Você está na página 1de 29

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

PROGRAM DOKTORAL
Makalah Analisa Kurikulum SMK Tahun 2016 dan 2013

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM CBET

DOSEN PENGAMPU

PROF. DR. H. MUKHIDIN, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

SUGIYANTO
NIM : 1604675

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SEPTEMBER 2016
DAFTAR ISI

BAB I. Pendahuluan

1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
3. Tujuan ...................................................................................................................... 3

BAB II. Kajian Teori

1. Model Ralph Tyler ................................................................................................... 4


2. Model Administratif ............................................................................................... 6
3. Model Grass Roots .................................................................................................. 7
4. Model Demonstrasi ................................................................................................. 7
5. Model Miller-Seller ................................................................................................. 8
6. Model Taba ( Inverted Model) ............................................................................... 9
7. Model Beauchamp .................................................................................................. 11

BAB III. Pembahasan

1. Sejarah Perkembangan Kurikulum ...................................................................... 12


2. Kurikulum 2013 ...................................................................................................... 14
3. Pemberlakuan Kurikulum 2013 di tahun 2016 .................................................... 21

BAB IV. Penutup

Kesimpulan dan Saran .......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain,
kurikulum merupakan salah satu alat untuk menyiapkan peserta didik agar
berkecakapan hidup sesuai dengan kondisi kehidupannya saat ini dan masa depan.
Masa depan merupakan rentang waktu bagi peserta didik yang belajar pada masa kini
dan untuk hidup berkelanjutan (sustainable) dengan segala tantangan abad ke-21.
Kurikulum sebagai jantung pendidikan memiliki posisi strategis mulai dari ide,
desain, dokumen, dan implementasinya. Pendidikan itu sendiri merupakan investasi
esensial jangka panjang.
Perumusan pendidikan yang bervisi masa depan menjadi suatu keniscayaan walaupun
tidak mudah untuk didskripsikan. Terdapat berbagai prediksi tentang kehidupan masa
depan. Visi masa depan berkaitan dengan prediksi cerdas tentang masa kini dan trend
yang mungkin akan terjadi dalam kehidupan abad ke-21. Salah satu esensi yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam merencanakan kurikulum adalah pencapaian
kompetensi berpikir tingkat tinggi (high orderthinking skills) untuk menyelsaikan
masalah dengan berpikir kritis, inovatif, kreatif, demi kehidupan kebersamaan
manusia dengan damai dan harmonis (to live together in peace and harmony).
Dengan berpikir tingkat tinggi maka penciptaan kesempatan kerja di masa depan akan
lebih terbuka dan lebih terakses dari segala keahlian masyarakat yang pada giliranya
akan membangun peradaban kemanusiaan yang sejahtera.
Trend masa depan dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa: a) di masa depan
akan lebih banyak memerlukan pekerja dengan penguasaan pengetahuan dan
kecakapan tingkat tinggi, b) semakin meningkatnya jasa layanan, maka sikap sosial,
kemampuan berinteraksi dengan orang lain lebih bermakna, c) melimpahnya
pengetahuan dan munculnya jenis pekerjaan baru, maka fleksibilitas dan keinginan
untuk selalu belajar menjadi lebih penting, d) kemandirian bekerja yang dapat
dilakukan dengan jarak jauh maka perlu mengembangkan sikap kemandirian,
membekali diri dengan berbagai sumber daya, serta adaptif perlu dikembangkan, dan
e) harus tahu hak dan kewajibannya, peran sertanya pada masyarakat, dan menjadi

1
warga negara yang bertanggungjawab (Pink, 2005; Wragg, 1997; OECD, 2010,
Partnership for 21st Century, 2010).
Trend masa depan tersebut menjadi pertimbangan dalam menetapkan desain
kurikulum terutama komponen kurikulum dalam aspek tujuan, isi/bahan, serta proses
pembelajaran. Selain itu, pengembangan kurikulum juga harus tetap
mempertimbangkan dasar-dasar dan aspek akademik tentang kurikulum (ide, desain,
dokumen, dan implementasi). Dalam aspek akademik kurikulum, peserta didik
merupakan subjek pembelajar. Ini harus menjadi dasar rujukan utama dalam
pengembangan kurikulum. Peserta didik, selain sebagai individu yang memiliki
potensi dan bakat, ia juga merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia.
Peserta didik yang akan menjalani kehidupan masa depan sebagai insan berkarakter,
berkembang dalam masyarakat, dan akan membangun masyarakat dalam ekosistem
pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter berlandasakan semangat gotong royong.
Kurikulum merupakan bagian penting dalam pembangunan sehingga perbaikan
kurikulum merupakan bagian dari pembangunan modal manusia Indonesia.
Kurikulum diharapankan dapat mengubah masyarakat seperti yang dicita-citakan
suatu bangsa. Kurikulum dapat menjadi wahana untuk melestarikan nilai-nilai luhur
bangsa sekaligus mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kini dan masa depan, menjadi
bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang telah dicita-citakan
dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional. Kurikulum menjadi hal
penting dalam pembangunan generasi suatu bangsa.
Perubahan kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki pokok bagian penting yang
harus dicermati pada tahun 2016 ini, berbagai point perubahan kompetensi yang
berubah. Materi pembelajaran adalah bagian dari isi rumusan Kompetensi Dasar
(KD), merupakan objek dari pengalaman belajar yang diinteraksikan di antara peserta
didik dan lingkungannya untuk mencapai kemampuan dasar berupa perubahan
perilaku sebagai hasil belajar dari mata pelajaran. Materi pembelajaran sangat
berpengaruh pada tingkat keberhasilan ataupun ketercapaian siswa di dalam belajar.

2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini penulisan menganalisa implementasi kurikulum 2013 dan 2016
apakah sesuai dengan teori model-model pengembangan kurikulum serta sejauh mana

2
hasil analisa dalam implementasi kurikulum 2013 yang diberlakukan pada tahun
2016.

3. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, berikut penulis mempunyai
beberapa tujuan penulisan yang diharapkan yaitu untuk mengetahui dan memahami
analisa implementasi kurikulum 2013 yang diimplementasikan pada tahun 2016
pelalui pendekatan model pengembangan kurikulum.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya,
sperti cara berpikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan social),
proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah
program pendidikan. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur
dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.

Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan
dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternative yang menekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat, atau
permasalahan social. Oleh karena itu pengemangan kurikulum perlu dilakukan berlandaskan
teori yang tepat agar kurukulum yang dihasilkan bisa efektive.

Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model
pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara
lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum
yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik bisa diwujudkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam bab ini akan diuraikan berbagai model
pengembangan kurikulum.

1. Model Ralph Tyler

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler diajukan berdasarkan pada


beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan
kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :

a. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?


b. Pengalaman-pengalaman apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai
tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?

4
Oleh karena itu, menurut Tyler ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan
kurikulum yang meliputi :

a. Menentukan tujuan pendidikan.


b. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran.

Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum Tyler :

a. Menentukan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran yang harus dicapai dalam program
pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai
sumber dalam penentuan tjuan pendidikan menurut Tyler yaitu : a) Hakikat peserta didik.
b) Kehidupan masyarakat masa kini dan c) Pandangan para ahli bidang studi. Selanjutnya
difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan nilai filosofis pendidikan serta psikologi
belajar.

Ada liam faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan
kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap
kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik dan pengembangan sikap social.

b. Menentukan Proses Pembelajaran

Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah
persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah
diperoleh siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses
pembelajaran selanjutnya.

c. Menetukan Proses Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar harus mencakup tahapan-tahapan balajar dan isi atau materi
pembelajaran. Pengalaman harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan dalam pencapaian tujuan.

d. Menentuakn Evaluasi Pembelajaran

5
Jenis penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan
pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2. Model Administratif

Pengembangan kurikulum model ini juga disebut dengan istilah dari atas ke bawah (top
down), artinya pengembangan kurikulum ini merupakan ide awal dan pelaksanaannya
dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan bijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membuat suatu tim panitia pelaksana
atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota
yang terdiri dari para ahli, yaitu : ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh
masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.

Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan,


maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara
operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun
pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajaran,
menyusun alternative proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.

Selanjutnya kurikulum yang sudah disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan
diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek
kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara system dalam rangka uji coba
maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan. Setelah perbaikan, kurikulum
tersebut perlu diujicobakan secara nyata dibeberapa sekolah yang dianggap
representative. Pelaksana uji coba adalah tenaga professional sebagai pelaksana lapangan,
yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

Supaya uji tersebut mengahasilkan masukan yang efektive maka diperlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau yang menyempurnakan
berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang
bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga kurang sesuia jika diterapkan dalam
dunia pendidikan yang menganut desentralisasi. Selain dari pada itu, kurikulum ini
kurang tanggap terhadaop perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum di
lapangan. Perubahan lebih cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan
pendidikan.

6
3. Model Grass Roots

Pengembangan kurikulum model ini merupakan kebalikan dari model


administratif.Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang
dimulai dari arus bawah atau dari bawah ke atas.Model ini diberi nama Grass Roots
karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru atau
sekelompok guru disuatu sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena
pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan
peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju bagian yang lebih
besar. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan model ini yaitu :

a. Guru harus memiliki kemampuan yang professional


b. Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian kurikulum
c. Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan
d. Pertemuan kelompok yang dilakukukan guru akan berdampak terhadap pemahaman
guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.

Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam


pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu
kurikulum yang sistematik.Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, pengembangan
kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat
kondusif dari pihak pimpinan.

4. Model Demonstrasi

Menurut Smith, Stanley dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama
ada beberapa kelebihan model pengembangan ini, yaitu :

Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan
ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum.Unit ini
melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan suatu model kurikulum.Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh
pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka
inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.

Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah
ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan

7
pengembangan secara mandiri.Pada dasarnya guru melakukan percobaan yang belum
pernah ada sebelumnya dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum. Dengan
harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang telah ada
sebelumnya.

Ada beberapa kelebihan dalam penerapan model pengembangan ini, yaitu :

a. Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang
telah diuji dan diteliti secara ilmiah
b. Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus
kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan
perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks
c. Hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen
dan pelaksanaan dilapangan
d. Model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan
sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam
mengembangkan program baru.

5. Model Miller-Seller

Model pengembangan Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari


model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan
pengembangangan sebagai berikut :

a. Klarifikasi Orientasi Kurikulum

Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap


kurikulum yang seharusnnya dikembangkan.Menurut Miller Seller ada tiga jenis
orientasi kurikulum yaitu transmisi, transaksi dan transformasi.

b. Pengembangan Tujuan

Langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims) dan tujuan khusus
berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini
adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan
kemasyarakatan.Oleh karena itu perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus
hingga pada tujuan instruksional.

8
c. Identifikasi Model Mengajar

Pada tahap ini pelaksana kurikulum perlu mengidentifikasi srategi mengajar yang
akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada
beberapa criteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang
akan digunakan yaitu :

1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.


2) Strukturnya harus sesuai dengan kenutuhan siswa.
3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah
dilatih, dan mendukung model.
4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
d. Implementasi

Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen


program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan
waktu, komunikasi dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir
dalam pengembangan kurikulum.Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya
tidak sesuai dengan kurikulum tranformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada
umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesesuaian
antara pengalaman-pengalaman, stategi belajar dan tujuan pendidikan.

6. Model Taba ( Inverted Model)

Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Taba mempercayai bahwa guru
merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba, guru
harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai innovator dalam pengembangan
kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.Dalam
pengembangannya, model ini bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang
deduktif. Langkah-langkahnya yaitu :

a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru

9
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan (a) perencanaan berdasarkan pada teori-teori
kuat, (b) eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilakan data empiric
dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan, yaitu :

1) Mendiagnosis kebutuhan.
2) Merumuskan tujuan-tujuan khusus.
3) Memilih isi.
4) Mengorganisasi isi.
5) Memilih pengalaman belajar.
6) Mengevaluasi.
7) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962: 347).

b. Menguji unit eksperimen

Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama diuji cobakan di kelas-kelas
eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar.Pengujian dilakukan untuk
mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk
penyempurnaan.

c. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada pada data yang dihimpun
sebelumnya.Dilakukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal
yang bersifat umum dan konsistensi teori yang digunakan.Produk dari langkah ini
adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji di lapangan.

d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a framework)

Apabila kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum. Ada
beberapa pertanyaan yang perlu dijawab : a) apakah lingkup isi telah memadai? b)
apakah isi telah tersusun secara logis? c) apakah pembelajaran telah memberikan
peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap? d) dan apakah
konsep dasar sudah terakomodasi.

e. Implementasi dan desiminasi

10
Penerapan dan penyebarluasan program kedaerahan dan sekolah-sekolah dan
dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permaslahan yang dihadapi guru-guru
dilapangan.Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan yang
berkaitan dengan aspek-aspek penerpan kurikulum.

7. Model Beauchamp

Dikembangkan oleh George A. Beauchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut


Beauchamp (1931) proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu:

1) Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum. Atau pada
wilayah manakah kurikulum itu akan diterapkan, satu sekolah, satu kecamatan, satu
kabupaten, satu provinsi, atau secara nasional. Penentuan tahapan ini ditentukan
pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan dibidang kurikulum.
2) Menetapkan personalia. Tahap ini menetukan siapa saja orang yang akan terlibat
dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya
dilibatkan, yaitu: (a) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi; (b) para ahli pendidikan dari
perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; (c) masyarakat prfesional dalam
bidang pendidikan; (d) profesional lain dan tokoh masyarakat.
3) Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain
kurikulum secara keseluruhan.
4) Implementasi kurikulum. Yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan
oleh tim pengembang
5) Evaluasi kurikulum. Hal-hal penting yang perlu dievaluasi yaitu: (a) pelaksanaan
kurikullum oleh guru-guru, (b) desain kurikulum, (c) hasil belajar siswa, (d)
keseluruhan dari sistem kurikulum.

11
BAB III

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Membicarakan tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang


tujuan hidup manusia. Manusia merupakan makhluk yang senantiasa mengarahkan
hidupnya sesuai dengan tujuan. Realitas kehidupan sarat dengan persoalan. Persoalan
‘asal mula’, ‘tujuan’ ‘eksistensi’. Maka dari itu ketika pendidikan diharapkan menjadi
sarana dalam rangka mencapai tujuan hidup manusia, haruslah tersusun secara “apik
dan metodik” sebagaimana dalam bentuk kurikulum. Kurikulum dalam kamus
Webster,Curriculum is currently defined in the way: the course and class activities in
wich children and youth engange; the total range of in class out of class exprencess
sponsored by the school;and the total life experience the learner. Kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau
perguruan tinggi untuk memperoleh Ijazah tertentu, sejumlah mata pelajaran yang
ditawarkan dalam suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
Adapun Negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pernah menganut
dan menggunakan berbagai kurikulum dalam sejarah kependidikannya, berikut adalah
Sejarah perkembangan Kurikulum pendidikan di Indonesia.
a. Kurikulum Pendidikan Pra Kemerdekaan
Pendidikan pada prakemerdekaan dipengaruhi oleh kolonialisme. Hasilnya bangsa ini
dididik untuk mengabdi kepada penjajah. Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah
pendidikan yang mampu mencetak para pekerja yang dapat dipekerjakan oleh
penjajah. Ini merupakan gambaran pendidikan rendah di Indonesia masa Belanda
yang berlangsung sampai dengan tahun 1942.
b. Kurikulum Pendidikan Masa Orde Lama
Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya:
1) Kurikulum 1947
Kurikulum dengan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. dikenal “Rencana
Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Yang diutamakan
adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

12
2) Kurikulum 1952-1964
Kurikulum lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana
Pelajaran Terurai 1952”. Sistem pendidikan masa ini dikenal dengan Sistem
Panca Wardana atau sistem lima aspek perkembangan yaitu perkembangan
moral, perkembangan intelegensia, perkembangan emosional/artistik,
perkembangan keprigelan dan perkembangan jasmaniah.
Fokus kurikulum 1964 ini lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis. Kurikulum masa ini dapat pula dikategorikan sebagai
Correlated Curriculum.

c. Kurikulum Pendidikan Masa Orde Baru


1) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan
pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan
pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.
2) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Kurikulum 1984. Kurikulum 1984 mengusung “process skill
approach”. Proses menjadi lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan.
Sementara dasar dan tujuan pendidikan sama dengan kurikulum 1975.
3) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sementara materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

13
d. Pendidikan pada Masa Reformasi

Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama)
menjadi desentralistik. Pemerintah memperkenalkan model “Manajemen Berbasis
Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi kebutuhan akan sumber daya manusia
yang berkualitas, maka dibuat sistem “Kurikulum Berbasis Kompetensi” atau
yang kerap disebut kurikulum KBK.
1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004)
Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai subjek
dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk memperoleh
suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi.
Peran guru diposisikan kembali sebagai fasilitator dalam perolehan suatu
informasi.
2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
(sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu
yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum.

2. Kurikulum 2013

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang
berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa dan karakter.

14
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

a. Landasan Kurikulum
1) Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda
bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang
memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya
dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan
kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan
bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang
didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang
pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

15
Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi.
2) Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta
didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini,
dan kehidupan bangsa di masa mendatang.Pendidikan berakar pada budaya
bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta
didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya
bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa
lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,
masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik
tersebut hidup dan mengembangkan diri.
Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki
peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan
kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara,
dan anggota umat manusia. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan
dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum
harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan
dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.
3) Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan
teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah
pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil

16
belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(PP nomor 19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar
Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu
kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses
dan konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji
dan memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah
dimensi kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari
pendidikan. Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal
dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu
satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan
pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,
masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan
berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut.
Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang
menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.

b. Rasionalitas Pengembangan Kurikulum 2013


Sebagaimana disebutkan di dalam Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang
kerangka Dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar dan struktur kurikulum
sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyyah, No 69 tahun 2013 tentang
dasar dn struktur kurikulum menengah ke atas atau madrasah aliyyah, dan Nomor
70 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
dan kejuruan atau madrasah aliyyah kejuruan bahwa faktor- faktor yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum 2013 adalah :

17
1) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
standar prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainya terkait dengan perkembangan pendidik Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak usia yang tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah
penduduk usia produktif ini di perkirakan akan mencapai puncaknya pada
tahun 2020 -2035 pada saat angkanya mencapai 70% .oleh sebab itu tantangan
besar yang di hadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya
manusia usia produktif yang melimpa ini dapat di transformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
2) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industry kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional . arus globalisasi akan menggeser pola
hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat
industry dan perdagangan modern seperti terdapat terlihat di world trade
Organization (WTO), Association of southeast Asian Nations (ASEAN).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains ,serta mutu, investasi, dan tranformasi bidang
pendidikan. keikutsertaan Indonesia didalam study internasional Trends in
internasional Mathematics and science study (TIMSS) dan progam for
internasional student assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian anak- anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa
kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara
lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat
dalam kurikulum Indonesia.

18
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola piker sebagai
berikut :
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada peserta didik. Peseta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi
yang di pelajari untuk memiliki kompetensi yang sama .
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru – pesrta didik-masyarakat-lingkungan
alam,sumber atau media lainya .
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembeljaran secara jejaring (peseta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat di hubungi
serta di peroleh melalui internet)
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (Pembelajaran
system aktif mencari semakin di perkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains)
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok(berbasis tim).
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (user)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta
didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monosdiscpline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak atau (multi discipline)
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Dalam kurikulum2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut :
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
3) Penguatan sarana dan prsarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
4) Penguatan Materi

19
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.

e. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan keseimbangan anatara pengembangan sikap spiritual dan
social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik.
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari
disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagi sumber
belajar.
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat.
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar pelajaran.
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyakan dalam kompetensi
inti.
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).

f. Tujuan Kurikulm 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

20
g. Struktur Umum Kurikulum 2013
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1) Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
2) Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan
mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)
sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 –
15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.

3. Pemberlakuan Kurikulum 2013 di tahun 2016


Pengembangan kurikulum 2013 secara berkesinambungan mempertimbangkan
berbagai hal dan masukan dari berbagai unsur masyarakat sebagai satu kesatuan
entitas bangsa yang menginginkan peningkatan kualitas peserta didik di masa depan.
Dalam perjalanan pengembanganya diserta dengan evaluasi formatif yang
memungkinan perbaikan pada tataran dokumen dan implementasi. Dalam perbaikan
ini melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga kurikulum hasil perbaikan
menjadi milik semua komponen bangsa. Perbaikan kurikulum dapat dilakukan secara
holistik komprehensif mulai dari ide, desain, dokumen sampai dengan implementasi.
Namun perbaikan kurikulum juga dapat dilakukan pada sebagian dimensi kurikulum
dan aspek tertentu dari kurikulum. Perbaikan kurikulum 2013 pada saat ini lebih
bersifat evaluasi formatif dengan melakukan perbaikan pada dokumen KI-KD,
silabus, pedoman mata pelajaran, pembelajaran dan penilaian hasil belajar, serta buku
teks pelajaran.
Perbaikan kurikulum berlandaskan pada kebijakan Landasan kebijakan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 tahun
2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Pelaksanaan
perbaikannya juga atas dasar masukan dari berbagai lapisan publik (masyarakat sipil,
asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia persekolahan) terhadap ide, dokumen, dan
implementasi kurikulum yang diperoleh melalui monitoring dan evaluasi dari
berbagai media.

21
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik tersebut, terdapat
beberapa masukan umum, antara lain adanya pemahaman yang kurang tepat oleh
masyarakat yang diakibatkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam
Kurikulum 2013: (1) Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan KD
pada KI-2 yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelaajaran;
(2) terindikasi adanya inkonsistensi antara KD dalam silabus dan buku teks (baik
lingkup materi maupun urutannya); (3) belum ada pernyataan eksplisit dalam
dokumen kurikulum tentang perlunya peserta didik lebih melek teknologi; (4) format
penilaian dianggap terlalu rumit dan perlu penyederhanaan; (5) penegasan kembali
pengertian pembelajaran saintifik yang bukan satu-satunya pendekatan dalam proses
pembelajaran di kelas; (6) penyelerasan dan perbaikan teknis buku teks pelajaran agar
mudah dipelajari oleh peserta didik.
Masukan publik terhadap ide kurikulum mengindikasikan perlunya penegasan
kembali bahwa secara keseluruhan Kurikulum 2013 harus mewujudkan empat pilar
belajar dari UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to live
together with harmony dan learning to be. Selain itu, kurikulum juga harus
mendorong tercapainya perilaku positif dan pencegahan radikalisme. Tentu saja harus
tetap dalam konteks tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional menurut
Pasal 31 ayat (3) dan Pasal 3 UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Masukan terhadap desain kurikulum, antara lain, perlu penambahan skema
pengelolaan kurikulum di tingkat pusat, daerah, dan sekolah; penyelarasan KI, KD,
silabus, pedoman matapelajaran, sistem pembelajaran, dan sistem penilaian;
penjelasan akademik tentang pendekatan Tematik Terpadu dan pendekatan mata
pelajaran di SD; serta penegasan tentang penilaian sikap (KI-1 dan
KI-2) dan penilaian pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4).
Masukan terhadap dokumen kurikulum yaitu perlunya pencermatan seluruh dokumen
kurikulum yang meliputi Kompetensi Dasar, Silabus, Pedoman mata pelajaran, dan
buku teks pelajaran untuk dilakukan revisi sesuai dengan masukan yang relevan.

Hasil dari perbaikan kurikulum 2013 yang diberlakukan pada tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
a. Perbaikan KI-KD Mata Pelajaran
Kompetensi dasar dirumuskan sebagai kompetensi minimal yang dapat dikembangkan
sesuai dengan keseluruhan tingkat perkembangan kognitif dan jenis-jenis

22
pengetahuan. Kompetensi dasar dikembangkan sesuai dengan kompetensi inti.
Kompetensi inti sebagai elemen dalam pengorganisasian kompetensi dasar untuk
seluruh mata pelajaran pada tingkat kelas. Penataan kompetensi dasar dengan
memperhatikan keluasan, kedalaman, dan keberlanjutan secara horizontal (antar-mata
pelajaran pada kelas yang sama) dan vertikal (rentang materi ajar dari Kelas I – XII)
Penataan/penyajian kompetensi sikap KI-1 dan KI-2 disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran.
KI-1 Sikap Spiritual dan KI-2 Sikap Sosial menjadi payung dalam proses
pembelajaran kompetensi dasar KI-3 Pengetahuan dan KI-4 Keterampilan/Kecakapan
dan Sikap dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (Indirect teaching) sehingga
pada perbaikan KI-KD, KD sikap tidak lagi dirumuskan.
Dilakukan perubahan pada KD Pengetahuan dan Keterampilan/Kecakapan sesuai
kaidah perbaikan KI-KD, dilakukan reformulasi dan reorganisasi KD, antara lain:
1) Perubahan pendekatan pengembangan KD pada Bahasa Indonesia menjadi
berbasis teks.
2) Adanya penambahan KD, pengurangan KD, menyatukan 2 (dua) atau lebih
KD menjadi satu KD, atau mengembangkan 1 (satu) KD menjadi beberapa
KD.
3) Pengaturan ulang urutan dan posisi KD pada kelas yang sama dan pada kelas
yang berbeda
4) Perubahan redaksional kalimat, dan penyesuaian kata kerja kompetensi.

b. Perbaikan Silabus
Perbaikan silabus dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru
2) Penyajiannya lebih efisien (lebih dari100 halaman menjadi rata-rata 20
halaman per mapel) tanpa mengurangi substansi, dan tetap konsisten
memperhatikan lingkup serta urutan tatanan pengetahuannya
3) Pemberian eksplanasi yang lebih jelas terhadap karakteristik mapel, lingkup
kompetensi, dan materi pembelajaran
4) Pernyataan pendekatan pembelajaran 5M tidak tertulis eksplisit, sehingga
memberi ruang kepada guru yang kreatif dapat mengembangkannya lebih
jauh sesuai kepentingan pembelajaran.
5) Kontekstualisasi pembelajaran

23
6) Disusunnya silabus mata pelajaran di SD dari Kelas I – VI (sebelumnya
semua berupa Silabus Tematik). Bagi sekolah dan guru yang kreatif
memiliki ruang untuk mengembangkan pembelajaran tematik sesuai
kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.
7) Format Silabus Lama (Permendikbud Tahun 2014)
c. Perbaikan Pedoman Mata Pelajaran
1) Memudahkan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
berdasarkan silabus (yang dituangkan dalam RPP)
2) Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
sesuai tuntutan kurikulum dan lingkungan belajar yang tersedia
3) Menyelaraskan dan menyederhanakan penilaian pembelajaran yang
dilakukan oleh guru
d. Pengutan Konsep Pembelajaran
1. Memberikan variasi pendekatan pembelajaran (sebagai penegasan 5M bukan
satu-satunya pendekatan/model), contoh model pembelajaran yang
dikembangkan oleh sekolah:
2. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang berbasis pada
penyelesaian masalah. Model pembelajaran ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) peserta didik ditugasi untuk menemukan masalah yang harus dicarikan
solusinya,
b) antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik
melakukan identifikasi bersama untuk menemukan masalah dan mencari
alternatif solusi,
c) peserta didik baik individu atau kelompok melakukan penyelidikan
terhadap masalah yang dihadapi dan alternative solusi yang direncanakan
di bawah bimbingan guru, peserta didik mengembangkan dan menyajikan
hasil solusi secara lisan dan tulisan,
d) peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap solusi dan proses
penyelesaian masalah dengan cara menganalisis danmengevaluasinya.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisa kurikulum SMK 2013 dan implementasi kurikulum SMK pada tahun
2016, mengalami perkembangan, menyesuaikan perkembangan ilmu dan
pendidikan yang terus berkembang dan masukan dari berbagai kalangan. Sehingga
menuntut terjadinya bagian-bagian yang harus disesuaikan dalam pelaksanaan
kurikulum.
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting
dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model
pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu
disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang
dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai
dengan yang diharapkan dan Model-model kurikulum akan berkembang terus
seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran
Perbaikan dan saran untuk memperbaiki makalah dari analisa ini menjadi
masukan yang sangat berharga, untuk kesempurnaan tulisan ini.

25
DAFTAR PUSTAKA
 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Rosdakarya.
 Hamaik,Oemar. 2011. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikuum. Bandung:
Rosdakarya
 Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya.
 Hamaik,Oemar.2012. Manajenen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Rosdakarya.
 Nasution. 2000. Kurikulum dan Pengajaran,Jakarta : Bumi Aksara.
 Mudlofir, Ali. 2009 .Pengembangan Kurikulum, Surabaya:PT Revka Media
 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum dan
Pembelajaran. UPI Bandung
 Arifah. (2009). Kurikulum PTTK dan Pengembangannya.
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/
194608291975012-ARIFAH/2009__Kurikulum_PTTK_dan_Pengembangannya.pdf
 Ahmad rizal,dkk.2009. Dari guru konvensional menuju guru professional. 2009
BACHTIAR HASAN/PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA.pdfpada tanggal
 HARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf
 Hasan, Bachtiar (2012) diakses melalui website.http://file.upi.edu/Direktori/E-
FPTK/JUR.PEND.TEKNIK ELEKTRO/195512041981031-BACHTIAR
 Hasan, Bachtiar (2012) diakses melalui website. http://file.upi.edu/Direktori/E-
FPTK/JUR.PEND.TEKNIKELEKTRO/195512041981031-
 HASAN/PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA.pdf pada tanggal 15 Juni
2012
 Kurniawan (2012) diakses melalui website www. Pendidikannetwork.comhttp://re-
searchengines.com/0208kurniawan.html pada tanggal 30/10/2012
 http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-
kejuruan.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/19501205197903
1-
 AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOILOGI_DAN_KEJURUA
N.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/19551204198
1031-
 BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf
 http:// dasmanjohan.wordpress.com
 http://re-searchengines.com/0208kurniawan.html
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-
kejuruan.pdf
 http://file.upi.edu/Direktori
 https://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-
pendidikan-teknologi-kejuruan/
 http:// dasmanjohan.wordpress.com

26
 Kurniawan (2012) diakses melalui website www.Pendidikannetwork.com
Makhun, Johar (2012) diakses mealului website.
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031JOH
ARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf
 Muhali, 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional. PT Grasindo.2009
Mukhidin, 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kejuruan Berbasis Kompetensi
 Murniaty, Nasir. Manajemen strategic dalam pemberdayaan SMK. Perdana
Publishing.
Nurkholis.2003. Manajemen berbasis sekolah, teori model dan aplikasi.
Pardjono.2011. Makalah.Peran Industry dalam pengembangan SMK.
Rizal Muntansyir dkk, “Filsafat Ilmu”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2004
 Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Yogyakarta: Arruz
Media. 2011
 Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.1997
 Hermawan, A.Heris. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009.
 Solo Pos, Kurikulum 2013, Guru Kesulitan
Melaksanakan, http://www.solopos.com/2013/11/20/kurikulum-2013-guru-kesulitan-
melaksanakan-466994 diunggah Rabu, 20 Nopember 2013 Pukul 13:50.
 Suhartono Suparlan. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruz Media, 2008.
 Ali Muhammad. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru, 1992.
 Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu
Memanusiakan Manusia.Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
 Suja’i, dkk, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun 2013.
Semarang: FITK IAIN Walisongo, 2013.
 http://filsufgaul.wordpress.com/2009/08/30/sejarah-pendidikan-
indonesia/http://ebookbrowse.com/sejarah-pendidikan-dari-zaman-kolonial-belanda-
sampai-kurikulum-ktsp-pdf-d339796568
 http://malikabdulkarim.blogspot.com/2011/05/sejarah-perkembangan-kurikulum.html

27

Você também pode gostar