Você está na página 1de 10

Abortus

1. Pengertian Abortus
Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Saifuddin (2008 : 145),
mendefinisikan bahwa Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Manuaba (2008 : 58) mengemukakan Abortus
adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat
kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
2. Macam-macam Abortus Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan :
a. Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi :
 Abortus Imminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana 27 hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks.
 Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
 Abortus Inkomplit
Peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan
masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
 Abortus Komplit
Peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari cavum uteri.
 Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut.
 Missed Abortion
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
 Abortus Infeksius dan Abortus Septik
Keguguran yang disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.
b. Abortus Provokatus (Induced Abortion) Manuaba (2007 : 686), mendefinisikan abortus
Provokatus merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai obatobatan atau
memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi :
 Abortus Medisinalis Ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
 Abortus Kriminalis Ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi -
sembunyi oleh tenaga tradisional.
c. tiologi Abortus Menurut Yulaikha (2008 : 73), hal-hal yang dapat menyebabkan Abortus
adalah sebagai berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang
dapat mengakibatkan kematian dan atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan
cacat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah :
 Kelainan kromosom Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
 Lingkungan kurang sempurna Bila lingkungan di endometrium yang terdapat di
sekitar implantasi kurang sempurna karena belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi akan terganggu. Gizi ibu hamil yang kurang karena anemia dan terlalu
pendek jarak kehamilan.
 Pengaruh dari luar Radiasi yang mengenai ibu, virus, obat-obatan yang
digunakan ibu dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya di dalam uterus.
2) Kelainan pada plasenta Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga
plasenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
pada ibu yang menderita Diabetes Melitus, penyakit hipertensi menahun, toxemia
gravidarum dan lainlain.
3) Penyakit ibu Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi, pneumonia,
thypoid, rubella yang dapat menyebabkan Abortus. 30 Toksin, bakteri,
virus/plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi Abortus.
4) Kelainan traktus genitalis Seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan
uterus yang dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari abortus dalam trimester
II adalah servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan servik, dilatasi
serviks berlebihan dan atau robekan serviks yang tidak dijahit
A. KONSEP ABORTUS SPONTAN
1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat – akibat tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan (Prawirohardjo, 2006). Abortus adalah
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan
(Nugroho, 2010).
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut, terminologi umum untuk masalah ini
adalah keguguran seperti abortus imminens, insipiens, komplit, inkomplit, dan missed
abortion. Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan, terminologi untuk
keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau abortus provokatus
(Prawirohardjo,2006).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum,
perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin, 2002).
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus (Prawirohardjo,2006)
Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Dalam keadaan ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. Beberapa kepustakaan menyebutkan beberapa resiko
dapat terjadi seperti prematuritas dan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
(Sujiyatini dkk,2009)
Abortus insipiens di diagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang – kadang disertai gumpalan darah disertai nyeri karena
kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi servik sehingga jari pemeriksa
dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat
menyebabkan kematian ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi
sehingga evakuasi harus segera dilakukan (Sujiyatini dkk,2009
Menurut Sarwono hal – hal yang menyebabkan abortus spontan dibagi atas :
(Prawirohardjo,2006)
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil-hamil
muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan diantaranya:
1) Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks
2) Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna, pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi akan terganggu
3) Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b. Kelainan plasenta
Endarteritis dapat terjadi pada vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
c. Penyakit ibu
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa abortus
tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, karena pada saat
terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi
abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan
perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi.
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria
dan lain-lain dapat menyebakan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis, infeksiosa,
toksoplasmosis, juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
d. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus
dalam trimester ke II adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan pada servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi, atau
robekan servik yang tidak dijahit.
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah,
isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen
darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama.(Prawirohardjo,2005),
4. Diagnosa dan Prognosa
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat
pula terasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan
muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau
imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan
servik dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Prawirohardjo,2006)
Dugaan abortus diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan
b. Terjadi perdarahan
c. Disertai sakit perut
d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
e. Pemeriksaan tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi
f. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan
g. Pemeriksaan fundus uteri :
 Tinggi dan besarnya fundus tetap dan sesuai usia kehamilan
 Tinggi dan besarnya sudah mengecil
 Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis
Pemeriksaan dalam :
o Servik uteri masih tertutup
o Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi
dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
o Besarnya rahim atau uterus mengecil
o Konsistensinya lunak.
(Sujiyatini,2009)
Sebagai kemungkinan diagnosis lain harus dipikirkan yaitu kehamilan ektopik
yang terganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan pada servik. Untuk
penegakan diagnose disesuaikan dengan gejala klinis masing – masing abortus.
Sedangkan untuk prognosa abortus juga tergantung pada jenis abortus dan kondisi
pasien (Prawirohardjo,2006).

5. Penatalaksanaan
Penanganan umum :
a. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
b. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)
c. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk kerumah sakit.
1) Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat segera
atasi komplikasi tersebut
2) Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat
(500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer
d. Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)
o Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai
o Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
o Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut (Prawirohardjo,2006)

Jenis abortus Penatalaksanaannya

1. Abortus imminen
a. Tidak diperlukan pengobatan medic yang khusus
b. Istirahat (tirah baring), agar aliran darah ke uterus meningkat dan ransang
mekanik berkurang
c. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas berlebihan atau melakukan hubungan
seksual
d. Bila perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal terjadwal
e. Bila perdarahan berlanjut, nilai kondisi janin melalui tes kehamilan atau USG
2. Abortus insipiens
a. Uterus harus segera dikosongkan untuk menghindari perdarahan yang banyak atau
syok karena rasa mules dan sakit yang hebat
b. Pasang infuse, sebaiknya diertai oksitosin drip untuk mempercepat pengeluaran
hasil konsepsi
c. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilakukan dengan kuretase atau dengan cunam
abortus disusul dengan kerokan
d. Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotika prifilaksis
e. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilakukan atau usia gestasi lebih besar
dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
o Infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan
kondisi kontraksi rahim hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
o Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
o Misoprostol 400 mg peroral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi
dengan dosis yang sam setelah 4 jam dari dosis awal.
Abortus inkomplit
f. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan NaCl
fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse darah
g. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
h. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular untuk
mempertahankam kontraksi otot uterus
i. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
j. Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin 500 mg
oral atau doksisiklin 100 mg)
k. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
Abortus komplit a. Tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau
kalau perlu antibiotika
l. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3×1 tablet/hari
untu 3 hari
m. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas Ferosus 600
mg/hari selama 2 minggu disertai anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu,
sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemi berat berikan transfusi darah
n. Jika infeksi berikan antibiotika profilaksis
Abortus tertunda (missed abortion) a. Karena sering plasenta melekat maka
penanganan harus dirumah sakit
o. Periksa kadar fibrinogen atau test perdarahan dan pembekuan darah sebelum
tindakan kuretase. Bila normal jaringan konsepsi dapat segera dikeluarkan, teapi
bila kadarnya rendah ( 7gr/dl (anemia) atau dicurigai adanya infeksi
Tubektomi Segera Sesuai untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas, jika
dicurigai adanya infeksi, tunda samapi keadaan jelas. Jika Hb kurang dari 7g/dl,
tunggu sampai anemia telah diperbaiki. Sediakan metode alternatif seperti
kondom.

Você também pode gostar

  • D
    D
    Documento3 páginas
    D
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • Mutu
    Mutu
    Documento3 páginas
    Mutu
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • Komunitas
    Komunitas
    Documento26 páginas
    Komunitas
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • Mutu
     Mutu
    Documento14 páginas
    Mutu
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • 20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    Documento2 páginas
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • 20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    Documento14 páginas
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • PT 3 Kelompok 6
    PT 3 Kelompok 6
    Documento16 páginas
    PT 3 Kelompok 6
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • 2
    2
    Documento19 páginas
    2
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • Neonatus
    Neonatus
    Documento13 páginas
    Neonatus
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • 1
    1
    Documento23 páginas
    1
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • RPM Standar Pelayanan Kebidanan
    RPM Standar Pelayanan Kebidanan
    Documento44 páginas
    RPM Standar Pelayanan Kebidanan
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Documento16 páginas
    MAKALAH
    cyntia maisya
    Ainda não há avaliações