Você está na página 1de 29

asuhan keperawatan dengan mioma uteri

on September 08, 2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillaah, selamat pagi kakak cantik, 😙,kali ini says akan menulis artikel tentang asuhan
keperawatan dengan pasien mioma uteri, 😙, yuuk langsung cusss, 😙😙😙

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayahNyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami dapat membuat makalah presentasi PKL Keperawatan Maternitas
(Ginekologi) di RSUD Kota Ungaran yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari
pembimbing kami yaitu Ns Maulidta K W, M. Kep selaku dosen pembimbing kami di
AKADEMI WIDYA HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang, 10 Maret 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku yang sehat. Salah satu
indikator kesehatan, yaitu angka kematian Ibu (http//www.depkes.go.id. online diakses tanggal
10 Maret 2015)
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, setiap tahun, jumlah penderita
kanker bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan 9 juta
orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia
akan berada di Negara-negara yang sedang berkembang (Setiati.E, 2009).
Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai.
Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma
uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi
pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada
dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan
tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20
tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah
menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang kurang subur
(http://medlinux.blogspot.com di akses tanggal 10 Maret 2015).
Dengan pertumbuhan Mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali Mioma
ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35–45 tahun (25%).
Pertumbuhan Mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran
sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma Uteri ini lebih sering
didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah, jumlah kematian ibu matenal pada tahun
2006 sebanyak 133 orang per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak
143 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal
mengalami penurunan menjadi 121 orang per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009
menurun lagi menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD Ungaran tahun 2014 angka
kejadian Mioma Uteri sebanyak 42 per 884 jumlah penderita tumor (4,75%), tahun 2013
sebanyak 41 per 1100 jumlah penderita tumor (3,72%) dan pada tahun 2014 mulai dari bulan
januari sampai bulan agustus sebanyak 17 per 884 jumlah penderita tumor (1,92%).
Di Jawa Tengah ditemukan 48 kasus mioma uteri. Dari data yang didapatkan di Medical
Record RSUD Ungaran pada periode Januari - Desember 2014 ditemukan 1014 kasus ginekologi
dimana diantaranya terdapat sekitar 37 (3,66%) kasus mioma uteri dengan rincian pada bulan
Januari sebanyak 7 orang (18,91%),Februari 3 orang (8,1%), Maret 1 orang (2,7%), April 6
orang (16,21%), Mei 4 orang (10,81%), Juni 3 orang (8,1%), Juli 4 orang (10,81%), September 2
orang (5,4%), Oktober 1 Orang (2,7%), November 4 orang (10,81%), dan Desember 2 orang
(5,4%). (http://medlinux.blogspot.com di akses tanggal 10 Maret 2015).
Sehubungan dengan tingginya angka kejadian Mioma Uteri, maka penulis merasa tertarik
untuk membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan asuhan keperawatn
pada Ny “R” Dengan Mioma Uteri di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.

b. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan, mengaplikasikan Asuhan keperawatan maternitas dengan
Mioma Uteri
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti pengkajian Asuhan keperawatan maternitas
dengan Mioma Uteri

b. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai analisa data Asuhan keperawatan
maternitas dengan Mioma Uteri

c. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti diagnosa Asuhan keperawatan maternitas dengan
Mioma Uteri

d. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai intervensi Asuhan keperawatan


maternitas dengan Mioma Uteri

e. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti implementasi dan evaluasi Asuhan keperawatan
maternitas dengan Mioma Uteri

BAB II
KONSEP DASAR
a. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak, berasal dari otot uterus yang dalam kepustakaan
ginekologi terkenal dengan istilah-istilah fibroma uteri, atau uteria fibroid. (Prawirohardjo, 2006
)
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika.
htm, 2004).

b. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik
dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama
sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen
terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor
yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya
gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium
normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih
kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

c. Patofisiologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas mimetrium sekitarnya karena kapsulnya
berkontraksi warnanya akan keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin-menjalin dan
melingkar-lingkat didalam matrik jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas
lapisan kosentrik serta serabut normal yang mengelilingi tumor berorientasi sama antara tumor
dan miometrium normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang membentuk pseudokapsul,
tempat masuknya pembuluh darah ke dalam mioma.
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan
inti panjang dipisahkan menjadi berkas-berkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah
mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk ke predokapsul, berarti pertumbuhan
tumor tersebut selalu melampani suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi terutama pada
bagian tengah mioma. Mula-mula terjadi degenerasi nyalin mungkin menjadi degenerasi kistik.
Atau klasifikasi dapat terjadi kapanpun. Oleh ahli ginekologi pada obat ke-19 disebut “ batu
rahim “. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi, dengan diikuti ekstravasasi darah diseluruh
tumor yang memberikan gambaran, seperti daging sapi mentah, kurus dan 10% terjadi perubahan
tumor.

d. Pathways ( untuk patways kunjungi;


aljazuli99@.blogspot.com)

e. Manifestasi klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa
dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang
terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar :
 Terasa berat di abdomen bagian bawah.
 Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis.
 Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
 Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
3. Nyeri, dapat disebabkan oleh :
 Penekanan saraf.
 Torsi bertangkai.
 Submukosa mioma terlahir.
 Infeksi pada mioma.
4. Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu. Perdarahan
kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat
peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa.
5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas
bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
 Kehamilan dapat mengalami keguguran.
 Persalinan prematuritas.
 Gangguan proses persalinan.
 Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
 Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

f. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit
turun.
2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya Mioma
Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa
yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri
secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta
bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan
dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi
dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada
kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
(Http://kesmas-unsoed.blogspot.mioma-Uteri(diakses,9 maret 2015).

g. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Torsi tungkai mioma dari :
- Mioma uteri, subsemsa
- Mioma uteri subumatosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah tursi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan
 Pengaruh mioma terhadap kehamilan
 Infeksi
 Abortus
 Persalinan premature dan kelaianan letak
 Infeksia uteria
 Gangguan jalan persalinan
 Retensi plasenta
 Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai
h. Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan
penanganan secara operatif.
1. Penanganan koservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
- anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC
- Pemberian zat besi
- Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu
sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa yang
ditekankan pada periode postmenopause efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH .
- Ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan ,
mengurangi kehilangan darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan
transfuse darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan
osteoporosis pada waktu tersebut.
2. Penanganan operatif bila
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
- Pertumbuhan tumor ceppat
- Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
- Hipermenoria pada mioma submukosa
- Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi dilakukan dapat berupa :
a. Enukluasi mioma
b. Histektomi
c. Miotektomi

i. Pengkajian fokus
- Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi
- Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal
- Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB
- Pasien merasa haidnya tidak teratur
( Data objektif )
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan tumor rata serta adanya
pergerakan tumor
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanuat di dapat tumor menyatu dengan rahim
atau mengisi kavum douglas
- Inferti atau abortus

j. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan adanya penekan syaraf
b. Gangguan pola eliminasi, disuna berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan vesika
urinaria
c. Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan
rectum
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

k. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan pada organ dan syaraf
viseral
Tujuan = nyeri dapat mengalami berkuranf dengan
KH =
- Tnada-tanda vital ( TD : 120/80 )
- Nyeri berkurang ( 3-4 )
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri pasien ( skala )
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
2. Anjurkan nektruk relaksasi
Rasional : pasien bisa mandiri mengurangi nyeri
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri terhadap
kandung kemih.
Tujuan = Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi BAK lancar dengan
KH =
- Urine dapat kelur lancar
- Klien tidak mengeluh sakit
- Klien merasa nyaman
Intervensi
a. Kaji pola miksi dan monitor pengeluaran uurivas
Rasional : melihat perubahan pada eliminasi
b. Lakukan palpasi pada kandung kemih
Rasional : menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
c. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air
Rasional : mencegah retensi urine
3. Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan
rectum
Tujuan = Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi BAB lancar dengan KH konstipasi
menurun, feses lunak.
Intervensi
a. Menejemen defekasi
Rasional : membentuk dan mempertahankan pola eliminasi dengan defekasi teratur
b. Manajemen cairan
Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan
c. Manajemen elektrolit
Rasional : mengatur dan mencegah komplikasi akibat pembentukan kadar cairan elektrolit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelmahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawanan selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi aktivitas
dengan kriteria hasil
- Kebugaran fisik
- Energi psikomotor dan perawatn diri
Intervensi
1. Pantau tanda – tanda vital
Rasional : penurunan TTV menunjukkan kelemahan fisik
2. Bantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas
Rasional: mengurangi aktivitas yang tidak perlu
3. Bantu pasien untuk mengubah posisi
Rasional : mengurangi kekakuan otot
BAB III
TINJAUAN KASUS

a. Pengkajian
Tanggal pengkajian 14 februari 2015 jam 10.00 wib
A. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku/bangsa : Indonesia
Status perkawinan :Cerai
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Boja,Kendal
Tanggal masuk : 12 februari 2015
No.reg :-
Diagnosa keperawatan: Miom uteri

Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Wiraswasta
B. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien dating dari IGD dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,
sakit saat BAK, gejala itu ada sejak kurang lebih 3 hari yang lalu, kemudian keluarga membawa
ke RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
c. Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
sakit dengan pasien dan tidak mempunyai penyakit lain, seperti HT, DM.
d. Riwayat Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi merasa sakit, haid 7 hari siklus
haid 28 hari.
- Riwayat obstetric
Anak Kehamilan Persalinan Anak
N Tahu Umur Riwaya Jenis Penyaki Jenis BB PJ
o n kehamila t penolon t kelami
n g n
1 25 9 bln 5 Dukun Normal 3k 4c
hari desa g m

6. Riwayat keluarga berencana


Pasien mengatakan mengikuti KB spirait sejak 9 tahun yang lalu.
1. Pengkajian pola fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Sebelum : pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan dan menganggap kesehatan adalah hal
yng utama
- Selama : pasien mengatakan kesehatan adalah hal yang paling berharga
2. Pola Nutrisi dan metabolic
- Sebelum : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur dan lunak, serta
bminum air putih
- Selama : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pola nafsu makan dan selalu
menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit
3. Pola eliminasi
- Sebelum : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan
BAK 4-5 x sehari, kuning, bau khas
- Selama : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan
BAK merasa sakit saat mengeluarkan urin kemudian dipasang DC volume rata-rata 800 cc
perhari
4. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum : pasien mengatakan beraktifitas seperti bekerja dan lain-lain tanpa bantuan dengan
orang lain
- Selama : pasien mengatakan setelah dirawat dari RS semua kegiatan di bantu oleh keluarga
5. Pola persepsi dan kognitif
- Sebelum : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan peraba.
- Selama : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan peraba.
6. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum : pasien mengatakan tidur 8-9 jam perhari dengan nyenyak
- Selama : pasien mengatakan pasien tidur 6-7 jam perhari dan sering terbangun pada malam
hari
7. Pola persepsi diri dan kognitif
Body image : klien tidak malu dengan keadaannya yang sekarang
Identitas : klien sebagai tulang punggung
ran : klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan mengalami perubahan karena sakit yang dialami
eal diri : klien berharap agar cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti sedia kala
rga diri : klien tidak merasa rendah diri ataupun minder dengan keadaan sekarang
8. Pola hubungan social
- Sebelum : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan
- Selama : pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat dokter maupun keluarga
dan orang lain.
9. Pola seksual dan Reproduksi
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena sudah tahu bercerai dengan
suaminya.
10. Pola mekanisme koping
Pasien adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya dengan dirundingan bersama
anggota keluarga
11. Pola nilai dan kepercayaan ( Agama )
Klien menganut agama islam dan k lien selalu menjalankan ibadah sholat dan berdoa dirumah
tapi selama sakit klien hanya bisa berdoa saja.
C. Pemeriksaan fisik
Keadaan : compos mentis
TD : 110/70 mmhg
N : 88X/menit
RR : 20xmenit
S : 36 C
BB : 44 kg
TB : 156 cm
Lila : 24 cm
Kepala : Masosepal
Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik
Hidung : bersih, tidak terdapat sosius dan polip
Telinga : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat bantu,
tidak ada mastoiditis
Mulut : mukosa lembab, mulut bersih, gigi caries
Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan limfa
Dada
- Paru-paru :is : simetris
Pal : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
Per : sonor
Aus : vesikuler
- Jantung : IS : simetris
Pal : tidak ada nyeri tekan
Per : rekak
Aus : regular
- Abdomen : Is : simetris datar
Pal : perut odema, terdapat nyeri tekan
Aus : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )
Per : tympani
P : nyeri saat bergerak dan BAK
Q : seperti ditusuk jarum
R : dan perut bagian bawah sampai vagina
S : skala 6
T : Kurang lebih 10 cm
- Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC
- Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL pada tangan kanan
- Crt : < 3 detik
- Turgor : normal
- Kulit : bersih, tidak sianosis

5. Data Penunjang
1. Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah
2. Program terapi
- NaCL : 12 tpm
- WB
3. Laboratorium ( 12 februari 2015 )
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL SATUAN
Hb 3,7 11,5-16,0 g/dl
Leukosit 4,4 4,0-11 10^3/ul
Trombosit 383 150-440 10^3/ul
Hematokrit 13,4 35,0-49,0 %
Eritrosit 2,18 3,8-5,2 10^6/ul
Granula 69,9 50-70 %
Limfosit 29,7 20-40 %
Monosit 5,4 2-8 %
MCV 61,6 82-91 Fl
MCH 16,9 27-31 Pg
MCHC 27,6 32-56 g/dl
RDW 21,5 11,6-19,8 %
GOL B - -
GDS 100 70-140 g/dl
Hbs Ag - -

b. Analisa Data
NO DATA FOKUS PROBLRM ETIOLOGI TTD
1. Ds : Pasien merasa nyeri Nyeri Perjalanan penyakit (
saat bergerak dan saat mioma uteri )
BAK
P : Nyeri saat BAK dan
bergerak
Q : Sperti ditusuk jarum
R : Perut bawah sampai
vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do : TD : 110/70
mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36
Pasien lemas
Sering memegang
perutnya

DS : pasien mengatakan
2. sering kencing sedikit Resiko gangguan Gangguan sensori akibat
dan merasa sakit eliminasi urin penekanan uretra
DO :- pasien saat
berkemih merasa
kesakitan
-sering berkemih

DS : Pasien mengatakan
lemas
3. DO : TD : 110/70mmHg Intoleransi aktifitas Kelemahan fisik
RR : 20X/menit
N : 88x/menit
S : 36
-Pasiensering dibantu

c. Diagnosa Keperawatan
NO TGL DIAGNOSA TTD
1. 14 FEB 2015 Nyeri b/d perjalanan penyakit ( mioma uteri )
2. 14 feb 2015 Resiko gangguan eliminasi urin b/d gangguan sensoori akibat
penekanan uretra
3. 14 feb 2015 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

d. Intervensi Keperawatan
NO DP TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL TTD
1. DX Setelah dilakukan 1.Kaji karakteristik 1.Untuk memeriksa jenis
1 tindakan nyeri ( PQRST ) skala
keperawatan 3x24 2.Kaji faktor yang 2.Sebagai salah satu dasar
jam mempengaruhi askep
-Nyeri berkurang 3.Berikan posisi yang 3.Aktifitas sesuai
KH : nyaman kesenangan akan
-TD dalam batas 4.Ajarkan relaksasi mengurangi nyeri
normal ( 100/70- 5.kolaborasi 5.Untuk mengurangi nyeri
140/90 ) pemberian analgetik
-Skala nyeri ( 3-4 )
2. Dx Setelah dilakukan 1.Latih kandung 1.Meningkatkan fungsi
2 tindakan kemih kandung kemih
keperewatan 2.Managemen 2.Mempertahakan pola
selama 3x24jam eliminasi/urine eliminasi
kutimensia urine 3.Pantau eliminasi 3.Mengetahui masukan dan
dengan KH : urine keluaran
-Mempertahankan 4.Ajarkan pasien 4.Memenuhi kebtuhan ciran
pola berkemih untuk minum 200 ml dan melatih refleksi
-Eliminasi urine pada saat makan dan kandung kemih
tidak terganggu awal pulang

3. DX Setelah dilakukan 1.Pantau tanda-tanda 1.Penuruna TTV


3
tindakan vital menunjukkan kelemahan
keperawatan 2.Bantu pasien untuk fisik
selama 3x24 jam mengidentifikasi 2.Mengurangi aktifitas yang
diharapkan klien pilihan aktifitas tidak perlu
intoleransi aktifitas 3.Bantu pasien 3. Mengurangi kekakuan
dengan KH : melakukan posisi otot
-Kebugaran fisik 4.Anjurkan pasien dan 4.Periode istirahat secara
-Energi psikomotor keluarga untuk
koandraian beraturan
dan perwatan diri

e. Implementasi Keperawatan
NO TGL DP IMPLEMENTASI RASIONAL TTD
1. 14 feb I -Mengkaji DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah
2015 karakteristik nyeri perut bawah
P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti di tusuk jarum
R : Perut bawah -> vagina
S : Skala 6
T : krg lbh 10 m
DO : TD : 110/70mmHg
N : 88x/menit
S : 36
RR : 20x/menit
-Lemah

DS : Pasien mengatakan mau minum


DO : Pasien minum krg lbh 100 ml air putih

DS : Pasien mengatakan lemas


DO : TD : 110/70mmHg
2. II RR : 20x/menit
-Menganjurkan N : 88x/menit
minum 200 ml S : 36

DS : Pasien mengatakan bersedia


Do : Tranfusi darah 20 tpm

DS : Pasien mengatakan setuju


III DO : Pasien lebih nyaman
-Memantau Tidur terlentang dengan bantal
keadaan pasien
DS : -
DO : tTerpasang DC
-Urine krg lbh 300 ml
-Kuning
-Bau khas

DS : Pasien mengatakan lemas


-Memberikan DO : TD : 110/80mmHg
tranfusi darah N : 76x/menit
S : 36
RR : 21x/menit
DS :-
DO : Terpasang DC
-Urine krg lbh 400 ml
-Menganjurkan -Kuning
pasien mengubah -Bau khas
posisi
DS : Pasien mengatakan setuju dilakukan
relaksasi
DO : Berlatih relaksasi nafas dalam selama
merasakan sakit
DS : pasien menyatakan nyeri saat berkemih
-Memantau P : saat berkemih.
keluaran urine Q : ditusuk jarum.
15 feb R : perut sampai vagina.
2015 III S : skala 6.
T : kurang lebih 10 menit.
DO : pasien tampak kesakitan
S : pasien menyatakan nyeri saat bergerak
dan berkemih .
-Memantau P : nyeri saat gerak dan berkemih
keadaan pasien Q : seperti di tusuk jarum
II R : perut bawah
S : skala 6
T : kurang lebih 10M.
O : TD : 110/70 mmhg
RR : 20 xm
N : 88 xm
-Memantau S : 36
II keluaran urine A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,4

S : Pasien mengatakan lemas


O : TD : 110/80 mmhg
N : 88x/m
S : 36
I -Melatih relaksasi RR : 20x/m
-Tampak lemas
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4

S : Pasien mengatakan nyeri saat bergerak


dan berkemih
Mengkaji P: Saat berkemih dan bergerak
karakteristik nyeri Q : seperti di tusuk jarum
R : perut bawah
S : skala 6
T : krg lbh 10 m
O : TD : 110/80mmhg
RR : 21X/menit
N : 76x/menit
S : 36
A : Masalh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
S : Pasien mengatakan nyeri saat berkemih
O : -Vesika urinaria penuh
-Memberikan -Nyeri tekan
posisi yang A : Masalah belum teratasi
nyaman P : Lanjutkan intervensi 2,3,4
-Mengajarkan
teknik relaksasi S : Pasien mengatakan lemas
-Memantau O : TD : 110/80mmhg
keluaran urin RR : 21x/menit
-Menejemen N : 76xmenit
eliminasi urin S : 36
-Mengajarkan A : Masalah belum teratasi
posisi untuk P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
minum 200ml

-Memantau TTV
I -Membantu pasien
untuk mengubah
posisi
-Menganjurkan
pasien dan
keluarga untuk
perawatan diri

-Mengkaji
karakteristik nyeri
-Memberikan
posisi yang
nyaman
-Mengajarkan
II teknik relaksasi

III

-Memantau
keluaran urine
-Managemen
eliminasi urine
-Mengajarkan
pasien untuk
minum 200ml

-Memantau TTV
-Mengubah pasien
untuk mengubah
posisi
-Menganjurkan
pasien dan untuk
mandiri

BAB IV
PEMBAHSAN
1. 1. Pengkajian

Pada pembahasan laporan kasus ini dalam pengkajian penulis menggunakan metode
wawancara pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam memperoleh data
pasien. Melalui pemeriksaan diperoleh data yang valid dan sesuai kenyataan yang ada pada
pasien saat itu. Sedangkan wawancara bila tidak terarah dan tidak fokus membutuhkan waktu
yang lama dan bisa saja mengatakan yang tidak sebenarnya. Pengkajian pasien juga diperoleh
dengan melihat status perkembangan kesehatan di ruangan. Data yang diambil adalah
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.

1. 2. Diagnosa

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan uretra. Nyeri adalah pengalaman
sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International
Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang
dari enam bulan. Nyeri dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang
hanya hal tersebut yang merupakan tanda nyeri. Nyeri dapat juga menjadi etiologi yaitu faktor
yang berhubungan untuk diagnosis keperawatan yang lain.
2) Gangguan eliminasi berhubungan dengan penekanan tumor. Gangguan eliminasi adalah keadaan
individu yang mengalami gangguan eliminasi urin. Penyebab yang multipel, meliputi obstruksi
anatomis gangguan sensori atau motorik dan saluran kemih. Tingkat pemahaman tentang yang
disampaikan tentang keamanan penggunaan pengobatan, pengendalian eliminasi, eliminasi urine
kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa, menyimpan zat terlarut dan untuk
mengumpulkan serta membuang urine dengan pola yang sehat.
3) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit kanker serviks dan
pengobatannya. Cemas adalah ketakutan terhadap suatu penyakit karena belum mengetahui
sepenuhnya bagaimana keadaan dalam cemas, tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan
tentang topik yang spesifik. Kecemasan muncul seketika karena adanya ketakutan terhadap
penyakit yang diderita. Kurang pengetahuan ini boleh digunakan secara efektif sebagai etiologi
diagnosis keperawatan, hal ini yang memfokuskan perilaku yang mengidentifikasikan keraguan
pada diri sendiri, konflik dalam pengambilan keputusan, ansietas dan yang lain sebagainya.
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari
diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai
(Direja, 2011).
Menurut Stuart (2001, dalam Direja, 2011), tujuan khusus berfokus pada penyelesaian
etiologi dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu
dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya,
kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif
yang diperlukan
untukmenyelesaikan etiologi dari diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang
diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien
percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. R berdasarkan pada teori keperawatan jiwa,
dimana terdapat tujuan umumnya yaitu klien tidak melakukan tindakan kekerasan, dan terdapat
sembilan tujuan khusus yaitutujuan khusus pertama adalah bina hubungan saling percaya dengan
klien, rasionalnya adalah hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan
selanjutnya, tujuan khusus kedua yaitu mengidentifikasipenyebab perilaku kekerasan,
rasionalnya adalah klien beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dapat membantu
mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel atau kesal dapat diketahui, tujuan khusus
ketigaadalah mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, rasionalnya adalah untuk
mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel, tujuan khusus keempat adalah
mengidentififkasi jenis perilaku kekerasan, rasionalnyaadalah dapat membantu klien dalam
menemukan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.Intervensi keperawatan
selanjutnya pada tujuan khusus kelima adalah mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan,
rasioanalanya adalah membantu klien untuk menilai perilaku kekerasan yang dilakukanya, tujuan
khusus keenam adalah mengidentifikasi cara yang dilakukan ketika perilaku kekerasan muncul,
rasionalnya adalah agar klien dapat mempelajari cara yang lain konstruktif, tujuan khusus
ketujuh adalah ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, rasionalnya adalah memberikan
simulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat, tujuan khusus
kedelapan adalah ajarkan pada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,
rasionalnya adalah agar keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan, tujuan
kesembilan adalah anjurkan pada klien menggunakan obat dengan benar, rasionalnya adalah
klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien (Damaiyanti,
2012).
Dalam rencana keperawatan yang penulis susun pada masalah keperawatan Tn. R,
penulis sesuaikandengan teori diatas.

BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari telaah pustaka yang penulis lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan: Mioma uteri
adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga
dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid. Mioma uteri termasuk
neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan dua tempat yaitu serviks
uteri dan korpus uteri.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi mioma uteri adalah suatu
tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul, membuat
rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan. Pada Ny. R dapat ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan eliminasi dan cemas
karena kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah dilakukan tindakan maka hasil
evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi sebagian sehingga intervensi tetap dilanjutkan.

b. Saran
Memberikan asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang dicapai dapat
terwujud sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap pasien agar menjaga kesehatan mereka
supaya tidak ada orang yang sakit serupa seperti mioma uteri. Memberikan motivasi pendidikan
kesehatan tentang mioma uteri, bagaimana mioma uteri itu bisa tumbuh di serviks untuk kita
semua, memberikan semaksimal mungkin untuk kesehatan bagi kita sendiri maupun orang lain
atau pasien.
Bagi pasien yang mengalami kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk memeriksa
keadaan tubuhnya. Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui tentang apapun untuk
menanyakan ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan pelayanan di Rumah Sakit hendaknya
ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan agar pasien yang dirawat memperoleh kepuasan dan
cepat sembuh. Bagi pelayanan kesehatan akan merasa puas bila melihat pasien yang dirawat
sembuh total dan merasakan kebahagiaan itu muncul bila melihat orang yang kesakitan menjadi
sembuh total, kekeluargaan akan muncul sewaktu pasien dirawat dan kami merawatnya.
Kedepannya kami akan memajukan untuk pelayanan kesehatan seperti mengutamakan
pasien dan tidak membeda-bedakan antara pasien dengan pasien yang lain.

Você também pode gostar