
Laboratorium).
c. Impairment (kerusakan) yang berkaitan dengan
aging yang tidak disebabkan oleh penyakit (sifatnya
lebih ringan).
d. Disability (Kelumpuhan)
e. Handicap (Keterbatasan).
11. Rekomendasi
a. Non Farmakologi
b. Farmakologi
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
3. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
4. Instalasi Rawat Inap
5. Instalasi Rawat Jalan
6. Yanmed
34
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDUAN PELAYANAN
Dr. SAYIDIMAN MAGETAN RAWAT INAP GERIANTRI
Nomor
Nomor Revisi Halaman 1/1
Dokumen
Ditetapkan
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SAYIDIMAN MAGETAN
STANDART PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dilakukan
Triase
Asessment Geriatri
komprehensif oleh
Tim Geriatri
Perumusan masalah
Geriatri
Rawat
ALUR
Jalan
Rencana Tatalaksana
Komprehensif
Kondisi
membaik
tidak
Ya
Rujuk ke RS
yang lebih tinggi
36
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANDUAN PELAYANAN POLI GERIANTRI
Dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Nomor
Nomor Revisi Halaman 1/1
Dokumen
Ditetapkan
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SAYIDIMAN MAGETAN
STANDART PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
37
ke Rumah sakit yang lebih tinggi atau laboratium luar.
7.Bila hanya diperlukan rawat jalan, pasien diberikan resep
dan diarahkan untuk mengambil obat ke apotek, lalu
dipersilahkan pulang.
Pasien Datang
Loket
Pendaftaran
ALUR
Poli POLI tidak
Mata/kulit/paru/Gizi/ Rujuk Apotek
GERIATRI
Lab/Fisioterapi/Gigi
Ya
Pulang
-Laboratorium Luar
-Rumah Sakit yang
Lebih Tinggi
Poli Mata
Poli Gigi
Poli Paru
Poli syaraf
Poli Orthopedi
Poli Jantung
UNIT TERKAIT
Poli Bedah
Poli Obsgyn
Fisioterapi
Gizi
Laboratorium
Apotek
38
CONTOH
RENCANA KEGIATAN (DISCHARGE PLANNING)
I. PASIEN MANDIRI
05.00 - 08.00 Bangun, membasuh wajah A Makan regal dengan Minum susu
B teh Makan telur
C
D
08.00 - 09.00 Berkebun
Senam ringan sambil
berjemur15-30 menit
09.00 - 10.00 Snack Makanan cair 150 cc
39
II. PASIEN KETERGANTUNGAN BERAT
10.00 - 10.30 Memposisikan (elevasi kepala dan bahu 30 Snack, atau susu, Air putih atau susu 100
derajat); Meyakinkan posisi NGT yang benar atau suplemen cc
12.30 - 13.30 Memposisikan (elevasi kepala dan bahu 30 A Makan siang, Air putih 200 cc
derajat); Meyakinkan posisi NGT yang benar B blender
C
17.00 - 17.30 Memposisikan (elevasi kepala dan bahu 30 Snack sore Bilas 50 cc air putih
derajat); Meyakinkan posisi NGT yang benar
19.00 - 20.00 Memposisikan (elevasi kepala dan bahu 30 B Makan malam Bilas 50 cc air putih
derajat); Meyakinkan posisi NGT yang benar C
D
40
Aktivitas Kehidupan Lansia yang bersifat Instrumental /IADL
41
6 Menggunakan Transportasi
a.Melakukan perjalanan dengan transportasi umum atau kendaraan pribadi 1
secara mandiri
b.Melakukan perjalana dengan menggunakan taxi secara mandiri, tetapi tidak 1
mampu menggunakan transportasi umum
c.Menggunakan transportasi umum dengan ditemani keluarga 1
d.Memerlukan bantuan peenuh untuk melakukan perjalanan dengan 0
menggunakan taxi atau mobil pribadi
e.Tidak mampu sama sekali untuk melakukan perjalanan 0
7 Menyiapkan dan minum obat
a.Mengambil obat atau minum obat dengan dosis dan waktu yang benar 1
b.mampu minum obat sendiri jika disiapkan oleh keluarga 0
c.Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
8 Mengatur Keuangan
a.Mengatur keuangan secara mandiri (pemasukan dan pengeluaran uang) 1
b>memerlukan bantuan untuk mengatur keuangan (seperi belanja sehari- 1
hari)
c.Tidak mampu mengatur keuangan sendiri 0
42
Menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental (Mini Mental State Exam):
Nama Responden : Nama Pewawancara
Umur Responden : Tanggal Pewawancara
Pendidikan : Jam Mulai
Nilai Maksimum Nilai Minimum
ORIENTASI
5 ( ) Sekarang (hari, tanggal, bulan, tahun) berapa dan musim apa?
3 ( ) Sekarang kita berada dimana? (nama RS atau instalasi, jalan, no.rumah, kota,
kabupaten, propinsi)
REGISTRASI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya: satu detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah responden untuk mengulang ke tiga nama benda tersebut sampai
3 ( ) responden dapat mengatakannya dengan benar (bola, kursi, sepatu)
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah.....kali
ATENSI DAN KALKULASI
Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 kebawah. Berhenti setelah 5
5 ( ) kali hitungan ( 93-86-79-72-65). Kemungkinan lain ejaan kata dengan lima huruf,
misalnya DUNIA dari akir ke awal/ dari kanan ke kiri “ainud”
Satu (1) nilai untuk setiap jawaban yang benar
MENGINGAT
3 ( ) Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah disebut diatas. Beri nilai 1 untuk
setiap jawaban yang benar
BAHASA
a. Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pensil dan arloji. (2 Nilai)
b.Ulangi kalimat berikut: “JIKA TIDAK, DAN,ATAU TETAP” (1 nilai)
c. Laksanakanlah3 buah perintah ini : peganglah selembar kertas dengan tangan
kananmu, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan letakkan dilantai. (3nilai)
9 ( ) d. Bacalah dan laksanakan perintahberikut : “PEJAMKAN MATA ANDA” (1nilai)
e. Tulis sebuah kalimat! (1nilai)
f. Tirukan gambar ini! (1nilai)
Jumlah Nilai ( ) Tandailah tingkat kesadran responden pada garis absis dibawah ini dengan huruf “X”
SADAR SOMNOLEN STUPOR KOMA
Jam selesai :
Tempat wawancara :
43
Pengkajian AMT :
No Pertanyaan Skor
1. Umur......Th 1
2. Waktu (jam) 1
3 Alamat tempat tinggal...... 1
4 Tahun ini...... 1
5 Nama Rumah Sakir, institusi atau alamat rumah (tergantung tempat 1
wawancara/ saat ini berada dimana....)
6 Mengenal 2 orang (misalnya dokter, perawat, istri, dll) 1
7 Tahun Kemerdekaan RI..... 1
8 Nama Presiden RI 1
9 Tahun kelahiran pasien/ Tahun lahir anak terakir...... 1
10 Menghitung mundur dari 20=1 1
11 Perasaan hati (Afeksi) A: Baik
B: Labil
C: Depresi
D: Gelisah
E: Cemas
Total skor 10
Ket:
0-3 : Gangguan Ingatan Berat
4-7 : Gangguan Ingatan Sedang
8-10 : Normal
44
Pengkajian Geriatrc Depresion Scale (GDS), menurur Yesavage & brink, 1983:
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Tidak
2 Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat anda? Ya
3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Ya
4 Apakah anda sering bosan? Ya
5 Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Ya
7 Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu? Tidak
8 Apakah anda merasa jenuh? Ya
9 Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada malam hari, dari pada Ya
pergi melakukan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa bahwa anda lebid banyak mengalami masalah Ya
dengan ingatan anda daripada yang lainnya?
11 Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Ya
13 Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Tidak
14 Apakaha anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Ya
15 Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik dari anda ? Ya
Ket :
Nilai 1 point untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban “Ya” dan “Tidak” setelah
pertanyaan
45