Você está na página 1de 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA “Ny.F” DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA


DIRUANG MAWAR RSU MATARAM
TGL 24 FEBRUARI 2004

Disusun Oleh :

MUSHAWWIR CHOLILY
PO7120102025

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
2004
LEMBAR PENGESAHAN.

Laporan kegiatan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing akademik
dan pembimbing praktek pada :

 Hari :
 Tanggal :

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akadenik

SUNARTI. AMKp SUGIJATI. SKp. Ns


NIP: NIP:

MUHAMAD ARIP. SKp


NIP:
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Sesuai dengan tujuan jangka panjang pembangunan nasional yang digariskan
dalam GBHN terutama dibidang kesehatan adalah mempertinggi derajat
kesehatan guana meningkatkan kualitas taraf hidup, kecerdasan serta
kesejahteraan rakyat yang penerapannya melalui tujuan pembanguanan kesehatan
nasional yaitu tercapainya kemampuan hidupsehat bagi semua penduduk agar
dapat mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum.
Sebagaimana kita ketahui, penyakit asma brochiale karena gangguan
pernapasan yang disababkan oleh alergi dan bersifat bawaan. Selaras dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan tuntutan kebutuhan hidup.
Jumlah penderita asma brochiale. Yang dirawat di RSUD Mataram tiap tahun
mengalami peningkatan. Pada tahun 1997 jumlah penderita yang dirawat 44
orang, dengan perincian pria 23 orang (52,27%), dan wanita 21 orang (47,73%),
sedangkan tahun 1998 jumlah penderita 43 orang dengan perincian pria 21 orang
(48,84%), wanita 22 orang (51,16%) dan pada tahun 1999 jumlah penderita 68
orang dengan perincian pria 41 orang (69,29%) dan wanita 27 orang (39,71%).
Berdasarkan data diatas, jumlah penderita asma yang dirawat di RSUD
mataram setiap tahun menglami peningkatan. Jumlah penderita yang pria lebih
banyak daripada jumlah pendeita yang wanita, hal ini berhubungan dengan
kebiasaan merokok pada orang laki-laki yang berarti resiko kontak dengan zat
alergen lebih besar pada pria dari wanita.
Bertolak dari data diatas, penulis merasa tertatik untuk mengangkat penyakit
asma bronchiale sebagai suatu study kasus dalam bentuk asuhan keperawatan
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN Ny “F” DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASMA DIRUANG 259 BANGSAL MAWAR LANTAI II RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MATARAM”.

B. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum:
Penuli mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis asma melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus:
2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian.
2.2 Penulis mampu memberikan diagnosa keperawatan
2.3 Penulis mampu menyusun rencana keperawatan
2.4 Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan
2.5 Penulis mampu melakukan evaluasi terhadapa tindakan yang telah
diberikan
2.6 Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan. Pada klien dengan asma bronchiale.
C. Metodologi Penulisan
Dalam menyusun study kasus ini penulis menggunakan metode :
1. Diskripsi melalui pendekatan kasus
2. teknik pengumpulan data.
2.1 Wawancara.
Teknik ini digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data-data yang
meliputi :
Identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kesehatan
lingkungan dan data biopsikososial spiritual.
2.2 Observasi.
Teknik ini dibagi dalam 2 macam, yaitu observasi langsung dan observasi
tak langsung. Observasi tak langsung digunakan untuk mengamati
keadaan fisik klien, sedangkan observasi langsung dilakukan dengan cara
pemeriksaan langsung terhadap klien dengan palpasi dan pemeriksaan
fisik klien seperti mengukur nadi, tensi, pernapasan dan lain sebagainya.
2.3 Dokumentasi.
Teknik ini dilakukan dengan memperhatikan catatan medik klien.
2.4 Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan memperhatikan bacaan mengenai gambaran
penyakit, pengobatan, konsep teori tentang asuhan keperawatan dan
sebagainya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ASMA
I. Konsep dasar penyakit
A. Pengertian.
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus.
Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespons
terhadap mediator –mediator peradangan atau iritan alergi. Factor resiko adalah
riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecendrungan genetic
mengalami bronkospasme.
Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak.
Tercetusnya asam pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin parahnya
alergi yangsudah ada. Infeksi saluran nafas atas yang berulang-ulang juga dapat
mencetuskan asma pada orang dewasa demikian juga pajanan debu dan iritan
dilingkunagan kerja.

Reaksi Peradangan Pada Asma


Patofisiologi asma tanpaknya melibatkan suatu hiperresponsitas reaksi peradangan.
Pada respon alergi disaluran napas, antibody IgE berikatan denganalergen dan
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamine
dilepaskan, histamine menyebabkan kontriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga
merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka
juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang interstitium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitive
berlebihan terhadap suatu alergen atau sel-sel mastnya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Dimanapun letak hipersensitifits respon peradangan tersebut hasil
akhir adalah bronkusspasme, pembentukan mucus, edema dan obstruksi aliran
darah. Pakah kejadian pencetus dari suatu serangan. Olah raga juga dapat berlaku
sebagai suatu iritan karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah
besar dan cepat. Uadara ini belum mendapat pelembaban (humidifikasi),
penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adequate
sehiingga dapat mencetuskan serangan asma.

Rangsangan Psikologis untuk Asma


Rangsangan psikologis dapat mencetuskan suatu serangan asma. Karena
rangsangan parasimpatis menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus, maka
apapun yang meningkatkan aktifitas parasimpatis dapat mencetuskan asma. System
para simpatis diaktifkan oleh emosi rasa cemas dan kadang-kadang rasa takut.
Dengan demikian individu yang rentan mengalami asama mungkin mendapat
serangan akibat gangguan emosinya. Sebaliknya persarapan simpatis pada otot
polos bronkiolus menyebabkan dilatasi bronkus. Biasnya rangsangan simpatis
berkaitan dengan keadaan “faight or flaight”, saat dimana peningkatan ventilasi
merupakan suatu komponenoenting untuk menyelematkan diri.

B. Gambaran Klinis
 Dispnoe berat
 Retraksi dada
 Napas cuping hidung
 Peningkatan jelas usaha bernapas
 Wheezing
 Pernapasan ynag dangkal
 Selama serangan asma, uadara terperangkap karena spasme dan mucus
memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan
udara menjadi lebih lama.

C. Perangkat Diagnostik.
 Analisis gas darah mungkinmemperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen arteri, dan mula-mula alkalosis respiratorik karena karbodioksida
dikeluarkan bersama pernapasan yang cepat. Pabila keadaan menetap atau
memburuk, maka dapat terjadi asidosis respiratorik akibat status
asmatikus, seperti dijelaskan dibawah.
 Volume ekspirasi maksimum dan kecepatan maksimum ekspirasi menurun
 Diantara serangan asma, individu biasanya asimtomatik. Namun sebagian
perubahan samara pada uji fungsi paru dapat dideteksi pada keadaan tanpa
serangan.

D. Komplikasi
 Stastus asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan
mengancam nyawa yang dapat dipulih kan oleh pengobatan. Pada keadaan
ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan
meningkat,maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Karean individu
yang mengalami serangan asma tidak memenuhi kebutuhan oksigen
normalnya,maka jelas ia semakin tidak sanggup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus dan dan mucus
yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat
besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan,
maka dapat terjadi asidosis respiratorik, kegagalan pernapasan dan
kematian.
E. Penatalaksanaan.
 Pencegahan terhadap pemajnan alergen
 Pencegahanjuga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama
sewaktu srangan puncak serangan asma, misalnya musim dingin. Apabila
diamati adanya penurunan bermakna volume ekspirasi maksimum atau
kecepatanaliran ekspirasi, msks intervensi farmakologis dapat segera
dimulai tanpa menunggu serangan timbul.
 Kemajuan penting dalam pencegahan dan pengobatan serranngan asma
adalah pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permulaan serangan, atau
sebagu terapi pencegahan. Steroid inhalasi menghentikan rangsangan
proses peradangan. Obat-obat inhalsi yang menstabikan sel-sel mast
sekarang digunakan untuk mencegah serangan asma. Pada kenyataannya
asma disefenisikan sebagai suatu penyakit peradangan. Efek dari obat-obat
yang diinhalasi ini tanpaknya terbatas disistem pernapasan, sehingga obat-
obat tersebut aman dan efektif untuk asma.
 Intervensi perilaku yang ditujukan untuk menenagkan pasien agar
rangasangan parasimpatis kejalan napas berkurang. Membantu
menghentikan pasien yang menangis memungkinkan udara keluar masuk
paru melambat dan dapt dihangatkan sehingga rangsanganterhadap jalan
napas berkurang.
 Intervensi farmakologis selama serangan akut mencakup inhalasi obat-
obat simpatis β2. obat-obat ini terbukti melemaskan jalan napas dan
meningkatkan ventilasi.
 Golongan metal-xantin juga menghilangkan spasme
 Obat-obat antikolinergik dapat diberikan untuk mengurangi efek
parasimpatis sehingga melemaskan otot polos bronkiolus
 Antihistamin diberikan untuk mengurangi peradangan.

II. Kosep dasar asuhan keperawatan


A. Pengkajian data dasar
1. riwayat atau adanya factor-faktor penunjang :
- Merokok produl tembakau (fakto-faktor penyebab utama)
- Tinggal atau bekerja diarea dengan polusio udaara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat asma pada masa anak-anak
2. riwayat adanya factor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi, seperti
allergen (seruk, debu, kulit, serbuk sari, jamur), stress emosional, aktifitas
fisik berlebihan, plusi uadara, infeksi saluran napas, kegagalan program
pengobatan yang dianjurkan
3. pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian system pernapasan yang meliputi:
a. Manifestasi klasik dari PPOM:
- Peningkatan dispnoe (paling sering ditemukan)
-Penggunaan otot asesori pernapasan (retraksi otot-otot abdominal,
menagkat bahu saat inspirasi, napas cuping hidung)
- Penurunan bunyi napas.
- Takipnea
- Ortopnea
b. Gejala-gejala menetap pada proses-proses penyakit dasar:
Asma
- Batuk (mungkin produktif atau mungkin nonproduktif), dan
perasaan dada seperti terikat
- Mengi saat inspirasi dan ekspirasi, yang sering terdengar tanpa
stetoskop.
- Pernapasan cuping hidung
- Ketakutan dan diaforesis.

4. Pemerikasaan diagnostic.
- Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 darah dan PaCO2 tinggi
- Sinar X dada menunjukkan hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan
bendungan pada area paru-paru.
- Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan peningkatan kapasitas paru
total (KPT) dan volume cadangan (VC), penurunan kapasitas vital
(PV) dan volume ekspirasi kuat (VEK).
- JDL menunjukkan peningkatan hemoglobin, hematokrit dan jumlah
darah merah (JDM)
- Kultur sputum posistif bila ada infeksi.
- Esei imunoglobin menunjuikan adanya peningkatan IgE serum
(immunoglobulin E) jika asma merupakan salah satu komponen dari
penyakit tersebut.
5. kaji persepsi diri sendiri tentang mengalami penyakit kronis
6. kaji berat badan dan rata-rata masukan cairan dan diet harian

B. diagnosa keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungna dengan factor PPOM (penyakit paru
obstruktif menahun) ditandai dengan dispnea, penggunaan otot asesori
pernapasan, ronchi kasar, hipoksemia, hiperkopnia, warna kulit sianosis,
atau keabu-abuan, mengeluh ortopnea, mengi, dan penurunan bunyi.
2. intoleran aktifitas berhubungan dengan factor kerusakan pertukran gas
ditandai dengan napas pendek, lemah, kelelahan dengan aktifitas fisik
minimal, untuk AKS dan takipnea, dengan aktifitas fisik minimal.
3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan masukan makanan sekunder terhadap distress pernapasan
ditandai dengan penurunan berat badan, masukan makanan dan cairan
menurun, mengemukakan tidak ada nafsu makan, kulit kering turgor kurang
baik, warna urine pekat, ketika makan frekuensi napas meningkat, secra
menyatakan adanya peningkatan napas pendek pada waktu makan.
4. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer sekunder terhadap PPOM ditandai dengan adanya gejala-gejala
distress pernapsan yang disertai dengan batuk prosuktif, melaporkan riwayat
sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas.
5. ansietas berhubungan dengantakut kesulitan bernapas selama fase
eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobtan yang akan dilaksanakan
dan pemeriksaan diagnostik ditandai dengan menyatakan perasaan takut
kesulitan bernapas, ekspresi wajah tegang ,frekuensi napas diatas 24x/menit
disertai dengantakikardi dan sesak napas, secara mengungkapkan takut
sendirian.
6. gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan ditandai dengan
mengungkapkan harga diri yang rendah, rasa tidak berharga, mudah
tersinggung, depresi dan mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
7. resiko tinggi ketidak patuhan berhubungan dengankurang
pengetahuantentang kondisi dan cara perawatan mandiri dirumah, depresi
ditandai dengan menyatakan tidak mengerti, meminta informasi,
menggunakan alat-alat pernapasan tidak tepat, melaporkan sering kambuh,
mengungkapkan harapan yang tidak realistis.

C. Intervensi keperawatan
Dx : 1
Tujuan : GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi napas 12-
24 kali permenit, bunyi napas bersih, tidak ada batuk, tidak ada
ketidaknyamanan dada, frekuensi nadi 60-100 kali permenit, dan menyangkal
dispnea.
Intervensi keperawatan.
1. Pantau:
- Status pernapasan tiap 4 jam.
- Hasil GDA
- Nilai nadi oksimetri
- Kadar teofilin serum
- Laporan sinar X dada
- Hasil tes fungsi sputum dan pulmonal.
Rasional Untuk mengidentifikasi adnya kemajuan atau penyimpangn dari
sasaran ynag diharapkan. Karena kerusakan permanen yang telah terjadi
pada sebagian paru akibat PPOM, untuk mengharapkan niali normal GDA
adalah takrealistik. Kebanyakan pasien PPOM telah mengkompensasi GDA
dengan PHnormal dan peningkatan nilai PaCO 2 dan HCO2. Ini sering kali
menunjukkan 50-50 karean nilai PaCO2 dan PaO2 serupa.
2. berikan obat-obatn yng diresepkan, yang meliputi kombinasi dari
bronkodilator, steroid dan antibiotik evaluasi keefektifannya. Jadwalkan
obat-obatan untuk mempertahankan konsistensi kadar dalam darah.
Rasional broncodilator dapat membuka bronkus; steroid menurunkan
inflamasi bronchial; dan antibiotik menghilangkan infeksi. Efek terapeutik
yang diinginkan dari obat ini adalah resolusi dari manifestasi distress
pernpasan. Mempertahankan kadar konsisten dalam darah dari obat yng
diresepkan palingbaik untuk menjamin efektifitas terapeutik
maksimum.kadar teofilin serum menetukan efek terapeutik agen dasar
teofilin.
3. tinjau kemabli resep obat-obatan untuk menghindari interaksi merugikan
obat dengan obat. Rujuk referensi farmakologis dan farmasis bila
dibutuhkan
rasional : kombinasi farmakoterapi meningkatkan resiko interaksi
merugikan obat-dengan obat. Interaksi yang merugikan dapat juga
berppotensi mempengaruhi atau menghambat kerja satu agen.
4. konsultasi kepada dokter jika gejal-gejala tersebut menetap atau memburuk.
Siapkan pasien untuk dipindahkan ke UPI dan untuk pemasangan ventilasi
mekanis, jika terjadi gagal napas (kemunduran status mental, hipoksemia
berat dan hiperkapnia).
Rasional : Gagal pernapsan akut merupakan komplikasi utama yang
menyeretai PPOM. Ventilasi mekanis sangat diperlukan untuk membantu
pernapasan sampai dengnpasiendapat bernapas sendiri.
5. berikan oksigen yang dilembabkan pada kecepatan aliranyang dianjurkan,
biasanya 2 liter/ menit
rasional : pelembaban membantu mengeluarkan sputum yang menempel
dibrongkus dan mencegah kekeringan pada membrane mukosa. Untuk asien
dengan PPOM, kendali hipoksia merupakan rangsang untuk peranapsan.
PaO2 antara 50-70 mmHg diperlukan untuk merangsang pernapasan. Terlalu
banyak oksigen dapat menghentikan rangsang dan menyebabkan henti
napas. Frekuensi alir oksigen permenit disesuaikan dengan PaO2 dan PaCO2.
6. pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong oleh bantal
atau duduk condong kedepan dengan ditahan oleh meja yang ditempatkan
diatas tempat tidur.
Rasional : posisi tegak dengan legan abduksi disokong, akan
memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik, dengan mengurangi teaknan
pada diafragma.melalui tekanan gravitasi.
7. dorong pasien untuk meningkatkan masukan cairan sekurang-kurangnya 3
L/hari
rasional : untuk membentu pelepasan sekresi bronchial dan koreksi
dehidrasi
8. dorng pasien untuk malakukan napas dengan spirometer insentif tiap 2-4
jam. Beri atau Bantu terapis pernapsan dalam melakukan fisioterapi
dadayang diprogramkan, drainase postural, dan tindakan aerosol sesuai
dengan yang dibutuhkan. Apabilla pasien tidak mampu untuk batuk dan
mengeluarkan sekret secar efektif lakukan penghisapan nasotrakeal.
Rasional : untuk mengeluarkan skresi paru-paru dan menjamin kepatenan
jalan napas.
9. hindari penggunaan depresan saraf pusat berlebihan (narkotik dan sedative)
rasional : obat-obatan tersebut dapat meningkatkan fungsi system
pernapasan
10. anjurkan untuk berhenti merokok
rasional : nikotin yang terdapar dalam tembakau dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan knstriksi bronkus. Disamping itu asap rokok merupakan
allergen yang dapar menekan fungsi silia meningkatkan batuk dan dapat
menyebabkan menurunnya persen SaO2.
11. usahakan suhu ruangan sejuk/nyaman
rasional : udara yang sejuk memungkinkan bernaps lebih mudah.

Dx 2:
Tujuan : menurunnya keluhantentang napas pendek dan lemah dalam
melaksanakan aktifitas.
Intervensi keperawatan:
1. Pantau
- Nadi dan frekuensi napas sebelum dan saesudah beraktifitas
- Hasil gas darah arteri
Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
2. lakukan penghematan energi dalam melakukan prosedur-prosedur sebagai
berikut:
- Berikan bantuan dalam melaksanakan AKS sesuai dengan yang
diperlukan. Sediakan interval waktu diantara kegiatan untuk
memungkinkan istirahat diantara kegiatan. Tingkatkan aktifitas secara
bertahap sejalandengan peningkatan hasill gas darah arteri dan dapat
diantisipasinya tanda dan gejala dari penekanan pernapasan
- Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang
mudah dikunyah.
Rasional : istirahat memungkinkan untuk memungumpulkan kembali
energi. Makanan dalam porsi besar dan susah dikunyah memerlukan lebih
banyak energi.

Dx 3:
Tujuan : pasien tidak mengalami berate badan lebih lanjut, masukan mkanan
dan cairan meningkat, membrane mukosa lembab, kulit tidak kering.
Intervensi keperawatan :
1. Pantau :
- Masukan dan keluaran tiap 8 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
- Timbnag berat badan tiap minggu.
Rasional : untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan
dari tujuan yang diharapkan.
2. ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau
selama makan.
- Berikan perawatan mulut sebelum dansesudah makan
- Bersihkan atas meja sebelum makanan dihidangkan
- Jangan mengguankan pengharum atau deodorant ruangan yang terlalu
menyengat.
- Lakuka fisioterapi dada dan nebuleiser selambat-lambatnay 1 jam
sebelum makan
- Berikan tempat yang tepat untuk membuang tisu yang mungkkin berisi
secret/ yang berasal dari batuk atau dari hidung.
Rasional : bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan
selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. Obat-obatan
saluran pernapasan yang diberikan segera setelah makan dapat
mencetuskan mual dan muntah.
3. rujuk paien keahli diet, untuk membantu merencanakan makanan yang akan
dikonsumsi, jika setiap porsi makanan yangdirencanakan selalu kurang dari
30%
rasional : ahli diet merupakan specialist ysng dapat membantu pasien dalam
merencanakan makanan dengan nutrisi sesuai dengan usianya, sakitnya dan
poembentukan tubuh.
4. berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan lakukan tindakan
perawatan dan pencegahan. Dorong pasien untuk minum minimal 3 liter
cairan perhari, jika pasien tidak mendapat infus.
Rasional : untuk mengatsi amsalah dehidrasi karena pasien sering
mengurangi masukan cairan karena sesak napas.

Dx 4:
Tujuan : suhu tubuh 37 oC, SDP anatar 5000-10.000/mm3, batuk produktif tidak
ada.
Intervensi keperawatan :
1. Pantau :
- Suhu tiap 4 jam
- Hasil kultur sputum
- Hasil pemeriksaan HDL khususnya pemeriksaan SDP
- Warna konsistensi sputum
Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai
dan penyimpangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
2. berikan antibiotic sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Rasional : infekai merupakan factor pencetus distress pernapasan yang
paling sering, oleh karean itu sering kali antibiotic diberikan sebagai
pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi.
3. hindarkan menempatkan pasien dengan infeksi saluran pernapsan atas dalam
satu ruangan yang sama dengan pasien PPOM. Laksanakan kewaspadaan
umum seperti cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Rasional : Cuci tangan dadalah tindakan yang paling penting dilakukan
oleh petugas kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.
4. ambil sputum untuk pemeriksaan kultur, sesuai dengan pesanan, khususnya
jika pasien mengeluarkan sputum warna putih kekunig-kuningan, kehijuan
atau abu-abu berbau busuk.
Rasional : pemeriksaan kultur sputum dapat membantu menegakkkan
infeksi saluran napas bagian atas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya
sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat.

Dx 5 :
Tujuan : menyangkal rasa sulit bernapas, ekspresi wajah rileks, frekuensi napas
antara 12-24 kali/menit, frekuensi nadi antara 60-100 kali / menit.
Intervensi keperawatan
1. selama priode pernapasan disstres akut :
- Buka baju yang terlalu tebal dan selimut.
- Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung saat itu.
- Mulai pemberian oksigen melalui kanula nasal sebanyak 2 liter / menit
- Demonstrasikan cara untuk mengontrol pernapsan dan dorong pasien
untuk melakukannya.
- Izinkan seseorang untuk menemani pasien
- Buka pintu dan tirai
- Pertahankan suhu ruangan yang sejuk.
- Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang dan abduksi.
Rasional : tindakan independent tersebut membantu pasien untuk
mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
jumlah udara yang masuk paru-paru.
2. hindarkan pemberian informasi dan instruksi yang bertele-tele dan terus
menerus ketika pasien mengalmi distress pernapsan. Berikan penjelasan
sederhana dan singkat mengenai :
a. Tujuan intervensi yang diprogramkan.
b. Pemeriksaan dignostik yang meliputi
- Tujuan pemeriksaan
- Gambar singkat pemeriksaan
- Persiapan sebelum pemeriksaan
- Perawatan setelah pemeriksaan
Lakukan pendekatan pada pasien dengan tenag dan meyakinkan
Rasional : pasien hanya dapat menerima sedikit informasi ketika gelisah
dan terlalu banyak informsi yang dapat meningkatkan ansietasnya.
Pemeriksaan yang asing dapat sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman
dan sering kali mencetuskan ansietas, dengan memberitahu apa yang
diharapkan maka akan dapat membantu menurunkan ansieteas.
3. gunakan obat sedative sesuai dengan yang diresepkanatau tranquilezer
secara hati-hati.
Rasional : banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk
mengontrol ansietasnya, walaupun obat tersebut dapat menimbulakan
kegagalan pernapasan karean dapat menekan pusat pernapasan.

Dx 6 :
Tujuan : berpartisipasi dalam merawat dirinya sendiri, menyatakancara-cara
untuk mempertahankan gaya hidup yang memuaskan dalam kondisinya
sekarang.
Intervensi keperawatan :
1. lihat kehilangan halaman
2. anjurkan pasien untuk berpartisipasidalam program rehabilitasi paru
dimasyarakat bila ada.
Rasional : bantuan yang terusmenerus sangat penting intik beradaptasi.
Dx 7 :
Tujuan : menyatakan mengerti tentang kondisinya dan perawatan mandiri di
rumah, melaporkan jarang kambuh.
Intervensi keperawatan
1. evaluasi kondisi kliendan keluarganya. Berikan inforkasi tenatng keadaan
klien sesuai dengan tingkat pendidikannya. Koreksi jika ada salah
pengertian
rasional : kepatuahn pasien untuk mengikuti rencana pengobatan akan
meningkat jika pasien mengerti hubungan antara kondisinya dan pengobatan
yang dilaksanakan.
2. jika pasien bias menggunakan inhaler dirumah, evaluas caara psien
menggunakan alat tersebut. Jika diresespkan untuk menggunakan inhaler
dirumah, ajarkan bagaimana menggunakannya dengan benar dan beriakn
kesempatan untuk mendemonstrasikannya kembali.
Instruksi tersebut meliputi :
- cara mengocok inhaler
- menariknapas kemudian mengeluarkannya secara keseluruhan
- tahan pada fase ekspirasi lalu masukkan alat tersebut kemulut dan tutup
bibir secaara rapat diseputar alat tersebut.tekan kanister untuk
mengeluarkan uap dan tarik dan tarik napas dalam begitu uap keluar.
- Tahan uap beberapa waktu dan kemudian ekspirasi.
Tekankan bahwa UAP HARUS DIHIRUP, BUKAN DITELAN.
Rasional : sebaian besaaaar inhaler berisi bronkodilator dan digunakan
menurut jadwal atau jika perlu saja. Menggunakan inhaler secara benar
adalah penting agar pasien mendapat efek yang diharapkan dari pengobatan
tersebut.

3. berikan instruksi sebelum pulang tentang:


a. Pengobatan terhadap kekambuhan:
- Hindari merokok danpemajanan pada asap dalam jangka waktu
lama
- Hindarkan penggunaan hair spray dan parfum
- Kurangi stress emosional
- Tutup mulut dan hidung dengan sapu tangan selama terpajan
dilingkungan yang dingin.
- Hindari olah raga diluar rumah dalam cuaca dingin.
- Makan diet seimbang tinggi kalori
- Makan porsi kecil tapi sering, jika sesak napas masih ada saat
istirahat.
- Hindarkan teralalu lelah, sediakan waktu stirahat lebih sering
selama kegiatan sepanjang hari. Hematlah energi dengancaara
mengeluarkan napas (ekspirasi) saat mendorong, menarik atau
ketikamelakukan akatifitas fisik untuk memindahkan objek.
- Kurangi kontak dengan individu yang terkena yang terkena infeksi
saluran napas.
- Dapatkan vaksin flu jika perlu.
- Pertahankan kebersihan alat-alat pernapasan dirumah setelah
digunakan.
- Hindarkan menghirup zat kimia yang bersifat toksik seperti :
bensin, cat dan lem.
- Hindarkan pemajnan terhadap allergen yang diketahui dapat
menimbulkan kambuh.
- Minum sekurang-kurangnya 8 gelas perhari
- Minum obat yang diresepkan
b. Teknik control pernapasan. Dorong pasien untuk latihan pernapasan
sesuai teknik yang diajarkan selama 2-4 kali sehari dengan cara
bernapas 6-8 kali setiap kali latihan.
- pernapsan diafragma-duduk tegak lurus, letakkan tangan kanan
diatas abdomen tepat dibawah prosesus xipoideus dan tangan kiri
diatas dada lalu tarik napas dan kelurakan pelan-pelan selama tarik
napas, tangan kanan akan bergerak keatas, sementara tangan kiri
tetap pada posisi semula.
- Pernpasan pursed-lips-tarik napas melaui hidung ; keluarkan
melaui mulut dengan biibir agak merapat.
c. Gejala kambuh dan intervensinya yaitu:
- cari pertolongan medis jika gejala-gejala memburuk (dispnea
meningkat, batuk bertambah berat dari biasanya, demam
menggigil, kelelahan meningkat dan sputum yang beruabah warna
dan berabu) atau jika obat-obatan gagal mengontrol gejala-gejala.
Rasional : penyuluhan untuk pulang penting untuk menjaminkepatuhan
pasien. Belajar cara mengontrol gejala dari penyakit kronis memberikan rasa
berpengharapan dan membantu pasien meningkatkan rasa control terhadap
hidup dari pada membiarkan penyakitnya mengontro dirinya.
4. dorong pasien atau keluarganya membuat pernyataan tertulis tentang
perawatan lanjutan dan instruksi tertulis untuk perawatan mandiri dirumah.
Rasional : instruksi verbal lebih mudah dilupakan
5. berikan informasi tenatng pengobatan yang harus dijalankan dirumah seperti
nama, tujuan, dosis, jadwal pengobatandan efek samping yang dapat
dilaporkan.
Rasional : pasien yang mengeti tenatng pengobatannya biasanya lebih
patuh mengikuti program pengobatan.
6. hubungi pelayanan social untuk mengatur penempatan alat-alat pernapasan
yang dianjurkan untuk digunakan dirumah (oksigen potebel, nebuleiser)
atau kunjungan rumah oleh fisioterapi untuk terapi pernapsan jika
dianjurkan.
Rasional : pelayanan social berperan dalam hubungan untuk mengatur
kelangsungan perawatan bagi pasien yang pindah dari rumah sakit kerumah
atau kefasilitas pelayanan kesehatan yang lain.
7. pastikan keefektifan penggunaan mekaniisme koping jika pasien atau
keluarganya mengekspresikan kesulitan yang berkelanjutandalam
menghaadapi keterbatasan-keterbatasan yang mengganggu akibat penyakit
kronis, rujuk kepelayanan yang ada dimasyarakat atau kepelayanan-
pelayanan yang terkait.
Rasional : pengalaman perasaan kehilangan dan berkabung tiap individu
dan kelaurganya dalam menghadapi penyakit kronik mempenagruhi
persepsi terhadap kehilangan saat ini. System pendukung continue sangat
penting untuk membantu agar proses penyesuaian individu menjadi lebih
efektif, terhadap perubahan gaya hidup akibat penyakit kronis. Individu
mungkin tidak mengetahui sumber-sumber yang tersedia untuk mereka.

III. FISIOLOGI PERNAPASAN


Tujuan utama dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel-
sel tubuh dan mengeluarkan karbondiaksida. Agar respirasi dapat
berlangsung diperlukan saluran pernapasan, yang mempunyai fungsi yaitu :
a. menyaring
terjadi karena adanya sel goblet pada epitel pernapasan, menyaring
partikel-partikel lain.
b. Eksresi
Silia yang diketemukan sepajang saluran pernapasan akan mendorong
mucus dan benda-benda asing menuju faring yang kemudian akan
dikeluarkan dengan batuk atau bersin.
c. mengatur suhu
menghangatkan dan melembabkan dimungkinkan oleh adanyasuplai
darah yang kaya pada lapisan submukosa saluran pernapasan.
Selama pernapasan terjadi tiga proses yaitu :
a. Ventilasi
Yang meliputi pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-
cabang trackeabronchiale sehingga oksigen sampai ke alveoli dan CO2
dibuang. Udara yang bergerak keluar masuk paru-paru dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Pada saat inspirasi
tekanan atmosfer lebih tinggi dari pada tekanan yang ada di alveoli
sehingga udara masuk kedalam paru-paru. Sedangkan pada saat
ekspirasi mengalami sebaliknya. Perpedaan tekanan antara alveoli
dengan atmosfer juga dipengaruhi oleh ukuran rongga thorak, dengan
membesarnya ukuran rongga thorak tekanan menurun dan udara
mengalir keparu-paru. Sedangkan ekspirasi terjadi karena biasanya
merupakan proses pasif yang terjadi akibat kemampuan kembalinya
paru-paru ( recoil ) yang elastis kedalam keadaan yang semula.
b. Perpusi
Adalah istilah yang digunakan untuk aliran darah pada kapiler-kapiler
paru. Kekuatan utama distribusi perfusi dalam paru adalah gaya
gravitasi. Sistem tekanan rendah seperti sistem pembuluh darah
paruadalah obyek tekanan hidrostatik yang dibuat oleh gravitasi. Pada
posisis duduk tegak dasar paru yang terganggu mengembangkan
vaskuler sehingga volume pulmonal sangat rendah.
c. Dipusi
Adalah pergerakan gas O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolar
kapiler yang alirannya dimulai dari daerah yang besar dengan
konsentrasi ke daerah yang kecil konsentrasinya. Dipusi terjadi karena
tekanan O2 alveolar ( PO2 ) 100 mmHg, sedangkan PO2 darah vena 40
mmHg. Dipusi CO2 terjadi karena PCO2 darah vena 46 mmHg
sedangkan PCO2 alveolus 40 mmHg.
Fungsi paru-paru adalah tempat berlangsungnya pertukaran gas O2 dan
CO2, dimana dalam pertukaran gas ini mdibedakan menjadi 2 cara :
a. pernapasan eksternal
disini udara masuk melaui hidung kemudian disaring dean dihangatkan
oleh bulu-bulu hidung. Dapat juga udaraitu masuk melaui mulut
kemudian ke trakea dan pipa bronchiale ke vestibulum terus ke alveoli
dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalan kapiler pulmonalis.
Hanya satu saja yang memisahkan membr4an dari darah dengan oksigen
yaitu membran alveoli kapiler. O2 menembus kapiler dan di ikat dengan
hemoglobin dan dibawa ke jantung dan kemudian dipompa keseluruh
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan O2 100 mmHg dan
pada tingkat ini darah mengandung 95% O2.
Didalam paru CO2 merupakan salah satu hasil metabolisme , menembus
membran alveoli kapiler darah ke alveoli melaui pipa bonchiale dan
trakea dihembuskan keluar melaui hidung dan mulut.
b. pernapasan interrna
Darah yang jenuh O2 mengitari seluruh tubuh, ahirnya mencapai kapiler
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil O2 dari
Hb untuk memungkinkan berlangsungnya oksigenisasi dan darah
menerima sisa hasil O2 yaitu CO2.
Agar dalam proses oksigenisasi berjalan dengan baik maka harus ada
yang mengatur yaitu pusat pernapasan, yang terdsiri dari neuron reseptor
yang terletak didalam pons dan medula oblongata. Pusat pernapasan
merupakam bagian dari sitem syaraf yang mengatur semua aspek
pernapasan. Faktor utama dari pengaturan pernapasan adalah renpon
dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernapasan terhadap tekanan pusat
parsial CO2 atau penurunan PH merangsang untuk terjadinya
pernapasan.
Masih adalagi yang mengatur mekanisme udara masuk ke paru-paru. Padsa
waktu paru-paru mengembang maka reseptor-reseptor ini akan memberi
signalpada pusat pernapasan agar menghentikan pengembangan lebih lanjut.
Signal dari reseptor regang tersebut akan berhenti pada ahir ekspirasi, ketika
paru-paru dalam keadaan mengempisdan pusat pernapasan bebas untuk
memulai inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan `Hearning-Breur`. Saraf
utama lain juga ikut mengambil bagian adalah nervus sensorius dan ndrvus
interkostalis.
BAB III
I. PENGKAJIAN KEPARAWATAN
Tanggal masuk : 24-02-2004
Jam masuk : 23.15
Ruangan atau kelas : mawar / III
Kamar No : -
Rumah sakit : RSUD Mataram
No. Register : -
A. DATA BIOGRAFI
1. Klien
a. Nama : Ny “F”
b. Umur : 61 th
c. Tempat/tanggal lahir :-
d. Jenis kelamin :P
e. Status perkawinan : Nikah
f. Agama : Islam
g. Bangsal yang digunakan : Mawar
h. Pendidikan : SD
i. Pekerjaan : IRT
j. Alamat : jl towati IV/2, perumnas tanjung karang,
Ampenan, Mataram.
2. Penanggung jawab.
a. Nama : Tn “A”
b. Tempat/tanggal lahir : Anak
c. Jenis kelamin :L
d. Status perkawinan : Nikah
e. Agama : Islam
f. Bangsa/suku bahasa yang digunakan : Sasak / sasak
g. Pendidikan :-
h. Pekerjaan : PNS
i. Alamat : jl towati IV/2, perumnas tanjung karang,
Ampenan, Mataram.

B. RIWAYAT KESEHATAN.
1. Keluhan
a. keluhan utama
Batuk, sesak dan sulit keluar dahak serta sulit tidur
b. keluhan saat dikaji
Batuk, sesak dan sulit keluar dahak serta sulit tidur
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RSU Mataram dengan keluhan batuk dan sesak sejak 3
hari yang lalu. Sesaknya akan bertambah bila terkenaudara yang dingin.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien mengatakan sering menderita penyakit yang sama ( asma ) dengan kata
lain klien sering masuk rumah sakit jika penyakit asmanya kambuh / kumat
lagi.
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Genogram keluarga

+ + +
+

Keterangan gambar :
: perempuan : laki-laki

: garis perkawinan
: klien : tinggal serumah

: garis keturunan : meninggal

Klien mengatakan tidak ada dari anggota keluarganya yang mengidap


penyakit yang sama atau penyakit yang berhubungan dengan saluran
pernapasan atau keluarganya tidak pernah ada yang menderita penyakit yang
berat yang dapat membuat masuk rumah sakit. Jika sakit hanya membeli obat
yang terjual bebas atau pergi berobat ke puskesmas.

C. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOS-SPRITUAL
1. Kebutuhan Oksigen
Sebelum sakit klien mengatakan dapat bernapas dengan baik tampa
menggunakan alat bantu pernapasan
Saat sakit klien mengatakan sulit bernapas atau sesak pada saat bernapas,
nyeri dada saat bernapas.
2. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi 1 piring
nasi dan lauk apa adanya / yang tersedia. Dan minum 6-7 gelas perhari.
Saat sakit klien mengatakan napsu makannya sangat berkurang. Makanan
yang di sajikan Rumah Sakit cuma habis ¼ porsi ukuran rumah sakit dan juga
makan makanan pendamping seperti roti tawar itupun tak habis 1 buah.
Sedangkan minumnya 3-4 kali sehari.
3. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit klien mengatakan biasa BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi
padat, warna kecoklatan, dan bau khas tinja. Dan BAK 3-4 kali sehari dengan
konsistensi cair, warna kekuningan dan bau khas urine.
Saat sakit klien mengatakan BABnya tidak teratur kadang 1 kali sehari atau 1
kali dalam dua hari, dengan konsistensi padat, warna kecoklatan, dan bau khas
tinja. Dan BAK 2-3 kali sehari dengan konsistensi cair, warna kekuningan dan
bau khas urine.
4. Kebutuhan istirahat tidur
Sebelum sakit klien mengatakan tidur dengan nyenyak tampa ada gangguan.
Klien biasa tidur 7-8 jam sehari, malamnya mulai pukul 21.00-04.30 dan
siangnya mulai pukul 13.00-16.00.
Saat sakit klien mengatakan kesulitan dalam tidur karerna serangan sesak
napas dan batuk yang dideritanya. Klien mengatakan tidurnya 3-4 jam sehari
mulai pukul 23.00-03.00 dan siangnya tidur 1 jam sehari mulai pukul 14.00-
15.00 atau tidak tidur sama sekali pada saat siangnya.
5. Kebutuhan aktivitas
Sebelum sakit klien mengtakan dapat melakukan aktivitasnya tampa ada
bantuan dari orang lain.
Saat sakit klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai mana mestinya, bila
beraktivitas sesaknya akan bertambah parah, semua aktivitasnya dibantu oleh
keluarga.
6. kebutuhan personal hygiene
Saat sebelum sakit klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan
mengunakan sabun, mengosok gigi 2 kali sehari dengan menggunakan odol
keramas 2-3 kali seminggu dan memotong kuku 1 kali seminggu atau bila
dirasa sudah panjang.
Saat sakit klien mengatakan ia selalu dilap basah oleh keluarganya, tidak
pernah gosok gigi, cuci rambut, ataupun potong kuku selama dirumah sakit
7. kebutuhan Psiko-Sos
Sebelum sakit klien mengatakan dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
keluarga atau tetangganya dengan baik.
Saat sakit klien mengatakan keluarganya dan tetangganya mendorong untuk
dapat segera sembuh.
8. Kebutuhan spritual
Sebelumdan sesaat sakit klien mengatakan tetap melakukan ibadah ( sholat 5
waktu ) walaupun saat sakit ibadahnya hanya dilakukan ditempat tidur.
D. PEMERIKSAAAN FISIK
a. KU
Pasien tampak cemas, lemah, sesak napas, tampak menggunakan otot
pernapasan aksesoris dan pernapasan lewat mulut.
b. VITAL SIGN
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88 X/ menit
RR : 40 X/menit
Suhu : 36,5 C
c. HEAD TO TOES
 Kepala : bentuk normocepalo, kulit kepala kering, tidak berketombe,
tidak terdapat benjolan atau kelainan apa-apa, rambut sebagian berubah,
tekstur lembut, terdapat uban.
 Muka : bentuk oval, tampak penonjolan os zigometikus, otot pipi tipis,
kulit pucat dan lembab, teraba dingin.
 Mata : Kedua mata anisokor, konjungtiva pucat, sklera mata pucat
kekuningan, refleks pupil baik,, tidak ada kekeruhan lensa, tidak ada tumor.
 Hidung : simettris mukosa kering, tidak ada lendir, tampak pernapasan
cuping hidung dan terpasang selang O2.
 Mulut : mukosa kering, gigi masih lengkap, waran gigi putih
kekuningan (kotor).
 Telingan : simetris, serumen tidak ada, pendengaran baik.
 Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar gondok (tiroid), tidak
tampak pembendungan vena jugolaris.
 Dada : bentuk simetris, tampak adanya tarikan dinding dada saat
bernapas, terdengar wheezing dan stridor
 Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, turgor baik, tidak
ada kembung dan acites.
 Ekstermitas atas : kulit agak keriput, kuku agak panjang, terpasang
selang infus ditangan kanan, kekuatan bagus.
 Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, kuku panjang, kulit agak
keriput, refleks patella bagus

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan normal
Hb : 13,4 g % 12-16 g%
Lekosit : 20.800 /mm3 4000-11000
Eritrosit : 5,01 juta mm3 4-5,5
LED 1jam : 1,0 m3 0-15
Hematokrit 50,6 mm3 36-48
Trombosit : 302000 / mm3 150.000-400.000
SGOT : 11 U/L 5-20
SGPT : 9 U/L 5-20
Kretinin : 0, 8 mg % 0,3-1,8
Blood urea : 37 mg % 20-40
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : keluhan sesak Alergen Gangguan
Sukar mengeluarkan pertukaran gas
dahak
DO : Wheezing dan stridor
Penggunaan otot bantu
pernapasan
Tampak pernapasan
cuping hidung
RR : 40 X/ menit
2 DS : klien mengatakan tidak Intake makanan yang Gangguan
ada napsu makan kurang kebutuhan nutrisi
DO : makanan habis ¼ porsi kurang dari
dari ukuran RS kebutuhan
Mukosa kering
3 DS : klien mengatakan sulit Sesak napas Gangguan istirahat
tidur / sukar tidur tidur
DO : tampak lemah
Skelera pucat
Konjungngtiva pucat
4 DS : klien mengatakan tidak Keterbatasan aktivitas Defisit perawatan
pernah mengosok gigi, diri
cuci rambut ataupun
memotong kuku
DO : gigi, rambut kuku
tampak agak kotor
RUMUSAN KEPERAWATN
DX I : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alergen ditandai
dengan klien mengeluh sesak, stridor, whezing, menggunakan otot
bantu pernapasan, tampak pernapasan cuping hidung.
DX II : gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake
makanan yang kurangdintandai dengan klien mengatakan tidak ada
napsu makan, makanan habis ¼ porsi dari ukuran rumah sakit.
DX III: gangguan istirahat tidur b/d sesak napas ditandai dengan klien
mengatakan sulit tidur, skelera pucat, konjungtiva pucat dan
tampak lemah.
DX IV : defisit perawatan diri b/d keterbatasan aktivitas ditandai dengan
rambut, gigi, kuku kotor
III. RENCANA KEPERAWATAN
TGL/ Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
jam kriteria
1. gangguan Setelah a. Anjurkan klien untuk a. Agar dahak lebih
pertukaran gas dilakuakan minim air hangat 8- encer dan mudah
berhubungan tinadakan 10 gelas sehari. dikeluarkan
dengan alergen keperawatan b. Kolaborasi terapi O2 b. Peningkatan O2
ditandai selama 1x24 bersama dokter. dapat
dengan klien jam, menurunkan
mengeluh diharapkan c. Ajarkan batuk efektif retensi CO2
sesak, stridor, gangguan c. Dengan batuk
whezing, pertukaran gas Dapat
menggunakan dapat teratasi. mempercepat
otot bantu Dengan pengeluaran
pernapasan, kriteria: d. Atur posisi klien sputum
tampak - k dengan d. Memungkinkan
pernapasan lien dapat fowler/semifowler ekspansi paru
cuping hidung. meningkatk e. Berikan secara maksimal
an jalan bronchodilator sesuai e. Bronchodilator
napas. order. dapat merelaksasi
- D otot-otot
ahak pernapasan.
berkurang

2. gangguan Setelah a. Anjurkan klien a. Makan yang


kebutuhan dilakukan makan sedikit demi banyak dapat
nutrisi kurang tindakan sedikit mengakibatkan
dari kebutuhan keperawatan kesulitan
b/d intake selama 1x20 bernapas dan
makanan yang mnt diharapkan merasa kenyang.
kurang ditandai masalah b. Anjurkan klien untuk b. Makanan yang
dengan klien teratasi dengan menghindari mengandung gas
mengatakan kriteria : makanan yang dapat
tidak ada napsu - p mengandung gas menimbulkan
makan, asien perut kembung.
makanan habis makan c. Sarankan klien untuk c. Intake kalori
¼ porsi dari lebih mengkonsumsi cairan dapat menambah
ukuran rumah banyak dari tinggi kalori konsentrasi dalam
sakit. biasanya volume kecil
- m d. Tingkatkan d. Batuk dan
akanan perawatan mulut produksi sputum
yang sebelum dan sesudah dapat mengurangi
disediakan makan nafsu makan.
rumah sakit
habis
3. gangguan setelah a. Tingkatkan teknik a. Lingkungan dapat
istirahat tidur dilakukan relaksasi lingkungan mengganggu
b/d sesak napas tindakan relaksasi dan
ditandai keperawatan tidur.
dengan klien selama 1x24 b. Jauhi dari rangsangan b. Peningkatan
mengatakan jam seperti munum kopi metabolisme
sulit tidur, diharapkan dapat
skelera pucat, masalah mengganggu
konjungtiva teratasi relasasi
pucat dan dengan c. Ciptakan lingkungan c. Lingkungan yang
tampak lemah. kriteria : yang aman dan aman dan nyaman
- p nyaman. dapat
asien menenangkan
mengataka pikiran sehingga
n tidurnya klien dapat
lebih beristirahat
banyak. dengan tenang
- T
ampak
lebih segar
- S
klera dan
konjungti-
va tidak
terlalu
pucat.
4. defisit Setelah a. Berikan penjelasan a. Agar mengerti
perawatan diri dilakukan arti pentingnya pentingnyua
b/d tindakan perawatan diri. perawatan diri.
keterbatasan keperawatan b. Ajarkan cara b. Agar bisa
aktivitas selama 1x30 perawatan yang baik melakukan
ditandai menit dan benar. perawatan dengan
dengan rambut, diharapakan c. Lakukan tindakan baik dan benar.
gigi, kuku masalah perawatan personal c. Agar gigi, kuku
kotor teratasi dengan hygiene (gigi, kuku, dan rambut
kriteria rambut, rambut) bersih.
gigi, kuku, d. Anjurkan pada d. Agar kebersihan
bersih keluarga dan pasien pasien tetap
untuk tetap menjaga terjaga.
personal hygiene
pasien.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgal/ No. Implementasi Respon hasil Ttd
jam DX
1 a. Menganjurkan klien untuk a. Klien menghabiskan 8
minim air hangat 8-10 gelas gelas perhari, dahak
sehari. encer
b. Mengkolaborasikan terapi o2 b. Sesak berkurang.
bersama dokter. c. Terlihat adanya sputum
c. Mengajarkan batuk efektif yang keluar
d. Mengatur posisi klien d. Pasien dapat bernapas
dengan fowler/semifowler dengan lebih baik
e. Memberikan bronchodilator e. Terlihat pasien
sesuai order. bernapas dengan
tenang

2 a. Menganjurkan klien makan a. Pasien menghabiskan


sedikit demi sedikit porsi yang didapatnya
b. Menganjurkan klien untuk dari rumah sakit.
menghindari makanan yang b. Klien menjauhi
mengandung gas pantangan makanan
c. Menyarankan klien untuk yang dianjurkan.
mengkonsumsi cairan tinggi c. Klien minum air gula
kalori 3 kali sehari.
d. Meningkatkan perawatan d. Pasien berkumur
mulut sebelum dan sesudah sebelum makan dan
makan menyikat gigi sesudah
makan

3 a. Meningkatkan teknik a. Klien dapat tidur lebih


relaksasi lingkungan cepat.
b. Menjauhi dari rangsangan b. Klien tidak minum
seperti munum kopi kopi atau bahan yang
c. Menciptakan lingkungan lain yang dapat
yang aman dan nyaman. menyulitkan tidur.
c. Klien tampak lebih
tenang.

4 a. Memberikan penjelasan arti a. Klien mengerti akan


pentingnya perawatan diri. pentingnya perawatan
b. Mengajarkan cara perawatan diri
yang baik dan benar. b. Klien dapat
c. Melakukan tindakan melaksanakan cara
perawatan personal hygiene perawatan diri yang
(gigi, kuku, rambut) baik dan benar.
d. Menganjurkan pada keluarga c. Gigi, kuku, rambut
dan pasien untuk tetap bersih
menjaga personal hygiene d. Keluarga dan klien
pasien. merespon dengan baik
anjuran yang
dianjurkan.

V. EVALUASI
Tgl/ No. Catatan perkembangan Ttd
jam DX
1 S : klien mengatakan jalan napas terasa lebih baik
O : Dahak berkurang
A : masalah teratasi
P :-

2 S : klien mengatakan napsu makannya meningkat


O : makanan yang disedikan rumah sakit habis
A : masalah teratasi
P:-

3 S : klien mengatakan tidutnya lebih banyak dari hari-hari


yang biasanya
O : tampak lebih segar
Skelera dan konjungngtiva tidak terlihat terlalu pucat
A : masalah teratasi
P:-

4 S : klien mengatakan lebih segar


O : gigi kuku rambut tampak bersih
A : masalah teratasi
P:-
BAB IV
PENUTUP.
1. Kesimpulan.
a. Dalam penerapan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis ASMA penulis
menggunakan pendekatan yang baik pada klien dan keluarga serta petugas
kesehatan yang lain.
b. Metode yang dapat dipakai adalah :
- Pengkajian data subyektif dan obyektif dengan wawancara, inspeksi,
palpasi.
- Analisa data yang meliputi interpretasi data dan perencanaan,
pelaksanaan diperencanaan
c. Dalam melakukan pemecahan masalah penulis melakukan pendekatan dan
tindakan terhadap klien
d. Dari evaluasi didapatkan kesimpulan bahwa setelah dilakukan tindakan, klien
dapat mengatasi rasa nyeri dan terpenuhinya kebutuhan istirahat yang cukup.
2. Saran.
Setelah melakuakan praktek klinik keperawatan diaharapkan kepada :
a. Pendidikan agar memberi praktek/keterampilan yang maksimal kepada
peserta didik yang secara terus menerus dalam artian,tidak terpisah, tidak
terbatas senin, selasa, rabu sehingga dapat merawat klien dengan intensip dan
dapat mengetahui perkembangan klien atas tindakan yang dilakukan oleh
peserta didik
b. Pembimbing rumah sakit agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
lagi terhadap apa yang penulis belum ketahui disela kesibukan diruangan.

Você também pode gostar