Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
MUSHAWWIR CHOLILY
PO7120102025
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
2004
LEMBAR PENGESAHAN.
Laporan kegiatan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing akademik
dan pembimbing praktek pada :
Hari :
Tanggal :
A. Latar belakang.
Sesuai dengan tujuan jangka panjang pembangunan nasional yang digariskan
dalam GBHN terutama dibidang kesehatan adalah mempertinggi derajat
kesehatan guana meningkatkan kualitas taraf hidup, kecerdasan serta
kesejahteraan rakyat yang penerapannya melalui tujuan pembanguanan kesehatan
nasional yaitu tercapainya kemampuan hidupsehat bagi semua penduduk agar
dapat mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum.
Sebagaimana kita ketahui, penyakit asma brochiale karena gangguan
pernapasan yang disababkan oleh alergi dan bersifat bawaan. Selaras dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan tuntutan kebutuhan hidup.
Jumlah penderita asma brochiale. Yang dirawat di RSUD Mataram tiap tahun
mengalami peningkatan. Pada tahun 1997 jumlah penderita yang dirawat 44
orang, dengan perincian pria 23 orang (52,27%), dan wanita 21 orang (47,73%),
sedangkan tahun 1998 jumlah penderita 43 orang dengan perincian pria 21 orang
(48,84%), wanita 22 orang (51,16%) dan pada tahun 1999 jumlah penderita 68
orang dengan perincian pria 41 orang (69,29%) dan wanita 27 orang (39,71%).
Berdasarkan data diatas, jumlah penderita asma yang dirawat di RSUD
mataram setiap tahun menglami peningkatan. Jumlah penderita yang pria lebih
banyak daripada jumlah pendeita yang wanita, hal ini berhubungan dengan
kebiasaan merokok pada orang laki-laki yang berarti resiko kontak dengan zat
alergen lebih besar pada pria dari wanita.
Bertolak dari data diatas, penulis merasa tertatik untuk mengangkat penyakit
asma bronchiale sebagai suatu study kasus dalam bentuk asuhan keperawatan
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN Ny “F” DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASMA DIRUANG 259 BANGSAL MAWAR LANTAI II RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MATARAM”.
B. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum:
Penuli mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis asma melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus:
2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian.
2.2 Penulis mampu memberikan diagnosa keperawatan
2.3 Penulis mampu menyusun rencana keperawatan
2.4 Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan
2.5 Penulis mampu melakukan evaluasi terhadapa tindakan yang telah
diberikan
2.6 Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan. Pada klien dengan asma bronchiale.
C. Metodologi Penulisan
Dalam menyusun study kasus ini penulis menggunakan metode :
1. Diskripsi melalui pendekatan kasus
2. teknik pengumpulan data.
2.1 Wawancara.
Teknik ini digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data-data yang
meliputi :
Identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kesehatan
lingkungan dan data biopsikososial spiritual.
2.2 Observasi.
Teknik ini dibagi dalam 2 macam, yaitu observasi langsung dan observasi
tak langsung. Observasi tak langsung digunakan untuk mengamati
keadaan fisik klien, sedangkan observasi langsung dilakukan dengan cara
pemeriksaan langsung terhadap klien dengan palpasi dan pemeriksaan
fisik klien seperti mengukur nadi, tensi, pernapasan dan lain sebagainya.
2.3 Dokumentasi.
Teknik ini dilakukan dengan memperhatikan catatan medik klien.
2.4 Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan memperhatikan bacaan mengenai gambaran
penyakit, pengobatan, konsep teori tentang asuhan keperawatan dan
sebagainya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ASMA
I. Konsep dasar penyakit
A. Pengertian.
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus.
Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespons
terhadap mediator –mediator peradangan atau iritan alergi. Factor resiko adalah
riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecendrungan genetic
mengalami bronkospasme.
Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak.
Tercetusnya asam pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin parahnya
alergi yangsudah ada. Infeksi saluran nafas atas yang berulang-ulang juga dapat
mencetuskan asma pada orang dewasa demikian juga pajanan debu dan iritan
dilingkunagan kerja.
B. Gambaran Klinis
Dispnoe berat
Retraksi dada
Napas cuping hidung
Peningkatan jelas usaha bernapas
Wheezing
Pernapasan ynag dangkal
Selama serangan asma, uadara terperangkap karena spasme dan mucus
memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan
udara menjadi lebih lama.
C. Perangkat Diagnostik.
Analisis gas darah mungkinmemperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen arteri, dan mula-mula alkalosis respiratorik karena karbodioksida
dikeluarkan bersama pernapasan yang cepat. Pabila keadaan menetap atau
memburuk, maka dapat terjadi asidosis respiratorik akibat status
asmatikus, seperti dijelaskan dibawah.
Volume ekspirasi maksimum dan kecepatan maksimum ekspirasi menurun
Diantara serangan asma, individu biasanya asimtomatik. Namun sebagian
perubahan samara pada uji fungsi paru dapat dideteksi pada keadaan tanpa
serangan.
D. Komplikasi
Stastus asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan
mengancam nyawa yang dapat dipulih kan oleh pengobatan. Pada keadaan
ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan
meningkat,maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Karean individu
yang mengalami serangan asma tidak memenuhi kebutuhan oksigen
normalnya,maka jelas ia semakin tidak sanggup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus dan dan mucus
yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat
besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan,
maka dapat terjadi asidosis respiratorik, kegagalan pernapasan dan
kematian.
E. Penatalaksanaan.
Pencegahan terhadap pemajnan alergen
Pencegahanjuga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama
sewaktu srangan puncak serangan asma, misalnya musim dingin. Apabila
diamati adanya penurunan bermakna volume ekspirasi maksimum atau
kecepatanaliran ekspirasi, msks intervensi farmakologis dapat segera
dimulai tanpa menunggu serangan timbul.
Kemajuan penting dalam pencegahan dan pengobatan serranngan asma
adalah pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permulaan serangan, atau
sebagu terapi pencegahan. Steroid inhalasi menghentikan rangsangan
proses peradangan. Obat-obat inhalsi yang menstabikan sel-sel mast
sekarang digunakan untuk mencegah serangan asma. Pada kenyataannya
asma disefenisikan sebagai suatu penyakit peradangan. Efek dari obat-obat
yang diinhalasi ini tanpaknya terbatas disistem pernapasan, sehingga obat-
obat tersebut aman dan efektif untuk asma.
Intervensi perilaku yang ditujukan untuk menenagkan pasien agar
rangasangan parasimpatis kejalan napas berkurang. Membantu
menghentikan pasien yang menangis memungkinkan udara keluar masuk
paru melambat dan dapt dihangatkan sehingga rangsanganterhadap jalan
napas berkurang.
Intervensi farmakologis selama serangan akut mencakup inhalasi obat-
obat simpatis β2. obat-obat ini terbukti melemaskan jalan napas dan
meningkatkan ventilasi.
Golongan metal-xantin juga menghilangkan spasme
Obat-obat antikolinergik dapat diberikan untuk mengurangi efek
parasimpatis sehingga melemaskan otot polos bronkiolus
Antihistamin diberikan untuk mengurangi peradangan.
4. Pemerikasaan diagnostic.
- Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 darah dan PaCO2 tinggi
- Sinar X dada menunjukkan hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan
bendungan pada area paru-paru.
- Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan peningkatan kapasitas paru
total (KPT) dan volume cadangan (VC), penurunan kapasitas vital
(PV) dan volume ekspirasi kuat (VEK).
- JDL menunjukkan peningkatan hemoglobin, hematokrit dan jumlah
darah merah (JDM)
- Kultur sputum posistif bila ada infeksi.
- Esei imunoglobin menunjuikan adanya peningkatan IgE serum
(immunoglobulin E) jika asma merupakan salah satu komponen dari
penyakit tersebut.
5. kaji persepsi diri sendiri tentang mengalami penyakit kronis
6. kaji berat badan dan rata-rata masukan cairan dan diet harian
B. diagnosa keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungna dengan factor PPOM (penyakit paru
obstruktif menahun) ditandai dengan dispnea, penggunaan otot asesori
pernapasan, ronchi kasar, hipoksemia, hiperkopnia, warna kulit sianosis,
atau keabu-abuan, mengeluh ortopnea, mengi, dan penurunan bunyi.
2. intoleran aktifitas berhubungan dengan factor kerusakan pertukran gas
ditandai dengan napas pendek, lemah, kelelahan dengan aktifitas fisik
minimal, untuk AKS dan takipnea, dengan aktifitas fisik minimal.
3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan masukan makanan sekunder terhadap distress pernapasan
ditandai dengan penurunan berat badan, masukan makanan dan cairan
menurun, mengemukakan tidak ada nafsu makan, kulit kering turgor kurang
baik, warna urine pekat, ketika makan frekuensi napas meningkat, secra
menyatakan adanya peningkatan napas pendek pada waktu makan.
4. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer sekunder terhadap PPOM ditandai dengan adanya gejala-gejala
distress pernapsan yang disertai dengan batuk prosuktif, melaporkan riwayat
sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas.
5. ansietas berhubungan dengantakut kesulitan bernapas selama fase
eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobtan yang akan dilaksanakan
dan pemeriksaan diagnostik ditandai dengan menyatakan perasaan takut
kesulitan bernapas, ekspresi wajah tegang ,frekuensi napas diatas 24x/menit
disertai dengantakikardi dan sesak napas, secara mengungkapkan takut
sendirian.
6. gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan ditandai dengan
mengungkapkan harga diri yang rendah, rasa tidak berharga, mudah
tersinggung, depresi dan mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
7. resiko tinggi ketidak patuhan berhubungan dengankurang
pengetahuantentang kondisi dan cara perawatan mandiri dirumah, depresi
ditandai dengan menyatakan tidak mengerti, meminta informasi,
menggunakan alat-alat pernapasan tidak tepat, melaporkan sering kambuh,
mengungkapkan harapan yang tidak realistis.
C. Intervensi keperawatan
Dx : 1
Tujuan : GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi napas 12-
24 kali permenit, bunyi napas bersih, tidak ada batuk, tidak ada
ketidaknyamanan dada, frekuensi nadi 60-100 kali permenit, dan menyangkal
dispnea.
Intervensi keperawatan.
1. Pantau:
- Status pernapasan tiap 4 jam.
- Hasil GDA
- Nilai nadi oksimetri
- Kadar teofilin serum
- Laporan sinar X dada
- Hasil tes fungsi sputum dan pulmonal.
Rasional Untuk mengidentifikasi adnya kemajuan atau penyimpangn dari
sasaran ynag diharapkan. Karena kerusakan permanen yang telah terjadi
pada sebagian paru akibat PPOM, untuk mengharapkan niali normal GDA
adalah takrealistik. Kebanyakan pasien PPOM telah mengkompensasi GDA
dengan PHnormal dan peningkatan nilai PaCO 2 dan HCO2. Ini sering kali
menunjukkan 50-50 karean nilai PaCO2 dan PaO2 serupa.
2. berikan obat-obatn yng diresepkan, yang meliputi kombinasi dari
bronkodilator, steroid dan antibiotik evaluasi keefektifannya. Jadwalkan
obat-obatan untuk mempertahankan konsistensi kadar dalam darah.
Rasional broncodilator dapat membuka bronkus; steroid menurunkan
inflamasi bronchial; dan antibiotik menghilangkan infeksi. Efek terapeutik
yang diinginkan dari obat ini adalah resolusi dari manifestasi distress
pernpasan. Mempertahankan kadar konsisten dalam darah dari obat yng
diresepkan palingbaik untuk menjamin efektifitas terapeutik
maksimum.kadar teofilin serum menetukan efek terapeutik agen dasar
teofilin.
3. tinjau kemabli resep obat-obatan untuk menghindari interaksi merugikan
obat dengan obat. Rujuk referensi farmakologis dan farmasis bila
dibutuhkan
rasional : kombinasi farmakoterapi meningkatkan resiko interaksi
merugikan obat-dengan obat. Interaksi yang merugikan dapat juga
berppotensi mempengaruhi atau menghambat kerja satu agen.
4. konsultasi kepada dokter jika gejal-gejala tersebut menetap atau memburuk.
Siapkan pasien untuk dipindahkan ke UPI dan untuk pemasangan ventilasi
mekanis, jika terjadi gagal napas (kemunduran status mental, hipoksemia
berat dan hiperkapnia).
Rasional : Gagal pernapsan akut merupakan komplikasi utama yang
menyeretai PPOM. Ventilasi mekanis sangat diperlukan untuk membantu
pernapasan sampai dengnpasiendapat bernapas sendiri.
5. berikan oksigen yang dilembabkan pada kecepatan aliranyang dianjurkan,
biasanya 2 liter/ menit
rasional : pelembaban membantu mengeluarkan sputum yang menempel
dibrongkus dan mencegah kekeringan pada membrane mukosa. Untuk asien
dengan PPOM, kendali hipoksia merupakan rangsang untuk peranapsan.
PaO2 antara 50-70 mmHg diperlukan untuk merangsang pernapasan. Terlalu
banyak oksigen dapat menghentikan rangsang dan menyebabkan henti
napas. Frekuensi alir oksigen permenit disesuaikan dengan PaO2 dan PaCO2.
6. pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong oleh bantal
atau duduk condong kedepan dengan ditahan oleh meja yang ditempatkan
diatas tempat tidur.
Rasional : posisi tegak dengan legan abduksi disokong, akan
memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik, dengan mengurangi teaknan
pada diafragma.melalui tekanan gravitasi.
7. dorong pasien untuk meningkatkan masukan cairan sekurang-kurangnya 3
L/hari
rasional : untuk membentu pelepasan sekresi bronchial dan koreksi
dehidrasi
8. dorng pasien untuk malakukan napas dengan spirometer insentif tiap 2-4
jam. Beri atau Bantu terapis pernapsan dalam melakukan fisioterapi
dadayang diprogramkan, drainase postural, dan tindakan aerosol sesuai
dengan yang dibutuhkan. Apabilla pasien tidak mampu untuk batuk dan
mengeluarkan sekret secar efektif lakukan penghisapan nasotrakeal.
Rasional : untuk mengeluarkan skresi paru-paru dan menjamin kepatenan
jalan napas.
9. hindari penggunaan depresan saraf pusat berlebihan (narkotik dan sedative)
rasional : obat-obatan tersebut dapat meningkatkan fungsi system
pernapasan
10. anjurkan untuk berhenti merokok
rasional : nikotin yang terdapar dalam tembakau dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan knstriksi bronkus. Disamping itu asap rokok merupakan
allergen yang dapar menekan fungsi silia meningkatkan batuk dan dapat
menyebabkan menurunnya persen SaO2.
11. usahakan suhu ruangan sejuk/nyaman
rasional : udara yang sejuk memungkinkan bernaps lebih mudah.
Dx 2:
Tujuan : menurunnya keluhantentang napas pendek dan lemah dalam
melaksanakan aktifitas.
Intervensi keperawatan:
1. Pantau
- Nadi dan frekuensi napas sebelum dan saesudah beraktifitas
- Hasil gas darah arteri
Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
2. lakukan penghematan energi dalam melakukan prosedur-prosedur sebagai
berikut:
- Berikan bantuan dalam melaksanakan AKS sesuai dengan yang
diperlukan. Sediakan interval waktu diantara kegiatan untuk
memungkinkan istirahat diantara kegiatan. Tingkatkan aktifitas secara
bertahap sejalandengan peningkatan hasill gas darah arteri dan dapat
diantisipasinya tanda dan gejala dari penekanan pernapasan
- Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang
mudah dikunyah.
Rasional : istirahat memungkinkan untuk memungumpulkan kembali
energi. Makanan dalam porsi besar dan susah dikunyah memerlukan lebih
banyak energi.
Dx 3:
Tujuan : pasien tidak mengalami berate badan lebih lanjut, masukan mkanan
dan cairan meningkat, membrane mukosa lembab, kulit tidak kering.
Intervensi keperawatan :
1. Pantau :
- Masukan dan keluaran tiap 8 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
- Timbnag berat badan tiap minggu.
Rasional : untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan
dari tujuan yang diharapkan.
2. ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau
selama makan.
- Berikan perawatan mulut sebelum dansesudah makan
- Bersihkan atas meja sebelum makanan dihidangkan
- Jangan mengguankan pengharum atau deodorant ruangan yang terlalu
menyengat.
- Lakuka fisioterapi dada dan nebuleiser selambat-lambatnay 1 jam
sebelum makan
- Berikan tempat yang tepat untuk membuang tisu yang mungkkin berisi
secret/ yang berasal dari batuk atau dari hidung.
Rasional : bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan
selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. Obat-obatan
saluran pernapasan yang diberikan segera setelah makan dapat
mencetuskan mual dan muntah.
3. rujuk paien keahli diet, untuk membantu merencanakan makanan yang akan
dikonsumsi, jika setiap porsi makanan yangdirencanakan selalu kurang dari
30%
rasional : ahli diet merupakan specialist ysng dapat membantu pasien dalam
merencanakan makanan dengan nutrisi sesuai dengan usianya, sakitnya dan
poembentukan tubuh.
4. berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan lakukan tindakan
perawatan dan pencegahan. Dorong pasien untuk minum minimal 3 liter
cairan perhari, jika pasien tidak mendapat infus.
Rasional : untuk mengatsi amsalah dehidrasi karena pasien sering
mengurangi masukan cairan karena sesak napas.
Dx 4:
Tujuan : suhu tubuh 37 oC, SDP anatar 5000-10.000/mm3, batuk produktif tidak
ada.
Intervensi keperawatan :
1. Pantau :
- Suhu tiap 4 jam
- Hasil kultur sputum
- Hasil pemeriksaan HDL khususnya pemeriksaan SDP
- Warna konsistensi sputum
Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai
dan penyimpangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
2. berikan antibiotic sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Rasional : infekai merupakan factor pencetus distress pernapasan yang
paling sering, oleh karean itu sering kali antibiotic diberikan sebagai
pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi.
3. hindarkan menempatkan pasien dengan infeksi saluran pernapsan atas dalam
satu ruangan yang sama dengan pasien PPOM. Laksanakan kewaspadaan
umum seperti cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Rasional : Cuci tangan dadalah tindakan yang paling penting dilakukan
oleh petugas kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.
4. ambil sputum untuk pemeriksaan kultur, sesuai dengan pesanan, khususnya
jika pasien mengeluarkan sputum warna putih kekunig-kuningan, kehijuan
atau abu-abu berbau busuk.
Rasional : pemeriksaan kultur sputum dapat membantu menegakkkan
infeksi saluran napas bagian atas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya
sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat.
Dx 5 :
Tujuan : menyangkal rasa sulit bernapas, ekspresi wajah rileks, frekuensi napas
antara 12-24 kali/menit, frekuensi nadi antara 60-100 kali / menit.
Intervensi keperawatan
1. selama priode pernapasan disstres akut :
- Buka baju yang terlalu tebal dan selimut.
- Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung saat itu.
- Mulai pemberian oksigen melalui kanula nasal sebanyak 2 liter / menit
- Demonstrasikan cara untuk mengontrol pernapsan dan dorong pasien
untuk melakukannya.
- Izinkan seseorang untuk menemani pasien
- Buka pintu dan tirai
- Pertahankan suhu ruangan yang sejuk.
- Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang dan abduksi.
Rasional : tindakan independent tersebut membantu pasien untuk
mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
jumlah udara yang masuk paru-paru.
2. hindarkan pemberian informasi dan instruksi yang bertele-tele dan terus
menerus ketika pasien mengalmi distress pernapsan. Berikan penjelasan
sederhana dan singkat mengenai :
a. Tujuan intervensi yang diprogramkan.
b. Pemeriksaan dignostik yang meliputi
- Tujuan pemeriksaan
- Gambar singkat pemeriksaan
- Persiapan sebelum pemeriksaan
- Perawatan setelah pemeriksaan
Lakukan pendekatan pada pasien dengan tenag dan meyakinkan
Rasional : pasien hanya dapat menerima sedikit informasi ketika gelisah
dan terlalu banyak informsi yang dapat meningkatkan ansietasnya.
Pemeriksaan yang asing dapat sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman
dan sering kali mencetuskan ansietas, dengan memberitahu apa yang
diharapkan maka akan dapat membantu menurunkan ansieteas.
3. gunakan obat sedative sesuai dengan yang diresepkanatau tranquilezer
secara hati-hati.
Rasional : banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk
mengontrol ansietasnya, walaupun obat tersebut dapat menimbulakan
kegagalan pernapasan karean dapat menekan pusat pernapasan.
Dx 6 :
Tujuan : berpartisipasi dalam merawat dirinya sendiri, menyatakancara-cara
untuk mempertahankan gaya hidup yang memuaskan dalam kondisinya
sekarang.
Intervensi keperawatan :
1. lihat kehilangan halaman
2. anjurkan pasien untuk berpartisipasidalam program rehabilitasi paru
dimasyarakat bila ada.
Rasional : bantuan yang terusmenerus sangat penting intik beradaptasi.
Dx 7 :
Tujuan : menyatakan mengerti tentang kondisinya dan perawatan mandiri di
rumah, melaporkan jarang kambuh.
Intervensi keperawatan
1. evaluasi kondisi kliendan keluarganya. Berikan inforkasi tenatng keadaan
klien sesuai dengan tingkat pendidikannya. Koreksi jika ada salah
pengertian
rasional : kepatuahn pasien untuk mengikuti rencana pengobatan akan
meningkat jika pasien mengerti hubungan antara kondisinya dan pengobatan
yang dilaksanakan.
2. jika pasien bias menggunakan inhaler dirumah, evaluas caara psien
menggunakan alat tersebut. Jika diresespkan untuk menggunakan inhaler
dirumah, ajarkan bagaimana menggunakannya dengan benar dan beriakn
kesempatan untuk mendemonstrasikannya kembali.
Instruksi tersebut meliputi :
- cara mengocok inhaler
- menariknapas kemudian mengeluarkannya secara keseluruhan
- tahan pada fase ekspirasi lalu masukkan alat tersebut kemulut dan tutup
bibir secaara rapat diseputar alat tersebut.tekan kanister untuk
mengeluarkan uap dan tarik dan tarik napas dalam begitu uap keluar.
- Tahan uap beberapa waktu dan kemudian ekspirasi.
Tekankan bahwa UAP HARUS DIHIRUP, BUKAN DITELAN.
Rasional : sebaian besaaaar inhaler berisi bronkodilator dan digunakan
menurut jadwal atau jika perlu saja. Menggunakan inhaler secara benar
adalah penting agar pasien mendapat efek yang diharapkan dari pengobatan
tersebut.
B. RIWAYAT KESEHATAN.
1. Keluhan
a. keluhan utama
Batuk, sesak dan sulit keluar dahak serta sulit tidur
b. keluhan saat dikaji
Batuk, sesak dan sulit keluar dahak serta sulit tidur
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RSU Mataram dengan keluhan batuk dan sesak sejak 3
hari yang lalu. Sesaknya akan bertambah bila terkenaudara yang dingin.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien mengatakan sering menderita penyakit yang sama ( asma ) dengan kata
lain klien sering masuk rumah sakit jika penyakit asmanya kambuh / kumat
lagi.
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Genogram keluarga
+ + +
+
Keterangan gambar :
: perempuan : laki-laki
: garis perkawinan
: klien : tinggal serumah
C. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOS-SPRITUAL
1. Kebutuhan Oksigen
Sebelum sakit klien mengatakan dapat bernapas dengan baik tampa
menggunakan alat bantu pernapasan
Saat sakit klien mengatakan sulit bernapas atau sesak pada saat bernapas,
nyeri dada saat bernapas.
2. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi 1 piring
nasi dan lauk apa adanya / yang tersedia. Dan minum 6-7 gelas perhari.
Saat sakit klien mengatakan napsu makannya sangat berkurang. Makanan
yang di sajikan Rumah Sakit cuma habis ¼ porsi ukuran rumah sakit dan juga
makan makanan pendamping seperti roti tawar itupun tak habis 1 buah.
Sedangkan minumnya 3-4 kali sehari.
3. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit klien mengatakan biasa BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi
padat, warna kecoklatan, dan bau khas tinja. Dan BAK 3-4 kali sehari dengan
konsistensi cair, warna kekuningan dan bau khas urine.
Saat sakit klien mengatakan BABnya tidak teratur kadang 1 kali sehari atau 1
kali dalam dua hari, dengan konsistensi padat, warna kecoklatan, dan bau khas
tinja. Dan BAK 2-3 kali sehari dengan konsistensi cair, warna kekuningan dan
bau khas urine.
4. Kebutuhan istirahat tidur
Sebelum sakit klien mengatakan tidur dengan nyenyak tampa ada gangguan.
Klien biasa tidur 7-8 jam sehari, malamnya mulai pukul 21.00-04.30 dan
siangnya mulai pukul 13.00-16.00.
Saat sakit klien mengatakan kesulitan dalam tidur karerna serangan sesak
napas dan batuk yang dideritanya. Klien mengatakan tidurnya 3-4 jam sehari
mulai pukul 23.00-03.00 dan siangnya tidur 1 jam sehari mulai pukul 14.00-
15.00 atau tidak tidur sama sekali pada saat siangnya.
5. Kebutuhan aktivitas
Sebelum sakit klien mengtakan dapat melakukan aktivitasnya tampa ada
bantuan dari orang lain.
Saat sakit klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai mana mestinya, bila
beraktivitas sesaknya akan bertambah parah, semua aktivitasnya dibantu oleh
keluarga.
6. kebutuhan personal hygiene
Saat sebelum sakit klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan
mengunakan sabun, mengosok gigi 2 kali sehari dengan menggunakan odol
keramas 2-3 kali seminggu dan memotong kuku 1 kali seminggu atau bila
dirasa sudah panjang.
Saat sakit klien mengatakan ia selalu dilap basah oleh keluarganya, tidak
pernah gosok gigi, cuci rambut, ataupun potong kuku selama dirumah sakit
7. kebutuhan Psiko-Sos
Sebelum sakit klien mengatakan dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
keluarga atau tetangganya dengan baik.
Saat sakit klien mengatakan keluarganya dan tetangganya mendorong untuk
dapat segera sembuh.
8. Kebutuhan spritual
Sebelumdan sesaat sakit klien mengatakan tetap melakukan ibadah ( sholat 5
waktu ) walaupun saat sakit ibadahnya hanya dilakukan ditempat tidur.
D. PEMERIKSAAAN FISIK
a. KU
Pasien tampak cemas, lemah, sesak napas, tampak menggunakan otot
pernapasan aksesoris dan pernapasan lewat mulut.
b. VITAL SIGN
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88 X/ menit
RR : 40 X/menit
Suhu : 36,5 C
c. HEAD TO TOES
Kepala : bentuk normocepalo, kulit kepala kering, tidak berketombe,
tidak terdapat benjolan atau kelainan apa-apa, rambut sebagian berubah,
tekstur lembut, terdapat uban.
Muka : bentuk oval, tampak penonjolan os zigometikus, otot pipi tipis,
kulit pucat dan lembab, teraba dingin.
Mata : Kedua mata anisokor, konjungtiva pucat, sklera mata pucat
kekuningan, refleks pupil baik,, tidak ada kekeruhan lensa, tidak ada tumor.
Hidung : simettris mukosa kering, tidak ada lendir, tampak pernapasan
cuping hidung dan terpasang selang O2.
Mulut : mukosa kering, gigi masih lengkap, waran gigi putih
kekuningan (kotor).
Telingan : simetris, serumen tidak ada, pendengaran baik.
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar gondok (tiroid), tidak
tampak pembendungan vena jugolaris.
Dada : bentuk simetris, tampak adanya tarikan dinding dada saat
bernapas, terdengar wheezing dan stridor
Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, turgor baik, tidak
ada kembung dan acites.
Ekstermitas atas : kulit agak keriput, kuku agak panjang, terpasang
selang infus ditangan kanan, kekuatan bagus.
Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, kuku panjang, kulit agak
keriput, refleks patella bagus
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan normal
Hb : 13,4 g % 12-16 g%
Lekosit : 20.800 /mm3 4000-11000
Eritrosit : 5,01 juta mm3 4-5,5
LED 1jam : 1,0 m3 0-15
Hematokrit 50,6 mm3 36-48
Trombosit : 302000 / mm3 150.000-400.000
SGOT : 11 U/L 5-20
SGPT : 9 U/L 5-20
Kretinin : 0, 8 mg % 0,3-1,8
Blood urea : 37 mg % 20-40
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : keluhan sesak Alergen Gangguan
Sukar mengeluarkan pertukaran gas
dahak
DO : Wheezing dan stridor
Penggunaan otot bantu
pernapasan
Tampak pernapasan
cuping hidung
RR : 40 X/ menit
2 DS : klien mengatakan tidak Intake makanan yang Gangguan
ada napsu makan kurang kebutuhan nutrisi
DO : makanan habis ¼ porsi kurang dari
dari ukuran RS kebutuhan
Mukosa kering
3 DS : klien mengatakan sulit Sesak napas Gangguan istirahat
tidur / sukar tidur tidur
DO : tampak lemah
Skelera pucat
Konjungngtiva pucat
4 DS : klien mengatakan tidak Keterbatasan aktivitas Defisit perawatan
pernah mengosok gigi, diri
cuci rambut ataupun
memotong kuku
DO : gigi, rambut kuku
tampak agak kotor
RUMUSAN KEPERAWATN
DX I : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alergen ditandai
dengan klien mengeluh sesak, stridor, whezing, menggunakan otot
bantu pernapasan, tampak pernapasan cuping hidung.
DX II : gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake
makanan yang kurangdintandai dengan klien mengatakan tidak ada
napsu makan, makanan habis ¼ porsi dari ukuran rumah sakit.
DX III: gangguan istirahat tidur b/d sesak napas ditandai dengan klien
mengatakan sulit tidur, skelera pucat, konjungtiva pucat dan
tampak lemah.
DX IV : defisit perawatan diri b/d keterbatasan aktivitas ditandai dengan
rambut, gigi, kuku kotor
III. RENCANA KEPERAWATAN
TGL/ Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
jam kriteria
1. gangguan Setelah a. Anjurkan klien untuk a. Agar dahak lebih
pertukaran gas dilakuakan minim air hangat 8- encer dan mudah
berhubungan tinadakan 10 gelas sehari. dikeluarkan
dengan alergen keperawatan b. Kolaborasi terapi O2 b. Peningkatan O2
ditandai selama 1x24 bersama dokter. dapat
dengan klien jam, menurunkan
mengeluh diharapkan c. Ajarkan batuk efektif retensi CO2
sesak, stridor, gangguan c. Dengan batuk
whezing, pertukaran gas Dapat
menggunakan dapat teratasi. mempercepat
otot bantu Dengan pengeluaran
pernapasan, kriteria: d. Atur posisi klien sputum
tampak - k dengan d. Memungkinkan
pernapasan lien dapat fowler/semifowler ekspansi paru
cuping hidung. meningkatk e. Berikan secara maksimal
an jalan bronchodilator sesuai e. Bronchodilator
napas. order. dapat merelaksasi
- D otot-otot
ahak pernapasan.
berkurang
V. EVALUASI
Tgl/ No. Catatan perkembangan Ttd
jam DX
1 S : klien mengatakan jalan napas terasa lebih baik
O : Dahak berkurang
A : masalah teratasi
P :-