Você está na página 1de 22

Askep Persalinan Normal

1. Pengertian :
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
(Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
(Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang
dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
@. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif.
@. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
@. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
@. Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

2. Penyebab
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat
beberapa teori antara lain : (Rustam Muchtar, 1998).
(1) Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his.

(2) Teori oxytocin :


Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot
rahim.

(3) Keregangan otot-otot :


Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.

(4) Pengaruh janin :


Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
(5) Teori Prostaglandin :
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.
Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra
vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.
Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.

Secara skematis dikaitkan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai berikut :
Prostaglandin ¯
¯
Sintesa Prostaglandin di chorio amnion
¯
Kontraksi Uterus
Kadar Oxytocin
¯
Permiabilitas Na dalam Myometrium
¯
Cairan intra sel
¯
Kontraksi Uterus
Fetus cortisol
¯
Aktivasi Hormon Hypofise dan Intra renal
¯
Fetus normal
cukup/hampir cukup bulan
¯
Kontraksi Uterus
Prostaglandin
¯
Prostaglandin
Estroge ¯
¯
Aktivasi phospholipase dalam selaput ketuban
¯
Kontraksi Myometrium
Peregangan otot rahim
¯
Sintesa
¯
Kontraksi Myometrium
¯
Prostaglandin
His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix
pada persalinan
His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix
pada persalinan

Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam
2 fase :
v Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
Ø Ansietas
Ø Kurang pengetahuan
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Koping individu tidak efektif
Ø Infeksi
Ø Cedera (janin)
v Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama Fase aktif.
Ø Nyeri
Ø Perubahan eliminasi urin
Resiko tinggi
Ø Cedera (ibu)
Ø Gangguan pertukaran gas
Ø CO ¯
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Kelelahan

Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Ø Nyeri (Akut)
Resiko tinggi
Ø CO ¯
Ø Gangguan pertukaran gas
Ø Kerusakan integritas kulit/jaringan
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Infeksi
Ø Cedera (janin)
Ø Kelelahan
Kala III
Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
Resiko tinggi
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Cedera (ibu)
Ø Kurang pengetahuan
Ø Nyeri
Ø Perubahan proses keluarga

Kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Resiko tinggi
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Cedera (ibu)
Ø Kurang pengetahuan
Ø Nyeri
Ø Perubahan proses keluarga

3. Mekanisme Persalinan (Cunningham, Mac Donald & Gant, 1995)


Mekanisme Persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar pada saat
persalinan.
Gerakan utama pada Mekanisme Persalinan :
1. Engagement
· Diameter biparietal melewati PAP
· Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
· Multipara terjadi permulaan persalinan
· Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan.

2. Descent (Turunnya Kepala)


· Turunnya presentasi pada inlet
Disebabkan oleh 4 hal :
a. Tekanan cairan ketuban
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
· Synclitismus dan Asynclitismus
§ Synclitismus
q Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat antara symplusis dan promotorium.
q Os Parietal depan dan belakang sama tinggi.
§ Asynclitismus
Jika Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symplusis atau agak kebelakang mendekati
promotorium.
q Asynclitismus Posterior
Sutura sagitalis mendekati simplusis, Os parietal belakang lebih rendah dari Os parietal depan.
q Asynclitismus Anterior
Sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga Os parietal depan > Os parietal belakang.

3. Flexion
Majunya kepala ® mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar panggul ® Flexi
(dagu lebih mendekati dada).
Keuntungan : Ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil
(D. SOB = 9,5 cm) ® Outlet.

4. Internal Rotation
· Bagian terrendah memutar ke depan ke bawah symphisis
· Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
(Bidang tengah dan PBP)
· Terjadinya bersama dengan majunya kepala
· Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.

5. Extension
· Defleksi kepala
· Karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas
· Dua kekuatan kepala
§
Kekuatan kedepan atasMendesak ke bawah
§ Tahanan dasar panggul menolak ke atas
· Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai Hypomoclion ® lahir lewat
perinium = occiput, muka dagu.

6. External Rotation
· Setelah kepala lahir ® kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk menghilangkan
torsi leher akibat putaran paksi dalam
· Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.

7. Expulsi
· Bahu depan di bawah symphisis ® sebagai Hypomoklion ® lahir ® bahu belakang, bahu depan
® badan seluruhnya.
A KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS.
Dalam melaksanakan asuhan keparawatan pada klien dengan persalinan fisiologis, penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan langkah langkah; pengkajian
data,diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.

2.2.1. Pengkajian.
1) Pengumpulan data.
(1) Biodata meliputi:
Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain
agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan
pemberian informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan
sosial ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodta didapatkan; Umur dalam kategori usia
subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atauterlalu tua (lebih
dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993: 65).
(2) Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang
makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila
buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
(3) Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu
(Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah
pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah
campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165).
(4) Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin,
pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).

(5) Riwayat penyakit keluarga.


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC,
Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66).

(6) Riwayat Obstetri.


v Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prematur kurang
dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).

v Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8
jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).

(7) Riwayat psikososialspiritual dan budaya.


Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada trimester
II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada
trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan
kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan
berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).

(8) Pola Kebutuhan sehari-hari.


v Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J Reeder
Et all, 1987: 405).

v Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien
sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).
v Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila
kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk /
berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala
II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,195).

v Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritina”s
Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987:
406).

v Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah
dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo,
1999,160).

v Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).

(9) Pemeriksaan.
v Pemeriksaan umum meliputi:
· Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong
resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu
dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg. ( Depkes
RI, 19993: 67).

· Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah
akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).

· Suhu badan nadi dan pernafasan.


Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C, bila suhu lebih dari 375C
dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih
dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan nadi biasanya
mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan
karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan normal
antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan
diperiksa tiap 4 jam.
2) Pemeriksaan fisik.
(1) Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak,
caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar. ( Depkes RI, 19993: 69).

(2) Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae
serta ditemukan adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69).
(3) Perut.
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba / nigra, terdapat striae
gravidarum. ( Depkes RI, 1993: 70).
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah
masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat. (Cristina’s
Ibrahim, 1993,: 7).
Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75).

(4) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium
yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak.
(Cristina’s Ibrahim, 1993,:50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul
serta keadaan jalan lahir.(Depkes RI, 1993: 76).

(5) Ekstremitas.
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena pre
eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:47). Ada
varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang
menekan vena abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).

3) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu pembekuan, hitung
darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton,
1995: 151).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan.


1) Kala I (Sharon J Reeder Et all, 1987: 476).
(1) Perubahan perfusi jaringan : peredaran darah ke plasenta, secundair terhadap posisi ibu
selama proses persalinan.
(2) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan intake cairan.
(3) Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pernafasan mulut.
(4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembatasan intake selama proses
persalinan.
(5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi uterus .
(6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas selama proses persalinan.
(7) Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan proses persalinan.
(8) Inefektif koping individu berhubungan dengan ketidak mampuan relaksasi atau bernafas
dengan benar.
(9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perubahan peran.
(10) Inefektif koping individu / keluraga berhubungan dengan masuk rumah sakit selama proses
persalinan.
(11) Inefektif koping keluarga berhubungan dengan nyeri yang dirasakan klien.
2) Kala II (Sharon J Reeder Et all, 1987: 478).
(1) Inefektif koping individu berhubungan dengan proses fisik selama proses persalianan.
(2) Takut berhubungan dengan lingkungan baru.
(3) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
3) Kala III dan IV. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 494).
(1) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus , episiotomi.
(2) Resiko infeksi (Vagina, perinium) berhubungan dengan infeksi scundair bakteri sampai
proses persalinan, persalinan dan episiotomi.
(3) Perubahan pola istirahat tidur, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(4) Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya pengalaman, kurangnya model peran.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Laten) :
Kekuranagan volume cairan (resiko terhadap).
Tujuan : Kebutuhan klien selam kala I terpenuhi.
Kriteria Hasil :
· Mukosa bibir tidak kering.
· Klien tidalk merasa haus.
· TTV :
· Tekanan darah : 120 / 80
· Nadi : 80 – 88 x / menit.
· Respirasi rate : 18 – 20 x / menit.
· Suhu 365 – 37 0 C
Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri :
Pantau masukan / haluaran. Perhatikan berat jenis urine. Anjurkan klien untuk mengosongkan
kandung kemih sedikitnya sekali setiap hari – 1,5 – 2 jam.

Pantau suhu setiap 4 jam, lebih sering bila tinggi. Pantau tanda-tanda vital / DJJ sesuai indikasi.
Kaji produksi mukus, jumlah air mata dalam mata, turgor kulit.
Berikan cairan jernih dan es batu sesuai izin.
Kaji praktik budaya mengeni masukan.

Berikan perawatan mulit dan permen keras sesuai izin.


Kolaborasi:
Berikan bolus cairan parentral, sesuai indikasi.

Pantau kadar hematokrit. (Ht).

Masukan dan haluaran harus diperkirakan sama, tergantung pada derjat hidrasi. Konsentrasi
urine meningkat sesuai peningkatan haluaran urin dan waspada terhadap dehidrasi. Penurunan
janin dapat diganggun bila kandung kemin distensi.
Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan suhu, Teknan darah pernafasan dan detak jantung
janin.
Tanda tambahan dari hidrasi akuat atau terjadinya dehidrasi.
Membantu meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan kalori.
Beberapa budaya (mis, beberapa orang Afrika, penduduk bagian seltan Amerika Serikat) minum
the khusus, meyakinkan mereka merangsang kemajuan persalinan secara kontinue,
Menurunkan ketidak nyamanan karena mulut kering.

Mungkin diperlukan bila masukan oral tidak adekuat atau terbatas. Bertindak sebagai oengaman
dalam kejadian dehidrasi atau hemoragi, mengatasi beberapa efek negatif dari anestesia atau
anlgesia.
Ht meningkat sesuai penurunan komponen plasma pada adanya dehidrasi berat.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Aktif) :
Nyeri.
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri pada kala pembukaan .
Kitreria hasil:
· Ibu tampak tenang diantara kontraksi.
· Ibu tidak teriak oleh konstraksi datang.
· Ibu mengatakan nyeri tapi masih bisa mengontrol nyeri.

Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri:
Kaji derajat ketidak nyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal; verbal; perhatikan
pengaruh budaya pada respons nyeri

Bantu dalam penggunaan tehnik pernafasan / relaksasi yang tepat dan pada masase abdomen.

Bantu tindakan kenyamanan (mis; gosokan punggung/kaki, tekanan sakral, istirahat punggung,
perawatan mulut, perubahan posisi, perawatan perineal dan pertukaran linen).

Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi di atas simfisi pubis untuk menentukan
distensi, khususnya setelah blok saraf.

Berikan informasi tenang ketersediaan analgeia, rspons/efek samping biasanya (klien dan janin),
dan durasi efek analgetik pada lampu atau sitiuasi penyerta.

Dukung keputusan klien tentangmenggunakan atau tidak menggunakan obat-obatan dengan cara
yang tidak menghakimi. Lanjutkan dorongan untuk upaya dan penggunaan tehnik relaksasi.

Instruksikan klien dalam menggunakan analgesik yang dikontrol klien, pantau caranya
menggunakan.
Hitung waktu dan catat frkwensi, intensitas, dan durasi pola konstraksi uterus setiap 30 menit.

Kaji sifat dan jumlah tampilan vagina, dilatasi servival, penonjolan, lokasi janin dan penurunn
janin.

Berikan tindakan pengamanan, mis, anjrkan klien untuk bergerak dengn perlahan,
memperthankan penghalang tempat tidur setelah pemberian obat dan sokong kki selama
pemindahan.

Kaji tekanan darah dan nadi setiap 1-2 menit setelah injeksi regional selama 15 menit pertama,
kemudian setiap 10 – 15 menit untuk sis waktu persalinan. Posisikan pada posisi miring kiri
dengan kepala datar dan kaki ditinggikan , atau meninggikan lutut dan mengubah posisi uterus
secara manual ke kiri sesuai indikasi.

Libatkan klien dalam prcakapan untuk mengkaji sensori, pantau pola pernafasan dan nadi.
Kaji terhadap kehangatan, kemerahan pada ibu jari atau bantalan kaki dan distribusi seimabang
dari obat spinal.
Kolaborasi:
Berikan analgesik seperti alfaprodin hidroklorida(Nisentil) atau meperidin hidroklorida
(Demerol) dengan kekuatan tranquilizer dengan IV atau IM yang dalam di antara kontraksi, bila
diindikasikan.

Lakukan atau bantu dengan blok paraservical bila serviks dilatasi 4-5 cm. (anastesi dapat
diberikandalam dosis tunggal atau secara kontinu dengan menggunakan indwelling kateter).
Berikan oksigen dan tingkatkan masukan cairan biasa bila tekanan sistolik turun di bawah 100
mmHg atau turun lebih dari 30 % di bawah tekanan dasar.
Pantau DJJ secara elektrolik, dan catat penurunan variabilitas atau bradicardia. Dapatkan sample
kulit kepala janin bila bradikardia menetap selama 30 menit atau lebih.

Berikan bolus IV 500 – 1000 ml dari larutan Ringer Laktat tepat sebelum pemberian blok
peridural.
Berikan anestesi blok peridural, epidural atau kaudal dengan menggunakan kateter indwelling.

Berikan soksinilkolin klorida dan bantu dengan intubasi bila terjadi kejang.

Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu, memahami
perubahan fisiologis, dan latar belakang budaya.
Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral memlalui respons kondisi dan stimulasi
kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal.
Meningkatkan relaksasi dan higiene; meningkatkan perasaan sejahtera (Catatan posisi miring kiri
menurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi pengubahan posisi secara periodik mencegah
iskemia jaringan dan / atau kekakuan otot dan meningkatkan kenymanan.
Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan ketidak nyamanan,
mengakibatkan kemungkinan trauma, mempengaruhi penurunan janin, dan meperlama
persalinan. Analgesia epidural atau paraservical dapat mempengaruhi sensasi penuh.
Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan nyeri. (Catatan:
Bila tindkan konservatif tidak efektif dan meningkatkan tegangan ototo meghalangi kemajuan
persalinan, penggunaan medikasi yang minimal dapat meningkatkan rlaksasi, memperpendek
persalinan, membatasi keletihan, dan mencegah komplikasi).
Membantu menurunkan perasaan gagal pada klien / pasangan yang telah mengantisipasi
kelahiran yang tidak diobati dan tidak mengikuti rencana tersebut. Meningkatkan rasa kontrol
dan dapat mencegah /menurunkan kebutuhan medikasi.
Memungkinkan klien untuk mengatur kontrol nyerinya sendiri, biasanya dengan sedikit
medikasi.

Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien. (catatan: Agens
anastetik dapat mengubah pola kontraksi uterus).
Dilatasi servical seharusnya ,2 cm/jam pada nulipara dan 1,5 cm/jam pada multi para, tampilan
vagina meningkat dengan turunnya janin. Pilihan dan waktu pemberian obat dipengaruhi oleh
drajat dilatasi dan pola kontraksi.
Anestesi blok regional menghasilkan paralisis vasomotor, sehingga gerakan tiba-tiba dapat
mencetuskan hipotensi, Analgetika mengubah persepsi, dan klien dapat jatuh karena mencoba
turun dari tempat tidur.
Hipotensi maternal, efek samping paling umum dari anastesi blok regional, dapat mempengaruhi
oksigenasi janin. Hipotensi telentang dapat terjadi karena posisi litotomi selama pemberian
anestesi paraservical. Posisi miring kiri meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan
sirkulasi plasenta, Kaji variabelitas DJJ. Agens seperti bupivakiain (Macaine) dan Kloroprokain
hidroklorida (Nesacaine) mempunyai efek kecil pada variabilitas DJJ; perubahan harus diselidiki
secara seksama. (Catatan: Risiko berkenaan dengan anestesi kaudal meliputi perforasi kulit
kepala janin, serta rectum ibu).
Respon toksik sistemik dengan perubhan sensori terjadi bila obat diabsorbsi ke dalam sistem
vasculair. Perubahan sensori dapat juga menjadi indikator awal dari terjadinya hipoksia.
Gangguan fungsi pernafasan terjadi bila analgesia terlalu tinggi menimbulkan paralisis
diafragma.
Meyakinkan penempatan kateter yang tepat untuk kontinuitas blok dan kadar yang adkuat dari
agens anestesi.
Rute IV disukai karena menjamin pemberian analgetik lebih cepat dan absorbsi seimbang.
Medikasi diberikan dengan rute IM memerlukan sampai 45 menit untuk mencapai kadar plasma
adekuat, dan ambilan maternal mungkin bervariasi, khususnya bila obat dinjeksikan ke dalam
lemak subcutan sebagai pengganti otot.
Menganastesi pleksus hipogstrik inferior dan ganglia, memberikan kelegaan selama dilatasi
servic. (catatan: Blok paraservical dapat menyebabkan bradikardia janin berat).
Meningkatkan volume cairan sirkulasi, perfusi plasenta, dan ketersediaan oksigen untuk ambilan
janin.

Bradikardia dan penurunan variabilitas janin adalah efek samping yang biasa dari blok
paraservical. Efek samping ini dapat mulai 2 – 10 menit setelah pemberian anatetik dan dapat
berakhir selama 5 – 10 menit.
Peningkatan kadar cairan sirkulasi membantu mencegah efek samping hipotensi berkenaan
dengan blok.
Memberikan kelegaan bila persalinan aktif ditentukan, penguatan melalui kateter memberikan
kenyamanan terus menerus selama melahirkan. Analgesia ini tidak mengganggui aktivitas uterus
dan/ atau refleks Ferguson. Ini merelaksasikan servicks dan mempermudah proses persalinan,
tetapi dapat mengubah rotasi janin internal dan menurunkan kemampuan klien untuk mengejan
bila diperlukan.
Reaksi toksik sistemik pada anastetil epidural dapat mengubah sendorium ataiu menyebabkan
kejang bila obat diabsorbsi ke dalam sistem vasculair.
Dignosa Keperawatan Persalinan Tahap II (Pengeluaran) :
Nyeri akut.
Tujuan : Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat his persalinan.
Kriteria Hasil:
· Ibu dapat mengejan dengan benar,
· Ibu tampak lebih tenang.
· Ibu istirahat diantara kontraksi.
Tindakan / intervensi
Rasional.
Mandiri:
Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.

Berikan tindakan kenyamanan seperti perawatan mulut, perawatan . masase perineal, linen dan
pembalut yang bersih dan kering, lingkungan sejuk (680sampai 720 F), kain sejuk lembab untuk
wajah dan leher, atau kompres panas pada perineum, atau punggung sesuai kebutuhan.

Berikan informasi pada klien / pasangan tentang tipe anstesia yang tersedia pada tahab ini
khususnya untuk situasi melahirkan (mis, anestetik lokal, subaraknoid, atau blok pudendal,
penguatan epidural atau kaudal) atau Stimulasi saraf elektrikal Transkutan (TENS). Tinjau ulang
keuntungan / kerugian dengan tepat.

Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.

Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan kemajuan persalinan.

Anjurkan klien/pasangan untuk mengatur upaya untuk mengejan dengan spontan, daripada
dilakukan terus - menerus, mendorong selama kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan
obat abdomen dan merelakskan dasar pelviks.
Pantau penonjolan perienal dan rektal, pembukaan muara vagina dan tempat janin.

Bantu klien dalam memilih posisi optimal untuk mengejan; (Misalnya jongkok atau rekumben
lateral, posisi semifowler (ditinggikan 30 – 60 derajat), atau penggunaan kursi melahirkan. Kaji
keefektifan upaya untuk mengejan; bantu klien untuk merelakskan semua otot dan beristirahat di
antara kontraksi.

Pantau tekanan darah (TD) dan nadi ibu, dan DJJ. Perhatikan reaksi merugikan yang tidak
biasanya terhadap obat-obatan, seperti reaksi antibodi-antigen, paralisis pernafasan, atau blok
spinal. Catat reaksi merugikan seperti mual, muntah, retensi urine, pelambatan depresi
pernafasan dan pruritus pada wajah, mata atau mulut.

Kolaborasi
Kaji kepenuhan kandung kemih. Kateterisasi diantara kontraksi bila distensi terlihat dan klien
tidak mampu menghindari.

Dukung dan posisikan blok sedal atau anestesi spinal, lokal, pudendal sesuai indikasi

Anestesi lokal :
Bantu sesuai kebutuhan pada pemberian anestesi lokal sebelum episiotomi.

Mengklasifikasikan kebutuhan, memungkinkan intervensi yang tepat.

Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisik, memungkinkan klien menfokuskan pada


persalinan dan menurunkan kebutuhan terhadap analgesia atau anastesia.

Meskipun klien yang mengalami stress persalinan dan tingkat ketidaknyamanan dpat
mempengaruhi ketrampilan pembuatan keputusan noemal., ia masih memerlukan kontrol dan
membuat keputusan persetujuan sendiri berkenaan dengan anstesia. (catatan: Pilihan blok radiks
saraf harus dibatasi pada situasi rumah sakit dimana peralatan kedaruratan tersedia).

Memberikan informasi/dokumentasi legal tentang kemajuan kontinu; membantu


mengidentifikasi pola kontraksi abnormal, memungkinkan pengkajian dan intervensi segera.

Pertahankan supaya pasangan tetap mendapatkan informasi tentang perkiraan kelahiran;


menguatkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan itu berarti dan “akhirnya sudah terlihat.”

Anastetik dapat mengganggu kemampuan klien untuk merasakan sensasi berkenaan dengan
kontraksi, mengakibatkan mengejan tidak efektif. Upaya mengejan spontan yang bukan terus –
menerus menghindari efek negatif dari Valsava manuver berkenaan dengan penurunan kadar
oksigen ibu dan janin. Relaksasi dasar pelviks menurunkan tahanan untuk upaya mendorong,
memaksimalkan upaya untuk mengeluarkan janin.
Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal terjadi saat verteks janin turun, menandakan
kebutuhan untuk persiapan kelahiran.

Posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan upaya mengejan,
memudahkan kemajuan persalinan, menurunkan ketidaknyamanan dan menurunkan kebutuhan
terhadap penggunaan forsep. Relaksasi komplit di antara kontraksi meningkatkan istirahat dan
membantu membatasi regangan/kelelahan otot.

Hipotensi ibu disebabkan oleh penurunan tahanan perifer saat percabangan vaskuler dilatasi
adalah reaksi merugikan yang utama terhadap blok peridual atau subaraknoid. Hipoksia janin
atau bradikardia mungkinterjadi, karena penurunan sirkulasi dalam bagian plasenta ibu. Reaksi
merugikan yanglain setelah pemberian anastetik spinal atau peridural, khususnya bila morfin
digunakan

Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,dan menurunkan risiko trauma


kandung kemih yang disebabkan oleh bagian presentasi janin.
Posisi yang tepat menjamin penenpatan tepat dari obat-obatan dan membantu mencegah
komplikasi.

Menganestesi jaringan perineal lokal untuk memperbaiki tujuan.


Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap III (Pengeluaran Plasenta) :
Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya model peran.
Tujuan : klien dapat berperan sebagai ibu setelah kelahiran bayinya.
Kriteria Hasil :
Ibu ingin didekatkan dengan bayinya.
Ibu mengatakan ingin merawat anaknya sendiri.
Tindakan / intervensi
Rasional.
Fasilitasi interaki antara klien dan / pasangan dan bayi baruy lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.

Berikan klein dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran
bila kondisi bayi stabil.

 Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan jaringan

Tujuan
Nyeri berkurang/hilang.

Intervensi :

 Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas & lokasi


Rasional : Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri
 Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang
Rasional : Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman

 Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya


Rasional : Meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi kecemasan,klien menjadi
kooperatif

 Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap


Rasional : Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan.

 Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang kontraksi


Rasional : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.

 Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja jantung

Tujuan
Cardiak out put dalam batas normal, TD= 120/80 mmHg,Nadi=80 x/mnt

Intervensi

 Observasi TTV
Rasional : Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien

 Observasi perubahan sensori


Rasional : Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral.

 Observasi penggunaan energi & irama jantung


Rasional : Mengetahui tingkat ketergantungan klien.

FISIOLOGI PROSES PERSALINAN NORMAL


Posted on April 3, 2008 by harnawatiaj
Fisiologi Proses Persalinan Normal
Kuliah Obstetri Ginekologi
dr. Nugroho Kampono / dr. H. Endy M. Moegni

PERSALINAN / PARTUS

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui
vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa


Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat /
pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.

Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam,
vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.

Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin
dari plasenta berkurang.
(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA

Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi
metabolik ibu.
Passage
Keadaan jalan lahir
Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal
diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN


Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

HIS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus
uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus
minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus
ke luar.

Terjadinya his, akibat :


1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :


1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan
tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar
(cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :


1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus
diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang
nyeri.
3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus
1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian
kedua penurunan agak lambat.
2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan


Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3
cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10
menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat
lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).

PERSALINAN KALA 1 :

FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS

DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih
banyak daripada darah haid.
BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.


Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase
aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Peristiwa penting pada persalinan kala 1

1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan
pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan – pada
multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) – pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis
lebar)
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.

PERSALINAN KALA 2 :

FASE PENGELUARAN BAYI

DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.


BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).

Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.


Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala

1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil
ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum
dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.

PERSALINAN KALA 3 :

FASE PENGELUARAN PLASENTA

DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.


BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan
baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae – keadaan
gawat darurat obstetrik !!).

KALA 4 :

OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :


1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.

Você também pode gostar