Você está na página 1de 8

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam


bentuk kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya
penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si
peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat
diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas,
peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada
alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang
jelas, akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa
salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian
harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat
yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah
mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan
berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan
penelitian. Dalam mendefenisikan istilah tersebut depat dengan (1) Constitutive definition,
yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan (3)
Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara spesifik,
rinci dan operasional.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :

1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna


Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat
membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan
kalimat pernyataan.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki,
mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan
yang diharapkan.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami
variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana
mengukurnya.
5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya
pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung
dalam masalah penelitian tersebut.
6. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan
simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya
disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasion
 PENGERTIAN HIPOTESIS

Ketika sedang melihat sebuah drama ataupun reality show di televisi, pernahkah Anda
menduga-duga apa yang akan terjadi pada tokoh utama di akhir cerita? Jika pernah, apa dasar
yang Anda gunakan untuk membuat dugaan tersebut?

Dalam kehidupan ini ada banyak hal yang membuat kita sering menduga-duga tentang apa
yang akan terjadi selanjutnya. Seringkali dugaan-dugaan tersebut muncul karena adanya
pengalaman akan hal yang sama atau setidaknya mirip dengan kejadian yang tengah kita
hadapi. Dalam ranah penelitian, dugaan-dugaan juga seringkali muncul. Dugaan ini lebih
sering disebut dengan istilah hipotesis.

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan secara
sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti
di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika
dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan.
Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji
atau dibuktikan kebenarannya.

Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja
menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis
telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan disebut teori.

Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus dibuat oleh peneliti, yakni
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada
menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika
apa yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitu
pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis statistik berarti menguji apakah hipotesis
penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat
diberlakukan pada populasi atau tidak.

ILUSTRASI MACAM HIPOTESISI (SAMUEL/UCEO)

MACAM HIPOTESIS

Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis deskriptif, hipotesis
komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari hipotesis ini dapat digunakan sesuai
dengan bentuk variabel penelitian yang digunakan. Apakah penelitian menggunakan variabel
tunggal/ mandiri atau kah variabel jamak? Jika yang digunakan adalah variabel jamak, apa
yang ingin diketahui oleh peneliti dalam rumusan masalah?

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:

Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang
mengandung boraks atau tidak.

Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso di restoran
Bakso Idola Malang mengandung boraks?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso di
restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada
dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia
gunakan, yakni:

Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks

Atau

H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks

2. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel
penelitian.

Contoh:

Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club sepakbola
Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club sepakbola Chelsea.
Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda.

Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung club
sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang sama?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama
adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:

Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan
pendukung club Chelsea

Atau

H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda)
dengan pendukung club Chelsea
3. Hipotesis Asosisatif

Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan


masalah yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian.

Contoh:

Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi
gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.

Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron berjudul
“Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama
adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-
laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan
antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada dua
pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan,
yakni:

Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.

Atau

H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)


Variabel Bebas atau juga dikenal dengan istilah variabel Independent adalah merupakan
variabel yang diduga memiliki fungsi sebagai penyebab timbulnya variabel yang lain.
Biasanya variabel bebas akan dimanipulasi, diamati dan diukur dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel lainnya. Secara singkat, variabel
bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas memiliki fungsi utama sebagai acuan
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain.

Contoh Variabel bebas dalam penelitian: Dalam penelitian pertanian (misalnya),


"ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BELIMBING
(Studi Kasus Dalam Sebuah Daerah)" (anda bisa mendownload skripsi tersebut untuk
dijadikan contoh, unduh dengan meng-klik tautan.) Dari judul tersebut dapat ditentukan
variabel-variable bebasnya (misalnya) terdiri dari Luas Lahan, Jenis Pupuk, insektisida dll.
Faktor-faktor yang disebutkan bisa mempengaruhi variable yang lain. variabel bebas tersebut
memungkinakan untuk dimanipulasi dengan menambah atau mengurangi jumlahnya selama
proses penelitian.
2. Variabel Terikat atau Dependent
Jenis variabel kedua adalah variabel terikat atau disebut juga dengan istilah dependent atau
variable Output atau Kriteria atau Konsekuen. Ia adalah hasil / akibat yang ditimbulkan oleh
variabel bebas. variabel ini merupakan hasil yang timbul sebagai akibat langsung dari
manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Dalam sebuah penelitian variabel tergantung
diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas. Disini variabel dependen
juga disebut dengan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel tergantung berfungsi untuk mengetahui
pengaruh dari variabel bebas.

Contoh Variabel Terikat dalam sebuah penelitian; Dalam penelitian yang disebutkan pada
jenis variabel pertama, tanaman belimbing atau lebih jelasnya, jumlah / kualitas produksi
tanaman belimbing di suatu daerah tempat penelitian merupakan variabel terikat. Jumlah
produksi buah belimbing diperhatikan atau diteliti tingkat produksinya dengan memanipulasi
luas lahan, kuantitas pupuk buatan, atau jumlah pekerja yang menangani perkebunan
belimbing tersebut.

Kemudian, jenis-jenis variabel yang lain secara berurutan adalah Variabel Intervening /
Antara, Variabel Moderator, Variabel Kontrol dan Variabel kontinum. Aku sengaja tidak
menjelaskannya disini, tapi aku sudah menyiapkan bebrapa file unduhan yang dapat sobat
download dan pelajari. Kesemuanya dalam berbagai bentuk file yang mungkin sobat
inginkan. Ini dia:
1. VARIABEL PENELITIAN.pdf (berisi 24 halamn pdf yang membahas tentang pengertian
dan definisi variabel-variabel penelitian pendidikan, jenis varabel, serta contoh variabel
lengkap.)
2. Pengertian Variabel Peneliatian.Pdf (Berisi ringkasan tentang definisi variabel pendidikan
menurut para ahli disertai beberapa contoh sederhana.)
3. Resume Variabel penelitian.PDF (Berisi ringkasan yang singkat namun berisi semua
informasi yang mungkin kamu butuhkan untuk memahami tentang variabel dalam penelitian
)
4. Rancangan Penelitian.doc (sebuah dokumen berbentuk microsoft office word yang
membahas mengenai seluk beluk penulisan penelitian, tentunya juga berisi pembahasan
tentang variabel penelitian.)

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol disebut pula sebagai variabel kendali. Variabel ini merupakan variabel yang
diupayakan untuk dinetralisasi oleh sang peneliti dalam penelitiannya tersebut. Variabel
inilah yang menyebabkan hubungan di antara variabel bebas dan juga variabel terikat bisa
tetap konstan. Variabel inilah yang mengeliminasi atau menggugurkan dampak yang bisa
diakibatkan oleh adanya variabel-variabel moderasi.

Berikut contoh dari penerapan ketiga variabel tersebut dalam sebuah penelitian. Apabila
seorang peneliti ingin meneliti hubungan diantara dua variabel, misalnya variabel waktu yang
diperlukan untuk belajar dan prestasi belajarnya, maka masalah yang diajukan untuk diteliti
adalah: “Bagaimanakah hasil prestasi belajar yang akan dicapai jika waktu yang digunakan
untuk belajar dibuat lebih sedikit atau lebih banyak?”
Waktu belajar yang digunakan merupakan variabel bebas, sedangkan prestasi belajarnya
adalah variabel terikat. Variabel bebas (waktu belajar) diubah atau dimanipulasi untuk
menyebabkan timbulnya perubahan pada variabel terikat (prestasi belajar). Di samping
waktu, peneliti juga mempertimbangkan umur dari obyek penelitian, maka faktor umur
dianggap menjadi variabel kontrol.
Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,

serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Pokok-Pokok Pengertian Setiap Alinea Dalam Pembukaan UUD 1945


Alinea Pertama

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan."

Makna yang terkandung :

1. Pengakuan terhadap hak kodrat dari setiap bangsa, yaitu kemerdekaan adalah hak
segala bangsa
2. Alasan objektif, Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan keadilan
3. Alasan Subjektif, Bahwa Indonesia ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Alinea kedua
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
Makna yang terkandung :

1. Adanya cita-cita negara, yaitu masyarakat adil dan makmur dalam wadah negara
kesatuan
2. Kemerdekaan negara Indonesia bukan tujuan akhir perjuangan bangsa Indonesia,
namun hanya sebagai jembatan menuju cita-cita masyarakat yang adil dan makmur

Alinea ketiga
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya."
Makna yang terkandung

1. Pengakuan nilai religius, yaitu bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah semata-mata


hasil usaha manusia, tetapi karunia n rahmat Allah Yang Maha Kuasa
2. Pengakuan adanya nilai moral, yaitu dengan didorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas

Alinea keempat
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Makna yang terkandung :

1. Tujuan negara yaitu, yaitu tujuan khusus, untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan umum yaitu dalam lingkup sesama bangsa
di dunia, untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
2. Tentang ketentuan diadakannya UUD negara
3. Tentang bentuk negara, yaitu negara Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat
4. Tentang dasar filsafat negara yaitu Pancasila

Você também pode gostar